Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antara atom-atom yang membentuk suatu molekul. Atom-
atom yang berikatan bisa berasal dari usur yang sejenis ataupun berlainan sejenis.
A. Kestabilan Unsur
Pada subab ini, kita akan mempelajari kestabilan unsur gas mulia, symbol lewis yang
memudahkan kita mempelajari ikatan kimia, dan cara atom-atom lain mencapai kestabilan
seperti atom-atom unsur gas mulia.
Dari gambar tersebut, terlihat bahwa kulit terluar atom-atom gas mulia tersisi penuh
oleh 2 elektron (untuk He) dan 8 elektron (untuk atom gas mulia lainnya). Susunan
electron gas mulia disebut susunan duplet (untuk He) dan susunan oktet (untuk gas
mulia selain he)
Tabel Elektron Valensi Atom-Atom Gas Mulia
Atom Konfigurasi Elektron Elektron Valensi
2He 2 2
10Ne 28 8
18Ar 288 8
36Kr 2 8 18 8 8
54Xe 2 8 18 18 8 8
86Rn 2 8 18 32 18 8 8
Untuk Diingat
1. Elektron valensi = 1,2,3 atom melepaskan elektron dan membentuk ion
positif.
Atom-atom yang melepaskan electron akan berubah mejadi ion positif atau kation. Perhatikan
pembentukan ion positif Na+ pada gambar dibawah ini.
+e-
+
11Na :281 11Na (ion natrium) : 2 8
Atom-atom yang menerima electron akan berubah mejadi ion negative atau anion. Perhatikan
pembentukan ion negative Cl- pada gambar dibawah ini.
+ e-
-
17Cl :287 17Cl (ion klorin) : 2 8 8
Cl + e- Cl-
3. Simbol Lewis
Cl
B. Ikatan Ion
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat adanya serah terima electron sehingga
membentuk ion positif dan ion negative yang konfigurasi elektronnya sama dengan gas
mulia. Ion positif dan ion negative diiikat oleh suatu gaya elektrostatik. Senyawa yang
dihasilkan dinamakan senyawa ion.
1. Pembentukan Ikatan Ion
Umumnya, ikatan ion terjadi antara atom logam yang cenderung melepaskan electron
dengan atom nonlogam yang cenderung menerima electron. Contohnya, ikatan yang terjadi
antara atom Na dengan atom Cl.
+ -
Pada ikatan ion, terjadi gaya tarik-menarik (elektrostatik) antara kation dan anion. Tarik-
menarik akibat muatan ion yang berlawanan antara Na+ dan Cl-, tidak berhenti sampai
terbentuknya sepasang ikatan ion, tetapi sampai pada terbentuknya struktur kristal.
Struktur kristal senyawa ion yang terbentuk memengaruhi sifat fisika senyawanya. Struktur
kristal itu tersusuv atas jutaan ion Na+ dan Cl-. Setiap ion Na + dapat mengikat 6 ion Cl-. Begitu
juga dengan ion Cl- yang dapat mengikat 6 ion ion Na+. Gaya tarik-menarik antarion sangat kuat
sehingga posisi ion-ion tidak mudah berubah dan diperlukan energi yang cukup besar untuk
memutuskan ikatan ionnya. Hal itulah yang menyebabkan garam berwujud kristal padat, serta
mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi.
Sifat senyawa ion yang dapat menghantarkan arus listrik dikarenakan dalam bentuk cairan
atau lelehan, ion-ionnya dapat bergerak bebas sehingga dapat menghantarkan arus listrik,
sedangkan dalam bentuk padat, senyawa ion tidak dapat menghantarkan arus listrik dikarenakan
ion-ionnya tidak dapat bergerak bebas.
C. Ikatan Kovalen
Ikatan Kovalen adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya pemakaian Bersama pasangan
electron. Ikatan yang terbentuk distabilkan oleh gaya tarik-menarik antara electron dan inti
atom serta gaya tolak-menolak antarinti atom.
