Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ASTROFISIKA

“SISTEM TATA SURYA”

Oleh :

KELOMPOK IV

NAMA : SRI NINGSIH ULUPALU

BAHDIANA E. RUMAKUR

BETSY N. A. DEFRETES

AHMAD ARFA MADERO

REMON LEPERTERY

RIFAI SALIHI

KELAS : A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena atas segala
rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas Ilmu mata Julian ASTROFISIKA. Makalah ini dapat digunakan sebagai bahan
untuk menambah pengetahuan, sebagai teman belajar, dan sebagai referensi tambahan dalam
belajar Tata Surya. Makalah ini dibuat sedemikian rupa agar pembaca dapat dengan mudah
mempelajari dan memahami Tata Surya secara lebih lanjut. Makalah ini juga dilengkapi dengan
gambar-gambar sehingga pembaca tidak bosan.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua yang telah membantu dalam mempersiapkan,
melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan makalah ini. Segala upaya telah dilakukan untuk
menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang Sistem Tata Surya.

Ambon , 8 November 2019

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Asal-usul Tata Surya

2.2 Sejarah Penemuan Tata Surya

2.3 Struktur Tata Surya

2.4 Konteks Galaksi tata surya

2.5 MEDIUM ANTAR PLANET

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut
Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk
delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil, 173
satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat
planet luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan Piringan Terbesar. Enam dari delapan
planet dan tiga dari lima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami yang biasa disebut dengan
bulan. Contoh: Bulan atau satelit alami Bumi. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh
cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.

Mungkin itu sedikit gambaran tentang Tata Surya. Tetapi, Bagaimana Tata Surya bisa berbentuk
seperti sekarang? Bagaimana awal mula terbentuknya Tata Surya? Apa yang menarik tentang
Tata Surya? Pertanyaan-pertanyaan ini sering muncul di sekitar kita dan saya akan mencoba
menjawab lewat makalah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis membuat
makalah yang berjudul “Tata Surya dan Semua Benda Langit yang Terikat dengan Gravitasi”
dengan harapan dapat membantu para pembaca.. Dengan adanya makalah ini bukan berarti
benda langit hanya itu saja tetapi masih ada banyak lagi yang tidak dapat ditangkap oleh indera
manusia sehingga kita harus banyak belajar agar dapat menemukan benda langit yang baru.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang telah dijelaskan, maka secara garis besar ada empat
rumusan masalah sebagai berikut.

Bagaimana Asal-usul Tata Surya?

Bagaimana Sejarah Penemuan Tata Surya?

Bagaimana Struktur Tata Surya?

Bagaimana Konteks Galaksi Tata Surya?

Bagaimana Medium Antar Planet?

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

Mengetahui Asal-usul Tata surya.

Mengetahui Sejarah Tata Surya.

Mengetahui Struktur Tata Surya.

Mengetahui Konteks Galaksi Tata Surya.

Mengetahui Medium Antar Planet.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal-usul Tata Surya

a. Teori nebula (Kant dan Laplace)

Hipotesis Nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772)


tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis ini
lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace yang menyebutkan bahwa pada tahap awal
Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut
nebula dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya
menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan
akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari).

Teori nebula lainnya dikemukakan oleh Pierre Simon Laplace. Menurut Laplace, tata
surya berasal dari bola gas yang bersuhu tinggi dan berputar sangat cepat. Karena perputaran
yang sangat cepat, sehingga terlepaslah bagian-bagian dari bola gas tersebut dalam ukuran dan
jangka waktu yang berbeda-beda. Bagian-bagian yang terlepas itu berputar dan akhirnya
mendingin membentuk planet-planet, sedangkan bola gas asal dinamakan matahari.

