Anda di halaman 1dari 74

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

TENTANG “SISTEM SARAF DAN SISTEM PERSEPSI SENSORI”

DOSEN PEMBIMBING : NS. RISMA DEWI, S.KEP

DISUSUN OLEH :
TRY APRIATNA
(1701011003)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat
dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SISTEM
SARAF DAN SISTEM PERSEPSI SENSORI”. Dalam penulisan makalah ini penulis
banyak mendapatkan bantuan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Dharmasraya, 10 desember 2019

penulis
SISTEM SARAF

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks,
sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf adalah
serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari
jaringan saraf.Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus
eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau
sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk
mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga
cara utama : Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui
reseptor, yang terletak di tubuh baik eksternal (reseptor somatik) maupun internal
(reseptor viseral).Aktivitas integratif. Reseptor mengubah stimulus menjadi
impuls listrik yang menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla
spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus,
sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi.Output motorik. Input dari¬ otak
dan medulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar
tubuh , yang disebut sebagai efektor.

Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara


individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga
mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena pengaturan
saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah
berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan.
Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap
suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang
puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu (Lita Feriyawati,
2006).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Memberikan wawasan kompleksitas dari konsep anatomi dan fisiologi
sistem saraf dan menjadi dasar dalam memberikan perawatan pada pasien
Tujuan Khusus
1. Sesuaikan bahasan

1.4 Manfaat Penulisan


1. Meningkatkan pemahaman perawat terhadap ilmu keperawatan
medikal bedah dan kesehatan masyrakatpada sistem saraf
2. Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik maupun
preklinik
BAB 2
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem
koordinasi yang bertugas menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke
seluruh bagian tubuh, serta memberikan respons terhadap rangsangan
tersebut.Pengaturan penerima rangsangan dilakukan oleh alat indera, pengolah
rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian meneruskan untuk
menanggapi rangsangan yang datang yang dilakukan oleh sistem saraf dan alat
indera.

Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk
bervariasi.Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.Sistem saraf
merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan
dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh.Sistem saraf memungkinkan
makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
di lingkungan luar maupun dalam.Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf
(neuron).Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa
rangsang atau tanggapan.

Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki


oleh sistem saraf, yaitu:

 Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
 Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel
khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
 Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan
oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah
otot dan kelenjar (Lita,2006).
2.2 Organisasi Struktural Sistem Saraf

a. Sistem saraf pusat (SSP). Terdiri dari otak dan medulla spinalis yang
dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral.
b. Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh.
Sistem ini terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal yang menghubungkan
otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional
sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen.
 Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor
sensorik ke SSP
 Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot
dan kelenjar. Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua
sub divisi :
1) Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahanϑ
lingkungan eksternal dan pembentukan respons motorik
volunteer pada otot rangka.
2) Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon
involunter pada otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan
cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur :
a) Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada
medulla spinalis
b) Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada
medulla spinalis.
2.3 Sel-Sel Pada Sistem Saraf

Gambar 2.2 Sel Saraf (Ina, 2012)

2.3.1 Neuron
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron.Neuron
bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls
(rangsangan).Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan
akson.Bagian-bagian neuron dapat dibedakan menjadi :
 Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf
Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan
meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel,
sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel.
Berikut adalah bagian-bagian dari badan sel :
1. Nucleus : inti dari soma sel yang mengandung kromosom.
Kromosom terdiri dari rantai DNA.
2. Sitoplasma: cairan bening seperti jelly pada bagian dalam neuron dan
terdiri dari beberapa orgab, antara lain mitikondria yang mengolah
substansi makanan, seperti glukosa yang akhirnya digunakan sebagai
tenaga bagi sel.
3. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat
transportasi sintesis protein.
4. Soma sel (sel body) : bagian dari neuron yang mengandung
nucleus (inti sel) dan dapat diibaratkan sebagai mesin yang
bertanggungjawab atas kehidupan sel.
 Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang.
Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk
menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel. Merupakan
lanjutan dari soma sel yang menerima sebagian besar kontak sinapsis dari
neuron-neuron yang lain. Kontak antar neuron ditransmisikan melalui
sinapsis.
 Akson
Akson disebut neurit.Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang
merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat
benang-benang halus yang disebut neurofibril.Neurofibril dibungkus oleh
beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan
berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan.
Selaput mielin tersebut dibungkus oleh sel- selsachwann yang akan
membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit
dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah luar disebut
neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan.Bagian neurit ada yang
tidak dibungkus oleh lapisan mielin.Bagian ini disebut dengan nodus
ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.

 Bagian pendukung lain


Gambar 2.2 Anatomi Bagian Pendukung Lain (FK UI,2011)

1. Axon hillock
bagian berbentuk kerucut pada pertemuan axon dan soma sel
2. Axon
benang neurit sebagai penghantar impuls yang diselubungi myelin.
Axon membawa informasi dari soma sel ke terminal buttons.
3. Myelin : lapisan berlemak yang menyelubungi akson
4. Nodes of Ranvier
bagian akson yang diselubungi myelin
5. Terminal Buttons
bagian akhir dari akson yang berbentuk sebagai kancing yang
berfungsi melepaskan neurotransmitter (dengan substansi transmitter
yang berupa substansi kimiawi ke sinapsis. Substansi kimiawi ini
mempengaruhi sel penerima, sehingga sel penerima akan menentukan
apakah pesan akan diteruskan ke axon atau tidak.
6. Synaptic Vesicles (Pembuluh Sinapsis)
bagian dari molekul neurotransmitter yang berbentuk kantong-kantong
kecil; umumnya bersatu di button dekat dengan membrane presinapsis
7. Synapses (sinapsis)
jarak terdekat antara neuron yang satu dengan yang lain dimana sinyal-
sinyal kimiawi ditransmisikan. Sinapsis adalah bagian yang
menyambungkan terminal button (sebagai sensor) dari sel pengirim ke
bagian soma atau membran dendrite sel penerima. Sinapsis dalam
dendrit berupa bulatan kedl (buds) yang disebut dengan dendritic
spines. Sinapsis antara terminal button dengan soma hanya berjalan
satu arah, yaitu terminal button mengirimkan pesan ke dalam sel dan
tidak menerima pesan lanjutan dari sel. Pesan disampaikan ke neuron
lain melalui axon
2.3.2 Klasifikasi Neuron

a) Fungsi
Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi impulsnya.
- Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada
kulit, organ indera atau suatu organ internal ke SSP.
- Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP ke efektor.
- Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam SSP.
Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau
menyampaikan informasi ke interneuron lain.

b) Struktur
- Neuron diklasifikasi secara struktural berdasarkan jumlah prosesusnya.
- Neuron unipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih.
Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla
spinalis, masuk dalam golongan ini.
- Neuron bipolar memiliki satuϑ akson dan satu dendrite. Neuron ini
ditemukan pada organ indera, seperti amta, telinga dan hidung.
- Neuron unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal, tetapi
neuron ini sebenarnya bipolar.
c) Sel Neuroglial
Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada SSP
yang berfungsi sebagai jaringan ikat :

 Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus


panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui
pedikel atau “kaki vascular”.
 Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah
prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek.
 Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya
memiliki peran fagositik.
 Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga
serebral dan ronggal medulla spinalis.
d) Kelompok Neuron
 Nukleus adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di dalam
SSP.
 Ganglion adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian
luar SSP dalam saraf perifer.
 Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak di
luar SSP.
 Saraf gabungan. Sebagian besar saraf perifer adalah saraf gabungan ;
saraf ini mengandung serabut arefen dan eferen yang termielinisasi
dan yang tidak termielinisasi.
 Traktus adalah kumpulan serabut saraf dalam otak atau medulla
spinalis yang memiliki origo dan tujuan yang sama.
 Komisura adalah pita serabut saraf yang menghubungkan sisi-sisi
yang berlawanan pada otak atau medulla spinalis.
2.4 Sistem Persarafan
Pembagian Susunan Saraf :
- SUSUNAN SARAF PUSAT
a. Otak
Otak besar, batang otak, otak kecil
b. Medulla Spinalis

- SUSUNAN SARAF PERIFER


a. Susunan saraf somatik
b. Susunan saraf otonom
Saraf simpatis dan saraf parasimpatis
2.4.1 ANATOMI SUSUNAN SITEM SARAF PUSAT
1. MENINGEN

Meningen (selaput otak) adalah selaput yang membungkus otak


dan sumsum tulang belakang, melindungi struktur saraf halus yang
membawa pembuluh darah dan cairan sekresi (cairan serebrospinalis),
memperkecil benturan atau getaran yang terdiri dari tiga lapisan,
yaitu :
a. Durameter adalah selaput tidak elastic kuat yang terdiri dari 2 lapisan.
Biasanya kedua lapisan tersebut melekat erat, tetapi di bagian – bagian
tertentunya keduanya terpisah dan membentuk rongga berisi darah,
sinus dura, atau pada yang rongga yang lebih besar, sinus vena.Darah
vena yang berasal dari otak mengalir ke sinus – sinus ini untuk
dikembalikan ke jantung.Cairan serebrospinalis juga masuk kembali
ke darah di sinus – sinus ini. Dura mater yang terbuat dari jaringan
ikat kuat berwarna putih dan baik sebagai lapisan luar meninges
maupun sebagai lapisan dalam periosteum tulang tengkorak kepala
(Basoeki,1988).

b. Arachnoid mater, adalah lapisan lunak yang memiliki banyak


pembuluh darah dengan gambaran seperti “jaring laba – laba”. Ruang
antara lapisan araknoid dan pia meter di bawahnya disebut ruang
subaraknoid,yang berupa lapisan transparan berdekatan dengan
permukaan luar otak dan corda spinalis serta berisi pembuluh darah
terisi oleh CSS. Penonjolan – penonjolan jaringan araknoid, yaitu
vilus araknoidalis, menembus celah dura di atasnya dan menonjol ke
dalam sinus dura. Melalui permukaan vilus inilah CSS direabsorpsi ke
dalam darah yang beredar di dalam sinus – sinus.Membran
arachnoidea terletak antara dura meter dan pia meter (Basoeki,1988).

c. Pia meter, adalah lapisan meninges paling dalam dimana yang paling
rapuh. Lapisan ini banyak mengandung pembuluh darah dan melekat
erat ke permukaan otak dan korda spinalis, mengikuti setiap tonjolan
dan lekukan. Bagian ini menyelipkan dirinya ke dalam celah yang ada
pada otak dan sumsum tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak
yang sangat erat san berfungsi untuk menyediakan darah untuk
struktur-struktur ini (Pearce,2009).

Antara dura mater dan membran arachnoidea terdapat rongga kecil yang
disebut subdural space, dan antara membran arachnoidea dengan pia mater
terdapat rongga lain, yaitu arachnoid space.Disamping selubung tulang dan
membran, otak dan sumsum tulang belakang juga dibentengi dengan bantalan
cairan disekelilingnya dan di dalamnya. Cairan ini disebut cairan
cerebrospinal (Basoeki,1988).

Sistem ventrikel terdiri dari beberapa rongga dalam otak yang


berhubungan satu sama lainnya ke dalam rongga itu. Pleksus koroid
mengalirkan cairan (liquor serebrospinalis).Pleksus koroid dibentuk oleh
jaringan pembuluh darah kapiler otak tepi, bagian piameter membelok ke
dalam ventrikel dan menyalurkannya ke serebrospinalis.Cairan serebrospinalis
adalah hasil sekresi pleksus koroid.Cairan ini bersifat alkali bening mirip
plasma.Cairan ini disalurkan oleh pleksus kororid ke dalam ventrikel yang ada
dalam otak, kemudian cairan masuk ke dalam kanalis sumsum tulang belakang
dan ke dalam ruang subaraknoid melalui ventrikularis (Syaifuddin, 2006).

Cairan cerebrospinal adalah cairan serupa limfa yang mulanya dibentuk


dari filtrasi plasma darah dari anyaman kapiler darah yang dikenal sbagai
plexus choroideus yang dijumpai pada setiap ventrikel. Dari setiap ventrikel
lateran cairan ini merembes melalui lubang yaitu foramen internetricularis, ke
dalam ventrikel III kemudian melalui saluran kecil sempit yaitu aqueductus
Sylvius atau aqueductus cerebralis kedalam ventrikel IV, dari sini ia berputar
ke dalam canalis cantralis corda spinalis. Lubang pada atap ventrikel IV
( foramen Magendie dan Foramina Luschka ) memungkinkan aliran cairan ke
dalam rongga subarachnoid sekeliling corda kemudian ke dalam rongga
subarach oid sekeliling otak. Dari rongga subarachnoid sekeliling otak cara
bertahap diserap ke dalam vena otak. Dengan demikian lengkaplah sirkulasi
cairan cerebrospinal dari daerahdalam pexus chorioideus, melalui ventrikel –
ventrikel, canalis centralis dan rongga subarachnoid, kembali ke dalam darah
lagi (Basoeki,1988).

Pleksus koroid mengalirkan cairan, dan dibentuk oleh jaringan pembuluh


darah kapiler otak tepi, bagian pia mater membelok ke dalam ventrikel dan
menyalurkannya ke serebrospinalis.Jumlah cairan ini tidak tetap, biasanya
berkisar antara 80 – 200 cm, mempunyai reaksi alkalis.Komposisi cairan
serebrospinalis terdiri dari air, protein, glukosa, garam, dan sedikit limfosit,
dan karbon dioksida.
Fungsi cairan serebrospinalis :
1. Sebagai cairan peredam getaran untuk mencegah otak
membentur bagian dalam tengkorak sewaktu kepala mendapat
gerakan yang mendadak dan menggetarkan
2. Melembabkan otak dan medula spinalis
3. Melindungi alat – alat dalam medulla spinalis dan otak dari
tekanan
4. Melicinkan alat – alat dalam medulla spinalis dan otak
5. Berperan dalam pertukaran bahan antara cairan tubuh dan otak
(Syaifudin,2006).
2. OTAK

Gambar 2.3 Anatomi Otak


Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh.Bagian-bagian otak antara lain :

a. CEREBRUM
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari
otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing
– masing disebut fosa kranialis anterior atas dan fosa kranialis media. Otak
mempunyai 2 permukaan, permukaan atas dan permukaan bawah, kedua
permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks
serebral dan zat putih terdapat pada bagian dalam yang mengandung serabut saraf
(Syaifuddin, 2006).

