TENTANG
2
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah
Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
270/MENKES/SK/2007 tentang Pedoman Manajerial
PPI di RS dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
382/MENKES/SK/2007 tentang Pedoman PPI di RS
dan Pelayanan Kesehatan Lainnya;
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
12. Keputusan Komisi Akreditasi Rumah Sakit Republik
Indonesia Nomor ............... tentang Pemberian Status
Akreditasi ................ Rumah Sakit .....................;
13. Keputusan ......... tentang Pemberian Izin Operasional
dan Klasifikasi Rumah Sakit .....................;
14. Peraturan Gubernur/Bupati ...................
Nomor ............. tentang Peraturan Internal Rumah
Sakit (Hospital Bylaws) Rumah Sakit Umum ............;
MEMUTUSKAN
3
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan
apabila terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Pontianak
Pada tanggal ........................ 20....
Direktur Rumah Sakit Umum Dokter
Soedarso,
(...............................................)
Pembina ..............
NIP. ...............................
4
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM
DOKTER SOEDARSO.
NOMOR : ......../KPTS/RSUD/...../20....
PANDUAN
PELAYANAN ASUHAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR DAN
IMUNOSUPERESSED RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER SOEDARSO
BAB I
DEFINISI
6
Jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani sebagian siklus
hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai pejamu intermediate yang
hidup di dalam air. Contoh skistosomiasis, Dracunculus medinensis.
d. Water related insect vector mechanism
Jenis penyakit yang ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang
biak di dalam air. Contoh filariasis, dengue, malaria, demam kuning (yellow
fever).
a. Imunodefisiensi Primer
Imunodefisiensi primer merupakan kelainan langka yang penyebabnya bersifat
genetik dan terutama ditemukan pada bayi serta anak-anak kecil.gejala biasanya
timbul pada awal kehidupan setelah perlindungan oleh antibodi maternal menurun.
tanpa terapi, bayi dan anak-anak yang menderita kelainan ini jarang dapat bertahan
hidup sampai usia dewasa. Kelainan ini dapat mengenai satu atau lebih komponen
pada sistem imun.
b. Imunodefisiensi Sekunder
Imunodefisiensi sekunder lebih sering menjumpai dibandingkan defisiensi
primer dan kerapkali terjadi sebagai akibat dari proses penyakit yang mendasarnya
atau akibat dari terapi terhadap penyakit ini. Penyebab umum imonodefisiensi
sekunder adalah malnutrisi, stres kronik, luka bakar, uremia, diabetes mellitus,
kelainan autoinum tertentu, kontak dengan obat-obatan serta zat kimia yang
imunotoksik. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan
imonodefisiensi sekunder yang paling sering ditemukan. Penderita imonosupresi dan
sering disebut sebagai hospes yang terganggu kekebalannya (immunocompromised
host). Intervensi untuk mengatasi imunodefisiensi sekunder mencakup upaya
menghilangkan faktor penyebab, mengatasi keadaan yang mendasari dan
menggunakan prinsip-prinsip pengendalian infeksi yang nyaman.
Imunosupresi mengacu pada peredam dari respon imun dengan sistem
kekebalan tubuh yang normal terhadap stimulasi antigenik, baik sengaja, atau
sebagai efek samping dari agen terapi seperti kemoterapi anti-neoplastik (Thomas,
2016). Imunosupresi (atau mungkin lebih tepat, immunocompromise) adalah
gangguan respon imun sistemik yang meningkatkan risiko infeksi. Imunosupresi juga
dapat melemahkan respon inflamasi.
