Prinsip Pembelajaran
Sistem pendidikan adalah sangat penting karena kesejahteraan setiap budaya tergantung pada pendidikan.
Skinner berpendapat bahwa sekolah merupakan salah satu perubahan untuk melakukan penyesuaian kecil
terhadap situasi yang ada. Skinner juga membagi beberapa aspek penting dari pembelajaran yaitu transfer
kontrol stimulus dimana guru menunjukkan contoh perilaku dan siswa menirukannya. Dalam perencanaan
pembelajaran untuk membentuk perilaku langkah pertama yaitu menspesifikasikan dengan jelas perilaku yang
hendak dipelajari kemudian mengidentifikasi keterampilan awal dari pemelajar. Dengan demikian diharapkan
dapat memberikan serangkaian penguatan untuk perilaku agar makin baik. Skinner juga mengukapkan bahwa
mesin pengajaran awal harus memberikan penguatan untuk konsekuensi langsung, Skinner menganggap
komputer sebagai mesin pengajaran yang paling ideal tetapi skinner juga memperingatkan bahwa program
komputer dapat merugikan siswa karena malah dapat mengalihkan perhatian siswa dari belajar.
Contoh :
Belajar bermain piano, yang dikatakan meningkatkan performa dalam memainkan instrumen lain. Menurut
Skinner sendiri, ketika latihan di satu area keterampilan meningkatkan performa di area lain, elemen yang sama
diperkuat.
Belajar bagaimana cara belajar :
Ketika anak merespons properti stimulus tertentu, responsnya berada di bawah kendali stimuli. Perilaku tertentu
yang biasanya diidentifikasikan dengan pemikiran harus dianalisis dan diajarkan . perilaku itu adalah perilaku
manajemen dari intelektual yang oleh Skinner disebut perilaku sebelumnya. Perilaku ini didefinisikan sebagai
perilaku yang mempengaruhi perilaku akan merespons perubahan lingkungan atau mengubah pemelajar
sehingga respons yang efektif menjadi dimungkinkan. Perilaku itu juga bersifat tertutup atau
tersembunyi (covert). Perilaku itu adalah kejadian privat yang tidak dapat dilihat. Termasuk di dalamnya
adalah :
a. Mereview fitur dari masalah tertentu atau menghitung jawaban matematika didalam hati.
b. Visualisasi masalah atau situasi di mata pikiran ( penglihatan tersembunyi )
Respons “precurrent” lainnya adalah :
a. Memerhatikan stimuli,
b. Menggaris bawahi ide-ide penting dalam materi teks
c. Menggunakan perangkat mnemonic atau petunjuk lain untuk mengingat ide-ide penting, dan
d. Menata ulang elemen-elemen didalam suatu situasi masalah sehingga solusinya bisa lebih mungkin diperoleh.
Mengajarkan pemecahan masalah :
Secara formal, pemecahan masalah didefenisikan sebagai “setiap perilaku yang, melalui manipulasi variabel-
variabel, menyebabkan kemunculan solusi lebih dimungkinkan. “kesulitan” suatu masalah bergantung pada
adanya respons dalam pengulangan subjek yang memecahkan masalah. Jika tidak ada respons yang segera
tersedia, masalahnya menjadi sulit. Untuk memaksimalkan kemungkinan respons ( solusi ) , individu harus
mengubah situasi sehingga dia dapat merespons dengan tepat. Langkah-langkah yang dapat diambil antara lain :
a. Me-review masalah secara hati-hati dan mengklarifikasi kesulitan
b. Menata ulang atau mengelompokkan ulang komponen-komponen masalah
c. Mencari kemiripan antara masalah dengan masalah lain yang tekah dipecahkan.
Individu belajar memecahkan masalah secara efektif dengan memanipulasi stimuli dan menerima penguatan
untuk perilaku itu. Penguatan untuk manipulasi situasi masalah yang efektif akan mengurangi terjadinya
kengawuran atau respons coba-coba terhadap masalah.