Pada cerebrum terdiri dari dua hemisperium cerebri yang dihubungkan oleh
massa substantia alba yang disebut corpus callosum. Setiap hemisphere
terbentang dari os frontale sampai ke os occipital, di atas fossa cranii anterior,
media, dan posterior, di atas tentorium cerebelli. Hemisphere dipisahkan oleh
sebuah celah dalam, yaitu fissa longitudinalis cerebri, tempat menonjolnya falx
cerebri.Lapisan permukaan hemispherium cerebri disebut cortex dan disusun oleh
substantia grisea.Cortex cerebri berlipat – lipat, disebut gyri, yang dipisahkan
oleh fissure atau sulci. (Snell,2006).

Fisurra Longitudinal adalah suatu celah dalam membagi cerebrum menjadi


dua belahan yang disebut belahan otak besar atau hemisphericum cerebri, yang
ternyata tidak memisahkan otak besar dengan sempurna sebab pada bagian
inferiornya masih bersambung dengan suatu struktur dari substansia alba yang
disebut corpus callosum atau balok otak. Antara convolutio terdapat lembah –
lembah yang disebut sulci bila lembahnya dangkal, dan disebut fissura bila
lembahnya dalam. Fissura – fissura utama selain fissura longitudinal adalah
fissura rolando dan fissura sylvius atau fissura lateral(Basoeki, 1988).

Karena cortex cerebrum tersusun seluruhnya dari substansia grisea, bagian


dalamnya terbuat dari substansia griesa maupun substansia alba. Substansia griesa
terdapat empat masa yang diketahui tertanam dalam – dalam pada substansia alba
yang dikenal keseluruhan sebagai nuclei cerebralis atau ganglia basalis .
Substansia alba tersusun dari kumpulan serabut saraf ayng disebut tractus.
Beberapa tractus ada yang pendek, memanjang dari satu convolutio ke convolutio
yang lain. Tractus yang memanjang dari satu belahan otak ke belahan otak lain
atau menuju corda spinalis, inilah yang disebut tractus projection. Tractus
tersebut dikelompokkan atas tractus ascendence dan tractus descendence, sesuai
menurut apakah serabut itu menghantarkan impuls menuju kortex dari bagian
awal yang lebih bawah atau ke corda spinalis(Basoeki, 1988).

Korteks serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi
dan banyaknya area. Campbel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area.
Secara umum korteks serebri dibagi menjadi 4 bagian :

 Korteks sensoris. Pusat sensasi umum suatu hemisfer serebri yang


mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat
atau bagian tubuh bergantung pada fungsi alat yahg bersangkutan. Di
samping itu, juga korteks sensoris bagian fisura lateralis menangani bagian
tubuh dilateral lebih dominan (Syaifuddin, 2006).
 Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan
kemampuan otak dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir, rangsangan
yang diterima, diolah, dan disimpan serta dihubungkan dengan data yang
lain. Bagian anterior lobus temporalis mempunyai hubungan dengan
fungsi luhur dan disebut psikokorteks (Syaifuddin, 2006).
 Korteks motoris. Menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya
adalah kontribusi pada traktus piramidalis yang mengatur bagian tubuh
control lateral (Syaifuddin, 2006).
 Korteks pre – frontal terletak pada lobus frontalis yang berhubungan
dengan sikap mental dan kepribadian (Syaifuddin, 2006).

Bagian paling bawah korteks motorik disebut dengan Daerah Broca dan
mempunyai hubungan dengan kemampuan bicara pada seseorang. Pada orang –
orang yang lazim menggunakan anggota badannya yang sebelah kanan, Daerah
Broca terletak pada sisi kiri hemisfer, sebaliknya pada orang – orang kidal,
Daerah Broca terletak pada sisi kanan hemisfer (Pearce, 2008).
Korteks sensorik terletak persis di belakang sulkus sentralis, yang
merupakan perasa berbagai sifat perasaan.Daerah auditorik (pendengaran) terletak
pada lobus temporalis, persis di bawah fisura longitudinalis.Di sini kesan atas
suara diterima dan ditafsirkan.Daerah visual (penglihatan) terletak pada ujung
lobus oksipitalis yang menerima bayangan serta kesan – kesan untuk ditafsirkan.
Pusat pengecapan dan penciuman terletak agak di sene;ah depan pada lobus
temporalis. Substansi putih pada hemisfer otak terdiri dari serabut saraf yang
bergerak ked an dari korteks dan menyambungkan berbagai “ pusat ” pada otak
dengan sumsum tulang belakang (Pearce, 2008).

Fisura – fisura dan suklus – suklus membagi hemisfer otak menjadi


beberapa daerah.Kortex serebri bergulung – gulung dan terlipat secara tidak
teratur, sehingga memungkinkan luas permukaan substansi kelabu
bertambah.Lekukan di antara gulungan – gulungan itu disebut suklus, dan suklus
yang paling dalam membentuk fisura longitudinalis dan lateralis.Fisura – fisura
dan sulkus – sulkus ini membagi otak dalam frontalis, temporalis, perietalis dan
oksipitalis (Pearce, 2008).

Pada otak besar ditemukan beberapa lobus, yaitu :

 Lobus frontalis adalah bagian dari cerebrum yang terletak di depan sulkus
sentralis. Lobus frontalis yang terletak di korteks bagian depan,
bertanggung jawab terhadap 3 fungsi utama :
- Aktivitas motoric volunteer
- Kemampuan berbicara
- Elaborasi pikiran

Daerah di lobus frontalis belakang tepat di depan sulkus sentralis


dan dekat dengan korteks somatosensorik adalah korteks motoric primer.
Daerah ini memberikan control volunter atas gerakan yang dihasilkan oleh
otot – otot rangka. Seperti pada pengolahan sensorik, korteks motoric di
tiap – tiap sisi otak terutama mengontrol otot di sisi tubuh yang
berlawanan .Stimulasi daerah – daerah yang berlainan di korteks motoric
primer juga menyebabkan timbulnya gerakan di bagian – bagian tubuh
yang berbeda.Seperti homonkulus motoric yang melukiskan lokasi dan
jumlah relative korteks motoric yang diabdikan sebagai keluaran ke otot –
otot tiap – tiap bagian tubuh, juga terbalik dan mengalami distrorsi (Snell,
2006).

 Lobus parietalis terdapat di depan sulkus sentralis dan di belakangi oleh


korako – oksipitalis (Syaifuddin, 2006).
Lobus parietalis bertanggung jawab untuk menerima dan mengolah
masukan sensorik, seperti sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri
dari permukaan tubuh.Sensasi – sensasi ini secara kolektif dikenal
sebagai sensasi somestetik.Lobus parietalis juga merasakan kesadaran
mengenai posisi tubuh, suatu fenomena yang disebut sebagai
propriosepsi. Korteks somatosensorik, tempat pengolahan kortikal awal
masukan somestetik dan proprioseptif ini, terletak di bagian depan tiap –
tiap lobus parietalis tepat dibelakang sulkus sentralis. Setiap daerah di
dalam korteks somatosensorik menerima masukan sensorik dari daerah
tertentu di tubuh Korteks somatosensorik tiap – tiap sisi otak sebagian
besar menerima masukan sensorik dari sisi tubuh yang berlawanan,
karena sebagian besar jalur asendens membawa informasi sensorik naik
dari korda spinalis menyilang ke sisi yang berlawanan sebelum akhirnya
berakhir di korteks(Sherwood,2001).
Korteks somatosensorik tiap – tiap sisi otak sebagian besar
menerima masukan sensorik dari sisi tubuh yang berlawanan, karena
sebagian besar jalur asendens membawa informasi sensorik naik dari
korda spinalis menyilang ke sisi yang berlawanan sebelum akhirnya
berakhir di korteks(Sherwood,2001).
Kesadaran sederhana mengenai sentuhan, tekanan, atau suhu
dideteksi oleh thalamus, tingkat otak yang lebih rendah, tetapi korteks
somatosensorik berfungsi lebih jauh daripada sekedar pengenalan murni
sensasi menjadi persepsi sensorik yang lebih utuh.Thalamus membuat
kita sadar bahwa sesuatu yang panas melawan sesuatu yang dingin
sedang menyentuh badan kita tetapi tidak memberitahu di mana atau
seberapa besar intensitasnya.Korteks somatosensorik menentukan lokasi
sumber masukan sensorik dan merasakan tingkat intensitas
rangsangan.Korteks ini juga mampu melakukan diskriminasi spatial,
sehingga korteks mampu mengetahui bentuk suatu benda yang sedang
dipegang dan dapat membedakan perbedaan ringan antara benda – benda
serupa yang berkontak dengan kulit(Sherwood,2001).

 Lobus temporalis terdapat di bawah lateral dari visura cerebralis dan di


depan lobus oksipitalis adalah yang mengisi bagian belakang dari
cerebrum (Syaifuddin, 2006).

2.4 Lobus Otak


Fungsi Serebrum : korteks serebri mengandung pusat – pusat lebih tinggi
yang berfungsi untuk mengontrol mental, tingkah laku, pikiran, kesadaran,
moral, kemauan, kecerdasan, kemampuan berbicara, bahsa dan beberapa
perasaan khusus (Pearce, 2008).
Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris yang
merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang
mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral
disebut hemisfer. Permukaan cerebellum ini mengandung zat
kelabu.Korteks cerebellum dibentuk oleh substansi grisea yang terdiri dari
3 lapisan, yaitu granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular
dalam.Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari cerebrum harus
melewati cerebellum (Syaifuddin, 2006).

b. BATANG OTAK
Batang Otak Terdiri dari :
- DIENSEFALON
terdiri dari thalamus dan hypothalamus. Thalamus merupakan sebuah
struktur berbentuk oval di atas otak tengah dengan panjang kira –kira 3
cm dan menyusun empat perlima bagian diensefalon. Terdiri dua masa
oval, sebagian besar substansia grisea, tersusun menjadi nulkei yang
mebentuk dinding lateral vertikel III(Basoeki, 1988).
Thalamus terutama berkenaan dengan penerimaan impuls
sensorik yang dapat ditafsirkan pada tingkat subkortikal atau
disalurkan pada daerah sensorik korteks otak, dengan tujuan
mengadakan kegiatan penting mengatur perasaan dan gerakan pada
pusat – pusat tertinggi (Pearce, 2008).
Thalamus juga bisa diartikan sebagai stasiun penguat utama untuk
impuls sensor yang mencapai kortex serebralis dari corda spinalis, batang
otak, serebelum, dan bagian –bagian otak lain.Thalamus juga berfungsi
sebagai pusat interpretasi impuls sensori, seperti sakit, cahaya, sentuhan,
dan tekanan (Basoeki, 1988).
Hypothalamus adalah suatu bagian kecil dari diensafalon.
Hypothalamus membentuk lantai dan abgian dari dinding lateral vertikel
III dan sebagian dilindungi oleh sella turcica dari os sphenoidale(Basoeki,
1988).
Pada hipotalamus daerah – daerah atau lunas ventrikel ketiga,
terdapat beberapa nucleus tertentu yang memiliki kegiatan fisiologik yang
tertentu juga. Beberapa diantaranya mempunyai hubungan dengan sistem
saraf otonom yang membentuk “ bagian tertinggi pada sistem itu “.
Beberapa nucleus juga mempunyai hubungan dengan lobus posterior-
kelenjar hipofisis pada sistem endoktrin, dimana nucleus – nucleus itu
melakukan pengendalian fungsi – fungsi seperti pengendalian fungsi –
fungsi seperti pengaturan suhu tubuh, lapar, dan haus diatur oleh pusat –
pusat dalam hipotalamus (Pearce, 2008).
Informasi dari lingkungan external sampai hypothlamus melalui
aferen yang berasal dari organ sensori periferal. Bagian – bagian lain
hypothalamus secara terus – menerus memantau derajadair, konsentrasi
hormon, dan temperatur darah. Hypothalamus mempunyai beberapa
hubungan sangat penting dengan kelenjar pituitari.

Fungsi utama dari hypothalamus adalah :

1. Mengendalikan dan mengitegrasi ANS, yang merangsang otot


polos, mengatur kecepatan kontraksi otot jantung dan
mengendalikan sekresi beberapa kelenjar (Basoeki, 1988).
2. Terlibat dalam penerimaan dan integrasi impuls syaraf sensori
dari visera (Basoeki, 1988).
3. Merupakan perantara utama antara sistem syaraf dan sistem
endokrin, dua sistem kendali besar tubuh (Basoeki, 1988).
4. Sebagai pusat ingatan seluruh fenomena tubuh (Basoeki, 1988).
5. Berkaitan dengan perasaan marah dan agresif (Basoeki, 1988).
6. Mengendalikan kenormalan temperatur tubuh (Basoeki, 1988).

- METENSEFALON
Mesenchepalon adalah bagian sempit otak yang berjalan melewati
incisura tentoria dan menghubungkan otak depan dengan otak belakang.
Mesenchepalon terdiri dari dua belahan lateral yang disebut pedunculus
cerebri. Rongga sempit mesencephalon disebut aqueductus cerebri, yang
mengubungkan ventriculus tertius dan ventriculus quartus.Tectum adalah
bagian mesenchepalon yang terletak posterior terhadap aquaductus
cerebri.Tectum mempunyai empat tonjolan kecil yaitu dua colliculus
superior dan dua colliculus inferior.Colliculus terletak pada profunda di
antara cerebellum dan hemispherium cerebri (Snell, 2006).
Otak tengah mengandung pusat untuk penerimaan dan integrasi
beberapa jenis informasi sensoris. Bagian ini juga berfungsi sebagai pusat
proyeksi, yang mengirimkan informasi sensoris yang dikode di sepanjang
neuron ke wilayah tertentu pada otak depan (Campbell. 2004).
Pada atap mesencephalon terdapat 4 bagian yang menonjol ke atas, 2
bagian di sebelah atas disebut corpus kuadrigeminus superior, sedangkan 2
bagian di sebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus inferior. Berperan
sebagai pusat pendengaran dan reflex penglihatan.Juga jalur persarafan
antara hemisfer otak dengan bagian bawah otak.Serat saraf okulomatorius
berjalan ke ventral di bagian medial.Serat saraf troklearis berjalan ke arah
dorsal menyilang garis tengah ke sisi lain (Pearce, 2008).
Fungsinya antara lain :
 Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata
 Memutar mata dan pusat pergerakan mata (Pearce, 2008).
- JEMBATAN VAROL (PONS VAROLLI)

Jembatan varol terletak tepat di atas medula, terdiri dari substansia alba
dengan beberapa nuklei. Pons berfungsi sebagai “ jembatan “ jalur
penghantaran antara kortex serebralis dan serebllum (Basoeki, 1988).