7
Penyebab imunosupresi
1. Penyakit sistemik:
a. Diabetes mellitus
b. Alkoholisme kronis
e. Infeksi SSP
2. Pengobatan imunosupresif
a. Kortikosteroid
c. Antimetabolit:
d. Radiasi pengion
Mekanisme Contoh
Usia - Usia yang lebih tua (> 65)
- Usia <2 tahun, terutama <2 month
Kanker - Leukemia limfositik kronis
- Limfoma
- Multiple myeloma
- Kurang umum, kanker lainnya, terutama
metastasis
Gangguan kronis - Diabetes
- Penyakit ginjal kronis
- Gagal hati
- Sindrom nefrotik
8
- Radang sendi
- Sarkoidosis
- Penyakit sel sabit
- Sistemik lupus eritematosus
Gangguan sistem kekebalan tubuh - Graft-vs-tuan penyakit
- Hiv / aids
- Sekunder neutropenia autoimun
Terapi radiasi Total iradiasi tubuh (terutama)
Faktor sosial dan lingkungan - Alkoholisme
- Penggunaan parenteral obat terlarang
- Gizi jika berat
Faktor bedah dan luka - Splenektomi
- Kebocoran cairan serebrospinal
9
BAB II
RUANG LINGKUP PELAYANAN
Kelompok Pasien yang menjadi sasaran pelayanan dalam panduan ini antara lain:
a. Pengelolaan Pasien dengan Hepatitis B dan C
10
BAB III
TATA LAKSANA
d. Masukkan linen kotor pada wadah linen non infeksius apabila tidak
terkontamionasi dengan cairan tubuh pasien
e. Dokumentasikan dalam Checklist Pembersihan Ruangan
Bertekanan Negatif setelah pelaksanaan selesai.
13
tempat tidur harus lebih dari 2 (dua) meter dan diantara tempat tidur
harus ditempatkan penghalang fisik seperti tirai atau sekat.
4. Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara bertekanan
negatif yang dimonitor (ruangan bertekanan negatif) dengan 6-12
pergantian udara per jam dan sistem pembuangan udara keluar atau
menggunakan saringan udara partikulasi efisien tinggi (filter HEPA) yang
termonitor sebelum masuk ke sistem sirkulasi udara lain di rumah sakit.
5. Jaga pintu tertutup setiap saat.
6. Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD yang
sesuai yaitu masker. Bila perlu memakai gaun, pelindung wajah atau
pelindung mata dan sarung tangan.
7. Bila perlu pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan.
8. Bila perlu pakai gaun yang bersih, non steril ketika masuk ruangan jika
akan berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau
barang-barang di dalam ruangan.
9. Pada saat akan memasuki dan meninggalkan kamar harus cuci tangan.
10. Semua alat yang terkontaminasi oleh sekresi pasien harus didesinfeksi.
14
BAB IV
DOKUMENTASI
15
a. FORMULIR A1 DATA RM INFEKSI HAIs
Data pasien :
Nama pasien : No. RM :
Tanggal Lahir :
Jenis Kelamin : -------------------------------------------------------
Tempat dirawat :
Ruang .............. tgl ......... s/d.......................
Ruang .............. tgl ...............s/d........................
Tanggal keluar :
Sebab Keluar :
Diagnosa akhir : -------------------------------------------------------------
Faktor resiko :
Pemasangan Alat
Intra vena perifer : tgl.........................s/d..................................
Kateter Urine : tgl.........................s/d..................................
Lain-lain : --------------------------------------------------------------------------
Pemakaian antibiotik: ada/tidak ada Profilaksis/pengobatan
Nama/jenis obat : -----------------------------------------------------------------------
Pemeriksaan Kultur : darah/urine/sputum/pus luka
Temp :
Hasil kultur :
Infeksi HAIs terjadi : BAKTEREMIA/SEPSIS/IADP/PLEBITIS/ISK/DEKUBITUS/HAP
Infeksi Lain – lain : HIV / HBV / HCV
16
b. FORMULIR A2. SURVEILANS HARIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
Ruangan :
Bulan :
JENIS ALKES KEJADIAN INFEKSI KETERANGAN
TGL NO.CM NAMA PS UMUR L/P
INFUS KATETER O2 NGT IADP PLEBITIS ISK HAP DEKUBITUS SCABIES DIARE TBC ANTIBIOTIK HASIL LAB LAIN2
17
c. FORMULIR B. SURVEILANS BULANAN INFEKSI RUMAH SAKIT
RUANGAN :
BULAN :
18
d. FORMULIR C DATA PASIEN INFEKSI HAIs
Jenis Infeksi :
Phlebitis
Infeksi Saluran Kemih
Pneumonia / HAP
Dekubitus
IADP
Lain – Lain :
Tanggal Infeksi :
Hasil Kultur/Laboratorium :
......................,....................................
Perawat Dokter yang Merawat
(..................................................) (..................................................)
