Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PKN

ARTI PENTING DAN USAHA PEMBELAAN NEGARA

Disusun oleh :
Nuzul Jauharoh Azizah Ulfah (18308141010)
Eka Mayasari (18208141011)
Theresia Ayu Verawati (18308141012)
Sivana Aolya Hasna (18308141013)
Titan Dwikama Putra (18308141014)
Fadilah Ismiati (18308141015)
Luthfia Dwi Rachmani (18308141016)
Biologi B

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas materi Pendidikan Kewarganegaraan dengan judul Arti
Penting Dan Usaha Pembelaan Negara.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Yogyakarta, November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 2


Daftar Isi ............................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4
B. Tujuan ........................................................................................................................ 4
C. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Tujuan Negara Indonesia ........................................................................................... 6
B. Masalah dan Penyebab Masalah Kesejahteraan Rakyat Indonesia ............................ 7
C. Upaya dan Cara negata mengatasi masalah kesejahteraan rakyat indonesia ............. 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................................ 16
B. Saran................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik,
militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di
wilayah tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau
aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara
independen.

Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan
memiliki pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat
pengakuan dari negara lain.

Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk memudahkan


anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Keinginan bersama ini
dirumuskan dalam suatu dokumen yang disebut sebagai Konstitusi, termasuk didalamnya
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyat sebagai anggota negara. Tujuan negara secara
umum dan tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945
dapat digunakan oleh rakyat Indonesia sebagai acuan untuk memajukan negara agar negara
terlepas dari belenggu permasalahan kesejahteraan.

Negara Republik Indonesia sendiri merupakan salah satu negara kepulauan terbesar
di dunia yang memiliki kekayaan SDA yang melimpah. Meskipun demikan hal yang
memperihatinkan seperti kelaparan, kemiskinan, pemungkiman yang tak layak dan
permasalahan kesejahteraan rakyat lainnya masih marak ditemukan di Indonesia. Banyak
hal yang telah diupayakan oleh pemerintah namun sampai masih saja belum menemukan
titik terangnya.

Oleh karena itu diperlukan kajian mengenai apa tujuan Negara Republik Indonesia
dan juga mengapa rakyat Indonesia sampai sekarang masih belum mencapai taraf
kehidupan yang pantas sedangkan sumber daya alamnya melimpah. Sehingga dapat
menjadi pembelajaran bagi mahasiswa untuk kedepannya agar dapat tercapainya
Indonesia lebih maju dimasa depan.

B. Rumusan Masalah

4
1. Apa tujuan Negara Republik Indonesia?
2. Mengapa wilayah Indonesia yang amat luas, kekayaan alamnya melimpah, tanahnya
subur tetapi kesejahteraan rakyatnya sangat memprihatinkan

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia?
2. Untuk mengetahui mengapa wilayah Indonesia yang amat luas, kekayaan alamya
melimpah, tanahnya subur tetapi kesejahteraan rakyatnya sangat memprihatinkan?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Negara Indonesia


Tujuan negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) diwujudkan
oleh sebuah pemerintahan negara. Pembentukan pemerintahan negara tersebut
menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu
dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Keuangan negara merupakan
tonggak utama dalam mewujudkan tujuan bernegara Indonesia sehingga keuangan negara
memegang peranan yang sangat penting untuk mewujudkan tugas negara yang merupakan
tanggung jawab pemerintah. Negara sebagai pengelola keuangan negara harus mampu
memaksimalkan setiap sektor keuangan yang pada akhirnya semua dilakukan untuk
kesejahteraan rakyat sebesarbesarnya melalui sistem yang baik. Jika dilihat lebih lanjut
konsep yang dianut oleh Indonesia tersebut merupakan konsep negara kesejahteraan
(welfare state). Negara Kesejahteraan merupakan negara yang memberikan peranan lebih
kepada pemerintah dalam mengelola negara yang tujuannya untuk kesejahteraan rakyat.
Lebih lanjut Bo Soderten dalam bukunya Globalization and the Welfare State menyatakan
bahwa negara kesejahteraan adalah negara yang pengaturannya dimaksudkan untuk 1
Tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
Berbagai cara telah dilakukan oleh Indonesia untuk mewujudkan tujuan untuk
mencapaicita cita nasional. beberapa upaya yang telah dilakukan negara, di antaranya
adalah sebagai berikut.
1. Memberikan kepastian dan perlidungan hukum terhadap semua warga negara tanpa
diskriminatif.
2. Menyediakan fasilitas umum yang memadai yang berdampak pada kesejahteraan
masyarakat.
3. Menyediakan sarana pendidikan yang memadai dan merata di seluruh tanah air.
4. Memberikan biaya pendidikan gratis terhadap seluruh jenjang pendidikan bagi seluruh
warga negara.