Gambar Pembentukan tata surya menurut teori nebula

(Sumber: Moh. Ma'mur Tanudidjaja, halaman 98)


b. Teori planetesimal (Moulton dan Chamberlain)

Hipotesis Planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest
R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita
terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari. Pada masa awal
pembentukan matahari, kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan pada permukaan
matahari dan bersama proses internal matahari, menarik materi berulang kali dari matahari. Efek
gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari matahari.
Sementara sebagian besar materi tertarik kembali dan sebagian lain akan tetap di orbit,
mendingin, memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang disebut planetisimal

Gambar Pembentukan tata surya menurut teori planetesimal

(Sumber: Moh. Ma'mur Tanudidjaja, halaman 99)

c. Teori pasang surut (Jeans dan Jeffreys)

Astronom Jeans dan Jeffreys, mengemukakan pendapat bahwa tata surya pada awalnya
hanya matahari saja tanpa mempunyai anggota. Planet-planet dan anggota lainnya terbentuk
karena adanya bagian dari matahari yang tertarik dan terlepas oleh pengaruh gravitasi bintang
yang melintas ke dekat matahari. Bagian yang terlepas itu berbentuk seperti cerutu panjang
(bagian tengah besar dan kedua ujungnya mengecil) yang terus berputar mengelilingi matahari,
sehingga lama kelamaan mendingin membentuk bulatan-bulatan yang disebut planet.
Gambar Pembentukan tata surya menurut teori pasang surut

(Sumber: Moh. Ma'mur Tanudidjaja, halaman 100)

d. Teori bintang kembar (Lyttleton)

Teori bintang kembar dikemukakan astronom Inggris bernama Lyttleton. Teori ini
menyatakan bahwa pada awalnya matahari merupakan bintang kembar yang satu dengan lainnya
saling mengelilingi, pada suatu masa melintas bintang lainnya dan menabrak salah satu bintang
kembar itu dan menghancurkannya menjadi bagian-bagian kecil yang terus berputar dan
mendingin menjadi planet-planet yang mengelilingi bintang yang tidak hancur, yaitu matahari.

Gambar Pembentukan tata surya menurut teori bintang kembar

(Sumber: Moh. Ma'mur Tanudidjaja, halaman 98)


e. Teori Kondensasi

Teori Hipotesis kondensasi ini dikemukan oleh GP. Kuiper (seorang astronom Belanda)
pada tahun 1950. Dalam teori ini menyatakan bahwa sistem tata surya itu ternyata pada mulanya
berupa bola kabut raksasa. Dan di dalam Kabut itu terdiri dari debu, es, dan gas. Bola kabut ini
selanjutnya berotasi sehingga bagian yang ringan mudah terlempar ke luar, sedangkan bagian
yang berat berkumpul di pusatnya. Lama-kelamaan bola kabut ini membentuk sebuah cakram,
perputarannya pun semakin cepat, dan suhunya pun semakin bertambah. Akhirnya, cakram itu
kembali berbentuk bola gas yang cukup solid hingga terbentuklah Matahari. Bagian tepi cakram
yang berupa gas dan debu mulai bertarikan dan membentuk suatu gumpalan. Selanjutnya,
gumpalan tersebut terlepas dari Matahari dan menyebar ke sekitarnya. Gumpalan-gumpalan itu
disebut protoplanet. Protoplanet lambat laun makin dingin dan padat sehingga membentuk
planet. Protoplanet tetap berotasi di orbitnya dan sambil berotasi dia juga berevolusi
mengelilingi Matahari.

Gambar Pembentukan tata surya menurut Teori kondensasi

(Sumber: Moh. Ma'mur Tanudidjaja)

f. Teori Big Bang

Gagasan big bang didasarkan atas alam semesta yang berasal dari keadaan panas dan padat
yang mengalami ledakan dahsyat dan mengembang. Semua galaksi di alam semesta akan
memuai dan menjauhi pusat ledakan. Pada model Big Bang, alam semesta berasal dari ledakan
sebuah konsentrasi materi tunggal beberapa 1010 tahun yang lalu secara terus menerus
berekspansi sehingga pada keadaan yang lebih dingin (pergeseran merah galaksi) seperti
sekarang. Beberapa helium yang ditemui dalam bintang-bintang sekarang kemungkinan berasal
dari reaksi nuklir dalam bola api kosmik yang padat. George Gamow (fisikawan) mengkaji
model asal alam semesta ini dan menghitung ledakan yang menghasilkan sejumlah besar letupan
foton-foton. Ia memprediksi foton ini, tergeser merah oleh ekspansi alam semesta yang diamati
sekarang sebagai foton-foton radio dan temperatur 3 K merupakan penjelasan yang baik sebagai
radiasi latar (background radiation) yang ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson di
Amerika tahun 1965.