1. Pembentukan Ikatan Kovalen
Umumnya ikatan kovalen dibentuk oleh atom-atom nonlogam. Jika atom-atom yang
berikatan kovalen berasal dari atom sejenis, maka molekul yang terbentuk dinamakan
molekul unsur. Adapun molekul yang terbentuk dari ikatan kovalen atom-atom yang tidak
sejenis dinamakan molekul senyawa.
Tarik-menarik
Tolak-menolak
Gambar ini yaitu ikatan kovalen distabilkan oleh gaya tarik-menarik antara electron dan
inti atom serta tolak menolak antarinti atom.
a) Pembentukan Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan kovalen tunggal merupakan ikatan kovalen yang melibatkan pemakaian bersama
satu pasang electron oleh 2 atom yang berikatan.
Contohnya, ikatan yang terjadi antara 2 atom Cl.
xx xx xx
Cl x Clx Cl Cl
x xx Cl Clx
xxx xxx
xx x xx
O O xx O x O O O
xx xx
+ H
H
H
x + - x
H xN + H Cl + Cl- H N+
x H xN H H
x
H
H
H
Contoh lain senyawa yang mempunyai ikatan kovalen koordinasi adalah CO, O3, dan
HNO3.
Ikatan kovalen
koordinasi
Ikatan kovalen
koordinasi
xx
x
C O C xO x C O
x
+ x Be x x
Cl Cl x Be Cl
Ada 4 elektron
pada atom pusat
Dalam molekul tersebut, atom Be hanya mempunyai 4 elektron di kulit terluarnya. Jadi
BeCl2 tidak memenuhi hukum oktet.
b. Molekul NO2
Jika jumlah electron valensi ganjil akan terdapat electron yang tida berpasangan dan
sekurang-kurangnya terdapat satu atom dengan octet yang tidak lengkap. Misalnya,
pada molekul NO2
O N O
Selain itu terdapat pula molekul yang atom pusatnya mempunyai electron valensi lebih dari
8, yang disebut octet berkembang. Dua diantaranya adalah PCl5 dan SF6. Untuk
membentuk ikatan kovalen diantara atom pusat dan setiap atom yang mengelilinginya,
diperlukan lebih dari 4 pasang electron. Misalnya, PCl5 mempunyai 5 pasang electron
ikatan, sedangkan SF6 mempunyai 6 pasang electron ikatan. Atom pusat dalam setiap
molekul menggunakan semua electron valensinya untuk membentuk ikatan kovalen. Ikatan
yang terbentuk pada molekul PCl5 dan SF6 adalah sebagai berikut :
Cl Cl
P
Cl Cl
Cl
F F
S
F F
F F
F
2.
NH3
H N H
H
Kelektronegatifan : H = 2,1
N = 3,0
Beda keelektronegatifan : 3,0-2,1 = 0,9
2. Ikatan Kovalen Nonpolar
Merupakan ikatan kovalen yang PEI-nya tertarik sama kuat ke arah atom-atom yang
berikatan.
Ikatan kovalen nonpolar terbentuk antara atom-atom unsur yang memiliki perbedaan
nilai keelektronegatifan yang kecil atau sama dengan nol serta tidak memiliki pasangan
elektron ikatan.
Contoh :
1. Molekul H2
Molekul H2, pasangan electron ikatan tertarik sama kuat ke arah atom-atom yang
berikatan. Hal ini dikarenaka antara dua atom H2 memiliki keelektronegatifan yang
sama besar atau dengan kata lain perbedaan keelektronegativitas adalah nol. Karena
PEI tertarik sma kuat, maka bentuk molekul pada senyawa H2 adalah simetris.
2.
