PENDAHULUAN
1
BPS, 2014
Gambar 1
Perkembangan PDRB Indonesia Bagian Barat dan Timur
(Dalam Milyar Rupiah)
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah “ untuk mengetahui perkembangan
ketimpangan pembangunan antar wilayah di Indonesia, dan solusi apa yang dapat diberikan
untuk mengurangi ketimpangan tersebut”
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2
Hipotesis Kuznet yang berbentuk huruf U terbalik
4
sumberdaya manusia. Disamping itu, hambatan-hambatan social dan budaya dalam proses
pembangunan hampir tidak ada sama sekali. Dalam kondisi yang demikian, setiap kesempatan
peluang pembangunan dapat dimanfaatkan secara lebih merata antar daerah. Akibatnya,
proses pembangunan pada Negara maju akan cenderung mengurangi ketimpangan
pembangunan antar daerah.
Kebenaran Hipotesa Neo-Klasik ini kemudian diuji kebenarannya oleh Jefrey G.
Willamson pada tahun 1996 melalui suatu studi tentang ketimpangan pembnagunan
antar daerah pada negara maju dan Negara sedang berkembang dengan menggunakan
data time series dan cross-section. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Hipotesa Neo-
Klasik yang diformulasikan secara teoritis ternyata terbukti benar secara empiric. Ini berarti
bahwa proses pembangunan suatu Negara tidak otomatis dapat menurunkan ketimpangan
pembangunan antar daerah, tetapi pada tahap permulaan justru terjadi hal sebaliknya.
Fakta empiric ini menunjukan bahwa peningkatan ketimpangan pembangunan yang
terjadi di Negara-negara sedang berkembang sebenarnya bukanlah karena kesalahan
pemerintah atau masyarakatnya, tetapi hal tersebut terjadi secara natural diseluruh Negara.
Bahkan ketika Amerika Serikat mulai melaksanakan proses pembangunan pada abad
kedelapan belas dulu, peningkatan ketimpangan pembangunan antar daerah juga meningkat
tajam. Peningkatan ketimpangan ini bahkan sampai memicu terjadinya perang saudara antar
Negara bagian di Selatan yang masih relative tertinggal dengan Negara bagian di Utara yang
sudah lebih maju. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia dengan adanya pemberontakan
PRRI-Persemesta di Sumatera Barat tahun 1957, Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
dan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
5
Vw = Indeks Williamson
Pengertian indeks ini adalah sebagai berikut: bila Vw mendekati 1 berarti sangat
6
ketimpangan regional, promosi pariwisata adalah alat yang efektif untuk mencapai
pembangunan daerah yang lebih seimbang. Selain itu, hasil dari uji kausalitas Dumitrescu-
Hurlin Granger menunjukkan kausalitas searah dari pengembangan pariwisata hingga
ketimpangan regional.
B. Perbedaan Kondisi Demografis
Faktor utama lainnya yang juga dapat mendorong terjadinya ketimpangan
pembangunan antar wilayahadalah bilamana terdapat perbedaan kondisi demografis yang
cukup besar antar daerah. Kondisi demografis yang dimaksudkan disini meliputi perbedaan
tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan
kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan
kebiasaan serta etos kerja yang dimliki masyarakat daerah bersangkutan.
C. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa
Kurang lancanya mobilits barang dan jasa dapat pula mendorong terjadinya
peningkatan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Mobilitas barang dan jasa ini meliputi
kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah
(transmigrasi) atau migrsi spontan. Alasannya adalah karena bila mobillitas tersebut kurang
lancar maka kelebihan produksi atau daerah tidak dapat dijual kedaerah lainyang
membutuhkan. Demikian pula halnya dengan migrsi yang kurang lancar menyebabkan
kelebihan tenaga kerja suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang sangat
membutuhkan. Akibatnya, ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi
karena kelibahan suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lian yang membutuhkan,
sehingga daerah terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya. Karena itu tidaklah
mengherankan bilamana, ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi
pada negara sedang berkembang dimana mobilitas barang dan jasa kurang lancar dan masih
terdapatnya beberapa daerah yang terisolir.
D. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Daerah
Terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi yag cukup tinggi pada wilayah tertentu jelas
akan mempengaruhi ketimpangan pembangunan antar wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah
akan cenderung lebih cepat pada daerah dimana terdapat konsentrasi kegiatan ekonomi yang
cukup besar (aglomaresi ekonomi). Kondisi tersebut selanjutnya akan mendorong proses
pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan
masyarakat. Demikian pula sebaliknya bilamana, konsentrasi kegiatan ekonomi pada suatu
daerah relatif rendah yang selanjutnya juga mendorong terjadi pengangguran dan rendahnya
tingkat pendapatan masyarakat setempat. Teori ini Sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan di china dengan melihat ketimpangan regional lintas provinsi, prefektur dan
7
kabupaten di Negara tersebut dari tahun 1997 hingga 2010.pergeseran aglomarasi di daerah-
daerah di China menyebabkan terjadinya pergeseran pada ketimpangan regional juga. (He,
Fang, & Zhang, 2017)
E. Alokasi Dana Pembangunan Antar Daerah
Tidak dapat disangka bahwa investasi merupakan salah satu yang sangat menentukan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Karena itu, daerah yang dapat alokasi investasi yang
lebih besar dari pemetintah, atau dapat menarik lebih banyak investasi swasta akan cenderung
mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih cepat. Kondisi ini tentunya akan
dapat pula mendorong proses pembangunan daerah melalui penyediaan lapangan kerja yang
lebih banyak dan tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi. Demikian pula sebaliknya
terjadi bilamana investasi pemerintah dan swasta yang masuk kesuatu daerah ternyarta lebih
rendah. (Lessmann, Foreign direct investment and regional inequality: A panel data analysis,
2013) menyebutkan bahwa investasi mempunyai pengaruh yang bersar terhadap ketimpangan
pembangunan pada Negara-negara yang berpenghasilan rendah (Negara berkembang), namun
pada Negara maju, investasi kurang memiliki pengaruh terhadap ketimpangan pembangunan.
8
BAB III
KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH
DI INDONESIA
9
Gambar 2
Perkembangan ketimpangan Indonesia Bagian Barat dan Timur
(berdasarkan indeks williamson)
12
kebijakan ini, pemerintah daerah diberikan kewenangan yang lebih besar dalam mengelola
kegiatan pembangunan didaerahnya masing-masing (desentralisasi pembangunan).
13
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pembahasan kali ini dapat di simpulkan bahwa Ketimpangan Pembangunan
Antar Daerah itu adalah perbedaan pembangunan antar suatu daerah dengan daerah lainnya
bai secara partikal maupun secara horizontal yang menyebabkan disparatis atau ketidak
pemerataan pembangunan. itu di sebabkan oleh beberapa factor antara lain Perbedaan
Kandungan Sumber Daya Alam, Perbedaan Kondisi Demografis, Kurang Lancarnya
Mobilitas Barang dan Jasa, Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Daerah, dan Alokasi Dana
Pembangunan Antar Daerah. Adapun solusi untuk permasalaan tersebut adalah dengan cara
pemerintah harus melakukan Penyebaran Pembangunan Prasarana Perhubungan, Mendorong
Transmigrasi dan Migrasi Spontan, Pengembangan Pusat Pertumbuhan, dan Pelaksanaan
Otonomi Daerah.
3.2 Saran
Penulis sadar bahwa tulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, maka penulis
mengharapkan segala jenis kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan tulisan
ini di masa yang akan datang. Semoga tulisan sederhana ini bisa bermampaat bagi rekan
pembaca.
14
DAFTAR PUSTAKA
He, S., Fang, C., & Zhang, W. (2017). A geospatial analysis of multi-scalar regional
inequality in China and in metropolitan regions. Applied Geography, 199-212.
Jovanovic, B. (2018). When is there a Kuznets curve? Some evidence from the ex-socialist
countries. Economic Systems, 248-268.
Lessmann, C. (2013). Foreign direct investment and regional inequality: A panel data
analysis. China Economic Review, Pages 129-149.
Lv, Z. (2019). Deepening or lessening? The effects of tourism on regional inequality. Tourism
Management, 23-26.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media
15