Pons varoli berisi serabut saraf yang menghubungkan mesencephalon


dengan cerebellum. Terletak di depan cerebellum, dia antara diencephalons
dan medulla oblongata terdapat pramotoksit yang mengatur gerak pernafasan
dan reflex (Pearce, 2008).

Fungsi pons varoli adalah :

 Pusat saraf nerfus trigeminus


 Penghubung antara kedua bagian cerebellum dan antara medulla
oblongata dengan cerebellum. (Pearce, 2008).
- SAMBUNGAN SUNSUM (MEDULLA OBLONGATA)
Sambungan sunsum merupakan bagian otak yang terikat pada corda
spinalis, terlatak pada di bawah foramen magnum.Panjangnya hanya 1,5cm
lebih dan dipisahkan dari pons di atasnya oleh suatu celah horisontal.
Terutama tersususn oelh substansia alba dengan nuklei – nuklei kecil
subtansia grisea yang tersebar di interiornya (Basoeki, 1988).

Medulla oblongata berbentuk kerucut dan menghubungakan pons di


atas dengan medulla spinalis di bawah.Fissure mediana terdapat pada
permukaan anterior medulla, dan pada setiap sisi terdapat benjolan yang
disebut pyramis.Pyramis tersusun dari berkas-berkas serabut saraf yang
berasal dari sel-sel besar di dalam gyrus pencentralis cortex cerebri.Pyramis
mengecil ke bawah, dan di sini hamper seluruh serabut-serabut descendens
menyilang ke sisi lainnya, membentuk decussatio pyramidum (Snell, 2006).

Nuklei di dalam medula berisi sejumlah pusat reflex, beberaoa di


antaranya perlu untuk kehidupan, karenanya disebut pusat vital.Pusat vital ini
merupakan pusat cardioaccelerator dan pusat inhibitior, pusat vasocontrictor
dan pusat disalator, serta respiratory. Beberapa pusat lain yang terletak di
dalam medula adalah pusat muntah, pusat bersin , pusat batuk, dan pusat
menelan (Basoeki, 1988).

Medulla oblongata membentuk bagian bawah batang otak serta


menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis. Sifat utama medulla
oblongata adalah jalur motoric desendens (menurun) melintasi batang otak
dari sisi yang satu menuju sisi yang lain. Hal ini disebut dekusasio motorik.
Perpotongan tersebut juga terjadi pada jalur sensorik yang disebut dekusasio
sensorik (Syarifuddin,2006).

Pada anterior medulla oblongata terdapat thalamus yang terdiri dari


dua tonjolan, thalamus berperan sebagai tempat meneruskan impuls ke daerah
sensorik pada korteks cerebrum untuk disatukan, thalamus memiliki hubungan
ke berbagai bagian otak dan cerebrum.Di sebelah anterior thalamus terdapat
hipotalamus yang memiliki peran untuk mengatur fungsi organ dalam atau
visceral. Hipotalamus berfungsi untuk mengatur bermacam – macam fungsi
tubuh seperti suhu, tidur, keseimbangan air, rasa lapar dan kenyang, rasa haus,
emosi, serta perilaku reproduktif (Syarifuddin,2006).

Medulla oblongata mengandung nukleus dari berbagai saraf otak.


Fungsi medulla oblongata adalah organ yang menghantarkan impuls dari
medulla spinalis dan otak yang terdiri dari :

- Mengontrol pekerjaan jantung


- Mengecilkan pembuluh darah
- Pusat pernafasan
- Mengontrol kegiatan reflex, seperti batuk, bersin, dan berkedip
(Syarifuddin,2010).
c. SISTEM LIMBIK
Terdiri dari sekelompok struktur dalam serebrum dan diensefalon yang
terlibat dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas perilaku tak
sadar.Girus singulum, girus hipokampus dan lobus pitiformis merupakan
bagian sistem limbic dalam korteks serebral.
d. CEREBELLUM
Cerebellum atau otak kecil merupakan otak besar kedua, terletak
dibawah bagian posterior serebrum dan sebagian ditutupinya.Dua bagian otak
ini mempunyai kekhususan. Exterior sebelum disusun oleh substansia griesa
dan dalamnya oleh substansia alba. Di dalam substansi alba sereblum terdapat
pola seperti pola urat daun, leh karena dinamakan Arbor vitae .seperti halnya
pada serebrum, serebrum permukaannya juga terdapat bukitna dan lembah.
Sereblum terdiri dari dua masa lateral besardisebut belahan otak kecil, dan
bgian tengah yang disebut vermis karena bentuknya menyerupai seekor cacing
yang sedang gulung diri(Basoeki, 1988).

Serebelum berkembang dari bagian metensefalon.Fungsi primernya


adalah untuk mengkoordinasi pergerakan.Serebelum menerima informasi
sensoris mengenai posisi persendian, panjang otot, informasi dari sistem
auditoris (pendengaran) dan visual (penglihatan). Serebelum juga menerima
input darri jalur motoris, yang memberitahunya tindakan mana yang
diperintahkan oleh serebelum. Serebelum menggunakan informasi ini untuk
menghasilkan koordinasi otomatis atas pergerakan dan
keseimbangan.Koordinasi tangan – mata merupakan salah satu fungsi dari
serebelum. Jika serebelum rusak, mata dapat mengikuti objek yang bergerak,
akan tetapi mata tidak akan berhenti bergerak pada tempat yang sama ketika
objek tersebut berhenti (Campbell, 2004).

Para ahli menduga fungsi keseluruhan celebrum dalah sebagai


pembantu tanpa adanya spesifikasi fungsi pada dirinya.Dua peneliti
menerangkan bahwa impuls serebelaris sebagai penghasil suatu pengaturan
yang mempengaruhi aktivitas serebralis, yan pusatnya terletak di bagian lain
otak (Basoeki, 1988).

1. MEDULLA SPINALIS

Bagian susunan saraf pusat terletak di dalam kanalis vertebralis bersama


ganglion radiks posterior yang terdapat pada setiap foramen intervertebralis
terletak berpasangan kiri dan kanan.Organ ini mengurus persarafan tubuh,
anggota badan serta bagian kepala.Dimulai dari bagian bawah medulla
oblongata setinggi korpus vertebra servikalis I, memanjang sampai ke korpus
vertebra lumbalis I dan II.
Sama halnya dengan otak berada dalam sakus arakhnoid yang berisi cairan
otak, sakus arakhoid berakhir di dalam kanalis vertebralis dalam tulang sacrum.
Dalam medulla spinalis keluar 31 pasang saraf, terdiri dari :

Servikal : 8 pasang
Torakal : 12 pasang
Lumbal : 5 pasang
Sacral : 5 pasang
Koksigial : 1 pasang
Medulla spinalis mengandung zat putih dan zat kelabu yang mengecil pada
bagian atas menuju ke bagian bawah sampai servikal dan torakal.Pada bagian ini
terdapat pelebaran dari vertebra servikal IV sampai vertebra torakal II.Pada daerah
lumbal pelebaran ini semakin kecil di sebut konus medularis.Konus ini berakhir
pada vertebra lumbal I dan II.Akar saraf yang berasal dari lumbal bersatu
menembus foramen intervertebralis.

Penyebaran semua saraf medulla spinalis di mulai dari torakal I sampai


lumbal III, mempunyai cabang-cabang dalam saraf yang akan keluar membentuk
pleksus dan ini akan membentuk saraf tepi ( perifer ) terdiri dari :

1. Pleksus servikalis, di bentuk oleh cabang-cabang saraf servikalis anterior,


cabang ini bekerja sama dengan nervus vagus dan nervus asesorius
2. Pleksus brakialis, dibentuk oleh persatuan cabang-cabang anterior dari
saraf servikal 4 dan torakal 1, saraf terpenting nervus mediana. Nervus
ulnaris radialis mempersarafi anggota gerak atas.
3. Pleksus lumbalis,di buat oleh serabut saraf dalam torakal 12, saraf
terbesar yaitu nervus femoralis dan nervus obturator
4. Di bentuk oleh saraf dari lumbal dan sacral, saraf skiatik yang merupakan
saraf terbesar keluar mempersarafi otot anggota gerak bawah

Sumsum tulang belakang ada dua macam zat yaitu zat putih sebelah luar
dan zatkelabu sebelah dalam. Zat kelabu di bentuk oleh saraf(ganglio) berkatup
banyak. Didalamnyaterdapat jaringan penunjang (monoglia). Sebelah kiri-kanan
terdapat tiang depan (tanduk depan) dan tiang belakang (tanduk belakang).
Kanalis sentralis (saluran pusat) merupakan saluran sempit berhubungan dengan

Fungsi medulla spinalis


1. Pusat gerakan otot-otot tubuh terbesar di komu motorik dan komu
ventralis
2. Mengurus kegiatan reflex lutut,
3. Mengantarkan rangsangan koordinasi dan otot dan sendi ke sereblum.
4. Sebagai penghubung antar segmen medula spinalis.
5. Mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh

Sumsum tulang belakang memiliki 2 fungsi utama yaitu untuk


melakukan impuls saraf dan melayani sebagai pusat refleks saraf tulang
belakang.

Strukturnya umum medulla spinalis :

a. Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih.


Walaupun diameter medulla spinalis bervariasi, diameter struktur
ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking. Panjang rata – rata 42
cm.
b. Dua pembesar, pembesar lumbal dan serviks, menandai sisi keluar
saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai.
c. Tiga puluh satu pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda
melalui foramina intervertebral.
d. Korda berakhir di bagian bawah vertebra lumbal pertama atau
kedua. Syaraf spinal bagian bawah yang keluar sebelum ujung
korda mengarah ke bawah, disebut korda ekuina, muncul dari
kolumna spinalis pada foramina intervertebral lumbal dan sacral
yang tepat.
 Konus medularis (terminalis) adalah ujung kaudal korda
 Filum terminal adalah perpanjangan fibrosa pia mater yang
melekat pada kornus medularis sampai ke kolumna vertebra
e. Meninges (dura mater, araknoid, dan pia mater) yang melapisi
otak, juga melapisi korda
f. Fisura median anterior (ventral) dalam dan fisura posterior (dorsal)
yang lebih dangkal menjalar di sepanjang korda dan membaginya
menjadi bagian kanan dan kiri (Sloane, 2007).

Bagian – bagian substansia grisea dibedakan atas columna grisea


anterior, posterior, dan lateral. Ada enam lekuk menurut panjangnya,
membagi substansia alba menjadi columna panjang. Lekuk paling dalam
adalah fissura median anterior, bersama dengan sulcus median poeterior
yang agak lebih dangkal, mmeisahkan corda menjadi dua parohan
simeteris (Syarifuddin,2006).

Corda spinalis menjalankan dua fungsi utama, yaitu ia bekerja


sebagai sebuah alur konduksi besar antara syarah tepi dan otak serta ia
berisi beberapa reflex, yaitu bego semua reflex segmental dan in
tersegmental. Ini berarti bahwa fungsi corda spinalis dalam semua
pengindraan dan semua gerakan (Basoeki, 1988).

Setiap saraf spinal memiliki satu radiksdorsal dan satu radiks


ventral.Radiks dorsal terdiri dari kelompok – kelompok serabut sensorik
yang memasuki korda.Radiks ventral adalah penghubung ventral dan
membawa serabut motorik dari korda (Sloane, 2003).

 Setiap radiks yang memasuki atau meninggalkan korda


membentuk tujuh sampai sepuluh cabang radiks
 Radiks dorsal dan ventral pada setiap sisi segmen medulla
spinalis menyatu untuk membentuk saraf spinal
 Radiks dorsal ganglia adalah pembesaran radiks dorsal yang
mengandung sel neuron sensorik (Sloane, 2003).

2. SYARAF SPINAL

Syaraf spinal tidak ,mempunyai nama khusus, tetapi hanya dinomori


menurut kedududkan kolumna spinalis tempat munculnya dari cavum spinalis.
Yaitu, ada delapan cervicalis, dua belas thoracalis, lima lumbalis, lima
sacralis, dan satu pasang coccygis dari syraf spinalis. Syaraf cervicalis
pertama mucul pada ruang antara os occipitale dengan ruas pertama vertebra
cervicalis, sedangkan sisanya dan semua syaraf thoracalis keluar dari cavum
spinalis sejajar melalui foramina intervertebralis dari vertebrae yang sesuai
(Basoeki, 1988).

Setelah masing – masing syaraf spinal muncul dari cavum spinalis ia


masih memisah menjadi dua. Cabang utama, yaitu ramianterior dan rami
posterior.Kemudian rami posterior dibagi menjadi syaraf yang lebih kecil
yang melanjut menuju otot dan kuliat permukaan posterior kepala, leher, dan
tubuh.Rami anterior dibagi menjadi bagian lebih rumit lagi, yang membentuk
plexus atau jaringan kerja komplex. Misalnya serabut – serabut dari cervicalis
keempat dan syaraf thoracalis pertama mengadakan intermix membentuk pola
yang disebut plexus brachialis. Yang muncul dari plexus ini adalah syaraf –
syaraf lebih kecil yang melahirkan nama – nama deskriptif lokasinya,seperti
syaraf median,syaraf musculocutaneous, dan syaraf ulnaris. Plexus brachialis
terletak di daerah bahudari leher sampai axilla (Basoeki, 1988).
Semua syaraf spinal adalah syaraf yang secara mikroskopis terdiri dari
banyak serabut sensoris(dendrit) dan banyak serabut motoris(axon). Beberapa
serabut motoris menggiatkan otot polos atau kelenjar, yang lain menggiatkan
otot kerangka. Yang terakhir sebagai serabut volunter atau somatik, sedangkan
serabut yang menuju otot polos atau kelenjar disebut serabut involunter, atau
viseral.Serabut motoris volunter pada syaraf spinal adalah axon neuron yang
dendrit dan badan selnya terletak di kolumna gresia anterior dari
corda.Serabut-serabut otonom merupakan axon juga tetapi badan selnya
terletak pada ganglia otonom (Basoeki, 1988).

