Anda di halaman 1dari 3

Bersuci adalah Tanda Keimanan Kita

Mustahil kekotoran melahirkan hal bersih. Sebaliknya, kesucian pasti melahirkan hal baik

HARI itu, jalanan padat merayap. Kepadatan terasa ketika banyak bus dari luar kota
semuanya menuju tol arah Jakarta. Di tengah-tengan antrian kendaraan yang cukup panjang,
tiba-tiba seorang supir bus dengan santainya keluar pintu meninggalkan penumpang dalam
kondisi masih penuh.
Ia minggir di tepi jalan dan (maaf) mengeluarkan kemaluannya dan currrr, ia kencing
sambil berdiri disaksikan ratusan mata. Dengan entengnya, dia lalu kembali ke bus tanpa
membersikan najis.
Kasus seperi sang supir ini nampaknya bukan hal baru. Pemandangan seperti ini
sudah sering kita saksikan di Negeri tercinta ini.
Padahal, ajaran Islam yang paling penting adalah bersuci. Bersuci merupakan salah
satu ajaran Islam yang tidak boleh diremehkan. Banyak dalil dalam al-Qur’an maupun Sunnah
Rasul yang menjelaskan tentang hal ini. Di antaranya adalah firman Allah yang berbunyi;
‫ُور‬
ِ ‫صد‬ ِ ‫للا َع ِلي ٌم ِبذَا‬
ُّ ‫ت ال‬ َ ّ ْ‫ط ْعنَا َواتَّقُوا‬
َ ّ ‫للا ِإ َّن‬ َ ‫للا َعلَ ْي ُك ْم َو ِميثَاقَهُ الَّذِي َواثَقَ ُكم ِب ِه ِإ ْذ قُ ْلت ُ ْم‬
َ َ ‫س ِم ْعنَا َوأ‬ ِ ّ َ‫َوا ْذ ُك ُرواْ نِ ْع َمة‬
“….Allah SWT tidak hendak menyusahkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu.” [Q.S. Al Maidah: 7]
Ayat ini menjelaskan bahwa bersuci sama sekali tidak bertujuan membebani umat
manusia, tetapi semata-mata hendak membersihkannya baik dari najis dan kotoran, maupun
dari segala dosa.
Dari Abu Malik Al-Harits bin Ashim Al-Asy’ariradhiyallaahu ‘anhu, Dia berkata:
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Bersuci adalah separuh dari
keimanan, ucapan ‘Alhamdulillah’ akan memenuhi timbangan, ‘subhanalloh walhamdulillah’
akan memenuhi ruangan langit dan bumi, sholat adalah cahaya, dan sedekah itu merupakan
bukti, kesabaran itu merupakan sinar, dan al Quran itu merupakan hujjah yang akan membela
atau menuntutmu. Setiap jiwa manusia melakukan amal untuk menjual dirinya, maka
sebagian mereka ada yang membebaskannya dari siksa Alloh) dan sebagian lain ada yang
menjerumuskannya (dalam siksa-Nya).” (HR Muslim)
Ulama berbeda pendapat tentang makna bersuci sebagai separuh iman. Dua
pendapat yang paling masyhur adalah: 1.Bersuci diartikan dengan bersuci dari najis maknawi,
yaitu dosa-dosa, baik dosa batin maupun dosa lahir. Karena iman ada dua bentuk, yaitu
meninggalkan dan melakukan, maka tatkala sudah meninggalkan dosa-dosa berarti sudah
memenuhi separuh iman.
2.Bersuci diartikan dengan bersuci dengan air. Bersuci dengan air ada dua macam,
yaitu bersuci dari hadats kecil (kencing) dan hadats besar (buang air). Bila bersuci diartikan
dengan suci dari hadats kecil dan hadats besar maka yang dimaksud dengan iman adalah
sholat. Jadi bersuci itu separuh dari sholat. Sholat dikatakan sebagai iman karena merupakan
pokok amalan iman. Meski berbeda pendapat dalam memaknai hadits tersebut, namun para
ulama sepakat bahwa yang dimaksud bersuci di sini meliputi lahir dan batin.
Bersuci secara lahiriah mungkin mudah kita lakukan, namun bersuci secara batin dari
kotoran-kotoran mazmumah sebaliknya. Bukanlah perkara yang mudah bagi kita
membersihkan hati dari perkara yang kotor, pikiran dari berbagai paham dan ideologi yang
berasal dari barat ataupun dari timur.
Macam-macam Bersuci
Berikut dijelaskan tentang macam-macam bersuci yang telah disepakati di kalangan
ulama.
Pertama, mensucikan lahir dari hadats, najis dan kotoran pada anggota badan dan
pakaian. Hadats terdiri dari dua jenis yaitu hadats kecil dan hadats besar.
Takrif hadats kecil ialah tiap-tiap yang mewajibkan kita berwudu karena keluarnya
sesuatu dari saluran najis, baik dari depan maupun belakang. Sedangkan hadats besar
adalah perkara yang mewajibkan mandi yang disebabkan keluarnya mani, keluar darah haid,
kedatangan nifas dan pertemuan antara kemaluan laki-laki dan perempuan, walaupun tidak
keluar mani.
Mandi yang dimaksudkan mempunyai syarat dan rukun tertentu, ada niat dan cara-
caranya, dan juga dikatakan mandi disini adalah mengalirkan air ke seluruh tubuh seperti
firman Allah yang artinya: “Apabila kamu junub, maka hendaklah kamu bersuci.” [QS: Al
Maidah : 6]
Kedua, mensucikan anggota lahir dari dosa. Yang dimaksud di sini adalah tangan,
mulut, mata, telinga, perut, kaki dan kemaluan. Semua anggota lahir hendaklah bersih dari
