Anda di halaman 1dari 25

89

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN UKURAN TUBUH


BURUNG MERPATI

Pendahuluan
Parameter genetik dapat diestimasi dari nilai tertentu dengan demikian
merupakan besaran yang menggambarkan kondisi genetik suatu sifat yang
diamati. Besaran parameter genetik tersebut dapat diukur dan diprediksi. Adapun
yang termasuk parameter genetik diantaranya adalah ripitabilitas, heritabilitas dan
korelasi genetik. Parameter genetik suatu sifat diperlukan untuk seleksi sifat
tersebut dan diharapkan ada peningkatan mutu genetiknya.
Nilai ripitabilitas suatu sifat pada ternak merupakan salah satu parameter
genetik karena nilai ripitabilitas dapat digunakan untuk mengetahui daya ulang
suatu sifat yang dimiliki suatu individu selama individu tersebut hidup. Nilai
ripitabilitas juga dapat digunakan untuk menduga besarnya suatu sifat yang
diturunkan dari tetua kepada keturunannya, karena nilai ripitabilitas dapat untuk
menduga nilai maksimum heritabilitas sifat yang diketahui nilai ripitabilitassnya.
Selain itu nilai ripitabilitas dapat pula digunakan sebagai dasar kebijakan dalam
melakukan seleksi. Ripitabilitas mengukur derajat asosiasi antara catatan suatu
sifat pada hewan yang sama lebih dari sekali dalam kehidupan suatu hewan.
Pendugaan nilai ripitabilitas menunjukkan kelebihan dalam akurasi yang
diharapkan dari beberapa pengukuran (Falconer 1989). Ripitabilitas dan
heritabilitas sifat reproduksi dan daya hidup pada ayam adalah rendah, seperti
dilaporkan Asnah et al. (1985) dan Bennerwitz et al. (2007). Adapun ripitabilitas
produksi telur pada unggas berkisar dari rendah sampai tinggi (Udeh 2010).
Heritabilitas memainkan peran sentral dalam psikologi perbedaan individu.
Heritabilitas adalah proporsi variasi fenotipik yang disebabkan variasi genetik.
Heritabilitas juga menunjukkan besarnya perbedaan genetik dalam individu yang
berkontribusi pada perbedaan antar individu untuk sifat yang diamati. Warwick et
al. (1990) menyatakan bahwa nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa
pengaruh utamanya adalah genetik. Faktor lain yang mempengaruhi nilai
heritabilitas menurut Martojo (1992) adalah tempat dan waktu. Martojo (1992)
menambahkan pula bahwa nilai heritabilitas dibagi menjadi tiga yaitu:
90

heritabilitas rendah berkisar antara 0-0.2; heritabilitas sedang berkisar 0.2-0.4 dan
heritabilitas tinggi lebih dari 0.4.
Pendugaan kedua parameter genetik yaitu ripitabilitas dan heritabilitas suatu
sifat diperlukan untk meningkatkan produksi. Pengetahuan tentang pendugaan
nilai ripitabilitas dan heritabilitas membantu peternak merancang pemuliaan yang
tepat untuk meningkatkan mutu genetik ternak.
Informasi ukuran tubuh burung merpati lokal masih sangat kurang.
Demikian halnya keterkaitan ukuran tubuh dengan kemampuan terbang. Adapun
kriteria penilaian kemampuan terbang keduanya berbeda. Identifikasi ukuran
tubuh burung merpati balap datar dan balap tinggi dapat dimanfaatkan untuk
karakterisasi kedua jenis burung balap.
Penelitian ini bertujuan memperoleh nilai dugaan parameter genetik dan
mengidentifikasi ukuran tubuh burung merpati balap dengan burung merpati
pedaging sebagai pembanding untuk mengkaji potensi merpati lokal sebagai
penghsil daging. Serta memberikan informasi mengenai karakteristik ukuran
tubuh dengan membedakan peubah ukuran linier yang dapat diamati pada ketiga
jenis burung tersebut. Penelitian ini juga diharapkan dapat menggambarkan
keterkaitan ukuran tubuh burung merpati yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan burung merpati dan sebagai alat praktis untuk seleksi di lapangan

Materi dan Metode


Pendugaan Nilai Parameter Genetik
Penelitian berikutnya setelah diperoleh informasi produktivitas adalah
pendugaan nilai parameter genetik. Informasi ini diperlukan untuk pengembangan
burung merpati lokal.

Materi. Sebanyak 62 pasang burung merpati digunakan pada penelitian ini.


Setiap pasang burung merpati dipelihara pada kandang individual yang dilengkapi
dengan tempat pakan, tempat air minum, dan sarang. Pakan terdiri dari jagung
dan ransum komersial yang diberikan ad libitum. Air minum juga diberikan ad
libitum seperti halnya pakan.

Analisis Data. Pendugaan nilai parameter genetik yaitu nilai heritabilitas


dan ripitabilitas merujuk kepada (Becker 1985). Data diambil untuk menduga
91

keragaman genetik dengan metode analisis saudara kandung berdasarkan Becker


(1985).
Data dianalisis ragam seperti pada Tabel 26 untuk menghitung nilai
ripitabilitas.
Yij = µ + α i + e ij
bahwa
µ = nilai rataan umum
α i = pengaruh individu ke-i, i=1,2,...
e ij = deviasi pengukuran ke-j dalam individu, j=1,2,...

Tabel 26 Analisis ragam untuk menghitung nilai ripitabilitas

Sumber Keragaman Db SS MS EMS


Antar Individu N-1 SS w MS w δ2 e + K 1 δ2 w
Antar Pengukuran dalam Individu N(M-1) SS e MS e δ2 e

bahwa N = jumlah individu


M = jumlah pengukuran per individu
K1 = M
δ2 e =MS e
δ2 w = MS w -MS e
K1
R = δ2 w / = Ripitabilitas
δ w + δ2 e
2

SE (R) = 2 (1-R)2 [1+(k-i)R]2


√ K (K-1)(N-1)

Pendugaan nilai heritabilitas tidak memungkinkan menggunakan anova


maka pendugaan nilai heritabilitas menggunakan analisis regresi anak induk.
Adapun formula untuk penduga nilai tersebut adalah Y= a + bX (Becker 1985),
bahwa h2 sebesar 2b dengan model statistik

Z i =βX i + e i
b = cov XZ
δ2 X
h2= 2b
92

SE (h2) = 2 sb2
√ ∑x2

Pendugaan nilai korelasi genetik (r G ) menurut Becker (1995) bahwa:


rG = cov X1Z2 + cov X2Z1

2√ cov X1Z1 cov X2Z2

Adapun nilai korelasi fenotipik (r P ) menurut Becker (1985) bahwa:


r P = cov XY
√ δ2 X . δ2 Y
Peubah yang Diukur. Pada penelitian ini peubah yang diukur untuk
pendugaan parameter genetik meliputi: bobot telur, bobot tetas, pertumbuhan
piyik, bobot dewasa, daya tunas, daya tetas, dan mortalitas.

