Anda di halaman 1dari 3

1.

Lumut Spesies A
Setiap lumut memiliki kemampuan untuk metagenesis. Lumut berbentuk talus dan tidak
memilki pembuluh angkut sehingga dimasukkan ke dalam kelompok Thalopyta. Pada
spesies A yang diamati menggunakan mikroskop stereo dapat dilihat fase talus gametofit dan
fase talus sporofit. Fase talus gametofit terdiri dari daun semu(filoid), batang semu(cauloid),
dan akar semu(rizoid). Daun, batang , dan akar disebut semu karena pada tumbuhan ini
bagian-bagian tersebut bukan bagian yang sejati. Batang pada tumbuhan lumut spesies A ini
berbentuk bulat panjang jika dilihat dari sisi dorsal. Pada spesies A ini terlihat bagian yang
merupakan fase talus sporofit yang terdiri dari seta(tangkai sporogonium), kapsul, dan juga
kaliptra. Seta merupakan tangkai sporogonium yang menghubungkan antara talus gametofit
dengan sporogonium. Pada ujung seta terdapat sporangium yang dibungkus oleh kapsul dan
diujungnya terdapat kaliptra yang merupakan tudung kotak spora. Pada pengamatan
anatomis menggunakan mikroskop binokuler perbesaran 40x10, kami mengamati
sporangiumnya dan menemukan adanya spora yang berbentuk bulat. Pada pengamatan ini
juga menemukan gigi peristoma. Gigi peristoma terletak di sekitar stoma, stoma terletak di
lubang bagian atas kotak spora. Sebenarnya peristoma dapat berbentuk rambut atau gigi.
Pada pengamatan ini kami menemukan peristoma yang berbentuk gigi. Sisi ventral. Terdapat
rusuk di bagian tengah yang merupakan penebalan talus. Terdapat rizoid di bagian yang
menebal tersebut dengan tekstur yang halus. Sisi dorsal terdapat guratan-guratan.

2. Spesies lumut B
Pada lumut daun spesies dua ini memiliki bentuk menjalar, dengan daun kecil dan sejajar.
Lumut ini nampak bercabang cabang seperti percabangan pada batang sungguhan. Pada
lumut daun spesies dua memiliki bentuk talus yang bisa dibedakan antara akar semu (rizoid),
batang semu (kauloid) dan daun semu (filoid). Pada rizoidnya nampak seperti akar serabut
yang mencengkram substratnya. Sedangkan pada kauloidnya nampak seperti batang
sungguhan yang bercabang cabang dan ditumbuhi anak daun. Pada filoidnya nampak bentuk
pipih, bergelombang dan membentuk barisan selang seling. Sehingga nampak tidak
beraturan dan rimbun.
Pada lumut ini memiliki siklus hidup metagenesis yaitu dibagi menjadi dua fase sporofit dan
gametofit. Pada generasi gametofit, gamet terbentuk. Fase ini dimulai dengan pembentukan
spora. Produksi spora yang terjadi oleh meiosis dan spora yang dihasilkan adalah haploid.
Spora menjalani mitosis dan sel-sel dari struktur multiseluler terbentuk juga haploid. Dengan
proses yang disebut mitosis, struktur multiseluler ini menghasilkan gamet jantan dan betina
yang haploid (telur dan sperma).
Awal generasi sporofit diploid dimulai dengan pembentukan zigot diploid ini. Zigot tumbuh
menjadi sporofit diploid, yang membentuk spora haploid pada generasi sporofit. Dengan
proses meiosis yang mengurangi jumlah kromosom dalam sel setengah dari sel induknya ‘,
sporofit yang diploid menghasilkan spora haploid. Spora haploid ini akhirnya tumbuh
sebagai multiseluler, gametofit haploid yang menimbulkan generasi gametofit berikutnya.
Pada fase sporofit memiliki sporangium yang terdapat beberapa bagian yaitu seta, apofisis,
kaliptra, faginula dan sporangium itu sendiri. Pada spesies ini nampak semua bagian tersebut
namaun belum sempat melihat spora yang ada didalam sporangium. Seta adalah tangkai
sporangium dengan panjang 5-7 cm, pada spesies ini setanya tidak lurus melainkan
membengkok atau menunduk ke arah kanan. Apofisis pada sporangium ini sangat nampak
jelas dibawah bagian tabung sporangium. Dalam spesies ini terlihat bentuk gigi peristom
diujung sporangium tanpa adanya kaliptra yang menutupinya.
Habitat dari spesies ini ada di lereng perbukitan dengan kondisi udara yang lembab dan
kurang cahaya. Hal ini yang menyebkan kelompok 9 banyak menemui lumut ini di plot
sembilan dengan ketinggian diatas yang lainya. Lumut daun bisa dikatakan lumut sejati
karena masih bisa dibedakan filoid, kauloid dan rizoidnya.

3. Spesies C
Lumut hati adalah tumbuhan talus dengan bentuk tubuh yang lembaran, pipih, dan berlobus.
Pada lumut hati reproduksi secara aseksual terjadi melalui fragmentasi dan pembentukan
gema. Gema akan terlepas dari talus jika mendapat bantuan dari tetesan air atau
mendapatkan sentuhan dari mahkluk hidup lainnya. Bila gema tersebut jatuh di tempat yang
mendukung keberlangsungan hidupnya, maka gema tersebut mampu tumbuh dan
berkembang menjadi individu baru.memiliki anteridium dan arkegoniun.

4. Spesies D
Gametofit mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi bertoreh. Sporogonium tidak
bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-15 cm. Tubuhnya mirip lumut
hati, tetapi berbeda pada sporofitnya. Sporofit pada lumut ini membentuk kapsul memanjang
yang tumbuh seperti tanduk. Habitatnya di daerah yang mempunyai kelembaban tinggi.
Memiliki dua fase reproduksi sporofit dan gametosit. Pada fase gametosit bentuknya talus.

Anda mungkin juga menyukai