perbuatan dosa. Memang bersuci seperti ini sangat sulit sekali. Mata umpamanya, sulit
menghindar dari melihat perkara-perkara yang haram.
Keluar saja dari rumah untuk bekerja dan sebagainya sudah jelas disambut oleh
pemandangan yang membuat mata berbuat dosa. Begitu juga dengan mulut, susah terhindar
dari membicarakan hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti memfitnah, mengadu domba dan
dosa-dosa lainnya. Demikian juga dengan anggota badan lain seperti tangan yang terkadang
tidak terelakkan dari menyentuh benda-benda yang dilarang. Telinga pun demikian, setiap
hari susah menghindari dari mendengar lagu-lagu pop yang menghayalkan dan perkara-
perkara yang membuat setiap hari mendengar yang maksiat.
Ketiga, mensucikan diri dari sifat-sifat keji seperti riya’, ujub, hasad, dengki, gila
pangkat, gila dunia, bakhil dan lain sebagainya. Bersuci di peringkat ini sangat sulit sekali,
sifat-sifat inilah yang dikatakan sifat mazmumah. Kemudian kita juga harus membersihkan
pikiran kita dari isme dan ideologi yang bertentangan dengan Islam. Bersuci pada tingkatan ini
adalah bersuci yang berkaitan dengan perkara-perkara batin.
Itu sebabnya bersuci pada tingkatan ini lebih berat dibanding yang dua sebelumnya.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa mensucikan hati dan akal pikiran
dari penyakit-penyakit batin ini. Antara lain, harus memiliki ilmu agama yang cukup.
Kemudian, harus ada azam dan cita-cita yang kuat untuk mengikis penyakit-penyakit itu. Inilah
yang dikatakan mujahadatun nafsi. Kalau kita tidak ada azam dan cita-cita yang kuat, susah
melawan hawa nafsu karena sebagian telah asyik kita amalkan.
Keempat, mensucikan batin dari selain Allah. Artinya mengarahkan pikiran dan hati
hanya untuk Allah semata.
Orang yang mampu berbuat demikian berarti sudah memilki maqam atau kedudukan
yang paling tinggi di sisi Allah SWT. Inilah darajat para Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul dan juga
derajat bagi para Siddiqin atau orang-orang yang benar.
Agar melahirkan hal baik dan indah
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan Islam terbukti sebagai agama yang sangat
peduli dengan masalah kebersihan. Begitu pedulinya, sampai sampai masalah adab buang air
dan mandi pun dijelaskan dengan gamblang.
Bila dalam masalah adab buang air saja Islam telah membahasnya, maka mustahil
perkara lain yang lebih besar dan lebih penting luput dari perhatian Islam.
Dari Salman (al Faarisiy), dia berkata: Telah berkata kepada kami orang-orang musyrikin,
“Sesungguhnya Nabi kamu itu telah mengajarkan kepada kamu segala sesuatu sampai
sampai buang air besar!” Jawab Salman, “Benar!” (Hadits Shahih riwayat Muslim juz 1 hal.
154)
Ini satu sisi yang menunjukkan kelebihan Islam dibanding ajaran agama yang lain.
Yang dikehendaki Allah bukan hanya suci lahir, namun juga suci secara batin. Allah berfirman,
“Sesungguhnya berbahagialah orang yang mensucikan hatinya dan berdukacitalah orang
yang mengotorkan hatinya.” (As Syams: 9-10).
Namun sebelum suci batin, terlebih dulu hendaklah kita suci dari lahir. Dengan bersuci
dari kotoran-kotoran jasmani maka akan lahirlah orang-orang yang bersih.
Kalau kita tidak sensitif dengan kotoran-kotoran lahir, jiwa kita tidak akan halus. Jika kita tidak
merasa jijik dengan benda-benda najis, berarti batin kita lebih tidak jijik dengan benda
tersebut.
Rasulullah mengatakan, “Shalat tidak akan diterima tanpa bersuci.” (HR. Muslim).
Apa amal kita di hadapan Allah, jika shalat kita tidak diterima? sungguh akan sia-sia
dan merugilah kita.
Inilah Islam, yang sangat berhati-hati dalam urusan kesucian. Marilah kita mulai diri
dan keluarga kita dengan masalah yang berhubungan dengan kesucian dan menjauhkan diri
dari hal yang bersifat najis dan kotor. Percayalah, kebersihan akan melahirkan sesuatu yang
indah dan suci. Sebab mustahil hal yang suci melahirkan sesuatu yang kotor.
Jika hidup kita banyak masalah, anak kita menjadi sosok yang kurang taat dan susah
diatur, istri suka membantah bahkan rezeki yang kita terima cepat habis dan tidak barakah,
maka, tak ada salahnya bertanya pada diri sendiri. Apa yang salah? adalah hal haram masuk
ke tenggorokan kita? atau jangan-jangan semua itu bermula karena barang-barang najis atau
hal-hal yang diharamkan Allah? wallahu a’lam

Anda mungkin juga menyukai