2.4.2 Susunan Saraf Perifer


1. Susunan Saraf Somatik
A. Sistem Saraf Somatik (Somatik Nervous System)
Sistem saraf somatic adalah susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik
untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang.
1. Saraf-Saraf Tulang Belakang (Spinal Nerves)
Saraf tulang belakang yang merupakan bagian dri system saraf somatic;
dimulai dari ujung saraf dorsal dan ventral dari sumsum tulang belakang
(bagian luar di sumsum tulang belakang). Saraf tersebut mengarah keluar
rongga dan bercabang-cabang di sepanjang perjalananya menuju oto atau
reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabang- cabang saraf tulang
belakang ini umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah, terutama
cabang-cabang yang menuju otot-otot kepala (skeletal muscles).
Soma sel dari axon-axon saraf tulang belakang yang membawa informasi
sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang terletak di luar system saraf
pusat (kecuali system visual karena retina mata adalah bagian dari
otak).Axon-axon yang datang membawa informasi sensoris ke susunan saraf
pusat ini adalah saraf saraf afferent.Soma-soma sel dari axon yang mebawa
informasi sensoris tersebut berkumpul di dorsal root ganglia.Neuron-neuron
ini merupakan neuron unipolar.Batang axon yang bercabang di dekat soma
sel mengirimi informasi ke sumsum tulang belakang dan ke organ
sensoris.Semua axon di dorsal menympaikan informasi sensorimotorik.

2. Saraf-Saraf Kepala (Cranial Nerves)


Saraf-saraf cranial terdiri dari 12 pasang sarang yang meninggalkan
permukaan ventral otak. Sebagian besar saraf ini mengontrol fungsi sensoris
dan motorik di bagian ke[ala dan leher.
Saraf kepala terdiri dari :
Nervus olfaktorius.Adalah serabut-serabut saraf yang menghubungkan mukosa
ruang hidung dan bulbus olfaktorius.Serabut-serabut tersebut merupakan juluran sentral
dari sel saraf bipolar di mukosa ruang hidung.Serabut-serabut itu tak berselubung myelin,
dan menyusun beberapa berkas saraf halus yang yang menembus lamina kribrosa os
etmoidalis untuk bersinaps di bulbus olfaktorius.Sifatnya sensorik menyerupai hidung,
membawa rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak.Saraf pembau yang
keluar dari otak di bawah dahi, disebut lobus olfaktorius. Kemudian saraf ini melalui
lubang yang ada didalam tulang tapis akan menuju rongga hidung selanjutnya menuju
sel-sel pancaindra.
Nervus optikus.Sifatnya sensoris, mensarafi bola mata, membawa rangsangan
penglihatan ke otak.Serabut mata yang serabut-serabut sarafnya keluar dari bukit IV dan
pusat-pusat di dekat serabut-serabut tersebut, memiliki tangkai otak dan membentuk
saluran optic dan bertemu ditangkai hipofise serta membentang sebagai saraf mata,
serabut tersebut tidak semuanya bersilang.Sebagian serabut saraf terletak disebelah sisi
serabut yang berasal dari saluran optic.Oleh sebab itu, serabut saraf yang datang dari
sebelah kanan retina tiap-tiap mata terdapat di sebelah kiri.
Nervus okulomotoris.Saraf ini bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital (otot
penggerak bola mata).Di dalam saraf ini terkandung serabut-serabut saraf otonom
(parasimpatis).Saraf penggerak mata keluar dari sebelah tangkai otak dan menuju ke
lekuk mata yang berfungsi mengangkat kelopak mata atas, selain itu mempersarafi otot
miring atas mata dan otot lurus sisi mata.
Nervus troklearis.Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital.Saraf pemutar
mata yang pusatnya terletak di belakang pusat saraf penggerak mata dan saraf penggerak
mata masuk ke dalam lekuk mata menuju orbital miring atas mata.
Nervus trigeminus.Sifatnya majemuk (sensoris motoris), saraf ini mempunyai
tiga buah cabang.Fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf otak
terbesar yang mempunyai dua buah akar saraf besar yang mengandung serabut saraf
penggerak.Dan di ujung tulang belakang yang terkecil mengandung serabut saraf
penggerak.Di ujung tulang karang bagian perasa membentuk sebuah ganglion yang
dinamakan simpul saraf serta meninggalkan rongga tengkorak.
1. Nervus oftalmikus : sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan
kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata, dan bola mata.
2. Nervus maksilaris : sifatnya sensoris, mensarafi gigi-gigi atas, bibir atas, palatum
batang hidung rongga hidung dan sinus maksilaris.
3. Nervus mandibularis : sifatnya majemuk (sensori dan motoris). Serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot pengunyah. Serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal, dab dagu. Serabut rongga mulut dan
ludah dapat membawa rangsangan citarasa ke otak.

Nervus abdusen.Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital.Fungsinya sebagai


saraf penggoyang sisi mata karena saraf ini keluar di sebelah bawah jembatan pontis
menembus selaput otak sela tursika.Sesudah sampai di lekuk mata lalu menuju ke otot
lurus sisi mata.
Nervus fasialis.Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir rongga mulut.Di dalam saraf ini
terdapat serabut-serabut saraf otonom (parasimpatis) untuk wajah dan kulit
kepala.Fungsinya sebagai mimik dan menghantarkan rasa pengecap.Saraf ini keluar di
sebelah belakang dan beriringan dengan saraf pendengar.
Nervus auditorius.Sifatnya sensoris, mensarafi alat pendengar, membawa
rangsangan dari pendengaran dan dari telinga ke otak.Fungsinya sebagai saraf
pendengar.Saraf ini mempunyai dua buah kumpulan serabut saraf yaitu rumah keong
(koklea), disebut akar tengah adalah saraf untuk mendengar dan pintu halaman
(vestibulum), disebut akar tengah adalah saraf untuk keseimbangan.
Nervus glosofaringeus. Sifatnya mejemuk (sensoris dan motoris), ia mensarafi
faring, tonsil, dan lidah. Saraf ini dapat membawa rangsangan citarasa ke otak.Di
dalamnya mengandung saraf-saraf otonom.Fungsinya sebagai saraf lidah tekak karena
saraf ini melewati lorong di antara tulang belakang dan karang.Terdapat dua buah simpul
saraf yang di atas sekali dinamakan ganglion jugularis atau gangglion atas dan yang di
bawah dinamakan ganglion petrosum atau ganglion bawah. Saraf ini (saraf lidah tekak)
berhubungan dengan nervus-nervus fasialis dan saraf simpatis ranting 11 untuk ruang
faring dan tekak
Nervus vagus.Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris), mengandung serabut-
serabut saraf motorik, sensorik, parasimpatis faring, laring, paru-paru, esophagus, gaster
intestinum minor, kelenjar-kelenjar pencernaan dalam abdomen dan lain-lain.Fungsinya
sebagai saraf perasa.Saraf ini keluar dari sumsum penyambung dan terdapat dibawah
saraf lidah tekak.
Nervus asesorius.Sifatnya motoris dan mensarafi muskulus sternokleidomastoid
dan muskulus trapezius.Fungsinya sebagai saraf tambahan.Terbagi atas dua bagian,
bagian yang berasal dari otak dan bagian yang berasal dari sumsum tulang belakang.
Nervus hipoglosus.Sifatnya motoris dan mensarafi otot-otot lidah.Fungsinya
sebagai saraf lidah.Saraf ini terdapat di dalam sumsum penyambung, akhirnya bersatu
dan melewati lubang yang terdapat di sisi foramen oksipital.Saraf ini juga memberikan
ranting-ranting pada otot yang melekat pada tulang lidah dan otot lidah.
Uruta Nama Saraf Sifat Saraf Memberikan saraf untuk
n saraf dan fungsi
I Nervus olfaktorius Sensorik Hidung, sebagai alat
penciuman
II Nervus optikus Sensorik Bola mata, untuk
penglihatan
III Nervus Motorik Penggerak bola mata dan
okulomotoris mengangkat kelopak mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata dan
penggerak bola mata
V Nervus trigeminus Motorik dan -
sensorik
N. Oftalmikus Motorik dan Kulit kepala dan kelopak
sensorik mata atas
N. Maksilaris Sensorik Rahang atas, palatum dan
hidung
N. Mandibularis Motorik dan Rahang bawah dan lidah
sensorik
VI Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
VII Nervus fasialis Motorik dan Otot lidah, menggerakkan
Sensorik lidah dan selaput lendir
rongga mulut
VIII Nervus auditorius Sensorik Telinga, rangsangan
pendengaran
IX Nervus vagus Sensorik dan Faring, tonsil, dan lidah,
motorik rangsangan citarasa
X Nervus vagus Sensorik dan Faring, laring, paru-paru
motorik dan esophagus
XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot leher
XII Nervus hipoglosus Motorik Lidah, citarasa, dan otot
lidah

2. Susunan Saraf Otonom


Sistem saraf tak sadar disebut juga saraf otonom adalah system saraf yang
bekerja tanpa diperintah oleh system saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum
tulang belakang. Sistem saraf otonom terdiri dari neuron-neuron motorik yang
mengatur kegiatan organ-organ dalam, misalnya jantung, paru-paru, ginjal,
kelenjar keringat, otot polos system pencernaan, otot polos pembuluh darah.
Berdasarkan sifat kerjanya, system saraf otonom dibedakan menjadi dua yaitu
saraf simpatik dan saraf parasimpatik.
Saraf simpatik memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang
belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki
serabut pra-ganglion pendek dan serabut post ganglion yang panjang.Serabut pra-
ganglion yaitu serabut saraf yang menuju ganglion dan serabut saraf yang keluar
dari ganglion disebut serabut post-ganglion.
Saraf parasimpatik berupa susunan saraf yang berhubungan dengan
ganglion yang tersebar di seluruh tubuh.Sebelum sampai pada organ serabut
sarafakan mempunyai sinaps pada sebuah ganglion seperti pada bagan
berikut.Saraf parasimpatik memiliki serabut pra-ganglion yang panjang dan
serabut post-ganglion pendek. Saraf simpatik dan parasimpatik bekerja pada
efektor yang sama tetapi pengaruh kerjanya berlawanan sehingga keduanya
bersifat antagonis.

I. Saraf Simpatis

Saraf ini terletak


di depan kolumna
vertebra dan berhubungan dengan sumsumtulang belakang melalui serabut ±
serabut saraf. Sistem simpatis terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Kornu anterior segmen torakalis ke ± 1 sampai ke-12 dan segmen
lumbalis1-3 terdapat nucleus vegetative yang berisi kumpulan ± kumpulan
sel saraf simpatis. Sel saraf simpatis ini mempunyai serabut ± serabut
preganglionyang keluar dari kornu anterior bersama- sama dengan radiks
anterior dannucleus spinalis. Setelah keluar dari foramen intervertebralis,
serabut ± serabut preganglion ini segera memusnahkan diri dari nucleus
spinalis dan masuk ke trunkus simpatikus serabut. Serabut preganglion ini
membentuk sinap terhadap sel ± sel simpatis yang ada dalam trunkus
simpatikus.Tetapi ada pula serabut ± serabut preganglion setelah berada di
dalamtrunkus simpatikus terus keluar lagi dengan terlebih dahulu
membentuk sinaps menuju ganglion ± ganglion / pleksus simpatikus.
2. Trunkus simpatikus beserta cabang ± cabangnya. Di sebelah kiri dan
kanan vertebra terdapat barisan ganglion saraf simpatikus yang membujur
disepanjang vertebra. Barisan ganglion ± ganglion saraf simpatikus
inidisebut trunkus simpatikus. Ganglion ± ganglion ini berisi sel
saraf simpatis. Antara ganglion satu dengan ganglion lainnya, atas, bawah,
kiri,kanan, dihubungkan oleh saraf simpatis yang keluar masuk ke
dalamganglion ± ganglion itu. Hali ini menyebabkan sepasang
trunkussimpatikus juga menerima serabut ± serabut saraf yang datang dari
kornuanterior. Trunkus simpatikus di bagi menjadi 4 bagian yaitu :
a. Trunkus simpatikus servikalis.Terdiri dari 3 pasang ganglion. Dari ganglion
± ganglion ini keluar cabang ± cabang saraf simpatis yang menuju ke jantung
dari arterikarotis. Disekitar arteri karotis membentuk pleksus. Dari
pleksus inikeluar cabang ± cabang yang menuju ke atas cabang lain
mempersarafi pembuluh darah serta organ ± organ yang terletak di kepala.
Misalnyafaring, kelenjar ludah, kelenjar lakrimalis, otot ± otot
dilatators, pupilmata, dan sebagainya. 
b. Trunkus simpatikus torakalis.Terdiri dari 10-11 ganglion, dari
ganglion ini keluar cabang ± cabangsimpatis seperti cabang yang
mensarafi organ ± organ di dalam toraks (mis, orta, paru ± paru, bronkus,
esophagus, dsb ) dan cabang ± cabangyang menembus diafragma dan
masuk ke dalam abdomen, Cabang inidalam rongga abdomen mensarafi
organ ± organ di dalamnya.
c. Trunkus simpatikus lumbalis.Bercabang ± cabang menuju ke dalam
abdomen, juga ikut membentuk  pleksus solare yang bercabang ±
cabang ke dalam pelvis untuk turutmembentuk pleksus pelvini.
d. Trunkus simpatikus pelvis. Bercabang ± cabang ke dalam pelvis
untuk membentuk pleksus pelvini
3.  Pleksus simpatikus beserta cabang ± cabangnya. Di dalam
abdomen, pelvis, toraks, serta di dekat organ ± organ yang dipersarafi oleh
saraf simpatis ( otonom ). umumnya terdapat pleksus ± pleksus yang
dibentuk oleh saraf simpatis /ganglion yaitu pleksus/ganglion
simpatikus.Juga terdapat sel ±sel saraf simpatikus yang serabut-
serabutnya akan keluar dari pleksus itu untuk mensarafi organ ± organ di dalam
tubuh. Pleksus serabutsimpatikus mempersarafi otot ± otot jantung, otot tak
sadar dan semua pembuluhdarah serta alat ± alat dalam seperti lambung,
pancreas, dan usus, danmempertahankan semua otot, termasuk tonus otot
sadar, melayani serabut motorik opada otot tak sadar dalam kulit
( mis. rector Pilli ).Ganglion lainnya ( simpatis ) berhubungan dengan
rangkaian dua ganglion besar, ini bersama serabutnya membentuk pleksus
± pleksus simpatis :
a.  Pleksus kardio, terletak dekat dasar jantung serta
mengarahkancabangnya ke daerah tersebut dan paru ± paru
b. Pleksus seliaka, terletak di sebelah belakang lambung
danmempersarafi organ ± organ dalam rongga abdomen
c. Pleksus mesentrikus ( pleksus higratrikus ), terletak depan sacrum
danmencapai organ ± organ pelvis
Fungsi serabut saraf simpatis
1. Mensarafi otot jantung
2. Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar 
3. Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas danusus
4. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
5. Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit
6. Mempertahankan tonus semua otot sadar.