Pengukuran Ukuran Tubuh


Burung Merpati lokal. Burung merpati lokal jantan dan betina dewasa
diukur bobot badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, panjang punggung,
panjang tibia, panjang femur, panjang shank, panjang jari ketiga, lingkar
metatarsus, panjang rentang sayap, lebar kepala, panjang kepala, panjang bulu
ekor, lebar pangkal ekor dan panjang maxilla.
Adapun acuan pengukuran morfometri seperti disajikan pada Gambar 14
(Encyclopedia Britannia 2008).
Bobot badan diukur dengan dengan timbangan dalam satuan gram;
Panjang kepala diukur sepanjang tulang skull dimulai dari bagian depan skull
memanjang sampai tulang atlas;
Lebar kepala diukur selebar tulang skull dengan jangka sorong dalam satuan cm;
Panjang punggung diukur sepanjang tulang punggung dimulai dari ujung thoravic
vertebrae hingga pygostyle (ujung tulang ekor) dalam satuan cm;

Lebar pangkal ekor diukur dari ujung kiri dan kanan dari pygostyle dengan
menggunakan jangka sorong dalam satuan cm;
Panjang bulu ekor diukur dari ujung bulu di pangkal ekor hingga ujung bulu
terpanjang dari bulu ekor menggunakan jangka sorong dalam satuan cm;
Panjang tibia diukur sepanjang tulang tibia dari ujung tulang patella hingga
pangkal tarsometatarsus dengan jangka sorong dalam satuan cm;
93

Gambar 14 Kerangka tulang burung merpati


Sumber: Encyclopedia Britannica (2008)

Panjang femur diukur dari illium sampai patella dengan jangka sorong dalam
satuan cm;
Panjang shank (ceker) diukur dari pangkal metatarsus hingga ujung tulang
metatarsus;
Panjang jari ketiga diukur sepanjang jari ketiga dengan menggunakan jangka
sorong dalam satuan cm;
Lingkar metatarsus diukur dengan melingkarkan pita ukur pada metatarsus dalam
satuan cm;

Analisis Data. Data ukuran tubuh burung merpati lokal jantan dan betina
dewasa dianalisis secara diskriptif. Uji t (Steel dan Torrie 1995) digunakan untuk
menganalisis data ukuran tubuh burung merpati lokal.
Burung merpati balap, pedaging, dan lokal. Burung merpati balap
datar, balap tinggi, pedaging dan lokal jantan dewasa masing-masing sebanyak
20, 20, 20, dan 76 ekor diukur bobot badan, lingkar dada, lebar dada, panjang
94

punggung, dan panjang sayap. Pengambilan data mengacu kepada Encyclopedia


Britannia (2008) pada Gambar 14.
Analisis data. Ukuran tubuh yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan
AKU (Analisis Komponen Utama) menurut Gasperz (1992) dengan rumus
matematis sebagai berikut:
Y p = a 1p X 1 + a 2p X 2 + ... + a pp X p
bahwa
Y p = komponen utama ke-p, p=1,2,...
a = vektor ciri padanan akar ciri
X = peubah yang diukur, yaitu X 1, X 2 , ... X p
Hasil analisis dari ukuran tubuh ini diharapkan diperoleh karakteristik
bentuk dan ukuran burung merpati balap datar, balap tinggi dan pedaging.
Perbedaan ukuran tubuh yang diamati dianalisis menggunakan GLM Model LSM.
Selanjutnya fungsi diskriminan yang digunakan dengan matriks peragam antara
peubah dari masing-masing jenis burung merpati lokal yang diamati digabung
(pooled) menjadi sebuah matriks C (Nei, 1987).
Jarak genetik dihitung dengan menggunakan rumus menurut Nei (1987)
yaitu:
D2 (i/j) =(X i - X j )’C-1(X i - X j )
bahwa
D2 (i/j) = jarak kuadrat genetik tipe burung ke-i dan tipe burung ke-j
Xi = kebalikan matrik gabungan ragam peragam antar peubah
X j = vektor nilai rataan pengamatan dari tipe burung ke-i pada masing- masing
sifat kuantitatif
C-1 =vektor nilai rataan pengamatan dari tipe burung ke-j pada masing-masing
sifat kuantitatif

Analisis regresi sederhana maupun berganda. Dari data ukuran tubuh


dan kecepatan terbang burung merpati balap datar dan tinggi yang diperoleh
kemudian dianalisis rergresi sederhana maupun berganda. Dari hasil analisis
tersebut ukuran tubuh tertentu dapat digunakan untuk dasar seleksi merpati lokal
sebagai balap datar dan tinggi. Model matematis korelasi dan regresi menurut
Steel dan Torrie (1991) sebagai berikut:
95

Regresi linier sebagai berikut:


Regresi linier Y = a + bx
Linier berganda Y= a + b 1 x 1 + b 2 x 2 + . . . + b n x n

Bahwa Y = kecepatan terbang


x 1 , x 2 , …x n = ukuran tubuh
b 1, b 2 , … b n = koefisien regresi
a = intersep
Kecepatan terbang (V) adalah jarak terbang (s) dibagi dengan waktu
terbang (t), sehingga V= s/t m detik-1. Adapun jarak tetbang adalah jarak dari
burung diterbangkan (start) hingga ke joki (finish).
Pengukuran morfometri merpati balap datar, balap tinggi dan pedaging
(Homerx King) dilakukan pada pemilik/penggemar merpati. Selain itu
pengamatan morfometri merpati lokal dilakukan pada merpati yang dipelihara di
lokasi penelitian.

Hasil dan Pembahasan


Ripitabilitas
Ripitabilitas merupakan derajat antar pengamatan yang dilakukan selama
hidup produktif seekor ternak (Martojo 1992). Adapun pendugaan nilai
ripitabilitas pada suatu sifat yang sama akan bervariasi pada jenis ternak, jumlah
pengukuran, waktu dan lingkungan tempat penelitian. Hal ini karena genetik dan
lingkungan berpengaruh terhadap timbulnya keragaman selama pengamatan.
Nilai ripitabilitas sifat produksi dan reproduksi burung merpati lokal pada
penelitian ini disajikan pada Tabel 27.
Bobot telur memiliki nilai ripitabiltas yang tinggi yaitu 0.634. Hal ini
mendukung hasil penelitian untuk pendugaan nilai ripitabilitas bobot telur pada
unggas lain seperti yang dilakukan oleh Ingram et al. (1989) yang memperoleh
nilai ripitabilitas bobot telur puyuh sebesar 0.58 serta Akpa et al. (2006) yang
memperoleh nilai ripitabilitas 0.77 dan 0.85 untuk bobot telur pada telur puyuh
yang diukur pada umur 12 minggu dan 28 minggu. Nilai ripitabitas bobot tetas
burung merpati juga tinggi pada penelitian ini yaitu sebesar 0.737.
96