Radiasi latar gelombang mikro dari berbagai arah diantariksa juga diukur oleh para ilmuwan
lain yang memperoleh 2,9 K yaitu temperatur terendah yang mungkin terjadi radiasi termal suatu
benda. Fakta menunjukkan bahwa alam semesta mengembang pada kecepatan yang meningkat
dengan jarak. Karena cahaya galaksi yang lebih jauh tergeser merah lebih besar maka ia terlihat
pada bumi kurang energik dari pada jika ia tidak tergeser merah (foton merah kurang energik
daripada foton biru). Dengan memakai konstanta Hubble 100 km/s per megaparsek, diperoleh
bahwa pada jarak 3.000 megaparsek, kecepatan resesi (pergeseran merah) adalah 3 x 10 5
kilometer per sekon, sama dengan kecepatan cahaya. Jadi galaksi yang berjarak lebih dari 3.000
megaparsek (horison alam semesta yang dapat diamati) tidak pernah terlihat.

Galaksi mengandung hidrogen sekitar tiga kali lebih banyak daripada Helium. Pengamatan ini
dapat dijelaskan sebagai akibat dari pendinginan alam semesta setelah dentuman besar. Diatas
temperatur 10 milyar (1010) derajat, netron dan proton terlepas bebas dari intinya. Begitu alam
semesta menjadi dingin, neutron dan proton bergabung membentuk inti helium pada 10 milyar
derajat, menyisakan kelebihan proton sebagai inti hidrogren, bersesuaian dengan rasio massa
hidrogen terhadap helium sebesar tiga berbanding satu.

Berdasarkan Teori Big Bang, proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun
yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran
yang dilakukannya tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan
bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut
raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan
nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun, nebula-nebula tersebut
membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan nama Galaksi Bima Sakti,
kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu, bagian ringan yang terlempar ke luar tadi
mengalami kondensasi sehingga membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat.
Kemudian, gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet kita. Planet bumi.
Tapi tahun 1948, George Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia
mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang
ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata
di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ‘seharusnya ada’ ini pada akhirnya diketemukan.
Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang
ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis’, tidak terlihat memancar dari
satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui
bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang.

Gambar Pembentukan tata surya menurut teori big-bang

(Sumber: Moh. Ma'mur Tanudidjaja)

2.2 Sejarah Penemuan Tata Surya

Lima planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus)
telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang.
Banyak bangsa di dunia memiliki nama sendiri untuk masing-masing planet.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa
manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei
(1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia “lebih tajam”
dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang. Karena teleskop
Galileo bisa mengamati lebih tajam sehingga ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk
penampakan Venus seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi
Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori
heliosentris yaitu bahwa matahari adalah pusat alam semesta. Susunan heliosentris adalah
Matahari dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.

Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695)
yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan perhitungan gerak benda-
benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui Johannes Kepler

(1571-1630) dengan Hukum Kepler. dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan
inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya William
Herschel (1738-1822) menemukan Uranus pada 1781. Perhitungan cermat orbit Uranus
menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu. Kemudian Neptunus ditemukan pada
Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus.
Pluto kemudian ditemukan pada 1930. Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai
satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978 ditemukan
satelit yang mengelilingi Pluto yaitu Charon yang sebelumnya sempat dikira sebagai planet
karena ukurannya tidak jauh berbeda dengan Pluto.

Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil yang letaknya melampaui
Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada
sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah
bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk
Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna
(1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km
pada Mei 2004). Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini
diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan
puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh
penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.
2.3 Struktur Tata Surya

Komponen utama sistem Tata Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang
mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya
gravitasinya. Yupiter dan Saturnus merupakan dua komponen terbesar yang mengedari matahari
menyangkup kira-kira 90 persen massa selebihnya. Hampir semua objek-objek besar yang
mengorbit matahari terletak pada bidang edar bumi yang disebut ekliptika. Semua planet terletak
sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki
beda sudut yang sangat besar dibandingkan ekliptika. Planet-planet dan objek-objek Tata Surya
juga mengorbit mengelilingi matahari dengan berlawanan arah jarum jam jika dilihat dari atas
kutub utara matahari kecuali Komet Halley.

Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling
matahari bergerak mengikuti bentuk elips dengan matahari sebagai salah satu titik fokusnya.
Objek yang berjarak lebih dekat dari matahari memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada
orbit elips, jarak antara objek dengan matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara
objek dengan matahari disebut perihelion, sedangkan jarak terjauh dari matahari disebut
aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan terlambat di titik
aphelion. Orbit planet hampir berbentuk lingkaran sedangkan komet, asteroid, dan objek sabuk
Kuiper orbitnya berbentuk elips.

Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak yang
sama antar orbit. Semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari matahari, semakin besar jarak
antara objek itu dengan jalur edar orbit sebelumnya. Sebagai contoh: Venus terletak sekitar
sekitar 0,33 SA dari Merkurius, Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5
SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini
(hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.

Hampir semua planet-planet di Tata Surya memiliki sistem sekunder yang kebanyakan adalah
benda pengorbit alami (satelit atau bulan). Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari
planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi
satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga memiliki
cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit secara serempak.
a. Terminologi

Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam
mencakup empat planet kebumian dan sabuk asteroid utama. Tata Surya bagian luar terdapat
empat gas planet raksasa. Sejak ditemukan Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap
wilayah tersendiri yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.

Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga
golongan, yaitu: planet, planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan
yang mengedari matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan
telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya.
Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet:Merkurius, Venus, Bumi, Mars,
Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat
membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper. Planet kerdil adalah benda angkasa
bukan satelit yang mengelilingi matahari dan mempunyai massa yang cukup untuk bisa
membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya. Menurut definisi
ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil, yaitu: Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan
Eris. Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah Sedna, Orcus,
dan Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di daerah trans-Neptunus disebut plutoid.

Sisa objek-objek lain yang mengitari matahari adalah benda kecil Tata Surya. Ilmuwan ahli
planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di
dalam Tata Surya. Batu digunakan untuk menyebut bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari
500 K). Contoh: silikat. Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam
yang merupakan komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian dan asteroid. Gas
adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom, hidrogen, helium, dan gas mulia. Bahan-
bahan ini mendominasi wilayah tengah Tata Surya yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus.
Es seperti air, metana, amonia, dan karbon dioksida memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat
kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga
merupakan komponen utama Uranus dan Neptunus (es raksasa) serta berbagai benda kecil yang
terletak di dekat orbit Neptunus.
b. Zona Tata Surya

Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan
sabuk Kuiper.

Di zona planet bagian dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat
dengan planet Merkurius (jarak dari matahari 57,9 × 106 km, Venus (108,2 × 106 km, Bumi
(149,6 × 106 km,) dan Mars (227,9 × 106 km). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan
12.756 km, dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.Sabuk asteroid adalah
kumpulan batuan metal dan mineral yang terletak di antara Mars dan Yupiter.. Kebanyakan
asteroid-asteroid ini hanya berdiameter sekitar100 km atau lebih. Orbit asteroid-asteroid ini
sangat eliptis, bahkan sampai menyimpang Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron). Ceres
adalah bagian dari kumpulan asteroid ini yang berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan
sebagai planet kerdil.Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106
km), Uranus (2,875 × 109 km,) dan Neptunus (4,504 × 109 km,) dengan massa jenis antara
0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3. Jarak rata-rata antara planet-planet dengan matahari bisa diperkirakan
dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-
orbit ini kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya.
Anehnya pada planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode sehingga membuat
para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.

c. Matahari

Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata
Surya.Bintang ini berukuran 332.830 kali dari massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan
kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan
menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke luar
angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik yang termasuk spektrum optik.

Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning yang berukuran tengahan. Nama ini
menyebabkan kesalahpahaman karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam
galaksi Bima Sakti matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang diklasifikasikan
dengan diagram Hertzsprung-Russell yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai
luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih
panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak pada
deret utama dan matahari terletak persis di tengah deret ini. Akan tetapi bintang-bintang yang
lebih cemerlang dan lebih panas dari matahari adalah langka sedangkan bintang-bintang yang
lebih redup dan dingin adalah umum.

Saat ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat

kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang. Matahari secara


metalisitas dikategorikan sebagai bintang “populasi I”. Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir
pada tingkat evolusi alam semesta sehingga mengandung banyak unsur yang lebih berat daripada
hidrogen dan helium (metal) dibandingkan dengan bintang “populasi II”. Unsur-unsur yang lebih
berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian
meledak. Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta
dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini. Bintang-bintang tertua mengandung sangat
sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat
metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem
Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.

