Anda di halaman 1dari 36

IKATAN KIMIA

Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi antara atom-atom yang membentuk suatu molekul. Atom-
atom yang berikatan bisa berasal dari usur yang sejenis ataupun berlainan sejenis.

A. Kestabilan Unsur
Pada subab ini, kita akan mempelajari kestabilan unsur gas mulia, symbol lewis yang
memudahkan kita mempelajari ikatan kimia, dan cara atom-atom lain mencapai kestabilan
seperti atom-atom unsur gas mulia.

1. Kestabilan Unsur Gas Mulia


Atom-atom dapat dikelompokkan menjadi atom logam, nonlogam, metaloid, dan gas
mulia. Atom-atom gas mulia besifat stabil, sedangkan atom-atom lainnya bersifat tidak
stabil. Atom-atom gas mulia bersifat stabil karena kulit terluarnya terisi penuh oleh
electron.

Dari gambar tersebut, terlihat bahwa kulit terluar atom-atom gas mulia tersisi penuh
oleh 2 elektron (untuk He) dan 8 elektron (untuk atom gas mulia lainnya). Susunan
electron gas mulia disebut susunan duplet (untuk He) dan susunan oktet (untuk gas
mulia selain he)
Tabel Elektron Valensi Atom-Atom Gas Mulia
Atom Konfigurasi Elektron Elektron Valensi
2He 2 2
10Ne 28 8
18Ar 288 8
36Kr 2 8 18 8 8
54Xe 2 8 18 18 8 8
86Rn 2 8 18 32 18 8 8

2. Cara Atom-Atom yang tidak stabil Mencapai Kestabilannya


Untuk mencapai kestabilannya, unsur-unsur kimia yang lain ( selain unsur-unsur gas
mulia akan berusaha mencapai konfigurasi electron gas mulia pada saat berikatan.
Hal itu dilakukan melalui serah terima electron ataupun pengguna bersama pasangan
elektron.

Tabel Kecendurungan Unsur-Unsur untuk Mencapai Kestabilan Unsur-


Unsur Gas Mulia
Golongan Elektron Contoh Kecenderungan
Valensi Konfigurasi utnuk Mencapai
Elektron Kestabilan
IA 1 3Li :21 Melepaskan 1
elektron
IIA 2 4Be :22 Melepaskan 2
elektron
IIIA 3 5B :23 Melepaskan 3
elektron
IVA 4 6C :24 Menerima 4
elektron
VA 5 7N :25 Menerima 5
elektron
VIA 6 8O :26 Menerima 6
elektron
VIIA 7 9F :27 Menerima 7
elektron

Untuk Diingat
1. Elektron valensi = 1,2,3 atom melepaskan elektron dan membentuk ion
positif.

2. Elektron valensi = 4,5,6,7 atom menangkap elektron dan membentuk


ion negatif.
3. Elektron valensi = 8 atom bersifat stabil dan bersifat netral.

Atom-atom yang melepaskan electron akan berubah mejadi ion positif atau kation. Perhatikan
pembentukan ion positif Na+ pada gambar dibawah ini.

+e-

+
11Na :281 11Na (ion natrium) : 2 8

Konfigurasi eelektron atom Na : 2 8 1. Untuk mencapai kestabilannya, atom Na cenderung


melepaskan 1 elektron sehingga konfigurasi elektonnya sama dengan atom Ne (gas mulia), yaitu
2 8.
Na Na+ + e-

Atom-atom yang menerima electron akan berubah mejadi ion negative atau anion. Perhatikan
pembentukan ion negative Cl- pada gambar dibawah ini.

+ e-

-
17Cl :287 17Cl (ion klorin) : 2 8 8

Konfigurasi electron atom Cl : 2 8 7. Untuk mecapaian kestabilannya, atom Cl cenderung


menerima 1 elektron sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan atom Ar (gas mulia), yaitu
: 2 8 8.