II. Saraf Parasimpatis


S e r a b u t s i s

keluardari medulla spinalis dari daerah sacral (kraniosakral).Serabut dari sel-sel


pada otak tengah berjalan dengan saraf okulomotorius ketiga menuju ganglia
siliaris. Serabut-serabut pasca ganglion pada daerah ini berhubungan dengan
system simpatis lain yang mengendalikan bagian posisi yang berlawanan, dengan
mempertahankan keseimbangan antara keduanya pada satu waktu. (Muttaqin,
2008)
Serabut praganglion system saraf parasimpatis biasanya panjang dan
berjalan ke ganglion otonom yang terletak dekat organ target.Saraf parasimpatis
praganglion melepaskan asetilkolin yang kemudian menstimulasi serabut pasca
ganglion.Serabut pasca ganglion parasimpatis kemudian berjalan dengan jarak
pendek kejaringan targetnya, otot atau kelenjar.Saraf ini juga melepaskan
asetilkolin.Reseptor asetilkolin praganglion untuk serabut simpatis dan
parasimpatis disebut reseptor nikotinik. Reseptor asetilkolin pasca ganglion sebut
reseptor muskarinik.(Corwin, 2009)

Fungsi Saraf Parasimpatis sebagai pengontrol dominan untuk kebanyakan


efektor visceral dalam waktu lama. Selama keadaan diam atau tenang, kondidi
tanpa stress, impuls dari serabut-serabut parasimpatis (kolenergik) menonjol.
(Muttaqin, 2008)

Fungsi saraf parasimpatis :

1. Mengecilkan pupil
2. Menstimulasi aliran ludah
3. Memperlambat detak jantung
4. Membesarkan bronkus
5. Menstimulasi peristalsis dansekresi
6. Menstimulasi pelepasan bolus
7. Mengerutkan kandung kemih
Menstimulasi ereksi pada pria
III. Perbedaan Efek Simpatis dan Parasimpatis pada Tubuh

Perbedaan efek saraf otonom pada berbagai organ tubuh.

Organ Efek simpatis Efek parasimpatis


Pupil Midrasis (melebar) Miosis (mengecil)
Jantung Mempercepat denyut Melambatkan denyut
jantung jantung
Kelenjar keringat Sekresi keringat yang Sekresi keringat encer
pekat
Kelenjar ludah Pembentukan ludah Pembentukan ludah
menurun meningkat
Bronchus paru-paru Dilatasi (melebar) Konstriksi (menciut)
Peristaltic usus Menurunkan Meningkatkan
Pembuluh darah
- Splachnicus Vasokonstriksi Vasodilatasi
dan kulit
- Coronaria vasodilatasi Vasokonstriksi
Kandung kemih Inhibisi m.destrusor Kontraksi m.detrusor
Sphincter ani Kontraksi Relaksasi
penis Ejakulasi Ereksi

2.5 Fisiologi Saraf


a. Gelombang depolarisasi
- Suatu rangsangan pada membrane neuron setempat mengakibatkan
perubahan permeabilitas membrane sehingga ion-ion natrium dapat
mengadakan difusi masuk ke dalam neuron (akson). Ion natrium masuk
menyebabkan membrane tersebut positif di dalam dan negatif di luar ini
yang disebut DEPOLARISASI.
- Setelah depolarisai melewati serat saraf, cairan intersel akan nermuatan
positif karena adanya Na tadi sebagian besar masuk ke dalam serat saraf.
- Ion kalium masih bebas berdifusi ke luar sel membawa muatan listrik
positif  tercipta keseimbangan listrik elektronegatif pada sebelah dalam
dan elektropositif pada sebelah luar hal ini disebut REPOLARISASI.
- Jika impuls berjalan melalui serat saraf maka serat tersebut tidak dapat
mengantarkan impuls lain sebelum repolarisasi terjadi.
- Setelah mengalami repolarisasi maka ion natrium yang masuk ke dalam
dan ion kalium yang mengadakan difusi ke luar membrane sel harus
kembali ke sisi membrane asallnya.
- Pengeluaran ion natrium ke luar membrane sel melalui suatu mekanisme
pompa natrium. Pengeluaran ion-ion natrium ini mengakibatkan
tertariknya ion-ion kalium ke dalam serat saraf (sel) kembali.
- Dikarenakan kinerja pada sistem saraf ini unik dan hebat, informasi
berasal dari hal sensoris akan tersalurkan dengan baik, sehingga dapat juga
memerintah sistem motoric yang akan lebih lanjut di jelaskan di bawah ini.
(Syaifuddin, 2003)

b. Pengolahan Informasi

Informasi yang masuk sedemikian rupa sehingga terjadi reaksi motorik


yang tepat. Lebih dari 99% dari semua informasi sensoris terus dibuang Karena
tidak penting,

Tugas pokok sistem saraf


1. Kontraksi otot rangka seluruh tubuh
2. Kontraksi otot polos dalam organ internal.
3. Sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin dalam tubuh.

Misalnya orang menyadari bagian tubuh yang bersentuhan dengan


pakaian, tidak menyadari tekanan pada tempat duduk ketika sedang
duduk.Perhatian ditujukan pada suatu objek khusus dalam lapangan penglihatan
dan bunyi yang terus menerus biasanya dipindahkan ke latar belakang.Bila
informasi sensoris penting telah dipilih, disalurkan ke dalam daerah motorik otak
yang tepat untuk menimbulkan reaksi yang diinginkan.

Peranan sinaps dalam mengolah informasi adalah sebagai tempat


hubungan satu neuron dengan neuron berikutnya untuk mengatur penghantaran
isyarat dan menentukan arah penyebaran isyarat saraf di dalam sistem saraf.
Beberapa neuron bereaksi terhadap perangsangan dengan sejumlah besar impuls
sedangkan yang lain bereaksi terhadap beberapa impuls saja. Sinaps melakukan
suatu tindakan selektif, sering menghambat isyarat lemah dan meneruskan isyarat
kuat, tidak menyalurkan isyarat ke berbagai arah tetapi hanya ke satu arah saja.

c. Penyimpanan Informasi
Hanya berbagai kecil informasi sensoris penting yang menyebabkan reaksi
motorik segera. Sebagian besar sisa disimpan untuk mengatur kegiatan motorik di
masa yang akan datang dan digunakan dalam proses berpikir. Penyimpanan ini
terjadi dalam korteks serebri tetapi tidak semuanya karena daerah basal otak
medula spinalis dapat menyimpan sejumlah kecil informasi.

Penyimpanan informasi merupakan proses daya ingat dan fungsi sinaps,


yaitu setiap kali suatu saraf sensoris tertentu melalui serangkaian sinaps. Sinaps
yang bersangkutan menghantarkan isyarat yang sama pada kesempatan
berikutnya, proses ini disebut fasilitasi. Bila isyarat sensoris tersebut melalui
sinaps-sinaps berulang-ulang ia akan menjadi demikian terfasilitasi sehingga
isyarat dari pusat pengatur di otak menyebabkan hantaran impuls melalui
rangkaian sinaps yang sama.

Kita tidak dapat mengetahui dengan tepat mekanisme terjadinya fasilitasi


sinaps dalam proses daya ingat. Bila ingatan telah disimpan dalam sistem saraf
akan menjadi bagian dari mekanisme pengolahan, proses berpikir otak
membandingkan pengalamn sensoris baru dengan ingatan yang telah disimpan.
Ingatan ini akan membantu menyeleksi informasi sensoris baru yang penting dan
menyalurkannya ke dalam daerah penyimpanan yang sesuai untuk digunakan di
kemudian hari atau dalam daerah motorik untuk menimbulkan reaksi tubuh.

d. Tingkat utama sistem saraf

Sistem saraf manusia telah mewarisi sifat-sifat khusus dari setiap


perkembangan evolusi.Dari warisan ini terdapat tiga tingkat utama sistem saraf
yang mempunyai fungsi khusus.

e. Tingkat medula spinalis

Isyarat-isyarat sensoris yang dihantarkan melalui saraf spinalis dalam tiap


segmen medula spinalis dapat menimbulkanreaksi motorik setempat di dalam
segmen tubuh.Informasi diterima dari segmen-segmen yang berdekatan.Pada
dasarnya semua reaksi motorik medula spinalis bersifat otomatis sebagai reaksi
terhadap isyarat sensoris.Di samping itu terjadi pola reaksi khusus yang disebut
refleks.

Jika sebuah otot tiba-tiba menjadi tegang, suatu reseptor saraf sensoris
dalam otot disebut berkas otot, menjadi teregang dan mengirim impuls saraf
melalui sistem saraf sensoris ke dalam medula spinalis. Serabut ini bersinaps
langsung dengan suatu neuron dalam kornu anterior substansia grisea medula
spinalis.Motorik neuron tersebut mengirim impuls kembali ke otot menyebabkan
otot efektor tersebut berkontraksi, kontraksi otot ini menimbulkan peregangan otot
semula.Refleks ini bekerja sebagai umpan balik dari suatu reseptor ke suatu
efektor untuk mencegah perubahan mendadak dalam panjang otot tersebut, proses
ini disebut refleks penarikan diri.

f. Tingkat otak lebih rendah

Hampir semua kegiatan bawah sadar tubuh diatur dalam daerah otak yang
lebih rendah.

g. SINAPS

Celah sinaps merupakan hubungan antara satu sel saraf dengan sel saraf
yang lain tempat terjadinya pemindahan impuls. Dalam susunan saraf pusat hanya
ada sinaps interneural biasa, disingkat sinaps.Hubungan antara neuron ini
dijumpai dalam berbagai bentuk keanekaragaman gelembung sinaps, morfologi
membrane dan hubungan antara membrane.

Hubungan sinaps
Sinaps interneuronal, hubungan kontak fungsional antara dua neuron.
Sinaps neuromuscular, hubungan kontak fungsional antara satu neuron dengan
satu sel otot atau satu serat otot
Sinaps neuroglandular, hubungan kontak antara satu neuron dengan satu
kelenjar.
- Mekanisme penghantaran impuls sinaps.
Proses penghantaran secara kimiawi melibatkan serangkaian langkah-
langkah: pembentukan neurotransmitter, penyimpanan, pembebasan, reaksi
dengan reseptornya, dan penghentian pengaruhnya. Apabila hal ini terjadi pada
suatu sinaps listrik, hubungan antara sel post- dan presinaps sangat erat sehingga
potensial aksi dapat langsung memengaruhi membran sel postsinaps sehingga
potensial aksi dapat langsung terjadi.

Pada sinaps kimia hal ini tidak mungkin terjadi sebab antara sel presinaps
dan postsinaps terdapat celah yang besar sehingga tidak mungkin potensial aksi
dari presinaps dapat langsung menimbulkan potensial aksi postsinaps. Pada sinaps
kimia ini potensial aksi presinaps meningkatkan jumlah neurotransmitter yang
dilepas, hal ini akan memengaruhi membran sel postsinaps sehingga terjadi
potensial aksi hiperpolarisasi sel postsinaps.

- Peran fungsional sinaps

Peranan untuk penghantaran dan modulasi impuls merupakan dasar bagi


sejumlah peristiwa yang dapat memengaruhi impuls-impuls yang melaluinya.Pada
keadaan fisiologik, setiap sinaps mengalami fluktuasi pada suatu saat tertentu.
Misalnya, beberapa sinaps dapat dilalui impuls-impuls sedangkan pada saat yang
sama tidak dapat melintasi sinaps. Pada setiap sinaps terjadi penghambatan
impuls-impuls saraf, menjalar dari satu bagian ke bagian susunan saraf pusat lain
yang bergantung pada jumlah sinaps dalam perjalanan tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem koordinasi
yang bertugas menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke seluruh
bagian tubuh, serta memberikan respons terhadap rangsangan tersebut. Sistem
saraf meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Terdapat tiga komponen
pada sistem saraf, yaitu reseptor, penghantar impuls dan efektor.

3.2 Saran
1. Pahami konsep anatomi dan fisiologisnya agar lebih mudah di
terapkan dalam pembuatan asuhan keperawatan pada setiap gangguan
sistem saraf.
2. Menambah wawasan dengan membaca jurnal penelitian yang dapat
dijadikan dasar untuk mengembangkan penelitian ataupun peningkatan
skill berdasarkan evidence based practice.

SISTEM PERSEPSI SENSORI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Dalam keadaan normal, sistem saraf secara terus menerus
menerima ribuan informasi dari organ saraf sensori, menyalurkan informasi
melalui saluran-saluran yang sesuai, dan mengintegrasi informasi menjadi
respons yang bermakna. Stimulus sensori mencapai organ sensori dan
menghasilkan reaksi yang segera atau informasi saat itu yang disimpan ke
otak untuk digunakan masa depan.
Penerimaan, persepsi, dan reaksi adalah tiga komponen setiap
pengalaman sensori. Persepsi adalah fenomena yang kompleks yang dimulai
dengan stimulus dari reseptor sensorik, namun melibatkan pengolahan
stimulus yang di dalam otak. Menurut Guyton(1992), otak hanya membuang
hal yang tidak penting atau tidak relevan 99% dari input sensorik yang
diterima. Otak menyeleksi lewat data sensoris sebagai bagian dari fungsi
integratifnya. Sinyal sensorik yang kuat kemungkinan besar akan
dikomunikasikan dalam otak. Otak juga akan mengkomunikasikan sinyal
sensorik yang berhubungan dengan rangsangan yang berarti. Jika fungsi
sensori berubah maka kemampuan seseorang untuk berhubungan dan
berfungsi di dalam lingkungan berubah secara drastis.
Banyak klien mencari pelayanan kesehatan karena telah mengalami
perubahan sensori sebelumnya. Sehingga presepsi sensori akan dibahas lebih
lanjut dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi sensori dan persepsi?
2. Bagaimana proses seseorang dapat mengartikan sebuah stimulus?
3. Bagaimana perubahan sensori dapat terjadi pada seseorang?
4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi?
5. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sensori?
6. Apakah pekerjaan dan aktivitas senggang yang menghadapi risiko
perubahan
sensori?
7. Siapakah orang-orang yang berisiko terkena perubahan sensori?
8. Apa sajakah gejala gangguan pada persepsi sensori?
9. Bagaimana peran perawat dalam menghadapi klien yang mengalami
perubahan
fungsi sensori?