Kedua :
Konsep pembentukan perilaku dari yang sederhana menuju yang kompleks mengimplikasikan setidaknya
penilaian informal dengan umpan balik sebagai kemajuan belajar. Misalnya saat anak belajar membaca mereka
harus punya banyak kesempatan untuk membacakan teks didepan guru atau mendapat pendampingan guru.
Ketiga :
Transfer kontrol stimulus adalah prasayarat untuk perubahan behavioral. Untuk menentukan perubahan perilaku
asesmen harus merefleksikan persyaratan ini dan independen dari petunjuk belajar. Syarat ini adalah alasan dari
mengapa pertanyaan pilihan berganda tidak tepat. Perilaku memecahkan masalah karenanya tidak boleh dinilai
dalam situasi yang sama dengan yang dipakai selama belajar.
Pemrograman pengajaran
Langkah-langkah berikut ini direkomendasikan dalam mengembangkan program respon yang terstruktur :
o Langkah 1. Identifikasi keterampilan akhir yang akan dikuasi dan menganalisis pokok pelajaran yang akan
dipelajari.
Apa sifat dari perilaku akhir?
Apa istilah atau defenisi yang harus dipelajari untuk mendapatkan keterampilan itu?
Apa tipe contoh yang harus direspons siswa selama belajar ?
o Langkah 2. Mengembangkan sekuensi frame awal dan konfirmasi respons.
Informasi apa yang harus ditempatkan dalam frame pertam untuk memicu respons?
Apa urutan respins logi yang dapat diharapkan dari siswa?
Apa sekuensi stimuli diskriminatif yang bergerak maju dari yang sedrhana ke yang kompleks yang dapat
memebrikan transfer kontrol stimuli?
o Langkah 3. Review sekuensi frame, tata ulang juga perlu
Apakah urutannya bergerak maju dari sedrhana ke kompleks?
Apakah dukungan secara bertahap dihilangkan dalam urutan itu ?
Apakah siswa memberi respons pada konten yang bermakna atau yang trivial
o Langkah 4 . implementasikan pengajaran pada beberpa siswa dan revisi jika perlu.
Apakah ada siswa yang mengalami kesulitan dengan frame?
Apakah siswa melewati sistem frame, peroleh jawaban yang benar hanya dengan membaca bagian dari frame?
Apakh programnya menyebabkan penguasaan performa pada kriteria pascates?
Model Pembelajaran Kontrol Diri
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui maksud dari kontrol/pengendalian diri dan kaitannya dengan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui penerapan model belajar kontrol/pengendalian diri (control self learning).
3. Mengetahui tujuan dan asumsi model belajar kontrol/pengendalian diri (control self learning).
4. Mengetahui sintagmatik model pembelajaran kontrol/pengendalian diri(control self learning).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kontrol Diri
Hurlock (1990) mengatakan kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi
serta dorongan-dorongan dalam dirinya. Kemudian Kazdin (1994) menambahkan bahwa kontrol diri
diperlukan guna membantu individu dalam mengatasi kemampuannya yang terbatas dan membantu mengatasi
berbagai hal merugikan yang dimungkinkan berasal dari luar. Menurut Chaplin (2001) kontrol diri adalah
kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau
merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kontrol diri merupakan
upaya dari dalam diri seseorang untuk membentuk tingkah laku positif dan mengurangi tingkah laku yang
negatif.
Kontrol diri ini dapat diterapkan pada sebuah model pembelajaran yang dinamakan dengan model
kontrol diri. Tujuannya adalah agar pendidikan bukan hanya menciptakan pengetahuan saja, tapi juga mampu
membentuk perilaku positif dari sebuah pembelajaran melalui pengkontrolan diri pada perilaku yang negatif.