Cl + e- Cl-

3. Simbol Lewis

Cara penulisan symbol lewis adalah sebagai berikut :

a. Tuliskan symbol atomnya.


b. Tempatkan titik mengelilingi symbol atomnya maksimum sampai dengan 4 titik. Titik
selanjutnya ditempatkan berpasangan dengan titik sebelumnya sampai mencapai
konfigurasi octet (8 elektron).
c. Setiap titik mewakili 1 elektron yang ada apda kulit terluar atom tersebut. Tanda titik (.)
bisa diganti oleh tanda silang (x), lingkaran (o), dan sebagainya.
Tabel Simbol Lewis untuk Unsur Golongan A
Golonga IA II IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA
n A
Simbol
X X X X X X X X

Contoh cara menggambarkan symbol lewis untuk atom 17Cl


1. 17Cl

- Menuliskan konfigurasi electron 17Cl : 2 8 7


- Menuliskan electron valensi atom Cl adalah 7
- Jadi, symbol lewis 17Cl adalah

Cl

B. Ikatan Ion
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat adanya serah terima electron sehingga
membentuk ion positif dan ion negative yang konfigurasi elektronnya sama dengan gas
mulia. Ion positif dan ion negative diiikat oleh suatu gaya elektrostatik. Senyawa yang
dihasilkan dinamakan senyawa ion.
1. Pembentukan Ikatan Ion
Umumnya, ikatan ion terjadi antara atom logam yang cenderung melepaskan electron
dengan atom nonlogam yang cenderung menerima electron. Contohnya, ikatan yang terjadi
antara atom Na dengan atom Cl.

Natrium Klorida Natrium Klorida

+ -

281 287 28 288


xx + xx -
+ x x
Na xCl x Na xCl x
xx xx

Na+ + Cl- NaCl


Dalam mencapai kestabilan atom Na akan melepaskan 1 elektron sehingga membentuk ion
positif Na+, sedangkan atom Cl akan menerima 1 elektron sehingga membentuk ion
negative Cl-. Jika Na dan Cl berikatan, keduanya akan melakukan serah terima atau
perpindahan electron. Na akan memberi 1 elektron kepada Cl dan Cl menerima 1 elektron
dari Na.

2. Sifat-Sifat Senyawa Ion


Senyawa ion mempunyai beberapa sifat, di antaranya :
a. Berwujud padat pada suhu kamar
b. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi,
c. Dapat menghantrakan listrik dalam bentuk cairan atau lelehan, dan
d. Mempunyai sifat keras, namun mudah rapuh.

Pada ikatan ion, terjadi gaya tarik-menarik (elektrostatik) antara kation dan anion. Tarik-
menarik akibat muatan ion yang berlawanan antara Na+ dan Cl-, tidak berhenti sampai
terbentuknya sepasang ikatan ion, tetapi sampai pada terbentuknya struktur kristal.

Struktur kristal senyawa ion yang terbentuk memengaruhi sifat fisika senyawanya. Struktur
kristal itu tersusuv atas jutaan ion Na+ dan Cl-. Setiap ion Na + dapat mengikat 6 ion Cl-. Begitu
juga dengan ion Cl- yang dapat mengikat 6 ion ion Na+. Gaya tarik-menarik antarion sangat kuat
sehingga posisi ion-ion tidak mudah berubah dan diperlukan energi yang cukup besar untuk
memutuskan ikatan ionnya. Hal itulah yang menyebabkan garam berwujud kristal padat, serta
mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi.

Sifat senyawa ion yang dapat menghantarkan arus listrik dikarenakan dalam bentuk cairan
atau lelehan, ion-ionnya dapat bergerak bebas sehingga dapat menghantarkan arus listrik,
sedangkan dalam bentuk padat, senyawa ion tidak dapat menghantarkan arus listrik dikarenakan
ion-ionnya tidak dapat bergerak bebas.

