Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


TENTANG GLAUKOMA

DOSEN PEMBIMBING : NS.RISMA DEWI,S.KEP

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 4

TRY APRIATNA (1701011003)

FITRI HAYATI (1701011011)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, marilah kita mengucapkan syukur pada Allah SWT yang telah memberi
rahmat kepada kita berupa kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa
halangan apa pun.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan
manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada para pemakainya.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan
makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami
perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.

Dharmasraya,22 februari 2019


Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................
Rumusan Masalah.....................................................................................................
Tujuan Penulisan........................................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
A. Definisi Glaukoma.................................................................................................
B. Etiologi Glaukoma.................................................................................................
C. Klasifikasi Glaukoma............................................................................................
D. Manifestasi Klinis..................................................................................................
E. Tanda dan Gejala...................................................................................................
F. Komplikasi............................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................
H. Penatalaksanaan.....................................................................................................
I. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................
J. Asuhan Keperawatan.............................................................................................
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Glaukoma adalah penyebab utama kebutaan dimasyarakat berat. Diperkirakan di Amerika
Serikat ada 2 juta orang menderita glaukoma. Di antara mereka, hampir setengahnya mengalami
gangguan penglihatan, dan hampir 70.000 benar – benar buta, bertambah sebanyak 5500 orang
buta tiap tahun.
Bila glaukoma di diagnosis lebih awal dan ditangani dengan benar, kebutaan hampir
selalu dapat dicegah. Namun kebanyakan kasus glauma tidak bergejala sampai sudah terjadi
kerusakan ekstensif dan ireversibel. Maka pemeriksaan rutin dan skrining mempunyai peran
penting dalam mendeteksi penyakit ini. Dianjurkan bagi semua yang memiliki faktor resiko
menderita glaukoma dan yang berusia diatas 35 tahun menjalani pemeriksaan berkala pada
oftalmologis untuk mengkaji TIO, lapang pandang, dan kaput nervi optisi.
Glaukoma mengenai semua usia namun lebih banyak sesuai bertambahnya usia,
mengenai sekitar 2% orang berusia di atas 35 tahun. Resiko lainya adalah diabetes, orang
Amerika keturunan Afrika, yang mempunyai riwayat keluarga menderita glaukoma, dan mereka
yang pernah mengalami trauma atau pembedahan mata, atau yang pernah mendapat terapi
kortikostreroid jangka panjang.

Meskipun tak ada penanganan untuk glaukoma, namun dapat dikontrol dengan obat.. kadang
diperlukan pembedahan laser atau konvensional (insisional). Tujuan penanganan adalah untuk
menghentikan atau memperlambat perkembangan agar dapat mempertahankan penglihatan yang
baik sepanjang hidup. Dapat dilakukan dengan menurunkan TIO. (Suzanne C. Smeltzer, 2001 :
2004-2005)

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Tujuan dari pembuatan makalah Asuhan Keperawatan pada Pasien Glaukoma adalah supaya
perawat dan mahasisiwa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pasien glaukoma.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa memahami apa itu glaukoma.


b. Mahasiswa mengetahui penyebab glaukoma.
c. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala glaukoma.
d. Mahasiswa mampu memberikan pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma.
e. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien glaukoma.

C. Manfaat Penulisan

1. Mampu memberikan pengetahuan tentang penyakit glaukoma kepada masyarakat.

2. Mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien penderita glaukoma.

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian
tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.
(Sidarta Ilyas,2000).

Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intraokuler.( Long Barbara, 1996)

B. ETIOLOGI

1. Primer

Terdiri dari :

 Akut: Dapat disebabkan karena trauma

 Kronik: Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti: Diabetes mellitus,
Arterisklerosis, Pemakaian kortikosteroid jangka panjang, Miopia tinggi dan progresif

2.Sekunder: Disebabkan penyakit mata lain seperti: Katarak, Perubahan lensa, Kelainan
uvea, Pembedahan.

C. KLASIFIKASI
1. Glaukoma primer
Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut
sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan
saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak
ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit) Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara
anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat
karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang
mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan
meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat
hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi
kebutaan dan nyeri yang hebat.

2. Glaukoma sekunder

Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip
dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.