Tabel 27 Nilai ripitabilitas (r) sifat produksi dan reproduksi burung merpati
lokal

Sifat R SE (galat baku)


Bobottelur 0.634 0.079
Bobot tetas 0.737 0.163
Bobot piyik umur 1 minggu 0.237 0.086
Bobot piyik umur 2 minggu 0.446 0.098
Bobot piyik umur 3 minggu 0.184 0.084
Bobot piyik umur 4 minggu 0.098 0.106
Bobot sapih piyik (5 minggu) 0.289 0.084
PBB piyik umur 0-1 minggu 0.237 0.086
PBB piyik umur 1-2 minggu 0.396 0.072
PBB piyik umur 2-3 minggu 0.105 0.072
PBB piyik umur 3-4 minggu 0.280 0.106
Bobot dewasa 0.217 0.184
Daya tunas 0.124 0.107
Daya tetas 0.048 0.087
Mortalitas 0.099 0.128

Pada masa pertumbuhan piyik hingga saat disapih, nilai ripitabilitas bobot
badan per minggu berkisar rendah sampai sedang yaitu berkisar 0.098-0.446,
dengan nilai ripitabilitas sedang pada saat piyik berumur 2 minggu dan disapih.
Bobot badan umur 2 minggu memiliki nilai ripitabilitas 0.446 dan bobot sapih
memiliki nilai ripitabilitas sebesar 0.289. Nilai ripitabilitas ini dapat
dimanfaatkan untuk seleksi induk yang memiliki produksi piyik yang baik yaitu
dengan menyeleksi induk yang memiliki piyik saat disapih dengan bobot tinggi.
Adapun seleksi lebih awal dapat dilakukan saat piyik berumur dua minggu.
Sifat reproduksi seperti daya tunas, daya tetas dan mortalitas embrio
memiliki nilai ripitabilitas rendah sampai sedang. Berarti sifat-sifat tersebut
banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Suhu, kelembaban berpengaruh
terhadap daya tunas dan daya tetas pada fase pengeraman. Selain itu sifat
keindukan juga mempengaruhi performa sifat reproduksi karena pada burung
merpati pengeraman telur dilakukan olek induk jantan dan betina secara
bergantian dan memerlukan kerjasama yang harmonis antara keduanya. Hal ini
berdasarkan pengamatan sebelumnya tidak semua pasangan burung merpati mau
mengerami telurnya hingga menetas.
97

Heritabilitas
Heritabilitas sifat produksi pada burung merpati lokal disajikan pada Tabel
28. Nilai heritabilitas sifat produksi rendah hingga sedang.

Tabel 28 Nilai heritabilitas sifat produksi burung merpati lokal

Sifat Produksi Nilai Heritabilitas


Bobot dewasa 0.23 ± 0.2
Bobot telur 0.19 ± 0.1
Bobot tetas 0.30 ± 0.0
Bentuk telur 0.27 ± 0.1

Nilai heritabilitas bobot dewasa dan bentuk telur sedang. Adapun nilai
heritabilitas bobot telur dan bobot tetas pada burung merpati lokal rendah.
Faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap bobot dewasa, bobot telur, bobot
tetas maupun bentuk telur. Aggrey dan Cheng (1992) melakukan penelitian
dengan menggunakan squab (merpati muda) dari 144 pasang Silver King x
White King dan memperoleh nilai heritabilitas dugaan untuk berat tetas, berat
umur 3 hari, 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu masing-masing 0.70;
0.23; 0.22; 0.21; 0.30 dan 0.57. Korelasi genetik di antara ciri-ciri bobot badan
berkisar 0.26-0.82. Heritabilitas untuk pertambahan bobot badan per minggu
adalah 0.13; 0.00; 0.12 dan 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan genetik
berat badan secara simultan pada usia yang berbeda adalah layak, dengan
demikian efisiensi produksi dapat ditingkatkan melalui seleksi untuk
meningkatkan berat badan umur 3 minggu sehingga squab dapat dipasarkan
seminggu lebih awal dari umur dipotong saat ini.
Selanjutnya Mignon-Grasteau (2000) menyatakan bahwa parameter genetik
berat badan saat penyapihan dan kesuburan diperkirakan dalam tiga baris
komersial merpati dipilih oleh BLUP (Best Linear Unbiased Prediction) pada
kedua sifat. Model analisis memperhitungkan efek genetik langsung untuk kedua
sifat dan efek lingkungan yang permanen orangtua untuk berat badan diperoleh
nilai heritabilitas berat badan tinggi, yaitu bervariasi antara 0.46 dan 0.60, dan
lingkungan tetap bertanggung jawab atas 6% sampai 9% dari variabilitas total.
Tergantung pada baris dipertimbangkan, berat badan bervariasi dari 556.7 g
sampai 647.6 g dan perkembangbiakan berkisar 12.5-16.8 squab disapih per
98

pasang induk merpati per tahun. Heritabilitas berat badan tinggi, bervariasi antara
0.46 dan 0.60, dan lingkungan tetap bertanggung jawab atas 6% sampai 9% dari
variabilitas total. Sebaliknya, kesuburan diwariskan rendah (0.04-0.12).
Kesuburan dan berat badan berkorelasi negatif dan sangat nyata (-0.77 -0.82 ).
Tidak ada perbedaan genetik yang signifikan antara jantan dan betina untuk kedua
sifat.
Heritabilitas berat telur puyuh sebesar 0.21 pada hasil penelitian Ingram et
al. (1989) sedang pada penelitian ini sebesar 0.19. Berbeda dengan Moss and
Watson 1982) dalam penelitiannya memperoleh nilai heritabilitas lebih tinggi
untuk ukuran telur (0.7 + 0.2), bobot tetas (0.5 + 0.1), daya hidup anak (0.3 +
0.2), dan bobot badan pada umur 75 hari (0.6 + 0.1) pada Red Grouse (Lagopus
lagopus coticus). Induk jantan tidak berpengaruh terhadap ukuran telur pasangan
betinanya serta bobot tetas maupun daya hidup anak. Ukuran telur dipengaruhi
oleh faktor genetik demikian halnya bobot tetas dan daya hidup anak yang baru
menetas. Selanjutnya Sato et al. (1989) menyatakan bahwa heritabilitas untuk
karakteristik telur adalah tinggi yaitu berkisar antara 0.62-0.84; nilai heritabilitas
bobot telur ayam kerdil bercangkang coklat sebesar 0.63 (Zhang et al. 2005).
Heritabilitas bobot telur pada penelitian ini lebih rendah dari peneliti lain,
hal ini diduga karena genetik dan lingkungan berbeda yang menyebabkan
keragaman . Selain itu untuk sifat yang sama nilai heritabilias dapat berbeda
untuk jenis, bangsa dan galur ternak yang berbeda. Perbedaan nilai heritabilitas
untuk tiap karakter dan kriteria seleksi sangat mungkin terjadi oleh karena
heritabilitas bukan saja merupakan perangkat dari sifat individu, tetapi juga
populasi serta kondisi lingkungan individu tersebut berada dan cara bagaimana
sifat tersebut diukur. Selain itu heritabilitas juga sangat tergantung pada derajat
semua komponen ragam, perubahan salah satu komponen ragam akan
mempengaruhi nilai heritabilitas. Semua komponen genetik dipengaruhi oleh
frekuensi populasi sebelumnya. Populasi yang kecil lebih memungkinkan
menunjukkan nilai heritabilitas yang lebih rendah daripada populasi yang lebih
besar. Ragam lingkungan sangat tergantung pada kondisi budidaya dan
manajemen. Sehingga perbedaan hasil pendugaan nilai heritabilitas untuk sifat
yang sama dan pada individu yang sama merupakan cerminan perbedaan yang
99

