Anda di halaman 1dari 7

GIC

Bubuk : Calcium fluoroalumino silicate glass


Cairan : asam polialkeonat atau asam poliakrila
 Sifat fisik :
1. kelarutan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan semen lain.
2. kekuatan terhadap fraktur
3. Adesi pada gigi secara kimia (ionik)
4. Warna sesuai dengan gigi
Reaksi setting
Terdiri dari tiga tahap :

1. Tahap 1 : Ionisasi / Dissolution


Pada saat pencampuran lapisan permukaan
partikel kaca bereaksi dengan asam poliakrilat 
ionosasi  dihasilkan 20-30% partikel kaca dan
ion ( Ca 2+, Al3+, fluor)

2. Tahap 2 : Gelation
Pengendapan garam dan pembentukan gel.
Ion Ca 2+ dan AL 3+ berikatan dengan asam
poliakrilat  cross linked ionic  gel  4-10 mnt.
Bila AL3+ difusi keluar karena tidak terjadi ikatan
silang dengan asam poliakrilat, dehidrasi/ air
keluar  reaksi tidak sempurna  rapuh
 Ion fluor dan fosfat  garam
 Pelepasan fluor yang tinggi pada 24 jam stlh pengerasan
3. Tahap 3 : Maturasi / Hardening  semen mulai mengeras
Semen terdiri dari partikel bubuk yg tdk bereaksi dikelilingi oleh gel silika, tertanam
dalam matrik dari kalsium dan endapan garam
 Pada saat setting terbentuk ikatan silang → terjadi hidrasi oleh air sebagai media.
Partikel kaca yang tersisa (glass core) → gel silica dalam matrix berbentuk matrix kalsium
alumino poliakrilat

GIC tipe I (Luting Cement)


Sifat:
 Memiliki sifat antikariogenik karena mengeluarkan fluor.
 Bersifat radiopak
 Memiliki pH awal yang sangat rendah bila dibanding dengan GIC tipe lain, karena
konsistensinya yang lebih encer.3
 Fluoride Release
Indikasi :
 sebagai luting agent
misalnya pada pemakai mahkota tiruan ataupun gigi tiruan jembatan, veneer, inlay,
onlay tumpatan tuang dan alat-alat ortodenti cekat

GIC tipe II (Restorative Cement)


1. Tipe IIa (Restorative Aesthetic Material)
Sifat:
 Compressive strength setelah 24 jam sebesar 150 MPa.
 Tensile strength sebesar 6,6 MPa.
 Knoop hardness sebesar 48 KHN.
 Solubility nya terhadap air sebesar 0,4%.
 Memiliki sifat antikariogenik karena mengeluarkan fluor.
 Fracture toughness sebesar 1,37 MPa.
 Bersifat radiolusen.
 Fluoride Release
Indikasi :
1. Sebagai fissure sealant
2. Restorasi lesi erosi servikal
3. Untuk inti dari mahkota pasak
4. Tumpatan kelas I kecil
5. Restorasi dengan penguat pin

2. Tipe II b (Restorative Reinforced Materials)


Sifat:
 Compressive strength setelah 24 jam sebesar 150 MPa.
 Tensile strength sebesar 6,6 MPa.
 Knoop hardness sebesar 48 KHN.
 Memiliki sifat antikariogenik karena mengeluarkan fluor.
 Fracture toughness sebesar 0,51 MPa.
 Memiliki pH antara 6-7.
 Estetik jelek sehingga digunakan untuk tumpatan pada gigi posterior.
 Bersifat radiopak.
 Fluoride Release
Indikasi :
1. sebagai restorative reinforced
2. sebagai restorasi tanpa pertimbangan estetik,
3. dapat diberi pin ato poste untuk daerah yang tidak ada dentinnya
4. membangun inti mahkota pasak (core built up)

GIC tipe III (Liners and Bases Cement)


Sifat :
 Compressive strength setelah 24 jam sebesar 105 MPa.
 Tensile strength sebesar 6,6 MPa.
 Knoop hardness sebesar 48 KHN.
 Memiliki sifat antikariogenik karena mengeluarkan fluor.
 Fracture toughness sebesar 0,88 MPa.
 Memiliki bond strength dengan gigi sama besar dengan GIC konvensional.
 Bersifat radiopak.
 Fluoride Release
Indikasi :
- Sebagai lining atau basis dibawah semua jenis tumpatan
KONTRADIKSI
1. Tidak dianjurkan digunakan pada kavitas yang dalam tanpa menggunakan pelapis
kalsium hidroksida
2. Lesi erosi yang dangkal
3. Tidak dapat digunakan jika kontrol kekeringan daerah kerja tidak terjamin
4. Pengganti amalgam

KEUNTUNGAN
 Perlekatan dengan struktur gigi secara kimia sehingga retensi cukup tinggi
 Mampu melepaskan fluoride sehingga mencegah terjadinya karies sekunder
 Biokompatibel
 Preparasi minimal dan waktu kerja yang singkat.
 Sedikit penyusutan
KERUGIAN
 Rapuh
 Mudah larut dalam saliva
 Kasar
 Sensitif terhadap air pada saat setting time.
 Estetis kurang baik dibandingkan komposit

Conditioner  asam poliakrilat 25%.


