Anda di halaman 1dari 9

Enzyme Immunoassay

Immunoassay adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengukur derajat


imunitas atau kadar antibodi dan antigen dalam cairan tubuh atau serum
seseorang. Imunoasai dapat dibagi menjadi 2 kelompok menurut jenisnya,
yaitu imunoasai tak berlabel dan imunoasai berlabel. Imunoasai tak berlabel
terdiri dari beberapa teknik, yaitu : uji presipitasi, uji aglutinasi, uji
hemaglutinasi, lisis imun dan fiksasi komplemen, serta uji netralisasi.
Sedangkan imunoasai berlabel juga terdiri dari beberapa teknik yaitu : asai
berlabel fluoresens (Fluorescent Immunoassay atau FIA), asai berlabel
radioisotop (Radioimmunoassay atau RIA), asai berlabel luminescent
(Luminescent Immunoassay atau LIA), asai berlabel enzim (Enzyme
Immunoassay atau EIA), Immunochromatographic Assay atau ICA dan uji
imunoperoksidase.
Yalow dan Berson mengembangkan metode Radioimmunoassay (RIA)
pada tahun 1959 dengan menggunakan label radioaktif yang dapat
mengidentifikasi komponen immun pada konsentrasi yang sangat rendah.
Pada tahun 1960-an, para peneliti mulai mencari pengganti metode RIA
karena kelemahannya menggunakan radioaktif isotop sebagai label.
Kekurangan penggunaan radioaktif tersebut berkaitan dengan keselamatan
petugas laboratorium, masalah pembuangan radioaktif, fasilitas
laboratorium khusus dengan persyaratan gedungnya dan mahalnya
peralatan yang dibutuhkan.
Kelemahan dari Radioimmunoassay mendorong para peneliti untuk
mencari suatu label pengganti yang lebih sederhana, lebih murah, dengan
reagen yang dapat tahan lebih lama dan dapat dipakai oleh hampir semua
laboratorium serta mudah dibuat otomatis. Muncullah kemudian gagasan
untuk memakai enzim sebagai label dan lahirlah suatu imunoasai yang baru
yaitu Enzyme Immunoassays (EIA).
Teknik EIA pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 oleh Anton
Schuurs sebagai peneliti utama dan Bauke van Weemen di laboratorium
penelitian NV Organon, Oss, Belanda. Pada tahun 1976 Organon Teknika
kemudian sukses mengembangkan dan memasarkan sistem EIA berupa
Hepatitis B surface antigen (HbsAg) dengan menggunakan plate mikrotiter-
96 sumur. Tes ini kemudian menjadi EIA yang pertama kali dikomersilkan
dan kemudian diikuti oleh tes diagnostik mikrobiologi dan virologi lain
seperti antigen Hepatitis B "e" (HBe), antibodi Rubella, antibodi
Toxoplasma dan antibodi Human Immunodeficiency Virus pada tahun
1980-an.

DEFINISI
Enzyme immunoassay (EIA) adalah tes untuk mendeteksi antigen atau
antibodi dengan penambahan enzim yang dapat mengkatalisa substrat
sehingga terjadi perubahan warna.
Metode EIA menggunakan sifat katalisa dari enzim untuk mendeteksi
dan menghitung jumlah reaksi imunologi. Gabungan antibodi berlabel
enzim atau antigen berlabel enzim digunakan pada pemeriksaan imunologi.
Enzim dan substratnya mendeteksi keberadaan dan jumlah antigen atau
antibodi yang terdapat pada sampel pasien.
Untuk dapat digunakan pada EIA, enzim harus memenuhi kriteria :
- Stabilitas tinggi
- Spesifitas tinggi
- Tidak mengandung antigen atau antibodi
- Tidak ada perubahan oleh inhibitor dalam sistem.
Enzim-enzim yang Digunakan pada EIA
Enzim Sumber
Acetylcholinesterase Electrophorous electicus
Alkaline phosphatase Escherichia coli
β-Galactosidase Escherichia coli
Glucose oxidase Aspergillus niger
Glocose-6-phosphatase dehydrogenase (G6PD) Leuconostoc mesenteroides
Lysozyme Putih telur
Malate dehydrogenase Jantung babi
Peroxidase Lobak
Enzim berlabel yang sering digunakan yaitu horseradish peroxidase,
alkaline phosphatase, Glocose-6-phosphatase dehydrogenase dan β-
galactosidase.

Enzyme Immunoassay (EIA) memiliki keuntungan dan kerugian, yaitu :


A. Keuntungan
1. Tes yang sensitif dapat diperoleh dengan efek penguatan dari enzim.
2. Reagen relatif murah dan jangka waktunya panjang.
3. Dapat menghasilkan tes multiple secara simultan.
4. Dapat menghasilkan konfigurasi tes dengan variasi yang luas.
5. Tidak ada bahaya radiasi selama pemberian label atau pembuangan
sampah.
B. Kerugian
1. Pengukuran aktivitas enzim dapat lebih kompleks dibandingkan
dengan pengukuran dengan beberapa tipe radioisotop.
2. Aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh konstitusi plasma.
3. Pada saat ini tes homogen memiliki sensitivitas 10-9M dan tidak
sesensitif radioimmunoassay.
4. EIA homogen untuk protein yang besar dapat dihasilkan tetapi
membutuhkan reagen imunokimia yang kompleks.