Disamping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel


bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin matahari. Semburan partikel ini menyebar keluar
kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam sehingga menciptakan atmosfer tipis
(heliosfer) yang merambah Tata Surya sejauh 100 SA. Kesemuanya ini disebut medium
antarplanet.

Badai geomagnetis pada permukaan matahari, seperti semburan matahari (solar flares) dan
pengeluaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer
sehingga menciptakan cuaca ruang angkasa. Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar
aliran heliosfer (heliospheric current sheet), yaitu sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi
magnetis matahari terhadap medium antarplanet. Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi
berinteraksi dengan angin matahari. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet karena
atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa. Interaksi antara angin matahari dan medan magnet
bumi menyebabkan terjadinya aurora yang dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata
Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar
kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan medan magnet matahari mengalami perubahan
pada skala waktu yang sangat panjang sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya
sendiri adalah bervariasi meskipun tidak diketahui seberapa besar.

Medium antarplanet juga merupakan tempat berada dua daerah mirip piringan yang berisi debu
kosmis. Daerah pertama, awan debu zodiak yang terletak di Tata Surya bagian dalam dan
merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk
asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet. Daerah kedua, membentang antara
10 SA sampai sekitar 40 SA dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di
dalam Sabuk Kuiper.

2.4 Tata Surya Bagian Dalam

Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid.
Terutama yang terbuat dari silikat dan logam. Objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup
dekat dengan matahari. Radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan
Saturnus.

 Planet-Planet Bagian Dalam

Planet-planet bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Empat
planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki komposisi batuan yang
padat dan hampir tidak mempunyai bulan dan sistem cincin. Komposisi utama planet ini adalah
mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan selubung dan logam
seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Venus, Bumi dan Mars memiliki atmosfer,
kawah meteor, dan sifat-sifat permukaan tektonis seperti gunung berapi dan lembah pecahan.
Planet yang letaknya di antara matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet
inferior.
a. Merkurius

Merkurius (0,4 SA) adalah planet terdekat dari matahari serta terkecil (0,055 massa bumi).
Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang
diketahui adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda
awal sejarahnya. Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom yang
terlepas dari permukaannya karena semburan angin matahari. Besarnya inti besi dan tipisnya
kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesis lapisan luar
planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa dan perkembangan (akresi) penuhnya
terhambat oleh energi awal matahari.

b. Venus

Venus (0,7 SA) berukuran 0,815 kali dari massa bumi. Planet ini memiliki selimut kulit silikat
yang tebal dan berinti besi, atmosfer yang tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi
planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi. Venus
tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C
yang kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.
Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi dan karena planet ini tidak memiliki medan
magnet yang bisa mencegah habisnya atmosfer diduga sumber atmosfer Venus berasal dari
gunung berapi.

c. Bumi

Bumi adalah planet bagian dalam yang terbesar dan terpadat. Bumi adalah satu-satunya yang
diketahui memiliki aktivitas geologi dan memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang cair adalah
khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya planet yang diobservasi
memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya
karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi
memiliki satu satelit yaitu bulan dan satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam
Tata Surya.
d. Mars

Mars (1,5 SA) berukuran lebih keci dari bumi dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini
memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars
yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles
marineris menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai belakangan ini. Warna
merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai dua satelit alami
kecil yaitu Deimos dan Phobos yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.

e. Sabuk Asteroid

Asteroid adalah obyek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku. Sabuk
asteroid utama terletak di antara orbit Mars dan Yupiter yang berjarak antara 2,3-3,3 SA dari
matahari. Asteroid merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal
karena pengaruh gravitasi Yupiter. Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai
mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang terbesar diklasifikasikan sebagai benda kecil
Tata Surya. Beberapa asteroid seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai
planet kerdil jika terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik. Sabuk asteroid terdiri dari
beribu-ribu hingga jutaan objek yang berdiameter satu kilometer. Meskipun demikian, massa
total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi. Sabuk utama tidaklah rapat
karena kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami kecelakaan.
Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10-4 m disebut meteorid.