C. Ikatan Kovalen
Ikatan Kovalen adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya pemakaian Bersama pasangan
electron. Ikatan yang terbentuk distabilkan oleh gaya tarik-menarik antara electron dan inti
atom serta gaya tolak-menolak antarinti atom.
1. Pembentukan Ikatan Kovalen
Umumnya ikatan kovalen dibentuk oleh atom-atom nonlogam. Jika atom-atom yang
berikatan kovalen berasal dari atom sejenis, maka molekul yang terbentuk dinamakan
molekul unsur. Adapun molekul yang terbentuk dari ikatan kovalen atom-atom yang tidak
sejenis dinamakan molekul senyawa.

Tarik-menarik

Tolak-menolak
Gambar ini yaitu ikatan kovalen distabilkan oleh gaya tarik-menarik antara electron dan
inti atom serta tolak menolak antarinti atom.
a) Pembentukan Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan kovalen tunggal merupakan ikatan kovalen yang melibatkan pemakaian bersama
satu pasang electron oleh 2 atom yang berikatan.
Contohnya, ikatan yang terjadi antara 2 atom Cl.
xx xx xx
Cl x Clx Cl Cl
x xx Cl Clx
xxx xxx

b) Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap


Ikatan kovalen rangkap merupakan ikatan kovalen yang melibatkan pemakaian Bersama
lebih dari 1 pasang electron oleh 2 atom yang berikatan. Ada 2 jenis ikatan kovalen
rangkap, yaitu ikatan kovalen rangkap 2 dan ikatan kovalen rangkap 3. Ikatan kovalen
rangkap 2 melibatkan pemakaian Bersama 2 pasag electron oleh 2 atom yang berikatan.
Sementara itu, ikatan kovalen rangkap 3 melibatkan pemakaian Bersama 3 paang electron
oleh 2 atom yang berikatan. Contoh ikatan kovalen rangkap 2, yaitu ikatan yang terjadi
antara 2 atom O.

xx x xx
O O xx O x O O O
xx xx

Gambar secara 3D molekul O2

c) Pembentukan Ikatan Kovalen Koordinasi


Pada beberapa molekul, pasangan electron yang digunakan untuk berikatan kovalen hanya
berasal dari salah satu atom. Sementara itu, atom atau molekul yang lain tidak memberikan
electron. Ikatan kovalen yang terbentuk dengan cara seperti itu dinamakan ikatan kovalen
koordinasi.
Contoh pembentukan ikatan kovalen koordinasi pada NH4+ :

Bermuaatan positif karena


inti hidrogen pindah ke nitrogen

+ H
H
H
x + - x
H xN + H Cl + Cl- H N+
x H xN H H
x
H
H
H

Ikatan kovalen koordinasi

Sebuah ikatan tambahan antaratom N dan H menyebabkan terbentuknya ion ammonium


(NH4+). Ikatan tambahan N-H dihasilkan oleh 2 elektron yang disumbangkan atom N.
Bentuk ikatan seperti itu disebut ikatan kovalen koordinasi. Jadi, dalam NH4+ terdapat 3
ikatan kovalen dan 1 ikatan kovalen koordinasi. Penting untuk diingat, bahwa ikatan
kovalen koordinasi tidak ada perbedaan bentuk dengan ikatan kovalen lainnya. Tujuan
utama membedakannya adalah mengetahui asal electron.

Contoh lain senyawa yang mempunyai ikatan kovalen koordinasi adalah CO, O3, dan
HNO3.

Contoh pembentukan ikatan kovaleen koordinasi CO

Ikatan kovalen
koordinasi
Ikatan kovalen
koordinasi

xx
x
C O C xO x C O
x

Struktur Lewis CO Rumus struktur CO

d) Pembentukan Ikatan Kovalen yang Tidak Memenuhi Kaidah Oktet


Molekul dengan atom yang dikelilingi kurang dari 8 elektron memang jarang kita jumpai.
Akan tetapi, terdapat pengecualian untuk beberapa molekul. Metode yang digunakan untuk
menggambarkan struktur Lewis tidak dapat digunakan untuk molekul itu. Contoh molekul
yang atom pusatnya mempunyai electron valensi kurang dari 8 adalah sebagai berikut :
a. Molekul BeCl, terbentuk dari 1 atom logam Be dan 2 atom nonlogam Cl. Konfigurasi
electron atom Be , yiatu 2 2. Untuk mencapai kestabilannya, mngikuti hukum octet
Lewis, atom Be seharusnya memerlukan 6 elektron tambahan. Namun, pada
kenyataannya jumlah electron pada atom Be kurang dari 8. Ikatan yang terbentuk pada
molekul BeCl2 adalah sebagai berikut :