 Perubahan lensa
 Kelainan uvea
 Trauma - bedah
3. Glaukoma congenital

Primer atau infantil Menyertai kelainan kongenital lainnya

4. Glaukoma absolute

Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah
terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma
hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol
retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.

Berdasarkan lamanya glaukoma dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

1. Glaukoma akut

a. Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang
meningkat mendadak sangat tinggi.

b. Etiologi
glaukoma akut dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan
berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat
penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia
40 tahun atau lebih.

c. Faktor Predisposisi

Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam
lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema,
luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan
suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.

d. Manifestasi klinik
 Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang
kepala . Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan
muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
 Tajam penglihatan sangat menurun.
 Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.

 Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.

 Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.

 Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi
radang uvea.

 Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.

 Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.

 Tekanan bola mata sangat tinggi.

 Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.

e. Pemeriksaan Penunjang

 Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.

 Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.

f. Penatalaksanaan

Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO)
dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya
berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau
filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan
medikamentosa.

2. glukoma kronik

a. Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata
sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.

b. Etiologi

Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid


jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik

Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara
lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai
keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak
karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan.
Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada
funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan
bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang
menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma
busur.

e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang.
Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata
dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-
sedikit

D. Manifestasi Klinis

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).

2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.

3. Mual, muntah, berkeringat.

4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.

5. Visus menurun.

6. Edema kornea.

7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).

8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.

9. TIO meningkat. ( Anas Tamsuri, 2010 : 74-75 )

E. TANDA DAN GEJALA

1.Glaukoma primer
 Glaukoma sudut terbuka: Kerusakan visus yang serius, Lapang pandang mengecil dengan
macam–macam skotoma yang khas, Perjalanan penyakit progresif lambat

 Glaukoma sudut tertutup: Nyeri hebat didalam dan sekitar mata, Timbulnya halo di
sekitar cahaya, Pandangan kabur, Sakit kepala, Mual, muntah, Kedinginan, Demam
bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat sedemikian kuatnya
sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, foto fobia dan lakrimasi) tidak begitu
dirasakan oleh klien

2.Glaukoma sekunder: Pembesaran bola mata, Gangguan lapang pandang, Nyeri di dalam
mata

3.Glaukoma kongenital: Gangguan penglihatan

F. PATOFISIOLOGI

Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran keluar
akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor diproduksi di dalam
badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke dalam sistem vena. Ketidak
seimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau oleh peningkatan
hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos melalui camera oculi anterior (COA).
Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia
menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan
biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan
kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen tanpa
penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai dengan
adanya titik buta pada lapang pandang.

G. KOMPLIKASI

Jika tidak diobati, bola mata akan membesar dan hampir dapat dipastikan akan terjadi
kebutaan.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan retina

 Pengukuran tekanan intraokuler dengan menggunakan tonometri

 Pemeriksaan lapang pandang


 Pemeriksaan ketajaman penglihatan

 Pemeriksaan refraksi

 Respon refleks pupil

 Pemeriksaan slit lamp

I. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan


mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi penyakit
dan respons terhadap terapi:
 Terapi obat: Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral. Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts /
jam.
 Bedah lazer: Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan menurunkan
tio.
 Bedah konfensional: Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat
sebagian iris unutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke anterior.
Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan saluran balu melalui
sclera.

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Tajam Penglihatan

Pemeriksaan tajam penglihatan bukan merupakan pemeriksaan khusus untuk glaukoma.

1. Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara tonometri,
untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

 Palpasi atau digital dengan jari telunjuk

 Indentasi dengan tonometer schiotz

 Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann

 Nonkontak pneumotonometri
a. Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yand paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab cara
mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dapat digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak
ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil
pendertia disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata, hingga apa yang kita
palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan keras. Dilakukan dengann palpasi :
dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan secara bergantian.

Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :

 N : normal

 N + 1 : agak tinggi

 N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi

 N – 1 : lebih rendah dari normal

 N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

2. Gonioskopi

Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan
lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk menilai lebar sempitnya
sudut bilik mata depan.

3. Oftalmoskopi

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan papil saraf optik, sangat
penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik. Papil saraf optik yang dinilai adalah warna
papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat
dilihat dari ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.