 Tata Surya Bagian Luar

Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelit yang berukuran
planet. Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur yang juga berorbit di
daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini mengandung jumlah volatil (contoh: air, amonia,
metan, yang sering disebut es dalam peristilahan ilmu keplanetan) yang lebih tinggi
dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata Surya.
 Planet-Planet Bagian Luar

Keempat planet luar yang disebut planet raksasa gas (gas giant) atau planet jovian secara
keseluruhan mencakup 99% massa yang mengorbit matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian
besar mengandung hidrogen dan helium. Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang lebih
besar. Para astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai raksasa es.
Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang
dapat dilihat dengan mudah dari bumi.

a. Yupiter

Yupiter (5,2 SA) merupakan planet yang berukuran 318 kali massa bumi dan 2,5 kali mass

dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utama planet ini adalah hidrogen dan helium.
Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri semi-permanen pada
atmosfernya seperti pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter
memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar adalah Ganymede, Callisto, Io, dan Europa yang
menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.
Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya berukuran lebih besar dari Merkurius.

b. Saturnus

Saturnus (9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya memiliki beberapa kesamaan dengan
Yupiter yaitu komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter,
namun planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi sehingga
membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus memiliki 60
satelit yang diketahui sejauh ini dan 3 yang belum dipastikan. Dua di antaranya yaitu Titan dan
Enceladus yang menunjukan activitas geologis meskipun hanya terdiri dari es saja. Titan
berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang
memiliki atmosfer yang cukup berarti.
c. Uranus

Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi adalah planet yang paling ringan di antara
planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari matahari dengan
berukuran poros 90° pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas
raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas. Uranus memiliki 27 satelit yang
diketahui dan yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel, dan Miranda.

d. Neptunus

Neptunus (30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus namun memiliki 17 kali massa bumi
sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak
sebanyak Yupiter atau Saturnus. Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar
adalah Triton. Triton memiliki geyser nitrogen cair dan geologinya aktif. Triton adalah satu-
satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus juga didampingi beberapa
planet minor pada orbitnya yang disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi
1:1 dengan Neptunus.

e. Komet

Komet adalah badan Tata Surya kecil yang biasanya hanya berukuran beberapa kilometer dan
terbuat dari es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi. Secara umum,
perihelionnya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelionnya lebih jauh dari Pluto.
Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam dan mendekati matahari menyebabkan
permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi yang menghasilkan koma, ekor gas, dan debu
panjang yang sering dapat dilihat dengan mata telanjang.

Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan
komet berperioda panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda
pendek dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang seperti Hale-
bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti Kreutz Sungrazers terbentuk
dari pecahan sebuah induk tunggal. Sebagian komet berorbit hiperbolik mungkin berasal dari
luar Tata Surya tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit. Komet tua yang
bahan volatilesnya telah habis karena panas matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.
 Daerah trans-Neptunus

Daerah yang terletak jauh melampaui Neptunus disebut daerah trans-Neptunus yang sebagian
besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia
kecil (yang terbesar memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh lebih kecil dari bulan)
dan terutama mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal sebagai daerah luar Tata Surya
meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk daerah yang terletak melebihi sabuk
asteroid.

a. Sabuk Kuiper

Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk asteroid tetapi komposisi
utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara 30 dan 50 SA dan terdiri dari benda kecil Tata
Surya. Beberapa objek Kuiper yang terbesar seperti Quaoar, Varuna, dan Orcus mungkin akan
diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000
objek Sabuk Kuiper yang berdiameter lebih dari 50 km tetapi diperkirakan massa total Sabuk
Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi. Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan
kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika.

Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi resonansi dan sabuk klasik. Resonansi adalah
orbit yang terkait pada Neptunus. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi
dengan Neptunus dan terletak sekitar 39,4 SA- 47,7 SA. Anggota dari sabuk klasik
diklasifikasikan sebagai cubewanos.

b. Piringan Tersebar

Piringan tersebar (scattered disc) berpotongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh
lebih luas. Daerah ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek piringan
tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena pengaruh gravitasi dari gerakan
migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar (scattered disc objects atau SDO)
memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion hampir sejauh 150 SA dari matahari.
Orbit OPT juga memiliki inklinasi tinggi pada bidang ekliptika dan sering hampir bersudut siku-
siku. Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian dari sabuk
Kuiper dan menjuluki piringan tersebar sebagai “Objek Sabuk Kuiper Tersebar”.
 Daerah Terjauh

Titik tempat Tata Surya berakhir dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi.
Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah yaitu angin matahari dan
gravitasi matahari. Batasan terjauh pengaruh angin matahari kira kira berjarak empat kali jarak
Pluto dan matahari. Heliopause ini disebut sebagai titik permulaan medium antar bintang. Akan
tetapi, Bola Roche Matahari jarak efektif pengaruh gravitasi matahari diperkirakan mencakup
sekitar seribu kali lebih jauh.

Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum diketahui. Medan gravitasi
matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun
cahaya (125.000 SA). Perkiraan bawah radius Awan Oort, di sisi lain tidak lebih besar dari
50.000 SA sekalipun Sedna telah ditemukan. Daerah antara Sabuk Kuiper dan Awan Oort adalah
sebuah daerah yang memiliki radius puluhan ribu SA. Selain itu, juga ada studi yang
mempelajari daerah antara Merkurius dan Matahari. Objek-objek baru mungkin masih akan
ditemukan di daerah yang belum dipetakan.

2.4 Konteks Galaksi

Tata Surya terletak di galaksi Bima Sakti yaitu sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar
100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyar bintang. Matahari berlokasi di salah satu
lengan spiral galaksi yang disebut Lengan Orion. Letak Matahari berjarak antara 25.000 dan
28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar
2.200 kilometer per detik. Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini
dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.

Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk
orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan hampir sama dengan lengan spiral galaksi
sehingga bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi
supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini
memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.

Di daerah pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan bisa menggoyang benda-
benda di Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini bisa
menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi. Intensitas radiasi dari pusat
galaksi juga mempengaruhi perkembangan bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian,
para ilmuwan berhipotesis bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini supernova telah
mempengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan melemparkan pecahan-
pecahan inti bintang ke arah matahari dalam bentuk debu radiasi atau bahan yang lebih besar
lainnya, seperti berbagai benda mirip komet.

2.5 MEDIUM ANTAR PLANET

Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per
jam,menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100
SA (lihat juga heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet.

Badai geomagnetis pada permukaan matahari, seperti semburan matahari (solar flares) dan
lontaran massa korona (coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer,
menciptakan cuaca ruang angkasa.Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer
(heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis matahari
terhadap medium antarplanet. Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan
angin matahari. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis
ke luar angkasa.Interaksi antara angin matahari dan medan magnet bumi menyebabkan
terjadinya aurora, yang dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi.

Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata
Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar
kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan medan magnet matahari mengalami perubahan
pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dala Tata Surya sendiri
adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa besar.Medium antarplanet juga merupakan
tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip piringan yang berisi debu kosmis. Yang
pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab
cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan
oleh interaksi dengan planet-planet. Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40
SA, dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper
BAB. III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ada beberapa hipotesis yang menyatakan asal-usul Tata Surya yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli, yaitu Hipotesis Nebula, Hipotesis Planetisimal, Hipotesis Pasang Surut Bintang,
Hipotesis Kondensasi, dan Hipotesis Bintang Kembar. Sejarah penemuan Tata surya di awali
dengan dilihatnya planet-planet dengan mata telanjang hingga ditemukannya alat untuk
mengamati benda langit lebih jelas yaitu Teleskop dari Galileo. Perkembangan teleskop
diimbangi dengan perkembangan perhitungan benda-benda langit dan hubungan satu dengan
yang lainnya. Dari mulai mengetahui perkembangan planet-planet hingga puncaknya adalah
penemuan UB 313 yang ternyata juga mempunyai satelit.Tata surya adalah kumpulan benda
langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh
gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui
dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil atau katai, 173 satelit alami yang telah
diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya. Tata Surya terbagi
menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di
bagian terluar ada Sabuk Kuiper dan Piringan Tersebar.

3.2 Saran

Sebaiknya semua pihak mempelajari Tata Surya agar dapat mengetahui dari mana sebenarnya
Tata Surya itu berasal sehingga kita tidak dapat mengada-ada atau merekayasanya. Mengetahui
Tata Surya juga sangat penting agar kita dapat mengetahui kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
sehingga kita dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Lily. 2004. Fisika 1 Kelas X. Bandung: PT. Rosdakarya.

Barata, Bima. 2002. Fisika Untuk SMA. Jakarta: Sagufindo Kinarya.

Wikipedia.2009.Tata Surya,(Online),(http://wikipediafoundation.

Anda mungkin juga menyukai