Molekul H2
Kelektronegatifan : H = 2,1
Beda keelektronegatifan : 2,1-2,1 = 0
Tabel dibawah ini menunjukkan Perbedaan Senyawa Polar dan Senyawa Nonpolar
Karakteristik Senyawa Kovalen Polar Senyawa Kovalen Nonpolar
Perbedaan Keelektronegatifan Relatif Besar Sangat kecil atau nol untuk senyawa
biatom sejenis
Pasangan Elektron Ikatan(PEI) Cenderung tertarik ke salah Tertarik sama kuat oleh atom-atom
satu atom yang berikatan yang berikatan
Pasangan Elektron Bebas (PEB) Atom pusat memiliki PEB Atom pusat tidak memiliki PEB
Bentuk Molekul Asimetris (mengutub) Simetris(proporsional)
Daya Hantar Listrik Dapat mampu menghanta- Tidak dapat menghantarkan arus
ntarkan arus listrik Listrik
Momen Dipol Lebih dari nol Sama dengan nol
Kelarutan Umumnya hanya dapat Umumnya hanya dapat larut dalam
larut dalam cairan polar cairan nonpolar lainnya
lainnya
Jadi, Kristal logam terdiri atas kumpulan ion loga, bermuatan positif di dalam larutan
electron yang mudah bergerak.
Pembahasan tentang ikatan logam :
1. Susunan Atom-Atom dalam Logam
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan spektroskopi sinar-X, logam-logam dalam
bentuk padatan mempunyai struktur lattice. Ahli kimia membayangkan struktur lattice tersebut
atas tumpukan atom-atom logam yang tersusun terjejal. Susunan atom-atom dalam logam dapat
diibaratkan tumpukan buah-buahan.
Gaya tarik-menarik yang terjadi antara katin logam dan electron valensi cukup kuat. Untuk
memutuskan ikatan tersebut diperlukan energy yang sangat besar. Itulah yang menyebabkan titik
didih dan titik leleh suatu logam sangat tinggi.
Beberapa logam juga mempunyai sifat dapat ditmpa dan diulur tanpa harus
mengancurkannya terlebih dahulu. Contohnya logam yang dapat ditempa, diantaranya alumunium,
tembaga, timbel, emas, dan perak. Adapu logam yang dapat diulur adalah nikel, krom, dan besi.
Pada saat dikenakan energy, susunan atom-atom pada logam tidak berubah. Meskipun
posisi atom berubah, namun ion logam tetap berikatan dengan electron. Hal itulah yang
menyebabkan logam dapat ditempa dan diulur.
GEOMETRI MOLEKUL
Untuk menentukan geometri molekul dapat ditentukan dengan teori:
1. VSEPR
2. Hibridisasi
3. Orbital molekul
Hubungan VSEPR dengan domain elektron pada atom pusat (jumlah pasangan electron dan
Teori domain electron meramalkan bentuk geometri molekul berdasarkan gaya tolak-menolak
electron valensi atom pusat.domain electron adalah daerah ditemukannya electron atau daerah
kedudukan electron.
Domain electron dapat berupa:
a. PEI dapat berupa ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap 2, ikatan kovalen
rangkap 3, ikatan kovalen koordinasi
b. PEB (pasangan electron bebas / pasangan electron yang tidak dipakai untuk mengikat
atom lain)
A. Teori VSEPR
Menggambarkan bentuk molekul dengan bantuan VSEPR didasari oleh penggambaran
struktur Lewis sebagai model 2 dimensi. Dalam teori VSEPR atom pusat akan menempatkan
secara relative grup (bisa berupa atom atau pasangan electron) pada posisis tertentu. Prinsip
dasarnya yaitu masing-masing grup electron valensi ditempatkan sejauh mungkin satu sama lain
untuk meminimalkan gaya tolakan. Ikatan rangkap memberikan gaya tolakan lebih kuat
disbanding ikatan tunggal. Pasangan electron sunyi juga memberikan tolakan lebih kuat
doanding pasagan elektrob berikatan.
Minimalisasi gaya tolakan antar pasangan elektron ini akan menentukan geometri molekul.
Menggambarkan bentuk molekul dengan bantuan VSEPR didasari oleh penggambaran struktur
Lewis sebagai model 2 dimensi. Dalam teori VSEPR atom pusat akan menempatkan secara
relative grup (bisa berupa atom atau pasangan electron) pada posisis tertentu. Prinsip dasarnya
yaitu masing-masing grup electron valensi ditempatkan sejauh mungkin satu sama lain untuk
meminimalkan gaya tolakan. Ikatan rangkap memberikan gaya tolakan lebih kuat disbanding
ikatan tunggal.