sebenarnya diantara populasi dan kondisi dimana sifat tersebut diukur termasuk
metode seleksi yang dilakukan (Falconer dan Mackay 1996)
Heritabilitas dapat digunakan untuk menduga peningkatan kemajuan genetik
yang mungkin diperoleh bila dilakukan seleksi sifat tertentu. Jika heritabilitas
suatu sifat memiliki nilai tinggi, berarti performa atau penampilan individu lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor genetik dibanding faktor lingkungan dan seleksi
berdasarkan individu efektif. Heritabilitas yang tinggi juga menandakan aksi gen
aditif penting untuk sifat tersebut dan sebaliknya jika heritabilitas rendah, maka
mungkin aksi gen seperti dominasi berlebih (over dominance), dominan dan
epistasis lebih penting (Lasley 1978). Perbedaan nilai heritabilitas sifat yang
sama pada penelitian ini dengan peneliti lain karena nilai heritabilitas suatu sifat
akan bervariasi antar populasi. Perbedaan variasi tersebut dapat disebabkan oleh
perbedaan faktor genetik (ragam genetik), perbedaan lingkungan (ragam
lingkungan), metode dan jumlah cuplikan data yang digunakan (Falconer dan
Mackay 1989).

Korelasi Genetik
Korelasi genetik antara dua peubah pada burung merpati lokal disajikan
pada Tabel 29. Korelasi genetik yang diperoleh untuk melengkapi informasi nilai
dugaan ripitabilitas dan heritabilitas sehingga dapat dimanfaatkan dalam program
seleksi.

Tabel 29 Korelasi genetik sifat produksi pada burung merpati lokal

Sifat Bobot Tetas Berat.Dewasa


Bobot telur 0.670 0.067
Bentuk Telur 0.637

Bobot dewasa memiliki korelasi genetik tinggi dengan bentuk telur. Hal ini
didukung nilai heritabilitas bobot dewasa maupun bentuk telur sedang pada
penelitian ini, dengan demikian bobot dewasa maupun bentuk telur anak
dipengaruhi oleh tetua.
Pendugaan korelasi genetik beberapa sifat produksi pada unggas telah
dilakukan. Nestor et al. (2000) melaporkan bahwa bobot badan umur 16 minggu
pada betina kalkun berkorelasi negatif terhadap jumlah telur dengan bobot telur
100

pada dua galur ayam petelur masing-masing sebesar -0.22 dan -0.21. Pada puyuh,
korelasi genetik bobot badan pada umur 4 minggu dengan bobot badan umur 6
minggu pada jantan diperoleh 0.62 dan betina 0.60 (Kuswahyuni 1989).
Pengetahuan tentang besar dan tanda korelasi genetik dapat dipergunakan
untuk memperkirakan perubahan yang terjadi pada generasi berikutnya untuk sifat
yang tidak diseleksi tetapi berkorelasi dengan sifat yang diseleksi (Warwick et al,
1995). Selanjutnya Warwick et al. (1990) juga menyatakan bahwa heritabilitas
akan menentukan perubahan pada sifat yang diseleksi (respon seleksi), korelasi
genetik akan mempengaruhi perubahan genetik sifat lain yang tidak diseleksi
(respon terkorelasi). Makin tinggi korelasi genetik, makin besar perubahan yang
terjadi pada sifat yang berkorelasi. Korelasi genetik dapat dihitung dari percobaan
seleksi dan dapat pula diduga dengan prosedur statistik. Korelasi genetik dapat
berubah dalam populasi yang sama selama beberapa generasi apabila ada seleksi
yang intensif. Nilai pendugaan korelasi genetik hanya berlaku pada satu populasi,
nilai tersebut diestimasi dan pada kurun waktu tertentu pula.

Korelasi Fenotipik
Adanya hubungan antara dua sifat dapat diidentifikasi dari nilai korelasi
dari kedua sifat. Korelasi fenotipik sifat produksi pada burung merpati disajikan
pada Tabel 30.

Tabel 30 Korelasi fenotipik sifat produksi pada burung merpati lokal


_________________________________________________________________________
Sifat Btk.Telur B.Tetas B.Sapih B.Dewasa T B.Dewasa
A
_________________________________________________________________________
B. Telur 0.207* 0.760** 0.349** 0.408**
Btk Telur 0.276**
**
B.Tetas 0.362
B. Dewasa Tetua 0.194
_________________________________________________________________
Ket: B=bobot; Btk=bentuk; T=tetua; A=anak; *)=nyata (P<0.05); **)
sangat nyata (P<0.01)

Korelasi fenotipik bobot telur, bobot tetas, bentuk telur, bobot sapih, bobot
anak dan bobot tetua memiliki korelasi positip. Bobot dewasa (induk)
berpengaruh positip dan nyata terhadap bentuk telur, bobot telur, serta bobot
sapih. Hal ini bermanfaat untuk menduga sifat kedua dari sifat pertama atau
101

sebaliknya, akan tetapi korelasi bobot dewasa dengan bobot anak walaupun
positip, namun secara statistik tidak nyata, dengan demikian ketelitian pendugaan
bobot anak dari bobot induk atau sebaliknya rendah. Sifat-sifat produksi yang
berkorelasi positip dengan sifat lain dapat terjadi dikarenakan adanya gen-gen
yang bersifat pleiotropik (Noor 2008; Warwick et al. 1990)
Bobot tetas memiliki korelasi positif dan nyata dengan bobot telur. Selain
itu nilai korelasinya paling tinggi diantara korelasi antara dua sifat yang lain pada
penelitiaan ini. Selanjutnya persamaan linier antara dua peubah yang memiliki
korelasi nyata disajikan pada Tabel 31.
Seleksi dapat dilakukan efektif jika terdapat korelasi antara dua sifat dengan
mempertimbangkan adanya korelasi antara dua sifat yang akan diseleksi. Bentuk
persamaan linier antara dua fenotipe pada penelitian ini disajkan pada Tabel 31.

