2. Tahap 2 : Gelation
Pengendapan garam dan pembentukan gel.
Ion Ca 2+ dan AL 3+ berikatan dengan asam
poliakrilat cross linked ionic gel 4-10 mnt.
Bila AL3+ difusi keluar karena tidak terjadi ikatan
silang dengan asam poliakrilat, dehidrasi/ air
keluar reaksi tidak sempurna rapuh
Ion fluor dan fosfat garam
Pelepasan fluor yang tinggi pada 24 jam stlh pengerasan
3. Tahap 3 : Maturasi / Hardening semen mulai mengeras
Semen terdiri dari partikel bubuk yg tdk bereaksi dikelilingi oleh gel silika, tertanam
dalam matrik dari kalsium dan endapan garam
Pada saat setting terbentuk ikatan silang → terjadi hidrasi oleh air sebagai media.
Partikel kaca yang tersisa (glass core) → gel silica dalam matrix berbentuk matrix kalsium
alumino poliakrilat
KEUNTUNGAN
Perlekatan dengan struktur gigi secara kimia sehingga retensi cukup tinggi
Mampu melepaskan fluoride sehingga mencegah terjadinya karies sekunder
Biokompatibel
Preparasi minimal dan waktu kerja yang singkat.
Sedikit penyusutan
KERUGIAN
Rapuh
Mudah larut dalam saliva
Kasar
Sensitif terhadap air pada saat setting time.
Estetis kurang baik dibandingkan komposit
Teknik ART
Prinsip kerja ART adalah menghilangkan jaringan karies dengan hanya menggunakan
instrumen tangan tanpa pengeboran dan kemudian menambal kavitas dengan Glass
Ionomer.
Indikasi ART adalah karies pada gigi vital yang baru mencapai dentin, letak gigi
memungkinkan masuknya instrumen, serta tidak ada abses, fistel, dan sejenisnya.
Lesi Non Karies
1. Abrasi
Abrasi adalah suatu keadaan reduksi gigi non-fisiologis yang diakibatkan karena masuknya
material luar ke dalam rongga mulut dan berkontak dengan permukaan gigi. Konsep klasik
Abrasi adalah suatu proses demineralisasi atau kehilangan struktur gigi karena pathologis atau
restorasi , bebas dari plak bakteri yang terjadi secara perlahan , bertahap dan progresif
Beberapa material luar tersebut adalah :
Makanan yang mengandung material kasar, berpasir, keras dan sebagainya yang terjadi
pada saat mastikasi
Teknik menggunakan Sikat gigi, dental floss yang salah dan penggunaan pasta gigi yang
abrasif pada saat membersihkan gigi
Kebiasaan buruk, misalnya menggigit pulpen, menahan pipa rokok dengan gigi
Penggunaan tusuk gigi yang terlalu bertenaga pada gigi yang saling bersebelahan.
Ataupun berbagai alat yang menggunakan kemampuan gigi yang untuk dapat berfungsi.
Misalnya : membuka tutup botol, membuka jepit rambut dengan gigi.
2. Atrisi
Atrisi didefinisikan sebagai gesekan fisiologis pada permukaan gigi atau restorasi disebabkan
oleh kontak gigi (tooth to tooth contact) selama proses mengunyah atau berfungsi mungkin
terjadi di keduanya pada gigi susu dan gigi permanen, tanpa adanya pengaruh dari makanan
ataupun material asing lainnya; atau karena adanya kelainan fungsi/ parafunction.cTingkat
atrisi bergantung pada : Makanan, faktor saliva, mineralisasi gigi, Usia (semakin tua akan lebih
cepat terkena atrisi), emotional tension.
3. Erosi
Erosi digambarkan sebagai kehilangan struktur gigi patologis yang progesif disebabkan karena
adanya kontak berulang kali dalam jangka waktu yang lama terhadap larutan asam atau larutan
kimia tanpa melibatkan bakteri. (terjadi demineralisasi gigi karena bahan kimia).
Gambaran klinis :
Umumnya berupa lesi halus, terdapat depresi mengkilap di permukaan enamel yang
terletak
di dekat gingival.
Erosi dapat menyebabkan kehilangan enamel dalam jumlah yang besar sehingga dapat
menimbulkan noda berwarna pink di seluruh enamel yang tersisa.
Tidak ada lagi enamel ridges yang tajam karena smuanya sudah membulat
Permukaan enamel bisa menjadi konkaf hingga dentin terkena.
Pada gambaran radiografis lesi erosi, terlihat radiolusen pada bagian yang mengalami erosi
4. Abfraksi
Abfraksi merupakan hilangnya permukaan gigi di daerah servikal gigi disebabkan oleh
ketegangan dan tekanan sekunder pada saat pergerakan gigi dengan beban oklusal berlebihan
yang bila diterapkan pada posisi eksentris gigi, ketegangan terkonsentrasi pada titik tumpu
servikal (fulkrum), yang mengarah ke sudut yang bisa menembuskristal enamel dan ikatan
kimia di daerah servikal.