Pasangan electron sunyi juga memberikan tolakan lebih kuat doanding pasagan elektron
berikatan. Teori VSEPR biasanya akan dibandingkan dengan teori ikatan valensi yang
menggambarkan bentuk molekul melalui orbital yang secara energetika dapat melakukan ikatan.
Teori ikatan valensi berkutat pada pembentukan ikatan sigma dan pi.
2. Sejarah’
Teori VSEPR merupakan singkatan dari Valence Shell Electron Pair Repulsion yang dapat
digunakan untuk menentukan struktur geometri suatu molekul berdasarkan tolakan pasangan
elektron di sebuah atom terhadap atom lainnya. Dalam suatu molekul, atom diikat oleh atom yang
lainnya dengan menggunakan pasangan elektron yang berada dalam kulit terluar atom pusat.
Pasangan-pasangan elektron ini akan berusaha saling menjauhi sehingga gaya tolak menolak
pasangan elektron menjadi minimum. Hal ini menjadi dasar Teori VSEPR yang dikemukakan oleh
Sidgwick Powell dan Nylholm Gillespie.
Teori VSEPR disebut juga teori domain elektron atau teori tolakan pasangan elektron kulit
terluar atom. Teori VSEPR disebut juga teori Gillespie–Nyholm seperti nama orang yang
mengembangkannya.Gagasan tentang korelasi antara geometri molekul dan jumlah elektron
valensi pertamakali disajikan dalam Kuliah Bakerian tahun 1940 oleh Nevil Sidgwick dan Powell
Herbert di Universitas Oxford. Pada tahun 1957 Ronald Gillespie dan Ronald Sydney Nhlom di
Universitas College London menyempurnakan konsep ini untuk membangun sebuah teori yang
lebih rinci mampu memilih antara berbagai alternative geometri. Teori ini didasarkan pada energi
tolakan dari electron yang terdapat pada atom dalam suatu molekul sehingga akan menyebabkan
terbentuknya suatu geometri molekul tertentu.
Teori domain elektron adalah suatu cara meramalkan bentuk molekul bentuk molekul
berdasarkan tolak menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Teori ini merupakan
penyempurnaan dari teori VSEPR (valence shell electron pair repulsion). Domain elektron berarti
kedudukan elektron atau daerah keberadaan elektron. Jumlah domain elektron ditentukan sebagai
berikut :
Setiap elektron ikatan (apakah ikatan tunggal, rangkap, atau rangkap tiga) berarti 1 domain.
Setiap pasangan elektron bebas berarti 1 domain.
2 Linear 180°
4 Tetrahedral 109,5°
6 Oktahedral 90°
b) Merumuskan tipe molekul jumlah domain (pasangan elektron) dalam suatu molekul, dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Cara penetapan tipe molekul tersebut hanya berlaku untuk senyawa biner berikatan tunggal.
Untuk senyawa biner yang berikatan rangkap atau ikatan kovalen koordinat (misalnya dengan
oksigen), maka jumlah elektron yang digunakan untuk membentuk pasangan terikat menjadi 2 kali
jumlah ikatan. Selanjutnya, langkah-langkah untuk mengetahui bentuk geometri adalah sebagai
berikut :
Dalam menggunakan teori VSEPR ada beberapa langkah yang harus dilakukan.Yaitu menentukan
Atom pusat dari molekul tersebut. Langkah langkahnya yaitu.
b. Atom pusat biasanya atom yang lebih elektropositif atau kurang elektronegatif.