4. Pemeriksaan lapang dada

a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih lanjut, karena
dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian
meluas ke tengah.

b. Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi daerah
luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang ditemukan para sentral yang
dinamakan skotoma Bjerrum.
Merangsang reseptor kolinergik, mengkontraksikan otot-otot iris untuk mengecilkan pupil dan
menurunkan tahanan terhadap aliran humor aqueous, juga mengkontraksikan otot-otot ciliary
untuk meningkatkan akomodasi.

Berikut diet yang dapat memperlambat glaukoma seperti dilansir healthmeup:

1. Konsumsi makanan yang tinggi antioksidan vitamin A, vitamin C, vitamin E dan vitamin B
kompleks. Nutrisi ini akan membantu melindungi mata. Kacang-kacangan, biji-bijian, dan buah-
buahan segar dan sayuran merupakan sumber yang baik dari nutrisi ini.

2. Hindari mengkonsumsi kopi karena kandungan kafein yang tinggi dapat meningkatkan
tekanan darah dan meningkatkan tekanan intraokular (TIO).

3. Wortel dan sayuran berdaun hijau tua sangat membantu menurunkan risiko glaukoma hampir
60 %.

4. Minum teh hijau dapat membantu melindungi mata. Sebuah studi menemukan bahwa retina
dan humor aqueous menyerap antioksidan dari teh hijau.

Sangat disarankan oleh para ahli kesehatan, selain melakukan diet dengan mengatur pola makan,
para penderita glaukoma juga harus melakukan aktivitas olahraga setiap harinya. Sebisa mungkin
hindari stres sebab stres adalah satu faktor yang dapat mempercepat perkembangan glaukoma.

K. ASUHAN KEPERAWATAN

1). Pengkajian

a) Aktivitas / Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan


penglihatan.
b) Makanan / Cairan : Mual, muntah (glaukoma akut)
c) Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air
mata.
d) Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis) Nyeri tiba-
tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e) Penyuluhan / Pembelajaran Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena),
ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
2). Pemeriksaan Diagnostik

 Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral


penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus
humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan
optik.

 Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada


hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.

 Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)

 Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup


glaukoma.

 Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya
meningkat ringan.

 Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng


optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.

 Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.

 EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.

 Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM

3). Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi

a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.

 Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

 Kriteria hasil : - pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan


nyeri

- pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang

- ekspresi wajah rileks

 Intervensi :

 kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri

 kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik

 anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang


 atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.

 Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO

 Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan

 Berikan analgesik sesuai anjuran

b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ


ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

 Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal

 Kriteria Hasil:

 Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan

 Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih


lanjut.

 Intervensi :

 Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan

 Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan


penglihatan

 Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak
salah dosis

 Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh,


kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat;
perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.

 Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi

c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,


kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu,
menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.

 Tujuan : Cemas hilang atau berkurang

 Kriteria Hasil:

 Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.

 Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah


 Pasien menggunakan sumber secara efektif

 Intervensi :

 Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.

 Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan
dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.

 Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.

 Identifikasi sumber/orang yang menolong.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d
kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai
dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi
komplikasi yang dapat dicegah.

 Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.

 Kriteria Hasil:

 pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.

 Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit

 Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.

 Intervensi :

 Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,

 Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.

 Izinkan pasien mengulang tindakan.

 Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata.

 Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid
topikal.

 Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan,


mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll.

 Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup


 Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju
ketat dan sempit.

 Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.

 Tekankan pemeriksaan rutin.

 Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa


peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).

Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan


tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

Tanda dan gejala :

1. Glaukoma primer

 Glaukoma sudut terbuka: Kerusakan visus yang serius, Lapang pandang


mengecil dengan macam–macam skotoma yang khas, Perjalanan penyakit
progresif lambat

 Glaukoma sudut tertutup: Nyeri hebat didalam dan sekitar mata, Timbulnya
halo di sekitar cahaya, Pandangan kabur, Sakit kepala, Mual, muntah,
Kedinginan, Demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina,
yang dapat sedemikian kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan
penglihatan, foto fobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien

2. Glaukoma sekunder: Pembesaran bola mata, Gangguan lapang pandang, Nyeri


di dalam mata

3. Glaukoma kongenital: Gangguan penglihatan

B. Saran

Setelah mengetahui tentang penyakit glaukoma di harapkan kepada kita


semua untuk bisa menjaga kesehatan mata dan merawat mata tetap dalam keadaan
bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA

Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982

Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.

Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992

Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan


pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000

Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi.
Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998

Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002

Anda mungkin juga menyukai