6
5. Menyediakan infrastruktur serta sarana transportasi yang memadai dan menunjang
tingkat perekonomian rakyat.
6. Menyediakan lapangan kerja yang dapat menyerap jumlah angkatan kerja dalam rangka
penghidupan yang layak bagi seluruh warga negara.
7. Mengirimkan pasukan perdamaian dalam rangka ikut serta berpartisipasi aktif dalam
menjaga dan memelihara perdamaian dunia.
Dari beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Negara Indonesia untuk mewujudkan
tujuan negara tetapi masih banyak kendala-kendala dilapangan yang dihadapi Indonesia
karena belom adanya kesadaran pribadi maupun kelompok terhadap pentingnya tujuan
suatu Negara. Beberapa contoh kendala-kendala yang dihadapi Negara Indonesia :
1. Masih banyak peran seorang pelindung hukum yang tidak melaksanakan sesuai
tugasnya.
2. Masih banyak perbedaan golongan hukum menurut derajat ekonomi.
3. Hukum dinegara Indonesia belum tegas.
4. Belum terealisasikan fungsi fasilitas umum dengan mestinya.
5. Masih banyak penggunaan fasilitas umum yang dihubungkan dengan keuntungan
pribadi.
6. Masih banyak koruptor memanfaatkan pendidikan gratis sebagai keuntungan bersama.
7. Pedidikan gratis belum dapat merata dan belom direalisasikan penuh.
8. Pembukaan lapangan kerja yang belum bisa menampung seluruh pekerja Indonesia.

B. Masalah dan Penyebab Masalah Kesejahteraan Rakyat Indonesia


a. Konstitusi Ekonomi
Rasanya semua sepakat bahwa Indonesia saat ini menghadapi banyak masalah
mendasar di bidang sosial ekonomi :
Pertama, masih rendahnya tingkat kesejahteraan sebagian besar masyarakat. Bila
digunakan indikator internasional USD 2 per orang per hari, maka jumlah orang
Indonesia yang belum sejahtera akan jauh lebih besar (Taniredja, 2006).M
Kedua, masalah ketertinggalan Indonesia dibanding negara-negara lain, misal di
ASEAN, yang memulai pembangunan dalam waktu yang hampir bersamaan. Dari
indikator Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
Indonesia yang masih pada level 107 di tahun 2008. Jauh tertinggal dibanding Malaysia
(63), Thailand (78) bahkan di bawah Filipina (105). Rendahnya IPM berarti pelayanan