19
e. Formulir D : pemantauan kejadian infeksi HAIs
(………………………......…)
20
BAB V
PENUTUP
(...............................................)
Pembina ..............
NIP. ...............................
21
PROSEDUR PELAYANAN PASIEN
PENYAKIT MENULAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
22
PROSEDUR PELAYANAN PASIEN
IMUNOSUPRESAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
……………….
1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan
STANDAR Direktur ...........
PROSEDUR
OPERASIONAL
...................................
Pengertian Tindakan dan kegiatan yang dilakukan dalammenangani pasien>pasien dengan
penurunan imunitasatau daya tahan tubuh.
Tujuan 1. agar penularan penyakit dapat dibatasi.
2. menghindari penularan petugas kesehatan tidak tertur.
3. memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien.
Kebijakan 1. Tempatkan setiap pasien dengan imunosupresi di ruangisolasi. ,ika ruang isolasi
penuh lakukan kohorting
2. Tindakan hanya dilakukan pada pasien dengan HIV/AIDS, Morbili, Pasien dialysis,
Pasien dengan pemberian kortikosteroid jangka panjang, Pasien dengan
transplantasi organ dan Pasien dengan kemoterapy-kanker.
3. Penanganan sampah dan linen bekas pakai pasien dengan imunosupresi
diklasifkasikan ke dalam sampah dan linen infeksius
Prosedur 1. Pastikan klinis pasien secara tepat.
2. Persiapkan ruang isolasi.
3. Pastikan kondisi ruangan isolasi tepat dan sesuai dengan klinis penyakitnya. Atur
kondisi ruang isolasi sesuai dengan prosedur operasional ruang isolasi.
4. Berikan informasi secara jelas bagi petugas dan pengunjung keluarga tentang
aturan ruang isolasi..
5. Batasi kegatan atau tindakan yang tidak perlu.
6. Observasi dan terapkan secar ketat tindakan higiene oleh tenaga kesehatan maupun
keluarga.
7. Gunakan alat pelindung diri sesuai dengan jenis transmisi penyakitnya
8. Buang sampah bekas tindakan pasien dengan imunosupresi pada tempat sampah
infeksius
Unit Terkait 1. ICU / PICU / NICU
2. Rawat inap
23
PROSEDUR PENCEGAHAN PASIEN INFEKSIUS
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
……………….
1/1
Ditetapkan,
Tanggal terbit
STANDAR Direktur RSUD ….........
PROSEDUR
OPERASIONAL
PROSEDUR PERALATAN
1. Masker bedah
2. Sarung tangan
3. Apron
4. Kantong plastik bening
5. Tempat sampah plastik kuning
6. Kontainer benda tajam
7. Sabun dan air mengalir dan tisu
PROSEDUR
1. Tempatkan pasien pada kamar tersendiri atau jika tidak memungkinkan
tempatkan pasien satu kamar dengan diagnosa yang sama.
2. Gunakan sarung tangan ketika menangani darah dan cairan tubuh
lainnya.
3. Gunakan masker bedah jika petugas akan masuk ke kamar pasien.
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh pasien, sebelum
melakukan tindakan aseptik, setelah terkena cairan tubuh, setelah
melepaskan sarung tangan dan sebelum keluar ruangan pasien.
5. Gunakan apron jika baju kemungkinan terpercik cairan tubuh pasien.
6. Pintu kamar harus selalu ditutup.
7. Beri pasien masker bedah ketika akan transportasi untuk pemeriksaan
ke ruangan lain.
8. Buang alat-alat sekali pakai atau bahan-bahan yang terkontaminasi pada
tempat sampah kuning atau tempat pembuangan benda tajam.
9. Pisahkan linen yang terkontaminasi ke dalam kantong
( pastikan diberi label infeksius )
10. Bersihkan dan sterilisasikan alat instrumen yang telah dipergunakan
sesuai prosedur pembersihan alat.
11. Kamar sesudah dipakai, dibersihkan seperti prosedur pembersihan
ruang isolasi.
24
PROSEDUR RUANG ISOLASI
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
Pengertian 1. Ruang isolasi adalah ruangan untuk penempatan bagi pasien dengan penyakit
infeksi yang menular agar tidak menular kepada pasien lain, petugas, dan
pengunjung.