+ x Be x x
Cl Cl x Be Cl

Ada 4 elektron
pada atom pusat
Dalam molekul tersebut, atom Be hanya mempunyai 4 elektron di kulit terluarnya. Jadi
BeCl2 tidak memenuhi hukum oktet.
b. Molekul NO2
Jika jumlah electron valensi ganjil akan terdapat electron yang tida berpasangan dan
sekurang-kurangnya terdapat satu atom dengan octet yang tidak lengkap. Misalnya,
pada molekul NO2

O N O

Selain itu terdapat pula molekul yang atom pusatnya mempunyai electron valensi lebih dari
8, yang disebut octet berkembang. Dua diantaranya adalah PCl5 dan SF6. Untuk
membentuk ikatan kovalen diantara atom pusat dan setiap atom yang mengelilinginya,
diperlukan lebih dari 4 pasang electron. Misalnya, PCl5 mempunyai 5 pasang electron
ikatan, sedangkan SF6 mempunyai 6 pasang electron ikatan. Atom pusat dalam setiap
molekul menggunakan semua electron valensinya untuk membentuk ikatan kovalen. Ikatan
yang terbentuk pada molekul PCl5 dan SF6 adalah sebagai berikut :
Cl Cl

P
Cl Cl

Cl

F F

S
F F

F F
F

e) Jenis Ikatan Berdasarkan Kepolaran


Kepolaran adalah potensi suatu senyawa untuk membentuk kutub (pole) pada salah satu
unsur penyusun senyawa tersebut karena dipegaruhi oleh perbedaan nilai
keelektronegatifan.
Ikatan kovalen dibedakan berdasarkan kepolaran ikatan atom-atom dalam molekulnya
menjadi ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar.
1. Ikatan Kovalen Polar
Merupakan ikatan kovalen yang PEI-nya cenderung tertarik ke salah satu atom yang
berikatan. Kepolaran suatu ikatan kovalen ditentukan oleh keelektronegatifan suatu
unsur.
Ikatan kovalen polar terbentuk antara atom-atom usur yang memiliki perbedaan nilai
keelektronegatifan yang relatif besar.

Ciri-ciri Ikatan Kovalen Polar :


Pada molekul biatom, kepolarannya ditentukan oleh “elektronegativitas”. Dua atom
yang elektronegatifivitas tidak sama, maka daya tarik elektronnya ke arah atom yang
elektronegativitas lebih besar.
Pada molekul poliatom, kepolarannya ditentukan oleh “momen dipol” dari molekul
tersebut. Momen dipol adalah hasil kali dari pemisahan muatan dengan jarak antar
kutub.
Contoh :
1. Molekul HCl. Pada molekul HCl, pasangan electron ikatan (PEI) cenderung
tertarik ke salah satu arom yang memiliki elektronegatifan lebih besar yaitu atom
Cl oleh karena itu bentuk molekulnya mengutub pada atom Cl sehingga menjadi
“asimetris”. Kepolaran pada molekul ini terjadi karena antara atom H dan atom
Cl memiliki perbedaan keelektronegatifan yang relatif besar.

2.
NH3

H N H

H
Kelektronegatifan : H = 2,1
N = 3,0
Beda keelektronegatifan : 3,0-2,1 = 0,9
2. Ikatan Kovalen Nonpolar
Merupakan ikatan kovalen yang PEI-nya tertarik sama kuat ke arah atom-atom yang
berikatan.
Ikatan kovalen nonpolar terbentuk antara atom-atom unsur yang memiliki perbedaan
nilai keelektronegatifan yang kecil atau sama dengan nol serta tidak memiliki pasangan
elektron ikatan.