7
dasar (seperti pendidikan, kesehatan, air bersih) maupun daya beli masyarakat masih
realtif rendah dibanding negara-negara ASEAN (Soemardjan, 1991).
Ketiga, masalah rendahnya daya saing industri dan ketergantungan ekonomi yang
semakin tinggi. Untuk pangan, Indonesia tidak hanya mengalami ketergantungan tetapi
mungkin dapat dikatakan telah masuk pada food trap (perangkap pangan). Tujuh
komoditas pangan utama nonberas sangat bergantung pada impor. Empat dari tujuh
komoditas pangan utama nonberas, yakni, gandum, kedelai, daging ayam ras, dan telur
ayam ras, sudah masuk kategori kritis (Soemardjan, 1991).
Penyebabnya adalah karena sumber daya alam tidak dimaknai sebagai kekayaan
atau modal pemerintah, maka telah terjadi pergeseran paradigma yang menempatkan
kekayaan alam hanya sekadar komoditas yang dapat dikuasai dan diperdagangkan
secara bebas oleh swasta dan asing. Sebagai komoditas non strategis (sebagaimana
baju, sepatu dll), barang-barang tambang akan dengan mudah dieksploitasi dan
diekspor bila penjualan ke luar negeri dinilai memberi keuntungan. Seolah manfaat bagi
rakyat cukup lewat peningkatan cadangan devisa, penciptaan lapangan meskipun bukan
pekerja ahli atau dari pembayaran pajak dan royalti. Padahal faktanya, dengan
pengelolaan yang terjadi saat ini, bagian pemerintah jauh lebih kecil dibandingkan
dengan keuntungan yang diperoleh swasta. Pada saat memilih untuk mengekspor bahan
baku dan bahan mentah maka pada saat itu pula Indonesia sedang mengekspor
kesempatan kerja, memberikan nilai tambah dan menyerahkan peluang untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat kepada negara lain. Indonesia adalah penghasil
rotan terbesar dunia namun saat ini pemerintah membebaskan ekspor rotan mentah.
b. Pelayanan Kesehatan Indonesia untuk Masyarakat Miskin
Saat ini derajat kesehatan masyarakat masih rendah khususnya masyarakat
miskin, hal ini dapat digambarkan bahwa angka kematian ibu dan angka kematian bayi
bagi masyarakat miskin tiga kali lebih tinggi dari masyarakat tidak miskin. Salah satu
penyebabnya adalah karena mahalnya biaya kesehatan sehingga akses ke pelayanan
kesehatan pada umumnya masih rendah. Derajat kesehatan masyarakat miskin
berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia, masih cukup tinggi.
Banyak faktor yang menyebabkan ketimpangan didalam pelayanan kesehatan
terutama yang terkait dengan biaya pelayanan kesehatan, ketimpangan tersebut
diantaranya diakibatkan perubahan pola penyakit, perkembangan teknologi kesehatan
dan kedokteran, pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran swadana (out of

8
pocket). Biaya kesehatan yang mahal dengan pola pembiayaan kesehatan berbasis
pembayaran out of pocket semakin mempersulit masyarakat untuk melakukan akses ke
pelayanan kesehatan. Untuk memenuhi dan mewujudkan hak bagi setiap warga negara
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan kewajiban pemerintah
penyediaan fasilitas kesehatan sebagai amanat UUD 1945 serta kesehatan adalah
merupakan kesehatan merupakan Public Good maka dibutuhkan intervensi dari
Pemerintah.
c. Pendidikan di Indonesia
Sesungguhnya sistem pendidikan indonesia saat ini tengah berjalan di atas rel
kehidupan ‘sekulerisme’ yaitu suatu pandangan hidup yang memisahkan peranan
agama dalam pengaturan urusan-urusan kehidupan secara menyeluruh, termasuk dalam
penyelenggaran sistem pendidikan. Pemerintah dalam hal ini berupaya mengaburkan
realitas (sekulerisme pendidikan) yang ada sebagaimana terungkap dalam UU
No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, “Pendidikan nasional
bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah
air.”
Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional berjalan dengan penuh dinamika.
Hal ini setidaknya dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu political will dan dinamika
social. Political will sebagai suatu produk dari eksekutif dan legislatif merupakan
berbagai regulasi yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan diantaranya tertuang
dalam Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal 32 UUD 1945,
maupun dalam regulasi derivatnya seperti UU (Soemardjan, 1991).
Terkait dengan kondisi pendidikan di Indonesia, Abdul Malik Fadjar (Mendiknas
tahun 2001) mengakui kebenaran penilaian bahwa sistem pendidikan di Indonesia
adalah yang terburuk di kawasan Asia. Ia mengingatkan, pendidikan sangat dipengaruhi
oleh kondisi sosial politik, termasuk persoalan stabilitas dan keamanan, sebab
pelaksanaan pendidikan membutuhkan rasa aman. Menanggapi hasil survei Political
and Economic Risk Consultancy (PERC) yang menyebutkan bahwa sistem pendidikan
di Indonesia terburuk di kawasan Asia, yaitu dari 12 negara yang disurvei oleh lembaga
yang berkantor pusat di Hongkong itu, Korea Selatan dinilai memiliki sistem
pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang dan Taiwan, India, Cina, serta Malaysia.
Indonesia menduduki urutan ke-12, setingkat di bawah Vietnam (Kompas,5/9/2001).