2. Ruang isolasi di RSUD .... adalah ruang isolasi tipe Standard yaitu kamar
isolasi tanpa beda tekanan dengan ruangan sekitarnya yang mengandalkan
ventilasi alamiah serta mekanik, dengan pergantian udara minimal 12 ACH
(Air Change per Hour).
3. Pasien yang memerlukan perawatan isolasi adalah pasien dengan infeksi yang
menular melalui transmisi kontak, yaitu misalnya MRSA/MSSA
4. Pasien dengan infeksi Mycobacterium Tuberculosis yang bukan termasuk TB
Resisten Obat adalah satu-satunya infeksi yang menular melalui transmisi
airborne yang dapat dirawat di kamar isolasi.
Tujuan Mengoptimalkan fungsi kamar rawatan isolasi sehingga dapat mengurangi transmisi
infeksi terutama yang melalui metode transmisi kontak antar pasien, pasien ke
pengunjung, maupun dari pasien ke petugas.
Kebijakan 1. Kep. Menkes No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan RS
2. Kep. Menkes No. 382 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan PPI RS
3. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Isolasi yang diterbitkan
Dit. JangMed Tahun 2014
Prosedur Persiapan memasukkan pasien :
1. Di UGD atau Poliklinik Umum/Spesialis : DPJP memeriksa pasien dan
menetapkan diagnosa pasien serta menentukan perlunya pasien dirawat di
ruang isolasi.
2. DPJP (atau dokter jaga yang mewakili) menjelaskan kepada pasien (dan dengan
seijin pasien kepada keluarga) mengenai penyakit yang dideritanya serta
indikasi dan perlunya pasien dirawat di ruang rawat isolasi.
3. Di Ruang Rawat Isolasi : Petugas memastikan semua jendela dan pintu terbuka
lebar.
4. Petugas memastikan blower fan serta exhaust fan hidup serta terjadi aliran
udara ke arah yang tepat (menjauhi lorong, menuju pasien dan keluar ke udara
bebas melalui jendela atau exhaust fan).
5. Petugas memakai Respirator N95, memastikan rapat sempurna, serta APD
tambahan menurut kebutuhan sebelum memasukkan pasien ke ruang rawatan
isolasi.
6. Pasien dibawa menuju ruang rawatan isolasi dengan melewati jalur khusus
yang ditentukan oleh DPJP dan Tim PPI-RS. Petugas memastikan pasien
memakai masker bedah dengan benar sebelum memindahkan pasien menuju
ruang rawatan isolasi.
7. Selama pasien dirawat : Perawat atau bagian Kesling setiap hari mengontrol
ventilasi ruangan, memastikan jendela terbuka, blower dan exhaust fan hidup
dan memastikan telah memenuhi standar minimal 12 ACH.
8. Anggota keluarga pasien tidak diperkenankan memasuki ruang perawatan
kecuali dengan alasan kuat, diijinkan dan didampingi oleh perawat/dokter jaga,
dengan sebelumnya melakukan kebersihan tangan, serta mengenakan APD
lengkap (masker N95, gaun, sarung tangan bersih).
9. Perawat/dokter/petugas lain yang akan memasuki ruang isolasi harus
25
melakukan kebersihan tangan dan mengenakan APD lengkap (masker N95,
gaun, sarung tangan bersih) sebelum memasuki ruangan.
10. Pembesuk pasien tidak diperkenankan memasuki ruangan dengan alasan
apapun.
11. Pasien tidak diperbolehkan meninggalkan ruangan dengan alasan apapun
sebelum dinyatakan boleh pulang oleh DPJP.
12. Semua tindakan kedokteran/yang berhubungan dengan terapi dan manajemen
penyakit pasien dikerjakan di dalam ruang perawatan dengan memperhatikan
kewaspadaan kontak (dan airborne pada TB non Resisten Obat).
13. Pintu ruang Isolasi harus selalu dalam keadaan tertutup setelah ada yang
masuk/keluar ruangan tersebut.
Unit kerja 1. Unit Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
terkait 3. Instalasi Rawat Inap
4. Laboratorium
5. Instalasi Radiologi
6. Instalasi Gizi
7. Unit Fisioterapi
8. Cleaning Service
26