Tabel 31 Persamaan linier antar sifat produksi pada burung merpati lokal
_______________________________________
Persamaan linier
_______________________________________
Bobot tetas = 2.55+0.655 berat telur
Bobot sapih = 84.7 + 11.3 bobot telur
Bobot sapih = 95.4 + 13.3 bobot tetas
_______________________________________

Bobot sapih semakin meningkat dengan semakin berat bobot tetas, adapun
bobot tetas semakin tinggi dengan semakin besar bobot telur tetas. Dari hasil
penelitian ini bobot sapih dapat diprediksi dari bobot telur tetas, dengan demikian
untuk meningkatkan bobot sapih dapat dilakukan seleksi dari bobot telur tetas.

Ukuran Tubuh Burung Merpati Lokal, Balap, dan Pedaging (HomerxKing)


Ukuran tubuh burung balap dan pedaging (HomerxKing) diperlukan untuk
dibandingkan dengan merpati lokal. Hasil analisis ukuran tubuh dengan
menggunakan Analisis Komponen Utama, diagram kerumunan dan jarak genetik
diharapkan dapat menunjukkan karakteristik khas untuk balap untuk memudahkan
102

seleksi, juga untuk menemukan ukuran tubuh untuk seleksi balap dari merpati
lokal.

Ukuran Tubuh Burung Merpati Lokal Jantan dan Betina


Bobot badan jantan (369.3a ± 45.4 g) nyata lebih berat dibandingkan betina
(321.9b ± 51.4 g). Ukuran tubuh burung merpati lokal jantan dan betina dapat
dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32 Bobot badan dan ukuran tubuh burung merpati lokal jantan dan betina
__________________________________________________________________
Ukuran Tubuh (cm) Rataan ± simpangan baku
Betina (n=76) Jantan (n=77)
Lingkar Dada 25.63b ± 1.61 25.74a ± 1.39
Lebar Dada 79.25 ± 7.10 82.00 ± 11.10
Dalam Dada 63.12 ± 7.26 65.39 ± 7.60
Panjang Punggung 96.87b ± 7.14 100.83a ± 7.52
Panjang Dada 71.54 ± 5.20 73.32 ± 8.42
Panjang Kepala 3.17 ± 0.30 3.34 ± 0.37
b
Lebar Kepala 2.17 ± 0.23 2.25 ± 0.29
Tinggi Kepala 2.40 ± 0.82 2.42 ± 0.49
Panjang Leher 8.88b ± 0.69 9.36a ± 0.80
Panjang Ceker 3.32b ± 0.29 3.51a ± 0.28
Panjang Tibia 6.10b ± 0.33 6.36 a± 0.53
Panjang Femur 4.41b ± 0.29 4.52 a± 2.60
Panjang jari Ketiga 2.95 b± 0.27 3.07a ± 0.22
Lingkar Metatarsus 2.16 ± 0.27 2.21 ± 0.24

Ukuran tubuh jantan lebih besar dibandingkan betina, hal ini dapat dilihat
dari 14 ukuran tubuh yang diamati seperti tampak pada Tabel 32. Ukuran tubuh
seperti lingkar dada, panjang punggung, panjang kepala, panjang leher, panjang
ceker, panjang femur, dan panjang jari ketiga jantan nyata lebih panjang
dibandingkan dengan betina. Adapun ukuran tubuh yang tidak berbeda antara
jantan dan betina yaitu lebar dada, dalam dada, lebar kepala, tinggi kepala, dan
lingkar metatarsus.
103

Keragaman ukuran tubuh pada jantan berkisar 5.4-34.0%, yaitu lingkar dada
adalah ukuran tubuh yang memiliki keragaman rendah (5.4%) dan tinggi kepala
adalah ukuran tubuh yang paling beragam (34%). Keragaman ukuran tubuh
betina paling rendah adalah lingkar dada (6.52%) dan tinggi kepala paling
beragam (20%).

Ukuran Tubuh Burung Merpati Jantan Balap Datar, Balap Tinggi,


Pedaging, dan Lokal

Burung merpati balap datar, balap tinggi, pedaging, dan lokal berbeda
sangat nyata (P<0.01) dengan urutan mulai dari yang berat yaitu burung merpati
pedaging, burung balap datar, burung balap tinggi, dan lokal atau bobot badan
burung lokal paling ringan diantara keempatnya, sedangkan yang paling berat
adalah burung pedaging. Burung balap datar lebih berat dibandingkan burung
merpati balap tinggi dan lokal, dan burung balap ytinggi sama dengan lokal. Hal
ini disebabkan burung pedaging memiliki tubuh lebih besar dibandingkan
burung balap datar dan balap tinggi, seperti panjang punggung dan panjang sayap.
Ibe dan Nwakalor (1986) mengemukakan bahwa berat badan merupakan
penjumlahan total dari peningkatan ukuran komponen-komponen pembentuk
tubuh.
Lebar dada burung balap datar dan balap tinggi tidak berbeda nyata,
sedangkan lingkar dada burung merpati balap datar nyata lebih besar (P<0.01)
dibandingkan burung balap tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa perototan di
bagian dada burung merpati balap datar lebih kompak dibandingkan burung
merpati balap tinggi. Perototan yang lebih banyak pada bagian dada
mengakibatkan bentuk badan dilihat dari bagian depan tubuh tampak lebih bulat
pada burung merpati balap datar.
Burung balap tinggi harus berani turun dari tempat ketinggian tertentu saat
terbang maka untuk penyesuaian tersebut bentuk badannya tidak terlalu besar,
namum dilengkapi sayap yang panjang, dengan demikian bentuk badan yang
sesuai untuk burung merpati balap tinggi adalah seperti jantung pisang (ontong
pisang dalam bahasa Jawa). Sebaliknya burung balap datar harus terbang datar
dan cepat, dengan demikian diperlukan perototan yang kuat, olehkarenya lingkar
dada, panjang punggung burung merpati balap datar lebih besar dibandingkan
104