9
Kondisi ini menunjukan adanya hubungan yang berarti antara penyelenggaraan
pendidikan dengan kualitas pembangunan sumber daya manusia indonesia yang
dihasilkan selama ini, meskipun masih ada faktor-faktor lain yang juga
mempengaruhinya.
d. Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Jaminan sosial saat ini tidak selalu berjalan dengan baik dalam melayani
kebutuhan para pekerja. Setiap pekerja yang membutuhkan jaminan tersebut, misalnya
dalam keadaan sakit atau mengalami kerugian karena faktor intern (faktor yang
diakibatkan dari perusahaan yang bersangkutan ) tidak bisa langsung mendapatkan
haknya di Jamsostek dan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Setelah
syarat-syarat tersebut dipenuhi, hak tersebut tidak dapat langsung diambil dan harus
melalui persetujuan dari pihak yang bersangkutan.

C. Upaya dan Cara negata mengatasi masalah kesejahteraan rakyat indonesia


1. Bidang ekonomi
Kemiskinan merupakan persolan rumit dan utuh serta ibarat penyakit yang terus
menerus berlangsung dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Mengapa demikian? Ada
jutaan anak tidak dapat mengenyam pendidikan berkualitas, ada ribuan bahkan jutaan
orang di Negeri ini belum mampu membiayai kesehatan mereka, ada banyak daerah
masih terisolir dan menyebabkan akses pelayanan publik seolah tidak pernah ada bagi
mereka, kasus gizi buruk bahkan persoalan-persoalan lain yang melilit hidup
mereka. Tidak mengherankan apabila kita mendengar banyak orang berbondong-
bondong menuju ke kota untuk sebuah tujuan, yaitu mencari pekerjaan atau banyak
pemuda-pemudi meninggalkan kampung untuk mencari pekerjaan ke Negara lain demi
memenuhi tuntutan hidup dengan menjadi TKI. Statistic Indonesia 2017 mencatat
jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang meninggal di luar negeri pada tahun 2016
mencapai 247 jiwa, terjadi peningkatan sebesar 42% dari tahun sebelumnya
Problema ini telah ada dan terjadi sepanjang sejarah berdirinya Negeri kita
Indonesia. Karena itu, sudah seharusnya strategi dalam menanggulangi kemiskinanan
membutuhkan analisis yang tepat, keterlibatan seluruh komponen persoalan dan perlu
diingat bahwa harus berkelanjutan. Ada sejumlah variabel yang dapat digunakan untuk
melacak persoalan kemiskinan di Indonesia sehingga strategi dan kebijakan pemerintah
dalam menanggulangi kemiskinan tepat sasaran dan berkesinambungan.

10
Ada beberapa strategi nyata Presiden Republik Indonesia ke-7, Bapak Presiden
Joko Widodo dalam menekan kemiskinan dan pengembangan hidup berkelanjutan di
Indonesia yaitu : Penciptaan lapangan kerja dan UMKM. Program prioritas untuk
mencapai sasaran meliputi ; mengurangi beban penduduk miskin, bantuan tunai
bersyarat, Program Perlindungan Sosial melalui Program Keluarga Harapan,
penyediaan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), memperbaiki kebijakan penyaluran
raskin, layanan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu melalui Kartu Indonesia
Sejahtera (KIS), layanan beasiswa kurang mampu melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP)
dan program SJSN ketenagakerjaan. Selain itu, beberapa strategi nyata melalui
pembangunan masyarakat desa, pemberian beasiswa, perbaikan kebijakan penyaluran
dana bantuan sosial, pemberdayaan jaminan sosial nasional, mempertahankan daya beli
penduduk miskin, dana amanah, pembangunan rumah bagi fakir miskin dan
pemberdayaan nelayan serta petani Indonesia
2. Bidang kesehatan

Dalam upaya mengatasi dampak krisis ekonomi terhadap kesehatan, Pemerintah


tetap menyelenggarakan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-
BK). Melalui program ini Pemerintah memberikan bantuan pelayanan kesehatan dan
kebidanan dasar secara cuma-cuma bagi seluruh keluarga miskin. Disamping itu
dilaksanakan juga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi keluarga miskin rawan
gizi, terutama bagi bayi, anak balita, ibu hamil dan ibu nifas. Bagi anggota keluarga
miskin yang membutuhkan pelayanan rawat inap di rumah sakit, Pemerintah juga
menyelenggarakan pelayanan cuma-cuma melalui Program Penanggulangan Dampak
Pengurangan Subsidi Energi (PPD-PSE).