Ciri-ciri Ikatan Kovalen Nonpolar :

Mempunyai momen dipol = 0


Mempunyai beda keelektronegatifan = 0

Contoh :
1. Molekul H2
Molekul H2, pasangan electron ikatan tertarik sama kuat ke arah atom-atom yang
berikatan. Hal ini dikarenaka antara dua atom H2 memiliki keelektronegatifan yang
sama besar atau dengan kata lain perbedaan keelektronegativitas adalah nol. Karena
PEI tertarik sma kuat, maka bentuk molekul pada senyawa H2 adalah simetris.

2.
Molekul H2
Kelektronegatifan : H = 2,1
Beda keelektronegatifan : 2,1-2,1 = 0

Tabel dibawah ini menunjukkan Perbedaan Senyawa Polar dan Senyawa Nonpolar
Karakteristik Senyawa Kovalen Polar Senyawa Kovalen Nonpolar
Perbedaan Keelektronegatifan Relatif Besar Sangat kecil atau nol untuk senyawa
biatom sejenis
Pasangan Elektron Ikatan(PEI) Cenderung tertarik ke salah Tertarik sama kuat oleh atom-atom
satu atom yang berikatan yang berikatan
Pasangan Elektron Bebas (PEB) Atom pusat memiliki PEB Atom pusat tidak memiliki PEB
Bentuk Molekul Asimetris (mengutub) Simetris(proporsional)
Daya Hantar Listrik Dapat mampu menghanta- Tidak dapat menghantarkan arus
ntarkan arus listrik Listrik
Momen Dipol Lebih dari nol Sama dengan nol
Kelarutan Umumnya hanya dapat Umumnya hanya dapat larut dalam
larut dalam cairan polar cairan nonpolar lainnya
lainnya

f) Senyawa kovalen mempunyai beberapa sifat, diantaranya :


a. Berwujud gas, cair, dan padat pada suhu kamar,
b. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang rendah,
c. Kebanyakan tidak dapat menghantarkan arus listrik
d. Umumnya bersifat lunak

Molekul-molekul kovalen dapat saling berikatan membentuk kumpulan molekul. Ikatan


yang terputus pada saat senyawa kovalen sederhana dipanaskan adalah ikatan antarmolekul, bukan
ikatan antaratom. Ikatan antarmolekul kovalen bersifat lemah sehingga untuk memutuskannya
hanya diperlukan energy yang kecil. Oleh karena itu, titik didih dan titik molekul dari senyawa
kovalen sangat kecil.
Ikatan antarmolekul yang lemah juga menyebabkan pergerakan partikel-partikel lebih
bebas sehinga sebagian besar senyawa kovalen berwujud cair dan gas. Begitu juga dengan sifat
senawa kovalen yang sederhana yang bersifat lunak dan mudah rapuh dikarenakan ikatan
antarmolekul yang lemah sehingga susunan partikel senyawa kovalen yang berwujud padat akan
mudah bergeser.
Sebagian senyawa kovalen tidak dapat menghantarkan listrik. Senyawa kovalen tersusun
atas molekul-molekul (bukan ion) sehingga muatannya bersifat netral. Listrik hanya dapat
dihantarkan oleh partikel-partikel ion. Keempat sifat senyawa kovalen yang telah diuraikan di atas
berlaku untuk senyawa kovalen yang memiliki struktur molekul sederhana.