dengan burung merpati balap tinggi, akan tetapi sayap lebih pendek dibanding
burung merpati balap tinggi.
Pada Tabel 33 disajikan ukuran tubuh burung balap datar, balap tinggi, dan
pedaging. Ukuran tubuh yang sama antara burung merpati balap datar dengan
burung merpati balap tinggi adalah lebar dada. Ukuran tubuh tersebut tidak dapat
digunakan untuk membedakan karakteristik kedua jenis burung.
Ukuran tubuh yang berbeda antara burung merpati balap datar dengan balap
tinggi dan pedaging adalah berat badan, lingkar dada, panjang punggung, dan
panjang bulu sayap seperti disajikan pada Tabel 33. Ukuran-ukuran tubuh
tersebut pada burung merpati pedaging balap datar lebih besar dibandingkan
dengan burung merpati terbang tinggi. Hal ini berarti burung balap datar memiliki
postur tubuh lebih besar dibandingkan postur tubuh burung merpati balap tinggi,
sedangkan burung balap tinggi memiliki postur tubuh ramping.
Ukuran tubuh burung merpati balap datar dan balap tinggi berbeda nyata
dengan burung pedaging. Burung merpati pedaging memiliki punggung dan
sayap lebih panjang dibandingkan burung balap datar maupun balap tinggi. Hal
ini juga yang menyebabkan bobot badan burung merpati pedaging lebih berat
dibandingkan burung merpati balap merpati balap tinggi adalah lebar dada.
Ukuran tubuh tersebut tidak dapat digunakan untuk membedakan karakteristik
kedua jenis burung.
Ukuran-ukuran tubuh tersebut pada burung merpati pedaging balap datar
lebih besar dibandingkan dengan burung merpati terbang tinggi. Hal ini berarti
burung balap datar memiliki postur tubuh lebih besar dibandingkan postur tubuh
burung merpati balap tinggi, sedangkan burung balap tinggi memiliki postur
tubuh ramping.
Ukuran tubuh burung merpati balap datar dan balap tinggi berbeda nyata
dengan burung pedaging. Burung merpati pedaging memiliki punggung dan
sayap lebih panjang dibandingkan burung balap datar maupun balap tinggi. Hal
ini juga yang menyebabkan bobot badan burung merpati pedaging lebih berat
dibandingkan burung merpati balap. Adapun ukuran tubuh burung lokal untuk
keempat ukuran tubuh yaitu lingkar dada, lebbar dada, panjang punggung, dan
panjang sayap tidak berbeda nyata.
Tabel 33 Ukuran tubuh merpati jantan balap datar, balap tinggi, pedaging dan lokal
______________________________________________________________________________________________________
Fenotipe Balap Datar Balap Tinggi Pedaging Lokal
n=20 n=20 n=20 n=76
a b a b
Bobot Badan 401.0±34.0 374.0±31.8 424.5±43.3 368.9±45.8
a b c b
Lingkar Dada 26.8±0.8 25.7±1.2 21.7±2.3 25.7±1.4
a b b a
Lebar Dada 8.5±0.4 8.4±0.9 5.9±0.4 8.3±0.7
a b c d
Panjang Punggung 12.8±0.7 10.4±0.5 9.0±1.4 10.1±0.8
a b c b
Panjang Sayap 8.0±0.8 8.8±0.8 13.7±0.7 13.4±0.9
Keterangan: superskrip berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata (P<0.05)

105
106

Analisis Komponen Utama


Menurut Everitt dan Dunn (1998) bahwa pada pengukuran morfologi
hewan, hasil AKU lebih ditekankan pada komponen utama kedua sebagai indikasi
bentuk tubuh, daripada komponen utama pertama yang mengidentifikasikan
ukuran tubuh. Hasil analisis komponen utama pada burung merpati balap datar
diperoleh penciri ukuran dan bentuk tubuh seperti disajikan pada Tabel 34.
Peubah ukuran tubuh yang dapat dijadikan penciri pada burung merpati balap
datar adalah lingkar dada (X 1 ) yang memiliki vector eigen sebesar 0.976 (Tabel
34) dengan nilai korelasi antara lingkar dada dengan skor ukuran tubuh sebesar
0.773 . Adapun penciri bentuk tubuh adalah panjang sayap (X 4 ) yang memiliki
vector eigen sebesar 0.525 (Tabel 34) dengan nilai korelasi antara panjang sayap
dengan skor bentuk tubuh sebesar 0.807. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar lingkar dada pada burung merpati balap datar maka skor ukuran tubuh juga
semakin besar. Selanjutnya semakin panjang sayap pada burung merpati balap
datar maka skor bentuk semakin besar.

Tabel 34 Persamaan ukuran tubuh dan bentuk tubuh pada burung merpati balap
datar beserta keragaman total dan nilai eigen
______________________________________________________________
Persamaan Keragaman Nilai
Total Eigen
Ukuran 0.704X 1 +0.300X 2 +0.445X 3 +0.465X 4 51.60 0.976

Bentuk -0.704X 1 -0.197X 2 -0.336X 3 +0.877X 4 27.70 0.525

Keterangan:X 1 =lingkar dada; X 2 =lebar dada; X 3 = panjang punggung; dan X 4 =panjang sayap

Penciri ukuran tubuh pada burung balap tinggi adalah panjang sayap (X 4 )
yang memiliki vector eigen 253.38 (Tabel 35) dengan nilai korelasi antara
panjang sayap dengan skor ukuran sebesar 1.00. Adapun penciri bentuk tubuh
burung merpati balap tinggi adalah lingkar dada (X 1 ) yang memiliki vector eigen
sebesar 1.08 dengan nilaikorelasi antara lingkar dada dengan skor bentuk tubuh
sebesar -0.771. Hal ini berarti semakin panjang sayap maka skor ukuran tubuh
burung merpati balap tinggi semakin besar. Namun semakin besar lingkar dada
maka skor bentuk tubuh burung merpati balap tinggi semakin kecil karena
korelasinya negatif. Pilastro et al. (1995) dan Backmann et al.(2007) menyatakan
107

bahwa variasi bentuk dan ukuran sayap mengungkapkan pola penerbangan yang
berbeda, rentang migrasi, membantu seleksi antar kelompok burung yang berbeda
dan antar jenis kelamin. Nishida et al. (1982) pada ayam bahwa penciri ukuran
tubuh ditentukan oleh panjang sayap, panjang femur, panjang tarsometatarsus dan
tinggi jengger.

Tabel 35 Persamaan ukuran tubuh dan bentuk tubuh pada burung merpati balap
tinggi beserta keragaman total dan nilai eigen
______________________________________________________________
Persamaan Keragaman Nilai
Total (%) Eigen
Ukuran -0.041X 1 -0.023X 2 -0.007X 3 +0.999X 4 99.30 253.38

Bentuk -0.704X 1 -0.197X 2 -0.336X 3 +0.877X 4 0.40 1.08

Keterangan:X 1 =lingkar dada; X 2 =lebar dada; X 3 = panjang punggung; dan X 4 =panjang sayap

Peubah ukuran tubuh yang dapat dijadikan penciri pada burung merpati
pedaging adalah lingkar dada (X 1 ) yang memiliki vector eigen sebesar 5.4603
(Tabel 36) dengan nilai korelasi antara lingkar dada dengan skor ukuran tubuh
sebesar 0.990. Adapun penciri bentuk tuuh adalah panjang punggung (X 3 ) yang
memiliki vector eigen sebesar 1.8671 dengan nilai korelasi antara panjang sayap
dengan skor bentuk tubuh sebesar -0.929. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar lingkar dada pada burung merpati pedaging maka skor ukuran tubuh juga
semaikn besar. Hal ini sesuai dengan manfaatnya yaitu merpati pedaging sebagai
penghasil daging, Pada burung merpati perdagingan yang banyak adalah pada
bagian dada. Selanjutnya semakin panjang punggung pada burung merpati
pedaging maka skor bentuk semakin kecil.