c. Atom pusat biasanya atom yang memiliki ukuran lebih besar dari atom atau susbstituen-
substituen yang ada. H ukuran paling kecil sehingga tidak pernah berlaku sebagaia atom
pusat.Contoh BeCl2 atom pusatnya adalah Be. NH3 atom pusatnya adalah N
Elektron valensi atom pusat yang digunakan pada pembentukan senyawa kovalen terkadang
digunakan untuk membentuk ikatan kadang tidak digunakan. Elektron yang tidak digunakan
ditulis sebagai pasangan elektron bebas (PEB), sedangkan elektron yang digunakan dalam
pembentukan ikatan ditulis sebagai pasangan elektron ikatan (PEI). Selain PEB dan PEI pada atom
pusat dapat pula terdapat elektron tidak berpasangan seperti pada molekul NO2.
b. Gaya tolak antara pasangan elektron bebas dengan elektron ikatan (PEB vs PEI)
Langkah-langkah yang digunakan untuk meramal struktur molekul tidak berbeda jauh
dengan langkah-langkah yang digunakan untuk menggambar struktur Lewis suatu molekul atau
ion poliatomik. Langkah-langkah yang digunakan untuk meramal bentuk molekul sebagai berikut.
c. Menentukan jumlah elektron valensi dari masing-masing substituen jika berupa atom.
d. Satu elektron dari substituen dipasangkan dengan satu elektron dari atom pusat sehingga
membentuk pasangan elektron (pasangan elektron ikatan, PEI). Perlu diperhatikan bahwa, bahwa
jumlah elektron atom pusat tidak selalu memenuhi kaidah oktet. Jika masih terdapat substituen
dan masih terdapat elektron pada atom pusat, maka semuanya harus dipasangkan
e. Jika semua susbtituen telah dipasangkan dengan elektron atom pusat dan masih terdapat
elektron yang tidak berpasangan, maka elektron tersebut tetap ditulis pada atom pusat sebagai
elektron bebas atau pasangan elektron bebas (PEB).
f. Jika berupa ion poliatomik, maka setelah semua substituen dipasangkan kurangi elektron jika
ion bermuatan positif dan tambahkan elektron jika ion bermuatan positif.
g. Menentukan bentuk molekul serta memperkirakan besarnya sudut-sudut ikatan disekitar atom
pusat dengan memperhatikan tolakan-tolakan yang terjadi agar diperoleh bentuk dengan tolakan
yang minimum.
AXnEm
Rumus bentuk geometri :
EV- PEI
PEB =
2
Dengan :
A=atom pusat
X = PEI
E = PEB
m = jumlah PEB
n = jumlah PEI
a. H2O
Jawab :
Jumlah elektron Valensi ( EV) O = 6
Jumlah domain elektron ikatan (X) = 2
Jumlah domain elektron bebas (E) = (6-2) : 2 = 2
Maka tipe molekul AX2E2
b. SF4
BH2
1 1 AXE - - -
3 3 - AX3 sp2 Trigonal Planar SO3,
Segitiga datar BF3,
BCl3, o
NO3-, 0
12
H2CO 120o
0o
12
BF3
Segitiga Datar
2 1 AX2E sp2 Bent=bengkok= O3, SO2,
membentuk OCl2,
sudut = V OF2
shape
SO2
Planar Bentuk V
1 2 AXE2 - - -
4 4 - AX4 sp3 Tetrahedral CH4,
CCl4,
CF4,
SiF4
5o
9,
109
10
,5
o
o
,5
1 09
109,5o
CH4
3 1 AX3E sp3 Trigonal NH3,
piramida PCl3,
XeO3,
NF3,
PH3,
ClFO2,
ClF2O+
NH3
Trigonal piramida
2 2 AX2E2 sp3 Bengkok, H2O,
bentuk V H2S,
H2Se,
OF2,
SF2,
ClF2+,
ClFO,
I3+
H2O
Bentuk V
1 3 AXE3 - - -
5 5 - AXE5 sp3d Trigonal PCl5,
bipiramida PF5,
PBr5,
AsF5,
SOF4 o 90o
90
90o
PCl5
(penampakan samping)
4 1 AX4E sp3d See SF4,
saw/jungkat- XeO2F2,
jungkit IF4+
A X
X
ICl3
2 3 AX2E3 sp3d Linear XeF2,
I3-
180o
I3-
6 6 - AXE6 Oktahedral SF6,
SCl6
90o
o
90
90o
SF6
(penampakan samping)
5 1 AX5E Oktahedral IF5, X
terdistorsi ICl5,
CIF5
X
X
A
X X IF
5
4 2 AX4E2 Square XeF4, X X
Planar/bujur XeCl4
sangkar
90
A
o
X 180oX
XeF4
7 AX7 Pentagonal IF7 X
Bipiramidal X
90o X
A X
X
X
X
B. Teori Hibridisasi
1. Pengertian
Dalam kimia hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom membentuk
orbital hibrid yang sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital
yang terhibdrisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah
molekul.