1.3 Tujuan Penulisan


A. Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan secara global
mengenai presepsi sensori.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Menjelaskan pengertian persepsi sensori.
2. Menjelaskan proses seseorang dapat mengartikan sebuah stimulus
3. Menjelaskan perubahan sensori yang dapat terjadi pada seseorang
4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi sensori
6. Menyebutkan pekerjaan dan aktivitas yang menghadapi risiko
perubahan sensori
7. Menyebutkan orang-orang yang berisiko terkena perubahan sensori
8. Menyebutkan gejala gangguan pada persepsi sensori
9. Menjelaskan peran perawat dalam menghadapi klien yang
mengalami perubahan fungsi presepsi sensori

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persepsi Sensori

Sensori adalah stimulus atau rangsang yang datang dari dalam


maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ
sensori (panca indera) ditambah dengan dua sistem lain, yaitu sistem
vestibular (sistem dalam tubuh yang bertanggung jawab untuk menjaga
keseimbangan, postur, dan orientasi tubuh dalam ruangan) dan sistem
propioseptif (kemampuan seseorang untuk memahami keberadaan tubuhnya
dalam ruang).

Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-


hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. (Rahmat, 2005). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989)
mengartikan persepsi sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu
serapan/proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
Jadi persepsi sensori adalah kemampuan setiap individu untuk menafsirkan
rangsang atau stimulus yang datang dari dalam maupun luar tubuh.

2.2 Proses Seseorang Mengartikan Sebuah Stimulus

Dalam keadaan normal, sistem saraf secara terus menerus menerima


ribuan informasi dari organ saraf sensori, menyalurkan informasi melalui
saluran-saluran yang sesuai, dan mengintegrasi informasi menjadi respons
yang bermakna. Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan
reaksi yang segera atau informasi saat itu yang disimpan ke dalam otak untuk
digunakan di masa depan. Sistem saraf harus utuh agar stimulus sensori
mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu menerima sensasi. Setelah
menginterpretasi makna sensasi maka orang dapat bereaksi secara stimulus.
Penerimaan, persepsi, dan reaksi adalah tiga komponen setiap
pengalaman sensori. Persepsi aktual atau kesadaran sensasi unik tergantung
pada area penerimaan dari korteks serebral, tempat sel otak khusus
menginterpretasi kualitas dan sifat stimulus sensori. Jika seseorang sadar
terhadap stimulus dan menerima informasi maka akan terjadi persepsi.
Tingkat kesadaran seseorang akan mempengaruhi sejauh mana stimulus di
persepsikan dan diinterpretasikan. Setiap faktor yang menurunkan kesadaran
merusak persepsi sensori.Persepsi termasuk intergrasi dan interpretasi
stimulus berdasakan pengalaman seseorang.Jika sensasi tidak lengkap, seperti
pandangan kabur, atau jika pengalaman masa lalu tidak adekuat untuk
memahami stimulus seperti nyeri maka orang dapat bereaksi terhadap
stimulus sensasi secara tidak tepat.
Mustahil untuk bereaksi pada setiap stimulus yang banyak masuk
sistem saraf. Otak mencegah pembenanan sensori oleh pembuangan atau
penyimpanan informasi sensori. Manusia biasanya akan bereaksi terhadap
stimulus yang paling bermakna atau penting pada suatu waktu, setelah
melanjutkan stimulus yang sama, bagaimana seseorang berhenti berespons
dan pengalaman sensori hilang tanpa dikenal. Sebagai contoh, seseorang yang
berkosentrasi membaca sebuah buku yang bagus tidak akan menyadari music
di sekelilingnya. Fenomena kemampuan adaptasi ini terjadi dengan stimulus
sensori yang paling besar kecuali sensori nyeri.
Keseimbangan antara stimulus sensori yang masuk otak dan mencapai
kesadaran seseorang secara aktual akan mempertahankan kesehatan seseorang
secara aktual akan mempertahankan kesehatan seseorang. Jika seorang
individu mencoba reaksi terhadap setiap stimulus di dalam lingkungan atau
jika ada ketidakcukupan ragam dan kualitas stimulus maka akan terjadi
perubahan sensori.

2.3 Perubahan Sensori yang Terjadi pada Seseorang

Banyak faktor memgubah kapasitas untuk menerima atau


mepersepsikan sensasi, kemudian meyebabkan perubahan sensori. Jenis-jenis
perubahan sensori umum yang terlihat perawat adalah defisit sensori,
deprivasi sensori, dan beban sensori yang berlebihan. Jika seorang klien
menderita lebih dari satu perubahan sensori maka secara serius akan
mengganggu kemampuan untuk berfungsi dan berhubungan secara efektif di
dalam lingkungan.

1. Defisit sensori
Suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan dan persepsi
sensori adalah defisit sensori. Klien tidak mampu menerima stimulus
tertentu (misalnya kebutaan tau ketulian), atau stimulus mejadi ditorsi
(misalnya penglihatan kabur karena katarak). Kehilangan sensori tiba-tiba
dapat menyebabkan ketakutan, marah, dan perasaan tidak berdaya.
Apabila indera rusak maka perasaan terhadap diri juga rusak. Pada
awalnya seseorang dapat menarik diri dengan menghindari komunikasi
atau sosialisasi dengan orang lain dalam suatu usaha untuk mengatasi
kehilangan sensori. Hal ini menjadi sulit bagi seseorang untuk berinteraksi
dengan aman pada lingkungan sampai mempelajari keterampilan baru
fungsi yang ada. Jika defisit terjadi bertahap atau waktu yang dapat
dipertimbangkan telah terlewati sejak permulaan dari suatu kehilangan
sensori yang akut, seseorang belajar untuk bergantung pada indra bahkan
mungkin menjadi lebih akut untuk mengkompensasi terhadap suatu
perubahan. Sebagai contoh, seorang klien yang buta sering kali
mengembangkan indera akut pendengaran.
Klien yang mengalami defisit sensori dapa mengubah perilaku
dalam cara-cara yang adaptif atau maladaptif. Sebagai contoh, seorang
klien yang mengalami kerusakan pendengaran dapat memutar telinga yang
tidak terganggu kearah pembicara untuk mendengar dengan lebih baik,
sementara kilen lain mungkin menghindar dari orang untuk mengindari
malu karena tidak mampu memahami pembicaraan mereka.

2. Deprivasi sensori
Sistem pengaktivasi reticular dalam batang otak menyebarkan
semua stimulus sensori ke korteks serebral, sehingga meskipun saat tidur
yang nyenyak, klien mampu menerima stimulus. Stimulasi sensori harus
cukup kualitas dan kuantitasnya untuk mempertahankan kesadaran
seseorang.Deprivasi sensori yang paling bermakna dialami klien yang
melaporkan kurangnya sentuhan manusiawi (Mackellaig, 1986).Klien
diruang ICU seringkali terpapar pada sentuhan fisik, tetapi ini biasanya
lebih berhubungan dengan intervensi teknis daripada personal, sentuhan
yang nyaman.Jika seseorang mengalami stimulasi yang tidak adekuat
kualitas dan kuantitasnya seperti stimulus yang monoton atau tidak
bermakna maka terjadi deprivasi sensori. Tiga jenis deprivasi sensori
adalah kurangnya input sensori (defisit sensori dari kehilangan penglihatan
atau pendengaran), eliminasi perintah atau makna dari input (misal
terpapar pada lingkungan asing), dan retriksi dari lingkungan (misal tirah
baring atau berkurangnya variasi lingkungan) yang menyebabkan monoton
dan kebosanan (Ebersole dan Hess, 19994).
Individu yang beresiko terjadi deprivasi sensori umumnya tinggal
di ruang terbatas pada perawatan dirumah.Meskipun kebanyakan panti
perawatan yang berkualitas menawarkan stimulasi yang bermakna melalui
aktivitas kelompok, mengatur lingkungan, dan berkumpul pada saat waktu
makan, kecuali terdapat pengecualian. Lansia yang terbatas dikursi roda,
menderita pada pendengaran dan atau penglihatan yang buruk, mengalami
penurunan tenaga, menghindari kontak dengan orang lain berada pada
resiko yang bermakna untuk deprivasi sensori. Jika lingkungan
menciptakan kebosanan maka penghuni perawatan dirumah mengalami
penurunan kapasitas untuk belajar dan berpikir.
Terdapat banyak efek deprivasi sensori seperti :
a. Kognitif
Penurunan kapasitas untuk belajar, ketidakmampuan berpikir atau
menyelesaikan masalah , penampilan tugas buruk, diorientasi, berpikir
aneh, regresi dan peningkatan kebutuhan untuk sosialisasi. Mekanisme
perhatian pun menjadi berubah.
b. Afektif
Kebosanan, kelelahan, peningkatan kecemasan, kelabilan
emosional, dan peningkatan kebutuhan untuk stimulasi fisik.
c. Persepsi
Disorganisasi persepsi terjadi pada koordinasi visual atau motorik,
persepsi warna, pergerakan nyata, keakuratan taktil , kemampuan
untuk mempersepsi ukuran dan bentuk, dan penilaian mengenai ruang
dan waktu (Ebersole dan Hess, 1994).

Gejala dapat dengan mudah menyebabkan perawat dan dokter


untuk percaya bahwa klien sakit psikologis dan bingung, menderita dari
ketidakseimbangan elektrolit parah, atau berada di bawah pengaruh obat
psikotropika. Oleh karena itu perawat harus selalu menyadari fungsi
sensori yang ada dari klien dan kualitas stimulus dalam lingkungan.

3. Beban sensori yang berlebihan


Jika seseorang menerima banyak stimulus sensori dan tidak dapat
secara perseptual tidak menghiraukan atau secara selektif mengabaikan
beberapa stimulus maka akan terjadi beban sensori yang berlebihan.
Stimulasi sensori yang berlebihan mencegah otak untuk berespons secara
tepat pada atau mengabaikan stimulus tertentu. Karena banyak stimulus
mengarah pada kelebihan sensori, orang tidak lagi mempersepsikan
lingkungan sebagaimana adanya yang masuk akal. Kelebihan sensori
mencegah respons yang bermakna oleh otak, pikiran seseorang berpacu,
perhatian bergerak pada banyak arah, dan menjadi lelah. Akibatnya, beban
sensori yang berlebihan menyebabkan suatu keadaan yang mirip dengan
yang dihasilkan deprivasi sensori. Akan tetapi, sebagai kebalikan
deprivasi, kelebihan sensori adalah individual. Jumlah stimulus yang
dibutuhkan untuk berfungsi sehat bervariasi setiap individu. Seseorang
mungkin lebih subjektif pada beban lingkungan yang berlebihan pada
suatu waktu daripada yang lain. Toleransi seseorang pada beban sensori
yang berlebihan dapat bervariasi oleh tingkat kelelahan, sikap, dan
kesehatan emosional dan fisik.
Klien yang sakit akut mungkin menjadi korban dari beban sensori
yang belebihan. Nyeri yang konstan dari proses penyakit, pemantauan
tanda vital yang sering oleh perawat, dan iritasi dari selang drainase yang
keluar dari tubuh bergabung untuk menyebabkan beban yang berat. Jika
perawat memberikan kata-kata yang menenangkan atau memberikan
gosokan punggung yang lembut, klien mungkin tidak mendapat manfaat
karena perhatian dan tenaga mereka terfokus pada stimulus yang lebih
menegangkan. Contoh lain adalah klien yang dirawat di unit perawatan
intensif. Aktivitas disana adalah konstan.Lampu selalu menyala.Suara
dapat didengar dari peralatan pemantau, percakapan staf, alat alarm dan
aktivitas orang yang memasuki unit.Bahkan pada malam hari ruang ICU
dapat menjadi sangat bising.
Perubahan perilaku yang berhubungan dengan beban sensori yang
berlebihan dapat dengan mudah menjadi bingung dengan perubahan
suasana hati atau disorientasi sederhana. Perawat harus mencari gejala
seperti pikiran yang berpacu, perhatian yang terkotak-kotak, lelah dan
cemas. Klien perawatan intensif kadang-kadang berusaha memainkan
selang dan balutan secara konstan. Reorientasi yang konstan dan kontrol
stimulus yang berlebihan menjadi suatu bagian yang penting dari
perawatan klien.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi


menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang


terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

 Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi


yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk
memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera
untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga
interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
 Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan
untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan
fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-
beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan
hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
 Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada
seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan
untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan
seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat
dikatakan sebagai minat.
 Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana
kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang
dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
 Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung
pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat
kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam
pengertian luas.
 Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang,
mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu
yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima,
bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik


dari linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-
elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia
sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau
menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi adalah :

 Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini


menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka
semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi
persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek
individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk
persepsi.
 Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih
banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan
dengan yang sedikit.
 Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang
penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama
sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik
perhatian.
 Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan
memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan
dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan
daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
 Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian
terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan
pandangan dibandingkan obyek yang diam.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sensori