 Teknik aplikasinya diulaskan pada permukaan gigi sekitar 10-15 detik ,dibersihkan
dengan air selama 30 detik ,keringkan.
Manfaat conditioner :
 Kandungan asam, bila ada sisa asam yang tertinggal tidak akan menghalangi
reaksi pengerasan
 Asam poliakrilik akan mengaktifkan ion kalsium dalam dentin sehingga terjadi
pertukaran ion dengan semen
 Menghilangkan smear layer yang merupakan kotoran dari hasil preparasi

Teknik ART
 Prinsip kerja ART adalah menghilangkan jaringan karies dengan hanya menggunakan
instrumen tangan tanpa pengeboran dan kemudian menambal kavitas dengan Glass
Ionomer.
 Indikasi ART adalah karies pada gigi vital yang baru mencapai dentin, letak gigi
memungkinkan masuknya instrumen, serta tidak ada abses, fistel, dan sejenisnya.
Lesi Non Karies
1. Abrasi
Abrasi adalah suatu keadaan reduksi gigi non-fisiologis yang diakibatkan karena masuknya
material luar ke dalam rongga mulut dan berkontak dengan permukaan gigi. Konsep klasik
Abrasi adalah suatu proses demineralisasi atau kehilangan struktur gigi karena pathologis atau
restorasi , bebas dari plak bakteri yang terjadi secara perlahan , bertahap dan progresif
Beberapa material luar tersebut adalah :
 Makanan yang mengandung material kasar, berpasir, keras dan sebagainya yang terjadi
pada saat mastikasi
 Teknik menggunakan Sikat gigi, dental floss yang salah dan penggunaan pasta gigi yang
abrasif pada saat membersihkan gigi
 Kebiasaan buruk, misalnya menggigit pulpen, menahan pipa rokok dengan gigi
 Penggunaan tusuk gigi yang terlalu bertenaga pada gigi yang saling bersebelahan.
 Ataupun berbagai alat yang menggunakan kemampuan gigi yang untuk dapat berfungsi.
Misalnya : membuka tutup botol, membuka jepit rambut dengan gigi.

2. Atrisi

Atrisi didefinisikan sebagai gesekan fisiologis pada permukaan gigi atau restorasi disebabkan
oleh kontak gigi (tooth to tooth contact) selama proses mengunyah atau berfungsi mungkin
terjadi di keduanya pada gigi susu dan gigi permanen, tanpa adanya pengaruh dari makanan
ataupun material asing lainnya; atau karena adanya kelainan fungsi/ parafunction.cTingkat
atrisi bergantung pada : Makanan, faktor saliva, mineralisasi gigi, Usia (semakin tua akan lebih
cepat terkena atrisi), emotional tension.

Gambaran klinis pada lesi atrisi, yaitu:


∙ Biasanya terlihat pada permukaan kunyah seperti insisal, oklusal, dan proksimal.
∙ Biasanya menyebabkan permukaan melengkung sampai rata, mahkotanya memendek dan
permukaan enamel oklusal/ insisal menghilang.
∙ Menyebabkan tepi enamel menjadi tajam
∙ Pada gigi anterior, ujung insisal tampak melebar
∙ Pada gigi posterior, bagian yang mengalami atrisi terutama adalah cusp. Pada gigi rahang
atas, yang paling mudah terkena atrisi adalah cusp lingual, sementara pada gigi rahang bawah
adalah cusp bukal.
∙ Jika sudah terkena dentin, warna menjadi kekuning-kuningan serta terbuka.
∙ Pada atrisi patologis (bruxism, maloklusi, bentuk gigi, dll), keausan batas (facet) meluas
lebih cepat dibandingkan atris karena fisiologis.

3. Erosi
Erosi digambarkan sebagai kehilangan struktur gigi patologis yang progesif disebabkan karena
adanya kontak berulang kali dalam jangka waktu yang lama terhadap larutan asam atau larutan
kimia tanpa melibatkan bakteri. (terjadi demineralisasi gigi karena bahan kimia).
Gambaran klinis :
 Umumnya berupa lesi halus, terdapat depresi mengkilap di permukaan enamel yang
terletak
di dekat gingival.
 Erosi dapat menyebabkan kehilangan enamel dalam jumlah yang besar sehingga dapat
menimbulkan noda berwarna pink di seluruh enamel yang tersisa.
 Tidak ada lagi enamel ridges yang tajam karena smuanya sudah membulat
 Permukaan enamel bisa menjadi konkaf hingga dentin terkena.
Pada gambaran radiografis lesi erosi, terlihat radiolusen pada bagian yang mengalami erosi

4. Abfraksi
Abfraksi merupakan hilangnya permukaan gigi di daerah servikal gigi disebabkan oleh
ketegangan dan tekanan sekunder pada saat pergerakan gigi dengan beban oklusal berlebihan
yang bila diterapkan pada posisi eksentris gigi, ketegangan terkonsentrasi pada titik tumpu
servikal (fulkrum), yang mengarah ke sudut yang bisa menembuskristal enamel dan ikatan
kimia di daerah servikal.

Anda mungkin juga menyukai