2. Sejarah
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam menjelaskan strujtur
molekul seperti metana. Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang
sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap
sebuah heuristic yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organic.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku
electron-elektron dalam molekul. Dalam kasusu hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini
didasarkan pada orbital-orbital atom hydrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan
sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindig satu sama lainny dengan
proporsi yang bervariasi. Orbital-orbital hydrogen yang digunakan sebagaidasar skema hibridisasi
karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrodingernya memiliki
penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian diasumsikn terdistorsi sedikit
untuk atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asusi ini
teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerulukan
hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbo,
nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah. Teori
hibridisasi sering digunakan dalam kimia organic, biasanya digunakan untuk menjelaskan molekul
yang terdiri dari atom C, N, dan O ( kadang P dan S). Penjelasan dimulai dari bagaimana sebuah
ikatan terorganisasikan dalam metana. Pembentukan ikatan dalam senyawa harus sesuai dengan
aturan hibridasi yaitu :
1). Orbital yang bergabung harus mempunyai tingkat energi sama atau hampir sama.
2). Orbital hibrid yang terbentuk sama banyaknya dengan orbital yang bergabung.
3). Dalam hibridisasi yang bergabung adalah orbital bukan electron.
Pembentukan orbital hibrid melalui teori hibridasasi antara lain sebagai berikut :
1) Salah satu electron yang berpasangan berpromosi ke orbital yang lebih tinggi tingkat
energinya sehingga jumlah yang tidak berpasangan sama dengan jumlah ikatan yang
terbentuk. Atom yang sedemikian disebut dalam keadaan tereksitasi. Promosi yang
mungkin adalah dari ns ke np dan ns ke ns ke nd atau (n-1)d.
2) Penggabungan orbital mengakibatkan kerapatan electron lebih besar di daerah orbital
hbrid.
3) Terjadi tmpang tindih hibrid dengan orbital atom lain sehingga membentuk ikatan kovalen
atau kovalen koordinasi.
3. Proses Hibridisasi
a. BCl3
Dari senyawa diatas unsure yang menjadi atom pusat yaitu B, B yang memiliki nomor atom
5, kemudian electron di konfigurasikan.
Elektron valensi = 3
Dari konfigurasi electron diatas kita dapat digambarkan diagram orbital awal dari electron
valensi Boron adalah 2s2 2p1
Orbital diatas belum mengalami hibridisasi. Kemudian untuk dapat memasankan electron
pada boron dengan electron dari atom klor diperlukan 3 buah electron yang tidak berpasangan.
Untuk mendapatkan 3 elektron tidak berpasangan inilah dilakukan perpindahan electron dari
orbital yang disebut hibridasi. Berikut diagram orbital atom boron setelah hibridisasi.
s p
Dari diagram di atas terjadi hibridisasi yang terdiri dari orbital s dan orbital p yang awalnya
sp1 dan sp2 dan menghasilkan molekul berbentuk segitiga sama sisi.
Dari diagram di atas terjadi hibridisasi yang terdiri dari orbital s dan orbital p yang awalnya
sp1menjadi sp2 dan menghasilkan molekul berbentuk segitiga sama sisi.
b. PCl5
Molekul PCl5 diketahui berbentuk bipiramida trigonal. Atom Phosfor (nomor atom = 15)
mempunyai konfigurasi electron sebagai berikut :
s p
Agar dapat membentuk 5 ikatan kovalen, maka 1 elektron dari orbital 3s harus
dipromosikan ke orbital 3d. Selanjutnya orbital 3s, ketiga orbital 3p, dan 1 orbital 3d mengalami
hibridisasi membentuk orbital hibrida sp3d yang berbentuk bipiramida trigonal.
Promosi menjadi
s p
4. Jenis-Jenis Hibridisasi
a. Hibrida sp
Salah satu contoh orbital sp terjadi pada Berillium diklorida. Berillium mempunyai 4 orbital
dan 2 elektron pada kulit terluar. Pada hibridisas Berillium dijelaskan bahwa orbital 2s dan satu
orbital 2p pada Be terhibridisasi menjadi 2 orbital hibrida sp dan orbital 2p yang tidak
terhibridisasi. Hibridisasi sp membentuk geometri linear denga sudut 180o terjadi pada BeH2 dan
BeCl2.
b. Hibridisasi sp2
Salah satu contoh orbital hybrid sp2 diasumsikan terjadi pada Boron trifluorida. Boron
mempunyai 4 orbital tapi hanya 3 elektron pada kulit terluar. Hibridisasi boron mengkombinasikan
2s dan 2 orbital 2p menjadi 3 orbital hibrid sp2 dan 1 orbital yang tidak mengalami hibridisasi.
Orbital hibrid sp2 menjadi bentuk trigonal planar dengan sudut 120o.
c. Hibridisasi sp3
Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah atom. Untuk
sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedral (seperti metana, CH4), maka karbon haruslah
memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat dengan 4 atom hydrogen. Konfigurasi
keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1 2py1 atau lebih mudah dilihat :
(Perhatikan bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital 2s, dan orbital 2s berenergi
sedikit lebih rendah dari orbital-orbital 2p).
Teori ikatan valensi memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua orbital p yang terisi
setengah, bahwa C akan membentuk dua iakatan kovalen, yaitu CH2. Namun, metilena adalah
molekul yang sangat reaktif, sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan
keberadaan CH4.
Lebih lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk berikatan dalam
CH4. Walaupun eksitasi electron 2s ke orbital 2p secara teori mengijinkan empat ikatan dan sesuai
dengan teori iakatan valensi, hal ini berarti aka nada beberapa ikatan CH4 yang memiliki energi
ikat yang berbeda oleh karena perbedaan arah tumpeng tindih orbital. Gagasan ini telah dibuktikan
salah secara eksperimen, setiap hydrogen pada CH4 dapat dilepaskan dari karbon dengan energi
yang sama.
Untuk menjelaskan keberadaan molekul CH4 ini, maka teori hibridisasi digunakan. Langkah
awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau lebih) elektron :
Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu electron valensi karbon.
Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan electron 2s ke orbital 2p. Hal ini meningkatkan
pengaruh inti atom terhadap electron-elektron valensi dengan meningkatkan potensi inti efektif.
Kombinasi gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru yang dikenal
sebagai orbital hibrid. Dalam kasusu atom karbon yang berikatan dengan empat hidrogen, orbital
2s dengan tiga orbital 2p membentuk hibrid sp3.
Pada CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital 1s hydrogen,
menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki panjang dan kuat ikat yang sama,
sehingga sesuai dengan pengamatan.
Konsep hibridisasi berhasil meramal struktur molekul senyawa kovalen bila atom pusat
berikatan tunggal dengan substitusi (atom) yang sama. Jika tidak demikian, akan terjadi
penyimpangan yaitu bila :
a. Atom pusat mempunyai pasangan electron bebas seperti NH3.
b. Terdapat ikatan rangkap antara ion pusat dengan atom lain seperti HCN.
c. Atom-atom yang terikat pada atom puat berbeda keelektronegatifannya seperti H2CClF
d. Atom-atom pusat yang terikat pada atom pusat berbeda ukurannya seperti H3CCl dan
H2CClF