1. Usia
Usia sangat mempengaruhi stimulus sensori seseorang.
a. Bayi tidak mampu membedakan stimulus sensori karena jalur
sarafnya masih belum matang.
b. Penglihatan berubah selama usia dewasa mencakup presbiopi
(ketidakmampuan memfokuskan pada objek dekat) dan kebutuhan
kacamata baca (biasanya terjadi pada usia 40-50 tahun).
c. Pendengaran berubah, yang dimulai pada usia 30 tahun, termasuk
penurunan ketajaman pendengaran, kejelasan bicara, perbedaan pola
tinggi suara, dan ambang pendengaran. Tinitus sering kali menyertai
hilangnya pendengaran pendengaran sebagai efek samping obat.
Lansia mendengar suara pola rendah dengan baik tetapi mempunyai
kesulitan mendengar percakapan dengan latar belakang yang berisik.
d. Lansia mengalami penurunan lapang penglihatannya, peningkatan
sensivitas cahaya yang menyilaukan, kerusakan penglihatan pada
malam hari, penurunan akomodasi dan kedalaman persepsi dan
penurunan diskriminasi warna.
e. Suara bicara lansia bergetar, dan terdapat perpanjangan persepsi dan
reaksi bicara.
f. Perubahan gustatori (indra pengecap/rasa) dan olfaktori (penciuman)
mencakup penurunan dalam jumlah ujung saraf pengecap dalam
tahun terakhir dan penurunan serabut saraf olfaktori pada usia 50
tahun. Penurunan diskriminasi rasa dan sensivitas terhadap bau
adalah umum.
g. Propriosetif berubah setelah usia 60 tahun termasuk kesulitan dengan
keseimbangan, orientasi mengenai tempat, dan koordinasi.
h. Lansia mengalami perubahan taktil, termasuk penurunan sensitivitas
terhadap nyeri, tekanan, dan suhu.
2. Medikasi
Beberapa antibiotika (misal streptomisin, gentamisin) adalah oksitosik
dan secara permanen dapat merusak saraf pendengaran, kloramfenikol
dapat mengiritasi saraf optik. Obat-obat analgesik narkotik, sedate dan
antidepresan dapat mengubah persepsi stimulus.
3. Lingkungan
Stimulus lingkungan yang berlebihan (misal peralatan bising dan
percakapan staf di dalam unit perawatan intensif) dapat menghasilkan
beban sensori yang berlebihan, ditandai dengan kebingungan,
disorientasi, dan ketidakmampuan membuat keputusan. Stimulus
lingkungan yang terbatas (misal dengan isolasi) dapat mengarah kepada
deprivasi sensori. Kualitas lingkungan yang buruk (misal penerangan
yang buruk, lorong yang sempit, latar belakang yang bising) dapat
memperburuk kerusakan sensasi.
4. Tingkat kenyamanan
Nyeri dan kelelahan mengubah cara seseorang berpresepsi dan bereaksi
terhadap stimulus.
5. Penyakit yang ada sebelumnya
Penyakit vascular perifer dapat menyebabkan penurunan sensasi pada
ekstremitas dan kerusakan kognisi. Diabetes kronik dapat mengarah pada
penurunan penglihatan, kebutaan atau neuropati perifer. Stroke seing
menimbulkan kehilangan kemampuan bicara.Beberapa kerusakan
neurologi merusak fungsi motorik dan penerimaan sensori.
6. Merokok
Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atrofi ujung-
ujung saraf pengecap, mengurangi persepsi rasa.
7. Tingkat kebisingan
Pemaparan yang konstan pada tingkat kebisingan yang tinggi (misal pada
lokasi pekerjaan konstruksi) dapat menyebabkan kehilangan
pendengaran.
8. Intubasi endotrakea
Kehilangan kemampuan bicara sementara akibat pemasukan selang
endotrakea melalui mulut atau hidung ke dalam trakea.

2.6 Pekerjaan & Aktivitas Senggang yang Menghadapi Risiko Perubahan


Sensori

Perkerjaan seseorang dapat menempatkan mereka pada resiko


perubahan saraf penglihatan, pendengaran dan saraf perifer.Pekerjaan dan
aktivitas waktu senggang yang menghadapi resiko perubahan sensori adalah :

a. Pendengaran
a. Pekerja pabrik

b. Pekerja bandara

c. Musisi rock

d. Pekerja konstruksi yang menggunakan alat pelobang beton

b. Penglihatan
a. Terpapar dengan gas yang mengiritasi

b. Pengelasan

c. Terpapar dengan mesin kecepatan tinggi

d. Bola raket, pemain bola dan raket atau anggar

e. Pengendara sepeda motor

f. Menggunakan alat bertenaga

c. Cedera saraf perifer


a. Gerakan yang berulang-ulang

b. Progamer computer

c. Manikuris

d. Pekerja pabrik
d. Trauma
a. Peralatan industri
b. Pekerjaan kayu perumahan

2.7 Orang-orang yang Berisiko Terkena Perubahan Sensori


1. Lansia
Lansia adalah kelompok yang beresiko tinggi karena perubahan fisiologis
normal yang melibatkan organ sensori. Kehilangan pendengaran
sensorineural pada orang dewasa dapat disebabkan oleh lesi metabolik,
vaskular, dan lesi sistemik lain.

2. Klien hospitalisasi
Klien yang hospitalisasi dapat beresiko terhadap perubahan sensori
disebabkan terpapar oleh stimulus lingkungan atau suatu perubahan dalam
input sensori. Klien imobilisasi disebabkan tirah baring atau halangan fisik
(misal grip atau traksi) beresiko sebab mereka tidak mampu untuk
mengalami semua sensasi normal dari pergerakan bebas.
3. Klien yang diisolasi dalam pelayanan kesehatan atau rumah.
Sebagai contoh, klien yang ditempatkan di ruang isolasi karena
tuberkulosis, sering kali dibatasi dalam suatu ruangan rumah sakit dan
tidak dapat menikmati interaksi normal dengan pengunjung. Lingkungan
rumah sakit penuh dengan stimulus sensori. Isolasi terapeutik, suara
monitor listrik dan peralatan, lampu penerangan yang terang, bau cairan
tubuh dan lain-lain. Seorang yang sehat dapat mengubah lingkungan atau
mencari lingkungan yang lain. Akibat dari penyakit atau hospitalisasi
maka seorang klien sering kali dihadapkan pada suatu lingkungan yang
tidak dikenal dan tidak responsif. Hal ini tidak berarti bahwa semua klien
yang dirawat akan mengalami perubahan sensori. Oleh karena itu perawat
harus mengkaji lebih berhati-hati pada klien tersebut yang terus-menerus
terkena stimulusi sensori (misal klien ICU, hospitalisasi jangka panjang,
banyak terapi dan lain-lain).

2.8 Gejala Gangguan pada Proses Sensori


1. Sensorik penciuman
Input yang didapatkan berasal dari aroma atau bau yang tercium
Gangguan sensorik penciuman di antaranya adalah:
 Reaksi berlebihan terhadap bau tertentu seperti bau kamar mandi atau
peralatan kebersihan
 Menolak masuk ke suatu lingkungan karena tidak menyukai baunya
 Tidak menyukai makanan hanya karena baunya
 Selalu menciumi barang-barang atau orang disekitarnya
 Sulit membedakan bau.

2. Sensorik penglihatan
Input yang didapatkan berupa warna, cahaya dan gerakan yang
ditangkap oleh mata. Gangguan sensorik penglihatan di antaranya adalah:

 Menangis atau menutup mata karena terlalu terang karena ia terlalu


peka dengan sinar terang
 Mudah teralih oleh stimulus penglihatan dari luar
 Senang bermain dalam suasana gelap
 Sulit membedakan warna, bentuk dan ukuran
 Menulis naik turun di kertas tanpa garis.

3. Sensorik pengecapan
Inputnya didapatkan dari semua hal yang masuk ke mulut dan juga lidah.
Gangguan sensorik pengecapan di antaranya adalah:

 Suka memilih-milih makanan (picky eater), menolak mencoba


makanan baru sehingga lebih senang dengan makanan yang itu-itu
saja
 Tidak suka atau menolak untuk sikat gigi
 Suka mengemut makanan karena ada kesulitan dengan mengunyah,
menghisap dan menelan
 Mengiler
 Sering memasukkan barang-barang ke mulut.

4. Sensorik propioseptif (gerak antar sendi)


Input yang didapatkan berupa gerakan otot dan sendi, akibat adanya
tekanan sendi atau gerakan tubuh. Gangguan sensorik propioseptif di
antaranya adalah:

 Sering menabrak atau menendang sesuatu


 Menggigit atau menghisap jari
 Memukul
 Menggosokkan tangan pada meja
 Tidak bisa diam
 Kesulitan dalam naik turun tangga
 Kurang keras atau terlalu keras memegang pensil
 Cenderung ceroboh
 Menggunakan tenaga berlebihan dalam mengangkat
 Postur yang kurang baik
 Menyandarkan kepala pada lengan ketika sedang belajar
 Senang aktivitas lompat-lompat
 Suka menabrakkan atau menjatuhkan badan ke kasur atau orang lain
 Sering terserimpet kaki sendiri atau benda sekitar
 Sering menggertak gigi
 Pensil patah saat menulis karena terlalu kuat memberikan tekanan
 Terlihat melakukan segala sesuatu dengan kekuatan penuh.

5. Sensorik vestibular (keseimbangan)


Input yang didapatkan dari organ keseimbangan yang berada di telinga
tengah atau perubahan gravitasi, pengalaman gerak dan posisi di dalam
ruang. Gangguan sensorik vestibular di antaranya adalah:

 Bersikap terlalu waspada atau cenderung ketakutan


 Tidak menyukai aktifitas-aktifitas di tempat bermain seperti berayun
dan berputar
 Tidak bisa naik sepeda
 Takut naik tangga
 Selalu berputar-putar
 Meloncat-loncat
 Berayun sangat cepat dan waktu yang lama
 Mudah jatuh
 Menghindari mainan ayunan, naik turun tangga dan perosotan
 Tidak suka atau menghindari naik eskalator
 Takut dengan ketinggian
 Senang diayun sampai tinggi
 Senang dilempar ke udara.

6. Sensorik perabaan
Input yang didapatkan berasal dari reseptor di kulit yang bisa berupa
sentuhan, tekanan, suhu, rasa sakit dan gerakan bulu-bulu atau rambut.
Gangguan  sensorik perabaan di antaranya adalah :

 Tidak suka disentuh atau dipeluk


 Sering marah bila dalam kerumunan dan cenderung mengisolir diri
dari orang lain
 Tidak merasakan rasa sakit
 Tidak suka bila dipotong kukunya
 Berjalan berjinjit
 Tidak mau menggosok gigi
 Menyukai makanan dengan tekstur tertentu
 Tidak mau atau tidak suka disentuh
 Menghindari kerumunan orang
 Tidak menyukai bahan-bahan tertentu
 Tidak suka rambutnya disisir
 Bereaksi berlebihan terhadap luka kecil
 Tidak betah dengan segala hal yang kotor.

7. Sensorik pendengaran
Input yang didapatkan berasal dari suara-suara di luar tubuh. Gangguan 
sensorik pendengaran di antaranya adalah:

 Mudah teralih perhatiannya ke suara-suara tertentu yang bagi orang


lain dapat diabaikan
 Takut mendengar suara air ketika menyiram toilet, suara vaccum
cleaner, hair dryer, suara gonggongan anjing dan bahkan suara detik
jam
 Menangis atau menjerit berlebihan ketika mendengar suara yang tiba-
tiba
 Senang mendengar suara-suara yang terlalu keras
 Sering berbicara sambil berteriak ketika ada suara yang dia tidak
sukai.

2.9 Peran Perawat dalam Menghadapi Klien yang Mengalami Perubahan


Fungsi Persepsi Sensori

Rencana perawatan bergantung pada penilaian perawatan tentang


persepsi dan penerimaan klien terhadap perubahan sensori. Hal ini juga
bergantung pada keluasan klien menyesuaikan diri untuk kehilangan sensori.
Perawat memberikan perawatan yang memungkinkan klien untuk beradaptasi
di lingkungan perawatan kesehatan dan di rumah. Klien harus secara aktif
berpatisipasi dalam menyeleksi terapi untuk rencana perawatan. Klien yang
mengalami perubahan sensori pada waktu masuk lingkungan perawatan
kesehatan biasanya lebih banyak diinformasikan tentang bagaimana
beradaptasi dengan intervensi pada gaya hidup mereka. Khusus pada
kebutaan perlu dikontrol bagian perawatan apakah yang dapat dilakukan
mereka.

Prioritas perawatan harus diatur dengan mempertimbangkan mengenai


luasnya perubahan sensori yang berakibat pada klien. Keamanan merupakan
prioritas utama. Klien dapat membantu memprioritaskan aspek perawatan.
Misalnya, klien bisa berharap belajar cara-cara berkomunikasi yang lebih
efektif atau untuk berpatisipasi dalam hobi favorit.

1. Peningkatan kesehatan
a. Skrining
Pencegahan kerusakan penglihatan pada anak-anak
memerlukan skrining yang tepat (wong, 1995). Kerusakan penglihatan
adalah umum pada masa anak-anak. Masalah penglihatan yang paling
umum adalah kesalahan refraktif seperti ketidakdekatan mata. Peran
perawat adalah mendeteksi dan merujuk. Orang tua harus mengetahui
tanda yang menandai kerusakan penglihatan, misalnya kegagalan
bereaksi cahaya dan penurunan kontak mata dari bayi. Tanda-tanda ini
harus dilaporkan ke dokter segera. Skrining penglihatan anak usia
sekolah dan remaja dapat mendeteksi masalah lebih awal. Sekolah
taman kanak-kanak biasanya bertanggung jawab untuk tes penglihatan.

Kerusakan pendengaran adalah salah satu ketidakmampuan


yang paling umum di Amerika. Hal ini diperkirakan lebih dari 24 juta
orang Amerika mengalami kerusakan pendengaran, bicara atau bahasa
(Silverstein dkk, 1993). Anak-anak yang berisiko meliputi adanya
riwayat keluarga terdapat kehilangan pendengaran pada masa kanak-
kanak infeksi perinatal (rubella, herpes, sitomegalovirus), berat lahir
rendah, infeksi telinga yang kronik dan sindrom Down. Perawat juga
menyarankan wanita hamil akan pentingnya perawatan prenatal awal
menghindari obat-obat ototoksik dan tes sifilis atau rubella.

Untuk orang dewasa, skrining rutin fungsi penglihatan dan


pendengaran adalah imperatif untuk mendeteksi masalah lebih awal.
Hal ini tepat khususnya untuk kasus glaukoma, yang jika tidak
dideteksi dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen.
American Academy of Ophtalmology (1993) merekomendasi skrining
mata medis yang teratur setiap 3-5 tahun jika klien berusia 39 tahun
ataupun lebih. Pemeriksaan harus dilakukan setiap 1-2 tahun jika
terdapat riwayat keluarga yang mengalami glaukoma, jika klien adalah
turunan orang Afrika, jika klien telah mengalami cedera mata serius di
waktu lampau atau sedang memperoleh medikasi steroid.
b. Keamanan preventif
Trauma merupakan penyebab umum kebutaan pada anak-anak.
Cedera yang tajam dari objek propulsif seperti petasan, ketapel, batu
atau luka yang tajam karena tongkat, gunting atau senjata mainan
hanya merupakan beberapa contoh.
Orang dewasa berisiko cedera mata ketika berolahraga dan
bekerja dalam pekerjaan yang melibatkan pemaparan zat-zat kimia
atau objek yang terbang. Pengusaha diharuskan untuk memiliki
pekerja yang menggunakan kacamata debu dan menggunakan
peralatan yang mengurangi resiko cedera. Perawat dilingkungan
kesehatan pekerja dapat menguatkan penggunaan alat-alat pelindung.
Pencegahan kehilangan pendengaran memerlukan individu
untuk menghindari terpapar pada tingkat kegaduhan tinggi yang
berkelanjutan dan suara keras yang menghasilkan kegaduhan. Alat-alat
pelindung harus dipakai klien yang terpaksa bekerja sekitar
kegaduhan. Penyumbat telinga dan alat pendengar berguna untuk
menutup suara yang berdesibel tinggi.
c. Pemeliharaan kesehatan
Pembelajaran untuk beradaptasi pada kerusakan sensori dapat
terjadi pada usia awal. Terdapat tindakan untuk mempertahankan
fungsi sensori pada level tertinggi yang memungkinkan. Hal ini
meyakinkan stimulasi lingkungan untuk klien dan meningkatkan
derajat kesehatan.
Penggunaan alat-alat bantu. Pemeliharaan kesehatan
memerlukan tindakan higienis yang rutin pada penggunaan alat bantu
yang tepat dan baik. Klien yang memakai lensa kontak korektif,
kacamata, atau alat bantu pendengaran harus yakin peralatan itu tetap
terjaga kebersihan, kemudahan, dan fungsional. Berguna sekali
mempunyai anggota keluarga atau teman yang juga mengetahui
bagaimana membersihkan alat bantu. Pemakaian alat bantu
pendengaran tidak lagi menjadi stigma sosial. Ada beragam alat bantu
yang berhasil meningkatkan pendengaran seseorang. Cunningham dan
Ganzel (1991) mengidentifikasi tiga faktor yang menentukan
pencalonan seseorang untuk menggunakan alat bantu pendengaran
yaitu kebutuhan yang dirasakan untuk mendengar, sikap terhadap
masalah pendengaran, dan motivasi mencari jalan keluar. Pengakuan
kebutuhan untuk meningkatkan pendengaran merupakan langkah awal
seseorang. Perawat dapat memberikan informasi yang berguna tentang
keuntungan memakai alat bantu pendengaran.
d. Menciptakan lingkungan yang aman
Jika fungsi sensori rusak maka individu menjadi kurang aman
dan dunia sekitar merekan menjadi lebih kecil. Bagi klien yang
mengalami perubahan sensori penting sekali membuat mereka merasa
aman dengan lingkungan sekitar mereka. Hal ini perlu bagi klien
karena mereka akan memiliki rasa kebebasan. Perasaan aman
mengakui seseorang untuk berfungsi di dalam rumah. Perawat dapat
membuat rekomendasi untuk membantu klien dalam membuat
lingkungan mereka lebih aman tanpa membatasi kebebasan mereka.
Selama kunjungan rumah atau ketika menyelesaikan pemeriksaan di
klinik, perawat dapat menawarkan beberapa saran berguna untuk
keamanan rumah. Sifat dasar dari kehilangan sensori aktual atau
potensial menentukan keamanan tindakan pencegahan awal yang
diambil
c. Peningkatan komunikasi
Defisit sensori dapat menyebabkan seseorang merasa terisolasi
akibat ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Penting bagi individual untuk dapat berinteraksi dengan orang yang
mereka temui. Masalah ini dapat menyulitkan efektivitas perawat
dalam mengajarkan klien informasi dan keterampilan. Sifat dasar
kehilangan sensori mempengaruhi metode dan gaya komunikasi yang
dapat perawat gunakan. Metode komunikasi dapat juga diajarkan ke
anggota keluarga dan orang penting lainnya.

2. Penanganan defisit sensori akut


a. Orientasi lingkungan
Klien yang mengalami kerusakan sensori akhir-akhir ini
memerlukan orientasi lengkap untuk ingkungan yang dekat. Orientasi
kembali untuk lingkungan institusional dapat diberikan dengan
memastikan tanda pengenal pada seragam yang tampak, sebut klien
dengan nama, menjelaskan di mana mereka (terutama jika mereka
diantarkan ke daerah yang berbeda untuk penyembuhan), dan
menggunakan isyarat percakapan untuk waktu dan lokasi.
Kecenderungan klien meenjadi bingung dapat dikurangi dengan
menawarkan penjelasan singkat dan sederhana yang berulang kali dan
menetramkan. Anggota keluarga dan pengunjung juga dapat
membantu klien menyesuaikan diri dengan sekeliling rumah sakit.
Penting untuk menjaga semua objek pada posisi dan tempat yang sama
(Norris, 1989). Perawat harus menanyakan klien jika barang apapun
harus diatur untuk memudahkan ambulasi. Menjaga pola lalu lintas
jelas dan menghindari pemakaian furnitur dengan tepi tajam.
Pendekatan yang tenang, tidak terburu-buru selama kontak engan klien
memberikan peawatan kualitas waktu untuk membantu menyesuaikan
diri kembali dan membiasakan klien dengan aktivitas perawatan. Klien
yang cukup baik untuk membaca keuntungan-keuntungan dari berbagi
material bacaan.
b. Tindakan keselamatan
Klien yang mengalami kerusakan visual yang baru saja
seringkali memerlukan bantuan untuk berjalan. Keberadaan lapisan
mata, pemberian tetesan mata yang sering, atau struktur kelopak mata
yang bengkak setelah operasi hanya beberapa faktor yang
menyebabkan klien memerlukan bantuan yang lebih dari biasanya.
Penuntun pandangan dapat memberikan kepercayaan diri untuk
kerusakan secara visual dan menjamin mobilitas yang aman. Ketika
berjalan dengan klien jelaskan perjalanan dari pergerakkan dan
yakinkan bahwa segala rintangan telah dipindahkan.
Klien yang kurang kemampuan untuk berbicara tidak dapat
memanggil bantuan. Klien dengan afasia, laringotomi, atau jalan napas
buatan harus berada dekat dengan tangan. Di rumah sakit lampu
pemanggil harus selalu dekat dengan klien.
Klien yang mengalami penurunan sensasi taktil beresiko
cedera ketika kondisi membuat mereka tempat berada di tempat tidur
karena mereka tidak mampu merasakan tekanan tonjolan tulang atau
kebutuhan perubahan posisi. Klien ini bergantung pada perawat untuk
perubahan posisi sesekali waktu, memindahkan selang atau peralatan
sehingga klien dapat berbaring, dan bergerak untuk menghindari
kerusakan kulit.
c. Komunikasi
Gangguan bahasa asing setelah stroke adalah afasia. Sebagai
akibat gangguan pada aliran darah ke otak, pusat berbicara menjadi
rusak. Bergantung pada tipe afasia, ketidakmampuan untuk
berkomunikais dapat menjasi frustasi dan menakutkan. Perawat harus
membangun dengan awal komunikasi yang paling dasar dan mengakui
bahwa afasia tidak mengindikasikan kerusakan dan degenerasi
kepribadian. Perawat menerangkan situasi dan penyembuhan yang
penting bagi klien seperti dia dapat memahami (Ebersole dan Hess,
1994). Klien yang telah mengalami stroke biasanya memerlukan
rujukan ke terapi wicara untuk mengemabangkan rencana rehabilitasi
yang tepat.
d. Pengontrolan stimulus sensori
Perawat mengontrol stimulus yang berlebihan bagi klien
dengan resiko beban sensori yang berlebihan. Klien memerlukan
waktu beristirahat dan bebas dari stress yang disebabkan pemantauan
yang sering dan pengulangan tes. Perawat dapat mengurangi beban
sensori yang berlebihan dengan mengatur rencana perawatan.
Mengkombinasikan aktivitas seperti mengganti pakaian, mandi, dan
mengukur tanda vital dalam satu kunjungan mencegah klien terjadi
kelelahan otot yang berlebihan. Klien juga memerlukan jadwal untuk
istirahat seringkali memerlukan jadwal untuk istirahat dan tenang.
Perencanaan untukperiode istirahat seringkali memerlukan kerjasama
dari keluarga dan pengunjung. Koordinasi dengan bagian laboratorium
dan radiologi dapat membantu meminimalkan jumlah prosedur yang
harus dijalani klien. Perawat dapat mendukung anggota keluarga untuk
duduk dengan tenang bersama klien atau melibatkan klien dalam
aktivitas yang berulang-ulang yang tidak memerlukan banyak
keterampilan seperti menyisir rambt atau menggosok gigi. Membantu
klien bergerak dan mandiri jika memungkinkan batasan yang
dianjurkan memberikan stimulasi yang berarti.
Ketika klien meninggalkan lingkungan perawat akut ke
lingkungan rumah, perawat harus berkomunikasi dengan anggota di
lingkungan perawatan rumah tentang intervensi yang membantu klien
beradaptasi pada masalah sensori. Demikian pula, informasi yang
menjelaskan terdapat defisit sensori klien harud dilaporkan. Perawatan
yang terus-menerus dicapai keirka klien diperlukan untuk membuat
perubahan minimal di lingkungan rumah.
3. Pemeliharaan gaya hidup sehat
a. Pemahaman kehilangan sensori
Klien yang mengalami kehilangan sensori akhir-akhir ini harus
memahami bagaimana beradaptasi sehingga lingkungan kehidupan
menjadi stimulasi yang aman dan sesuai. Semua anggota keluarga
harus memahami cara kerusaka sensori klien mempengaruhi aktivitas
normal sehari-hari. Keluarga dan teman lebih mendukung ketika
mereka memahani defisit sensori dan jenis-jenis elemen yang
memperburuk atau mengurangi masalah sensori. Misalnya, keluarga
dan teman perlu belajar bagaimana berkomunikasi dengan seseorang
yang memiliki kehilangan pendengaran. Terdapat sumber di komunitas
yang menyediakan informasi yang membantu klien dengan kebutuhan
manajemen pribadi.
b. Sosialisasi
Kemampuan berkomunikasi adalah hal yang menyenangkan.
Hal ini menguji intelektual kita, membuka kesempatan, dan membuat
kita bertukar perasaan yang kita miliki tentang yang lain. Ketika
interaksi dicegah oleh perubahan sensori, seseorang dapat merasa tidak
efektif dan kehilangan harga diri. Jika klien merasa tidak diterima
secara sosial mereka akan merasa kehilangan sensori seperti kerusakan
kualitas hidup serius. Perawat dapat mengenalkan terapi-terapi untuk
mengurangi kesepian, khususnya bagi klien yang lansia. Selain itu,
anggota keluarga harus belajar memfokuskan kemampuan daripada
ketidakmampuan seseorang untuk berinteraksi. Hal ini jangan
diasumsikan, misalnya seseorang yang sulit mendengar tidak ingin
berbicara. Orang yang buta dapat menikmati berjalan di taman dengan
teman pendamping yang menjelaskan pemandangan di sekitar mereka.
c. Peningkatan perawatan diri
Kemampuan untuk melakukan perawatan diri adalah penting
untuk harga diri. Seringkali, anggota keluarga dan perawat percaya
seseorang yang mnengalami kerusakan sensori memerlukan bantuan,
ketika kenyataannya mereka dapat menolong diri mereka sendiri.
Pedoman yang berguna membantu klien yang mengalami kerusakan
penglihatan atau taktil ketika bantuan diperlukan pada aktivitas hidups
sehari-hari.
Baki makanan dapur diatur walaupun makanan di baki dan
bumbu-bumbu dan minuman di sekitar baki ada dihadapan klien sesuai
arah jam. Klien yang mengalami kerusakan penglihatan dapat dengan
mudah berorientasi dengan benda setelah perawat atau anggota
keluarga menjelaskan lokasi masing-masing benda.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kami menyimpulkan bahwa proses penerimaan dan pengolahan
informasi dalam diri individu dimulai dari proses penerimaan informasi yang
paling awal, yaitu sensasi, kemudiandiikuti dengan proses persepsi sampai
proses penyimpanan dan penggunaan kembali informasi tersebut, Jadi
persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi. Denganmelakukan
persepsi manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi mengubah sensasi
menjadi informasi Jika sensasi adalah proses kerja idera kita maka persepsi
adalah cara kita memproses data indera tadi menjadi informasi agar dapat kita
artikan. Proses penginderaan berlangsung setiap saat, pada waktu individu
menerima stimulus melalui alat indera. Persepsi stimulus dapat datang dari
luar, tetapi juga dapat datang dalam diri individu sendiri. Tetapi sebagian
besar stimulus datang dari luar individu yang bersangkutan. Karena persepsi
merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu,maka apa yang ada
dalam diri individu akan aktif dalam persepsi.serta dapat dikemukakan karena
perasaan, sedangkan sensasi dapat ditemukan pada waktu proses menangkap
stimuli. Proses sensasi dan presepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain
disebutkan,”sensasi ialah penerimaan stimulus lewat alat indra, sedangkan
persepsi adalah menafsirkan stimulusyang telah ada didalam otak”. Meskipun
alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiapindividu, interpretasinya
berbeda.

3.2 Saran

Disarankan agar para pembaca mampu dan mengerti tentang jenis-


jenis dari persepsi sensori dan bagaimana proses terjadinya agar kita semua
lebih semua lebih berhati-hati di dalam menyikapi sesuatu yang ada di sekitar
kita. Karena pola sensasi dan persepsi itu kadang terjadi tanpa kita sadari, itu
semua terjadi dari proses apa yang kita lihat dan kita pikirkan. Meskipun alat
untuk menerima stimulus itu pada setiap individu sama namun interpretasinya
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijosaputro. 1990.Penhantar Anatomi dan FisiologiManusia, Jakarta: PT.

GramediaPustaka  Utama.

Sabariah, Ike.  2003.  AktifSainsBiologi, Jakarta: Geneca Exact.

 Carr JH., Shepherd RB, 1998., Neurological Rehabilitation: Optimizing Motor

Performance,  Butterworth-Heinemann, Oxford

Manalu, W. 2006. Biologountuk Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

Bambang, dkk. 2006. Biologiuntuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta:


PenerbitErlangga.

Syaifuddin, H. 2011. AnatomiFisiologiuntukKeperawatan dan


Kebidanan. Jakarta:           PenerbitBukuKedokteran EGC.

Tartowo, Ns, S.Kep, dkk. 2009. Anatomi Dan FisiologiUntukMahasiswa


Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
http://bmaya11.blogspot.co.id/2013/10/sistem-sensori.html
https://akperkapuas.files.wordpress.com/2010/04/sistem-sensorik.pdf
http://sidrapth.blogspot.co.id/2012/12/sistem-indra-pada-manusia.html

Anda mungkin juga menyukai