KELAS :C
Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik
Sedangkan agregat beton adalah bahan berbutir seperti pasir, kerikil, batu pecah, atau slag,
yang digunakan sebagai salah satu komponen bahan campuran beton semen atau mortar.
Selain itu, agregat beton adalah material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah yang
dipakai secara bersama-sama dengan suatu media pengikat semen hidraulik membentuk beton.
Mengingat bahwa agregat menempati 70-75% dari total volume beton maka kualitas
agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton. Dengan agregat yang baik, beton dapat
dikerjakan (workable), kuat, tahan lama (durable) dan ekonomis. (Paul Nugraha dan Antoni,
2007)
Jenis-jenis agregat
a. Agregat Halus
Agregat Halus merupakan bahan pengisi diantara agregat kasar sehingga menjadikan ikatan
lebih kuat yang mempunyai Bj 1400 kg/m. Agregat halus yang baik tidak mengandung lumpur
lebih besar 5 % dari berat, tidak mengandung bahan organis lebih banyak, terdiri dari butiran
yang tajam dan keras, dan bervariasi.
b. Agregat Kasar
Menurut SNI 1970-2008, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No. 1½ inci).
Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri dari kerikil atau batu pecah dengan partikel butir
lebih besar dari 5 mm atau antara 9,5 mm dan 37,5 mm.
Klasifikasi Agregat
1. Klasifikasi Sumber
Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat
yang berasal dari alam dan agregat buatan (artificial aggregates). Contoh agregat yang berasal
dari sumber alam adalah pasir alami dan kerikil, sedangkan contoh agregat buatan adalah hasil
residu terak tanur tinggi (blast furnace slag), pecahan bata, dll.
2. Klasifikasi Berat
Berdasarkan beratnya, ada tiga jenis agregat yaitu agregat normal, agregat ringan, dan
agregat berat. Agregat normal bisa dihasilkan dari pemecahan batuan atau langsung dari sumber
alam dan biasanya berasal dari jenis granit, basalt, kuarsa, dsb. Berat jenis rata-rata adalah 2,5 –
2,7 dan bobot isinya tidak boleh kurang dari 1,2 kg/dm3.
Agregat ringan digunakan untuk menghasilkan beton ringan dengan bermacam-macam
produk seperti bahan untuk isolasi, bahan untuk pratekan, dan bahan-bahan pracetak lainnya.
Beton yang dibuat dengan agregat ringan mempunyai keunggulan sifat lebih tahan api tetapi
terdapat juga kelemahan karena ukuran pori pada beton lebih besar sehingga penyerapannya juga
3. Klasifikasi Bentuk
a. Agregat Bulat
Bentuk bulat terjadi karena pengikisan oleh air atau karena gesekan-gesekan. Rongga
udaranya minimum 33%, sehingga rasio luas permukaannya kecil. Ikatan antara agregat
kurang kuat oleh karena itu beton yang terbuat dari agregat bulat kurang cocok untuk
struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi.
Bentuk tidak teratur terjadi secara alamiah. Sebagian terbentuk karena pergeseran sehingga
permukaan atau sudut-sudutnya berbentuk bulat. Rongga udara 35 – 38% sehingga akan
membutuhkan lebih banyak pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan
belum cukup untuk struktur yangg menekankan kekuatan atau beton mutu tinggi.
c. Agregat Bersudut
Agregat ini mempunyai sudut-sudut yang tampak jelas yang terbentuk di tempat-tempat
membutuhkan air lebih banyak lagi agar mudah dikerjakan. Ikatan antar agregatnya baik
yang memungkinkan pencapaian beton yang menekankan kekuatan atau beton mutu tinggi.
d. Agregat Lonjong
Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari pada lebarnya dan lebarnya jauh lebih besar
dari tebalnya. Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada mutu beton.
e. Agregat Pipih
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran-ukuran lebar dan
panjangnya. Seperti halnya agregat panjang, agregat pipih juga tidak baik untuk campuran
beton. Agregat pipih mempunyai perbandingan antara panjang dan lebar dengan ketebalan 1
: 3.
Agregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada lebarnya, sedangkan
Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin. Tetapi
berdasarkan pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi sangat halus (glassy),
halus, granular, kasar, berkristal, berpori, dan berlubang-lubang. Permukaan yang kasar akan
menghasilkan ikatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan permukaan agregat yang licin.
agregat yang lebih besar akan menghasilkan beton yang lebih sulit dikerjakan dan kekuatannya
lebih kecil dibandingkan dengan beton yang menggunakan ukuran agregat lebih kecil.