Dalam rangka meningkatkan upaya pemerataan pelayanan kesehatan dasar, pada


tahun 2001 telah dibangun 34 buah Puskesmas dan peningkatan 117 buah Puskesmas
menjadi Puskesmas dengan tempat perawatan, sehingga jumlah Puskesmas secara
keseluruhan tercatat sebanyak 7.277 buah dan 1.818 buah diantaranya dilengkapi
dengan tempat perawatan. Upaya peningkatan pemerataan pelayanan kesehatan dasar,
terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk imunisasi dan perbaikan gizi,
didukung dengan penempatan bidan di desa, serta didukung oleh peranserta masyarakat
antara lain dalam bentuk penyelenggaraan pos pelayanan terpadu (posyandu) dan
pondok bersalin desa (polindes). Selain itu, dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

11
kesehatan rujukan di rumah sakit telah ditempatkan sebanyak 556 dokter spesialis.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di rumah sakit telah
diberikan pelayanan rawat inap kepada sekitar 192,8 ribu orang dan pelayanan rawat
jalan kepada sekitar 132,3 ribu orang.

Dalam menggalang peran serta dan swadaya masyarakat untuk melaksanakan


program darurat, secara bertahap dikembangkan konsep terbentuknya suatu masyarakat
yang aman, sehat dan sejahtera dengan titik berat pada penggalangan upaya yang
dilaksanakan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Dalam hal ini Pemerintah bertindak
sebagai fasilitator. Selanjutnya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
angka kematian bayi, Pemerintah telah mengembangkan program menjadikan
kehamilan dan persalinan lebih aman dan program Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), disamping itu digalakkan pula upaya kesetaraan gender.

Selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan di daerah bencana dan konflik,


telah disusun Prosedur Tetap (PROTAP) pelayanan kesehatan penanggulangan
bencana dan penanganan pengungsi. Disamping itu, Pemerintah juga telah
menyelenggarakan program bantuan kegawatdaruratan medis dengan mengirimkan
bantuan obat-obatan dan tim medis gerak cepat. Untuk itu Pemerintah telah berhasil
membentuk Brigade Siaga Bencana (BSB) di beberapa kota yang setiap saat siap
diberangkatkan ke lokasi bencana atau daerah konflik, guna memperkuat Instalasi
Gawat Darurat (IGD) di rumah sakit-rumah sakit di lokasi tersebut.

Dalam rangka meningkatkan status gizi masyarakat, terutama pada wanita dan
anak balita, antara lain telah dilaksanakan kegiatan penanggulangan anemia gizi besi
melalui penyediaan dan pemberian tablet besi bagi ibu hamil (63,8 persen);
penanggulangan kurang vitamin A melalui penyediaan dan pemberian vitamin A bagi
ibu nifas (33,5 persen), bayi (25,9 persen) dan anak balita (69,3 persen); dan
penanggulangan gangguan akibat kurang yodium melalui penyediaan dan pemberian
kapsul yodium bagi wanita usia subur (42,1 persen), ibu hamil (37,9 persen) dan ibu
nifas (38,1 persen) terutama di daerah endemik. Selain itu, untuk mengatasi masalah
gizi telah dikembangkan pula keluarga sadar gizi yang inti pokoknya meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah gizi kurang. Di
samping itu dilaksanakan revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) di
tingkat kabupaten/kota. Guna mempercepat Indonesia Sehat 2010 sedang disusun

12
Sistem Kesehatan Nasional (SKN–baru) yang dalam penyelenggaraannya perlu
ditunjang dengan peningkatan anggaran belanja kesehatan yang signifikan, sehingga
besarannya mendekati arahan/ standar WHO.

Dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit


menular, pada tahun 2001 antara lain telah dilaksanakan kegiatan pemberantasan
penyakit malaria melalui pengobatan kepada sekitar 3 juta penderita malaria,
penyemprotan 135 ribu rumah dengan insektisida, pemberantasan jentik nyamuk pada
wilayah seluas 2,3 ribu hektar, dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) malaria
di 15 lokasi. Upaya tersebut antara lain telah berhasil menurunkan angka kesakitan
malaria, yaitu dari 51,6 per seribu penduduk pada tahun 2000 menjadi 44,7 per seribu
penduduk pada tahun 2001. Dalam rangka pemberantasan penyakit TB Paru, telah
dilaksanakan pengobatan terhadap lebih dari 80 ribu penderita TB Paru dengan tingkat
kesembuhan lebih dari 80 persen. Untuk mempercepat dan memperluas jangkauan
penanggulangan penyakit TB Paru, terutama dalam penerapan strategi pengobatan
jangka pendek DOTS (Directly Observed Treatment Short-course), telah dilakukan
advokasi dan sosialisasi Gerakan Terpadu Nasional Penganggulangan Tuberkolusis.
Sementara itu, cakupan imunisasi (Universal Coverage of Immunization) atau UCI
mencapai 75 persen.

Dalam rangka menunjang pelayanan kesehatan, telah dilaksanakan


pengembangan tenaga kesehatan antara lain melalui pengembangan dan peningkatan
kualitas institusi pendidikan dan latihan, penyelenggaraan pendidikan dan latihan
tenaga kesehatan, serta tugas belajar. Sampai dengan tahun 2001 telah terdapat
sebanyak 802 institusi pendidikan tenaga kesehatan. Jumlah lulusan tenaga kesehatan
pada tahun 2001 mencapai lebih dari 41 ribu orang. Sementara itu, jumlah peserta didik
dokter spesialis keahlian dasar (bedah, anak, kandungan dan penyakit dalam) tercatat
sebanyak 70 orang dan dokter spesialis penunjang (anestesi, radiologi, dan patologi
klinik) sebanyak 10 orang. Untuk meningkatkan mutu pendidikan tenaga kesehatan,
sebanyak 255 tenaga pengajar telah mengikuti tugas belajar dan 118 pengajar mengikuti
program AKTA. Sementara itu, pendidikan dan latihan (diklat) kesehatan yang meliputi
diklat pimpinan, diklat teknis, dan diklat fungsional telah dilaksanakan bagi sekitar 1,2
ribu orang.

3. Bidang pendidikan

13
Di bidang pendidikan kebijakan yang ditempuh terkait dengan upaya mengurangi
dampak krisis ekonomi terhadap partisipasi pendidikan dan mutu pendidikan. Dalam
hal ini kebijakan yang diterapkan antara lain adalah: (1) Mencegah meningkatnya angka
putus sekolah untuk mempertahankan angka partisipasi pendidikan serta menjaga
penyelenggaraan mutu pendidikan; (2) Melanjutkan upaya perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan; dan (3) Meningkatkan manajemen pendidikan
baik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah maupun pendidikan tinggi yang
mengarah pada otonomi dan desentralisasi.
Dalam salah satu bab bukunya yang berjudul 23 Things They Don't Tell You
About Capitalism, chapter 17: More education in itself is not going to make a country
richer, dengan gaya bertutur ringan, lugas, dan lumayan menggelitik, Ha-Joon Chang,
mengajak pembacanya menjawab beberapa pertanyaan penting; apakah tingginya
tingkat pendidikan akan selalu berujung pada semakin sejahteranya sebuah negara?.
Pada dasarnya yang menentukan tingkat kesejahteraan nasional bukanlah tingkat
pendidikan yang dapat diraih seseorang, melainkan kemampuan untuk mengelola dan
meningkatkan kapasitas-kapasitas produktif individu-individu secara nasional. Hal itu
dapat dilakukan dengan banyak cara. Beberapa di antaranya; pertama, mengubah
orientasi pendidikan sejak di ruang kelas untuk lebih memikirkan kemampuan dan
keterampilan yang perlu dipelajari dan dikuasai dalam kehidupan nyata. Belajar dengan
menimbang konteks dan mengacu pada penerapan pengetahuan dalam mengatasi
masalah sehari-hari akan membantu murid untuk mengembangkan kapasitas produktif
mereka dalam mengatasi masalah nyata dalam kehidupan.
Kedua, membekali mereka yang belajar dengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan yang memang diperlukan, seperti menumbuhkan kemampuan
komunikasi, kolaborasi, pengembangan kapasitas berpikir kritis, kemampuan
memecahkan masalah, dan rangsangan bagi upaya menumbuhkan kreativitas dan
inovasi yang diperlukan di masa dunia yang berubah cepat seperti saat ini. Kapasitas-
kapasitas tersebut ialah muasal produktivitas. Ketiga, menciptakan dan memperkuat
lembaga-lembaga yang diperlukan untuk mendongkrak kapasitas produktif melalui
penguatan sekolah-sekolah kejuruan atau perguruan tinggi khusus sebagai jawaban atas
kebutuhan tenaga kerja terlatih.
Pemikiran bahwa tingkat pendidikan tidak selalu berbanding lurus dengan derajat
kesejahteraan masyarakat mungkin bukan pendapat populer yang mudah diterima.
Terlebih, saat orang percaya bahwa pendidikan ialah jalan menuju kesejahteraan.

