Anda di halaman 1dari 5

NAMA : AGUNG PRIADI BUALO

STAMBUK : F 221 19 022

KELAS :C

M. KULIAH : ILMU BAHAN BANGUNAN

Agregat

Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik

berupa hasil alam maupun buatan. (SNI 03-1737-1989)

Sedangkan agregat beton adalah bahan berbutir seperti pasir, kerikil, batu pecah, atau slag,

yang digunakan sebagai salah satu komponen bahan campuran beton semen atau mortar.

(Kementerian PU, 2010)

Selain itu, agregat beton adalah material granular, seperti pasir, kerikil, batu pecah yang

dipakai secara bersama-sama dengan suatu media pengikat semen hidraulik membentuk beton.

(Sidharta S.K, dkk, 1999)

Mengingat bahwa agregat menempati 70-75% dari total volume beton maka kualitas

agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton. Dengan agregat yang baik, beton dapat

dikerjakan (workable), kuat, tahan lama (durable) dan ekonomis. (Paul Nugraha dan Antoni,

2007)
Jenis-jenis agregat

Agregat terbagi duajenis yaitu:

a. Agregat Halus
Agregat Halus merupakan bahan pengisi diantara agregat kasar sehingga menjadikan ikatan
lebih kuat yang mempunyai Bj 1400 kg/m. Agregat halus yang baik tidak mengandung lumpur
lebih besar 5 % dari berat, tidak mengandung bahan organis lebih banyak, terdiri dari butiran
yang tajam dan keras, dan bervariasi.

b. Agregat Kasar
Menurut SNI 1970-2008, agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
antara 4,75 mm (No.4) sampai 40 mm (No. 1½ inci).
Berdasarkan ASTM C33 Agregat kasar terdiri dari kerikil atau batu pecah dengan partikel butir
lebih besar dari 5 mm atau antara 9,5 mm dan 37,5 mm.

Klasifikasi Agregat

Berdasarkan Kementerian PU (2010), agregat terdiri dari beberapa klasifikasi, yaitu :

1. Klasifikasi Sumber

Jika dilihat dari sumbernya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat

yang berasal dari alam dan agregat buatan (artificial aggregates). Contoh agregat yang berasal

dari sumber alam adalah pasir alami dan kerikil, sedangkan contoh agregat buatan adalah hasil

residu terak tanur tinggi (blast furnace slag), pecahan bata, dll.

2. Klasifikasi Berat

Berdasarkan beratnya, ada tiga jenis agregat yaitu agregat normal, agregat ringan, dan

agregat berat. Agregat normal bisa dihasilkan dari pemecahan batuan atau langsung dari sumber

alam dan biasanya berasal dari jenis granit, basalt, kuarsa, dsb. Berat jenis rata-rata adalah 2,5 –

2,7 dan bobot isinya tidak boleh kurang dari 1,2 kg/dm3.
Agregat ringan digunakan untuk menghasilkan beton ringan dengan bermacam-macam

produk seperti bahan untuk isolasi, bahan untuk pratekan, dan bahan-bahan pracetak lainnya.

Beton yang dibuat dengan agregat ringan mempunyai keunggulan sifat lebih tahan api tetapi

terdapat juga kelemahan karena ukuran pori pada beton lebih besar sehingga penyerapannya juga

besar. Pada pelaksanaan disarankan menggunakan takaran volume.

3. Klasifikasi Bentuk

Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut:

a. Agregat Bulat

Bentuk bulat terjadi karena pengikisan oleh air atau karena gesekan-gesekan. Rongga

udaranya minimum 33%, sehingga rasio luas permukaannya kecil. Ikatan antara agregat

kurang kuat oleh karena itu beton yang terbuat dari agregat bulat kurang cocok untuk

struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi.

b. Agregat Bulat Sebagian atau Tidak Teratur

Bentuk tidak teratur terjadi secara alamiah. Sebagian terbentuk karena pergeseran sehingga

permukaan atau sudut-sudutnya berbentuk bulat. Rongga udara 35 – 38% sehingga akan

membutuhkan lebih banyak pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan

belum cukup untuk struktur yangg menekankan kekuatan atau beton mutu tinggi.

c. Agregat Bersudut

Agregat ini mempunyai sudut-sudut yang tampak jelas yang terbentuk di tempat-tempat

perpotongan bidang-bidang. Permukaan bidang kasar. Rongga udara 38 – 40 % sehingga

membutuhkan air lebih banyak lagi agar mudah dikerjakan. Ikatan antar agregatnya baik

yang memungkinkan pencapaian beton yang menekankan kekuatan atau beton mutu tinggi.

d. Agregat Lonjong
Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari pada lebarnya dan lebarnya jauh lebih besar

dari tebalnya. Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada mutu beton.

e. Agregat Pipih

Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran-ukuran lebar dan

panjangnya. Seperti halnya agregat panjang, agregat pipih juga tidak baik untuk campuran

beton. Agregat pipih mempunyai perbandingan antara panjang dan lebar dengan ketebalan 1

: 3.

f. Agregat Pipih dan Lonjong

Agregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada lebarnya, sedangkan

lebarnya jauh lebih besar daripada tebalnya.

4. Klasifikasi Tekstur Permukaan

Umumnya agregat dibedakan menjadi kasar, agak kasar, licin, agak licin. Tetapi

berdasarkan pemeriksaan visual, tekstur agregat dapat dibedakan menjadi sangat halus (glassy),

halus, granular, kasar, berkristal, berpori, dan berlubang-lubang. Permukaan yang kasar akan

menghasilkan ikatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan permukaan agregat yang licin.

5. Klasifikasi Ukuran Butir Nominal

Ukuran agregat berpengaruh pada kekuatan beton. Dengan menggunakan maksimum

agregat yang lebih besar akan menghasilkan beton yang lebih sulit dikerjakan dan kekuatannya

lebih kecil dibandingkan dengan beton yang menggunakan ukuran agregat lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai