Anda di halaman 1dari 4

NPM : 17.0102.

0135

Nama : Fira Nurhidayah

PERAN AUDIT FORENSIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI


INDONESIA

A. Fenomena Korupsi di Indonesia


Korupsi hampir terjadi di setiap daerah di Indonesia, mulai dari kasus kecil sampai
dengan kasus kompleks, misalnya kasus korupsi yang terjadi pada tahun 2019, dua pejabat
Pemerintah kabupaten Indragiri Hulu, Riau, yang menjadi tersangka korupsi anggaran
Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) yang digelar pada tahun 2017 dan telah merugikan
keuangan Negara sebesar Rp. 313.000.000,00 (Syukur, 2019).
Pemberantasan korupsi sudah sangat banyak dilakukan, tetapi upaya untuk
menimbulkan efek jera dengan terpenjaranya pelaku koruptor ternyata tidak terwujud. Hal
ini disebabkan karena penegakkan hukum di Indonesia tidak bebas dari permainan uang
dan pengaruh kekuasaan. Strategi yang telah disusun oleh berbagai lembaga pemerintah
seperti BPK, BPKP, Inspektorat, KPK maupun oleh kalangan LSM seperti MTI dan ICW
masih belum mampu menuntaskan permasalahan korupsi yang sudah menjamur
sedemikian rupa (WIRATMAJA, 2010).
(Pasaribu, 2019), tahun ini merupakan puncak pelemahan pemberantasan korupsi
di Indonesia. Dengan adanya regulasi revisi UU KPK, pelemahan melewati revisi UU KPK
dan dimudahkanya remisi para koruptor dalam UU tentang permasyarakatan. Hukumanya
pun berkurang yang tadinya 4 tahun di tipikor lalu turun menjadi 2 tahun, denda juga
banyak berkurang. Kesulitan lain yang akan dihadapi KPK ke depan yakni terkait
hilangnya status penyidik dan penuntut pimpinan KPK.

B. Audit Forensik

(WIRATMAJA, 2010),Audit forensik merupakan suatu pengujian mengenai bukti atas


suatu pernyataan atau pengungkapan informasi keuangan untuk menentukan
keterkaitannya dengan ukuran-ukuran standar yang memadai untuk kebutuhan pembuktian
di pengadilan. Audit forensik lebih menekankan proses pencarian bukti serta penilaian
kesesuaian bukti atau temuan audit tersebut dengan ukuran pembuktian yang dibutuhkan
untuk proses persidangan. Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan.
Auditor Forensik yang berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-
temuannya terkait kasus yang dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor
menganalisa kasus dan data-data pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka
pengadilan.