Tabel 36 Persamaan ukuran tubuh dan bentuk tubuh pada burung merpati
pedaging beserta keragaman total dan nilai eigen
______________________________________________________________
Persamaan Keragaman Nilai
Total (%) Eigen
Ukuran 0.971X 1 +0.034X 2 -0.221X 3 -0.088X 4 69.80 5.460

Bentuk -0.231X 1 -0.028X 2 -0.964X 3 +0.133X 4 23.90 1.867

Keterangan:X 1 =lingkar dada; X 2 =lebar dada; X 3 = panjang punggung; dan X 4 =panjang sayap
108

Penciri ukuran tubuh pada burung merpati lokal adalah lingkar dada (X 1 )
yang memiliki vector eigen 2.535 (Tabel 37) dengan nilai korelasi antara lingkar
dada dengan skor ukuran sebesar 0.332. Adapun penciri bentuk tubuh burung
merpati balap lokal adalah panjang sayap (X 4 ) yang memiliki vector eigen sebesar
0.817 dengan nilai korelasi antara lingkar dada dengan skor bentuk tubuh sebesar
-0.296. Hal ini berarti semakin lingkar dada maka skor ukuran tubuh burung
merpati lokal semakin besar. Namun semakin panjang sayap maka skor bentuk
tubuh burung merpati balap tinggi semakin kecil karena korelasinya negatif.

Tabel 37 Persamaan ukuran tubuh dan bentuk tubuh pada burung merpati lokal
beserta keragaman total dan nilai eigen
______________________________________________________________
Persamaan Keragaman Nilai
Total (%) Eigen
Ukuran 0.865X 1 +0.406X 2 +0.235X 3 +0.180X 4 64.30 2.539

Bentuk 0.098X 1 +0.067X 2 +0.260X 3 -0.958X 4 20.70 0.849

Keterangan:X 1 =lingkar dada; X 2 =lebar dada; X 3 = panjang punggung; dan X 4 =panjang sayap

Hasil analisis komponen utama menunjukkan bahwa burung merpati lokal


memiliki penciri ukuran dan bentuk tubuh sama dengan merpati balap datar, yaitu
penciri ukuran adalh lingkar dada dan penciri bentuk adalah panjang sayap. Hal
ni memungkinkan seleksi balap datar dari burung merpati lokal.

Diagram Kerumunan
Berdasarkan ukuran fenotipik yang digambarkan dalam diagram
kerumunan pada Gambar 12 menunjukkan bahwa secara morfologis ada garis
pemisah yang jelas antara burung merpati balap datar, balap tinggi, pedaging,
Kisaran skor ukuran maupun bentuk antara ketiganya berbeda. Sebaliknya
burung balap datar masih memiliki skor ukuran yang mirip dengan lokal.
Pada Gambar 15, burung merpati balap tinggi berada pada diagram kiri
bawah; burung merpati balap datar berada pada diagram kanan atas; sedangkan
burung merpati pedaging berada diantara burung merpati balap tinggi dan balap
datar. Kerumunan ketiga jenis burung merpati terpisah jauh. Kisaran skor
ukuran dan skor bentuk burung merpati balap tinggi masing-masing 6.099-8.899
dan (-27.15480-(-30.0780). Kisaran skor ukuran dan skor bentuk burung merpati
109

pedaging masing-masing 9.2441-20.2853 dan (-14.0069)-(-17.389). Adapun


kisaran skor ukuran dan skor bentuk balap datar masing-masing 27.074-30.6020
dan (-5.4219)-(-8.0768). Selanjutnya skor ukuran dan bentuk lokal masing-
masing 26.383-35.192 dan 17.37-26.23.

30 Variable
skor bentuk balap datar * skor ukuran balap datar
skor bentuk balap tinggi * skor ukuran balap tinggi
skor bentuk pedaging * skor ukuran pedaging
skor bentuk lokal * skor ukuran lokal
20

10
skor bentuk

-10

-20

-30

0 10 20 30 40 50 60 70 80
skor ukuran

Gambar 15 Diagram kerumunan burung merpati berdasarkan skor ukuran


dan skor bentuk tubuh

Dari diagram kerumunan bahwa skor bentuk keempat jenis burung merpati
berbeda, namun skor ukuran menunjukkan ada dua kelompok yaitu balap tinggi
dengan pedaging, sedangkan balap datar dengan lokal. Kesamaan skor ukuran
balap datar lokal sesuai dengan hasil analisis komponen utama bahwa penciri
balap datar dan lokal sama.

Jarak Genetik
Jarak ketidakserupaan ukuran-ukuran tubuh antara burung merpati balap
datar, burung merpati balap tinggi dan burung merpati pedaging yang diamati
diperoleh berdasarkan hasil statistik D2 Mahalanobois yang diakarkan. Tabel 38
110

menyajikan akar dari jarak minimum D2 dari burung keempat jenis burung yang
diamati.

Tabel 38 Akar dari jarak D2 Mahalanobis burung merpati balap datar, balap
tinggi, pedaging, dan lokal

Jenis Lokal Pedaging Balap Tinggi Balap Batar


Lokal 0
Pedaging 3.523 0
Balap Tinggi 0.698 4.200 0
Balap Datar 7.260 23.650 0.418 0

Selanjutnya ketidakserupaan morfometrik ukuran-ukuran linier tubuh pada


keempat jenis burung yang diamati disajikan pada dendogram pada Gambar 16.

Balap datar
3.775

Balap tinggi

3.979
Lokal

5.229
Pedaging

Gambar16 Dendrogram jarak ketidakserupaan ukuran tubuh pada burung merpati

Berdasarkan ukuran tubuh yang diamati, keempat jenis burung merpati terbagi
dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah burung merpati balap tinggi dan
balap datar. Kedua jenis burung selanjutnya tergabung dengan merpati lokal,
berarti keduanya juga mempunyia kesamaan morfometrik. Adapun ketiganya
menunjukkan hubungan yang jauh dengan burung merpati pedaging.
Jarak ketidakserupaan morfometrik ukuran tubuh burung merpati balap
datar dan balap tinggi sebesar 0.204 menunjukkan jarak ketidakserupaan ukuran
tubuh yang paling kecil. Berarti ukuran tubuh burung merpati balap datar dan
tinggi mirip dengan ketidakserupaan morofometrik yang rendah. Hal ini berbeda
dengan hasil analisis komponen utama dan analisis keumunan bahwa balap datar
111

dan balap tinggi memiliki penciri ukuran da bentu tubuh berbeda, demikian pula
haasil analisis kerumunan keduanya terpisah. Selanjutnya burung merpati balap
datar dan balap tinggi juga memiliki keserupaan morfometrik dengan burung
merpati lokal.