METODE
Pada tes EIA, sebuah manik plastik atau plat plastik dilapisi dengan
antigen (contoh: virus). Antigen bereaksi dengan antibodi pada serum
pasien. Manik atau plat kemudian di inkubasi dengan sebuah gabungan
enzim-antibodi berlabel. Jika terdapat antibodi, gabungan tersebut bereaksi
dengan kompleks antigen-antibodi pada manik atau plate. Aktivitas enzim
diukur dengan spektrofotometer setelah penambahan substrat kromogenik
spesifik. Misalnya, peroksidase mengkatalisa substratnya, o-dianisidine,
menyebabkan perubahan warna. Pada beberapa kit, tes EIA dapat dibaca
secara langsung (visual).
Hasil pada tes EIA dapat juga dinilai dengan membandingkan hasil
spektofometer serum pasien dengan referensi serum kontrol. Keunggulan
tes secara objektif adalah hasilnya tidak tergantung dari interpretasi teknisi.
Pada umumnya prosedur EIA lebih cepat dan pekerjaan laboratorium lebih
sedikit dibandingkan dengan metode serupa.

TIPE ENZYME IMMUNOASSAYS


A. Deteksi Antigen
EIA tipe deteksi antigen terdiri atas 4 langkah “
1. Antibodi yang spesifik terhadap antigen dilekatkan pada suatu
permukaan fase padat (a solid-phase surface) atau suatu manik-
manik plastik.
2. Ditambahkan serum pasien yang mungkin mengandung atau tidak
mengandung antigen.
3. Ditambahkan suatu antibodi yang spesifik terhadap antigen tertentu
yang berlabel enzim (conjugate).
4. Ditambahkan substrat kromogenik, dan terjadi perubahan warna jika
terdapat enzim. Warna yang terbentuk sesuai dengan jumlah antigen
yang terdapat pada sampel pasien.
Langkah-langkah pemeriksaan EIA tipe antigen detection.

B. Deteksi Antibodi
EIA antibody detection terdiri dari 3 tipe yaitu noncompetitive EIA,
competitive EIA dan capture EIA.
a. Noncompetitive EIA
1. Antigen yang spesifik dilekatkan pada suatu permukaan fase padat
(manik-manik plastik atau sumur mikrotiter).
2. Ditambahkan serum pasien yang mungkin mengandung atau tidak
mengandung antibodi.
3. Ditambahkan antibodi yang spesifik terhadap antibodi sebelumnya
yang telah dilabel dengan enzim (conjugate).
4. Ditambahkan substrat kromogenik, dan terjadi perubahan warna jika
terdapat enzim. Warna yang terbentuk sesuai dengan jumlah
antibodi yang terdapat pada sampel pasien.
Langkah-langkah pemeriksaan noncompetitive EIA.

b. Competitive EIA
1. Antigen yang spesifik dilekatkan pada suatu permukaan fase padat
(manik-manik plastik atau sumur mikrotiter).
2. Serum pasien yang mungkin mengandung atau tidak mengandung
antibodi ditambahkan ke dalam plate bersama-sama dengan
penambahan antibodi berlabel enzim (conjugate) yang akan
berkompetisi untuk memperebutkan antigen yang sama.
3. Ditambahkan substrat kromogenik, dan terjadi perubahan warna jika
terdapat enzim. Jumlah warna yang terjadi berbanding terbalik
dengan jumlah antibodi yang terdapat pada sampel pasien.
Langkah-langkah pemeriksaan competitive EIA.

c. Capture EIA
Sebuah capture EIA dirancang untuk mendeteksi tipe spesifik dari
antibodi, seperti IgG atau IgM.
1. Antibodi yang spesifik terhadap IgG atau IgM dilekatkan pada suatu
permukaan fase padat (manik-manik plastik atau sumur mikrotiter).
2. Sampel pasien yang mengandung IgG atau IgM ditambahkan.
3. Ditambahkan antigen yang spesifik.
4. Ditambahkan sebuah antibodi yang spesifik terhadap antigen yang
berlabel enzim (conjugate).
5. Ditambahkan substrat kromogenik, dan terjadi perubahan warna jika
terdapat enzim. Warna yang terbentuk sesuai dengan jumlah antigen
yang spesifik terhadap IgG atau IgM yang terdapat pada sampel
pasien.
Langkah-langkah pemeriksaan capture EIA.

Klasifikasi EIA dan Contoh Tes :


Tipe EIA Tes
Antigen  Hepatitis B surface
Detection Antigen
Antibody Noncompetitive EIA  CMV IgG
Detection  Hantavirus IgG
 Hepatitis A
 Hepatitis C
 Hepatitis B surface
Antibody
 HIV Antibody
 Measles IgG
 Mumps IgG
 Rubella IgG
 VZV IgG
Competitive EIA  Hepatitis B core
Antibody
Capture EIA  Arbovirus IgM
 CMV IgM
 Hantavirus IgM
 Measles IgM
 Rubella IgM
 Toxoplasma IgM

Anda mungkin juga menyukai