14
Namun peringatan Ha-Joon Chang, mungkin perlu juga diperhatikan. Setidaknya untuk
memberi kesempatan dan membuka diskusi serta menengok kembali orientasi
pendidikan kita.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan Negara Indonesia berdasarkan Pembukaan Undang-Undang Dasar Indonesia
1945 alinea keempat, yaitu tujuan Negara Indonesia adalah melindungi seluruh Warga
Negara Indonesia, mengusahakan kesejahteraan bagi masyarakat, mengutamakan
pendidikan bagi generasi penerus bangsa, serta ikut serta dalam nilai-nilai luhur yang
selalu ditanamkan tidak hanya di Indonesia melainkan juga di beberapa negara lain yaitu
mengupayakan perdamaian dunia, dan keadilan sosial bagi seluruh warga negara.
Tujuan Negara Indonesia ini tidak akan tercapai apabila tidak didukung dengan
sistem administrasi Negara Indonesia yang baik dan terstruktur. Walaupun sistem
administrasi Negara Indonesia ini merupakan tugas dari pemerintah, namun diperlukan
pula sudut pandang dan aspirasi dari masyarakat. Hal ini akan melingkupi pandangan
hidup rakyat mengenai tingkat kemakmuran dan kesejahteraan yang dirasakan oleh rakyat.
Demi mencapai tujuan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, rakyat harus berusaha untuk mewujudkan wawasan nusantara yaitu sikap
mengutamakan kesatuan wilayah Negara Indonesia serta menghargai dan menghormati
keberagaman setiap Warga Negara Indonesia.
Sehingga mengapa wilayah Indonesia yang amat luas, kekayaan alamnya melimpah,
tanahnya subur tetapi kesejahteraan rakyatnya sangat memprihatinkan, dan bahkan utang
luar negerinya sangat besar, karena kurangnya system pemerintahan yang mendukung dan
juga karena warga negara yang kurang sadar akan peluang yang besar yang dapat dijadikan
sebagai penghasilan yang meguntungkan, baik untuk rakyat nya sendiri maupun untuk
negara kita.

B. Saran
Dalam hal ini masalah tersebut tentu dapat di atasi dengan keterbukaan pemerintah
dengan sistem-sistemnya dimana diadakan pengaturan dan pengejaran terkait
pemberdayaan sumber daya yang ada di tanah kita Indonesia. Dengan adanya kegiatan ini
maka masyarakat akan lebih berpikiran terbuka dan juga akan memunculkan sebuah ide
dan gagasan serta kemauan masyarakat dalam pemberdayaan sumber daya yang ada dari
masing-masing daerah yang ada dan diharapkan dapat mengubah kesejahteraan rakyat dan
juga administrarif negara.

16
Daftar Pustaka

Soderten, Bo. 2004. Globalization and the Welfare State. NewYork : Palgrave Macmillan.
Soemardjan, S., 1991. Pancasila dalam Kehidupan Sosial, Jakarta : BP 7 pusat
Taniredja, T. H. 2006. Paradigma Pendidikan Pancasila. Jakarta : Alfabeta

17

Anda mungkin juga menyukai