Audit forensik merupakan perluasan dari penerapan prosedur audit standar ke arah
pengumpulan bukti untuk kebutuhan persidangan di pengadilan. Audit ini meliputi
prosedur-prosedur atau tahapan-tahapan tertentu yang dilakukan dengan maksud untuk
menghasilkan bukti. Teknik-teknik yang digunakan audit untuk mengidentifikasi dan
menggabungkan bukti-bukti guna membuktikan, seperti berapa lama fraud telah
dilakukan, bagaimana cara melakukan fraud tersebut, berapa besar jumlahnya, di mana
dilakukannya, serta oleh siapa pelakunya. Audit forensik pertama kali harus
mempertimbangkan apakah ia memiliki keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan untuk
menerima pekerjaan tersebut karena audit forensik memerlukan pengetahuan tentang
investigasi fraud dan pengetahuan tentang hukum secara luas dan mendalam. Tahap
perencanaan merupakan tahap kedua setelah penerimaan tugas. Tahap ini mengidentifikasi
jenis fraud yang terjadi, seberapa lama fraud yang berlangsung, siapa pelaku, dan
kuantifikasi kerugian financial yang diderita klien. Auditor mempertimbangkan cara
terbaik mendapatkan bukti dan memberikan saran untuk pencegahan terjadinya fraud
tersebut (Purjono, 2012).
(Tias, 2012),mengatakan bahwa pengumpulan bukti bisa saja dilakukan dengan
analisa dokumen-dokumen, wawancara investigasi, dan observasi langsung ke lapangan.
Sebelum melakukan pengumpulan bukti, auditor harus memahami jenis fraud dan
bagaimana fraud tersebut bisa dilakukan. Bukti yang dimiliki auditor haruslah kuat dan
dapat dibuktikan bahwa berdasarkan bukti tersebut terdapat kemungkinan terjadinya
kecurangan. Laporan yang diterbitkan auditor sebaiknya membahas bagaimana fraudster
melakukan suatu kecurangan, pengendalian internal yang berhasil dibobol, dan
memberikan masukan dalam pencegahan terjadinya fraud (Purjono, 2012).
(Purjono, 2012), mendefinisikan fraud sebagai suatu kecurangan, baik dalam
bentuk penggelapan atau penipuan yang dibuat untuk mendapatkan keuntungan pribadi
atau untuk orang lain. Tindakan fraud menjadi tiga kelompok, antara lain korupsi,
penggunaan aset yang tidak selayaknya (asset misappropriation), dan fraud atas laporan
keuangan.. Kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan digambarkan dalam segitiga
kecurangan (fraud triangle) yang terdiri dari insentif atau tekanan, kesempatan, dan sikap.
(WIRATMAJA, 2010), mengungkapkan bahwa korupsi direalisasi oleh aparat
birokrasi dengan perbuatan menggunakan dana kepunyaan negara untuk kepentingan
pribadi yang seharusnya digunakan untuk kepentingan umum. Korupsi dalam kaitannya
dengan birokrasi dapat dalam bentuk kolusi, dan nepotisme. Seorang ahli sosiologi korupsi,
membedakan jenis-jenis korupsi menurut tipologi, yaitu : Transactive Corruption,
Exortive Corruption, Investive Corruption, Nepotistic Corruption, Defensive Corruption,
Autogenic Corruption dan Supportive Corruption.
C. Peran Audit Forensik Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Audit forensik dalam menerapkan pemberantasan korupsi di Indonesia hanya
digunakan untuk mendeteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian keuangan, serta untuk
menjadi saksi ahli di pengadilan. Oleh karena itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam
mendeteksi risiko fraud dan uji tuntas dalam perusahaan swasta belum dipraktikan di
Indonesia. Audit forensik dalam menjalankan peranannya dalam upaya pemberantasan
korupsi diharapkan mampu secara efisien mencegah, mengerti atau mengungkapkan, dan
menyelesaikan berbagai kasus korupsi melalui tindakan preventif, detektif, dan represif
(WIRATMAJA, 2010). Adanya strategi preventif dan dilakukan dengan pemberian arahan
pada hal-hal yang menjadi sebab timbulnya praktek korupsi untuk dapat membuat
meminimalkan penyebab korupsi serta peluang untuk dapat dengan mudah melakukan
korupsi. Pada strategi detektif ini dilakukan untuk sebuah kasus korupsi yang telah terjadi,
maka kasus tersebut dapat diketahui dalam waktu singkat dan akurat untuk dapat mencegah
terjadinya kemungkinan terjadinya kerugian yang lebih besar. Strategi reprensif ini
diarahkan untuk memberikan sanksi hukum kepada pihak yang terlibat dalam praktik
korupsi. Audit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian
keuangan negara yang disebabkan tindakan fraud.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan suatu keahlian forensik
dalam pencegahan dan cara menanggulangi kecurangan- kecurangan seperti korupsi yang
diperlihatkan melalui pengadaan pelatihan kompetensi auditor forensik yang dilakukan
oleh BPKP. Diklat ini sebagai persiapan bagi auditor agar dapat mengikuti sertifikasi
kompetensi auditor forensik yang diadakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Auditor
Forensik (LSPAF). Sejak memperoleh sebuah legalisasi tersebut, LSPAF melakukan
sebuah kegiatan sertifikasi auditor forensik dan dapat pula memberikan sertifikasi
kompetensi auditor forensik kepada beberapa auditor.
Peran yang harus dihadapi audit forensik di indonesia adalah masih lemahnya
institusi yang dapat menghasilkan tenaga forensik dan audit investigatif dalam upaya
pemberantasan korupsi. Audit forensik di Indonesia yang masih sangat terbatas dan
keberadaannya masih terdapat di pusat masih menjadi faktor utama korupsi yang masih
dapat berkembang di seluruh Indonesia. Didalam sektor publik, peran kekuasaan yang
diduduki oleh politisi dapat menjadi suatu hambatan didalam regulasi dan birokrasi yang
berbelit-belit dapat menjadi suatu kendala terbesar bagi audit forensik untuk menjalankan
tugasnya.
Cepatnya pertumbuhan korupsi, sangatlah tidak sebanding dengan pemberantasan
yang dilakukan lembaga pemberantas korupsi, oleh karena itu pemerintah harus membuka
ruang gerak bagi audit forensik untuk masuk lebih jauh lagi dalam upaya pemberantasan
tindak pidana korupsi. Dengan terbukanya ruang gerak bagi akuntan forensik, perlahan tapi
pasti dapat membantu dalam menurunkan tingkat korupsi yang terjadi di Indonesia, bahkan
tidak mustahil untuk memberantas sampai ke akar dan mengubah budaya korupsi yang
sudah turun - menurun tersebut. Sehingga negara kita ini dapat menjadi negara yang aman,
tenang dan terbebas dari korupsi.

Anda mungkin juga menyukai