Ukuran Tubuh dengan Kecepatan Terbang


Hasil analisis statistik menunjukkan ada korelasi ukuran tubuh yang diamati
pada burung merpati balap tinggi dengan kecepatan terbang. Adapun untuk
menduga kecepatan terbang dengan keempat ukuran tubuh pada burung merpati
tinggi memiliki persamaan Kecepatan terbang=30.1-0.945 Lingkar dada+0.775
Lebar dada+0.159 Panjang punggung +-0.1445 Panjang sayap, dan panjang sayap
yang nyata berpengaruh terhadap kecepatan terbang, dengan demikian persamaan
linier antara kecepatan terbang dengan panjang sayap adalah Kecepatan
terbang=11.3+0.047 panjang sayap. Berati semakin panjang sayap maka
terbangnya semakin cepat.
Pada burung merpati balap datar ukuran tubuh yang nyata berpengaruh
terhadap kecepatan terbang adalah lingkar dada. Adapun bentuk persamaan
liniernya adalah Kecepatan terbang=29.7-0.566 lingkar dada. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar lingkar dada maka kecepatan terbang semakin
turun.
Kecepatan terbang balap datar dan balap tinggi disajikan pada Tabel 39.
Kecepatan terbang balap datar lebih tinggi dibandingkan balap tinggi (P<0.01).
Namun kedua jenis burung merpati balap ini menunjukkan kecepatan terbang
lebih tinggi dari hasil penelitian (Pennycuick 1968) bahwa burung meluncur
dengan kecepatan minimum (sekitar 8-6 m/detik).

Tabel 39 Kecepatan terbang burung merpati balap datar dan balap tinggi
Jenis N X ± sb (m/dt) KK(%) Kisaran (M/dt)
Balap datar 20 14.582±0.985a 9.43 10.22-10.99
b
Balap tinggi 20 11.90±1.12 6.75 13.18±16.26

Tabel 38 menunjukkan bahwa kecepatan terbang burung merpati balap datar


memiliki keragaman lebih tinggi dibandingkan burung balap tinggi. Hal ini
112

berarti seleksi pada burung balap datar masih lebih efektif dibandingkan pada
burung merpati balap tinggi.

Simpulan
1. Ripitabilitas berat telur dan berat tetas tinggi, ripitabilitas pertumbuhan
piyik rendah sampai tinggi (0.098-0.446), bobot dewasa sedang (0.217),
sedang ripitabilitas sifat reproduksi rendah (0.099-0.124).
2. Pendugaan nilai heritabilitas sifat produksi sedang dengan nilai h2
berkisar 0.19-0.30.
3. Bobot dewasa dengan bentuk telur, dan berat telur dengan berat tetas
memiliki korelasi genetik yang tinggi.
4. Berat telur memiliki korelasi fenotipik nyata dengan berat tetas, berat
sapih dan berat dewasa. Lingkar dada merupakan penciri ukuran tubuh
burung merpati balap datar dan pedaging, sedangkan penciri ukuran tubuh
balap tinggi adalah panjang sayap.
5. Penciri bentuk tubuh pada burung merpati balap datar panjang sayap,
lingkar dada pada balap tinggi dan panjang punggung pada pedaging,
panjang sayap pada burung merpati lokal.
6. Burung balap datar, balap tinggi, dan lokal masih memiliki kemiripan.
7. Burung balap datar dan tinggi belum memiliki karakterististik spesifik.
8. Lingkar dada sebagai penentu kecepatan terbang pada balap datar, dan
panjang sayap sbagai penentu kecepatan terbang bagi balap tinggi.
113

Anda mungkin juga menyukai

  • Apa Yang Bisa Dimanfaatkan Dari Limbah Urin Ternak Babi
    Apa Yang Bisa Dimanfaatkan Dari Limbah Urin Ternak Babi
    Dokumen1 halaman
    Apa Yang Bisa Dimanfaatkan Dari Limbah Urin Ternak Babi
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Kewirausahaan
    Kewirausahaan
    Dokumen1 halaman
    Kewirausahaan
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka MP
    Daftar Pustaka MP
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka MP
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Produksi Ternak Potong
    Ilmu Produksi Ternak Potong
    Dokumen2 halaman
    Ilmu Produksi Ternak Potong
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Uas MPTP
    Uas MPTP
    Dokumen3 halaman
    Uas MPTP
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Ferens
    Ferens
    Dokumen17 halaman
    Ferens
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • 04 Manajemen Produksi AGR
    04 Manajemen Produksi AGR
    Dokumen10 halaman
    04 Manajemen Produksi AGR
    Hesty Soehardjo
    Belum ada peringkat
  • Perencanaa
    Perencanaa
    Dokumen8 halaman
    Perencanaa
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • UAS Endokrinologo
    UAS Endokrinologo
    Dokumen2 halaman
    UAS Endokrinologo
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Materi Kulia kOMPOSISI BOTANI 01
    Materi Kulia kOMPOSISI BOTANI 01
    Dokumen21 halaman
    Materi Kulia kOMPOSISI BOTANI 01
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Uas PSKDPPK
    Uas PSKDPPK
    Dokumen2 halaman
    Uas PSKDPPK
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Epistatis Ganda Kelompok 2
    Epistatis Ganda Kelompok 2
    Dokumen4 halaman
    Epistatis Ganda Kelompok 2
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • LKNKL
    LKNKL
    Dokumen3 halaman
    LKNKL
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Hehe 12
    Hehe 12
    Dokumen13 halaman
    Hehe 12
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • 1125 1283 1 PB
    1125 1283 1 PB
    Dokumen6 halaman
    1125 1283 1 PB
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • 5519 11283 1 PB
    5519 11283 1 PB
    Dokumen6 halaman
    5519 11283 1 PB
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Endang Potong
    Endang Potong
    Dokumen4 halaman
    Endang Potong
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Mikroskopi
    Mikroskopi
    Dokumen3 halaman
    Mikroskopi
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen8 halaman
    Bab I
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • PP Endang
    PP Endang
    Dokumen5 halaman
    PP Endang
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Irt
    Irt
    Dokumen11 halaman
    Irt
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Alat Reproduksi
    Alat Reproduksi
    Dokumen10 halaman
    Alat Reproduksi
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Endang Potong
    Endang Potong
    Dokumen4 halaman
    Endang Potong
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Pokok Bahasan
    Pokok Bahasan
    Dokumen8 halaman
    Pokok Bahasan
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Hak Dan Kewajiban Warga Negara
    Hak Dan Kewajiban Warga Negara
    Dokumen12 halaman
    Hak Dan Kewajiban Warga Negara
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat
  • Contoh-Contoh Paragraf Dan Prnjelasannya
    Contoh-Contoh Paragraf Dan Prnjelasannya
    Dokumen13 halaman
    Contoh-Contoh Paragraf Dan Prnjelasannya
    Abdul Muhaimin Jaimiri
    Belum ada peringkat