2. Sintaks
Model ini memiliki lima tahap (Joyce dan Weil,1986:347) seperti berikut :
Tahap pertama: Perumusan performansi akhir
1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan perilaku yang menjadi sasaran,
2. Merumuskan secara khusus perilaku akhir
3. Mengembangkan rencana untuk mengulur dan mencatat perilaku.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial yag perlu dibangun untuk perilaku yang khusus lebih bersifat sangat terstruktur. Guru
berfungsi sebagai pengendali sistem penguatan dan lingkungan. Aspek sosial dari model ini lebih bersifat
kesepakatan, dalam arti sambil berjalan dapat ditumbuhkan. Demikian juga dalam pola dan dan jadwal
pemberian penguatan, guru dapat melakukan kesepakatan dengan para pelajar.
4 Prinsip Pegelolaan/Reaksi
Prinsip pengelolaan/reaksi guru terhadap para pelajar didasarkan pada prinsip “operant
conditioning” dan pengelolaan kontingensi. Secara umum, perilaku yang tidak tepat kadang-kadang
diabaikan. Sedangkan perilaku yang diinginkan seyogianya dikuatkan.
5 Sistem Pendukung
Sarana yang diperlukan untuk melaksanakan model ini bervariasi dari situasi kesituasi. Program yang
bersifat sederhana mungkin tidak memerlukan sarana pendukung. Sedang program yang bersifat kompleks,
memerlukan perencanaan dan alat yang lebih memadai. Guru yang mengembangkan program ini perlu
melakukan perencanaan yang cermat,teliti dan sabar.
Model lain yang berkenaan dengan pengelolaan perilaku ini ialah Model “self-control”. Prinsip-prinsip
“operant conditioning” yang dipakai dalam “contingency model” juga digunakan dalam model ini, terutama
mengenai pengendalian stimulus dan penguatan yang bersifat positif. Perbedaannya, dalam model ini peranan
utama lebih banyak pada partisipan. Kunci utama dalam model ini ialah dalam pengendalian rangsangan yang
berbentuk mengubah lingkungan. hal ini dapat dilakukan secara fisik seperti dengan mematikan televisi yang
sedang ditonton. Dalam membangkitkan rangsangan, dapat digunakan respon yang paling berbeda atau
bertentangan dengan pemikiran. Proses pembentukan perilaku sama-sama berlaku dalam model kontrol diri
ini.
Sintaks
Model ini memiliki empat tahap seperti berikut (Joyce dan Weil,1986:363)
Tahap pertama: Memperkenalkan prinsip berlaku
1. Mengkomunikasikan prinsip bahwa kontrol diri merupakan fungsi dari lingkungan
2. Menjelaskan prinsip-prinsip khusus pengontrolan diri
3. Membangun kemauan untuk berpartisipasi
Prinsip Pengelolaan/Reaksi
Guru dalam model ini memilki peranan peting yang menentukan dalam keseluruhan program. Secara
rinci, dapat dikemukakan bahwa guru seyogianya:
1. Memberi semangat kepada para pelajar
2. Menyadari kelemahan dari lingkungan yang dijadikan rangsangan.
3. Menjamin tersusunya rencana yang realistik,
4. Membantu para pelajar dalam menerapkan prinsip perilaku tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kontrol/pengendalian diri merupakan upaya dari
dalam diri seseorang untuk membentuk tingkah laku positif dan mengurangi tingkah laku yang
negatif. Learning self control digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat merubah atau
memperbaiki perilaku pebelajar.
B. Saran.
Kepada semua tenaga pendidik yang berkecimpung di dunia pendidikan hendaknya dalam menghadapi
tingkah laku siswa yang terindikasi selalu melakukan hal-hal yang negative dalam pembelajaran di kelas
sebaiknya gunakanlah model pembelajaran self control ini, karena model ini cocok dan mudah serta
berpotensi untuk dapat merubah perilaku siswa yang kurang baik atau negative.
DAFTAR PUSTAKA