g) Sifat Senyawa Kovalen Raksasa


Senyawa kovalen raksasa adalah senyawa kovalen yang memiliki struktur molekul
cukup besar. Sifat senyawa kovalen raksasa dipengaruhi oleh struktur molekulnya.
Senyawa ini memiliki titik didih dan titik leleh yang sangat tinggi, sedangkan daya hantar
dan kekerasannya bervariasi.
Contoh dari senyawa kovalen raksasa adalah gravit, intan, dan silicon. Ikatan kovalen
yang terbentuk pada senyawa-senyawa ini sangat kuat sehingga intan dan silicon
mempunyai sifat keras (grafit tetap rapuh). Sifat intan yang keras dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan, misalnya alt bor dalam pertambangan minyak dan pemotong batu
atau kaca.
 Pada saat dipanaskan, diperlukan energy yang sangat besar untuk memutuskan
ikatan kovalen raksasa yang sangat kuat. Faktor inilah yang menyebabkan titik
didih dan titik leleh senyawa kovalen raksasa sangat besar.
 Intan dan silicon sama-sama tidak dapat menghantarkan arus listrik karena
seluruh atomnya berikatan sehingga tidak mempunyai electron bebas. Adapun
pada grafit, hanya 3 eleketron valensi yang berikatan dan struktur yang terbentuk
berupa lapisan-lapisan. Satu electron valensi lagi digunakan untuk
menghubungkan antarlapisan. Elektron-elektron dapat bergerak bebas dalam
lorong-lorong di antara lapisan sehingga dapat menghantarkan listrik. Struktur
grafit tersebut juga menyebabkan grafit bersifat rapuh karena ikatan antarlapisan
sangat lemah sehingga bergeser jika dikenakan suatu gaya.
D. Ikatan Logam
Ikatan yang mungkin terbentuk antaratom logam dinamakan ikatan logam. Ikatan logam
mempunyai ciri khas tersenidri yang berbeda dengan ikatan ion dan ikatan kovalen.
Atom logam cenderung melepaskan elektron dan bermuatan positif. Antaratom logam
dapat saling berikatan akibat gaya tarik-menarik antara ion logam bermuatan positif dengan
elektron valensi yang bermuatan negatif. Elektron-elektron valensi tersebut dapat bergerak bebas
di sela-sela ruang antaratom logam dan membentuk suatu larutan elektron.

Jadi, Kristal logam terdiri atas kumpulan ion loga, bermuatan positif di dalam larutan
electron yang mudah bergerak.
Pembahasan tentang ikatan logam :
1. Susunan Atom-Atom dalam Logam
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan spektroskopi sinar-X, logam-logam dalam
bentuk padatan mempunyai struktur lattice. Ahli kimia membayangkan struktur lattice tersebut
atas tumpukan atom-atom logam yang tersusun terjejal. Susunan atom-atom dalam logam dapat
diibaratkan tumpukan buah-buahan.

Struktur lattice logam body-centred cubic


2. Sifat-sifat Logam
Logam mempunya beberapa sifat, diantaranya :
 Umumnya bersifat keras
 Mempunyai titik didih dan titik leleh yang tinggi
 Merupakan penghantar panas dan listrik yang baik
 Mempunyai permukaan yang mengilap

Gaya tarik-menarik yang terjadi antara katin logam dan electron valensi cukup kuat. Untuk
memutuskan ikatan tersebut diperlukan energy yang sangat besar. Itulah yang menyebabkan titik
didih dan titik leleh suatu logam sangat tinggi.
Beberapa logam juga mempunyai sifat dapat ditmpa dan diulur tanpa harus
mengancurkannya terlebih dahulu. Contohnya logam yang dapat ditempa, diantaranya alumunium,
tembaga, timbel, emas, dan perak. Adapu logam yang dapat diulur adalah nikel, krom, dan besi.
Pada saat dikenakan energy, susunan atom-atom pada logam tidak berubah. Meskipun
posisi atom berubah, namun ion logam tetap berikatan dengan electron. Hal itulah yang
menyebabkan logam dapat ditempa dan diulur.
GEOMETRI MOLEKUL
Untuk menentukan geometri molekul dapat ditentukan dengan teori:
1. VSEPR

2. Hibridisasi

3. Orbital molekul

Hubungan VSEPR dengan domain elektron pada atom pusat (jumlah pasangan electron dan

panjang ikatan pada atom pusat)

Teori domain electron meramalkan bentuk geometri molekul berdasarkan gaya tolak-menolak
electron valensi atom pusat.domain electron adalah daerah ditemukannya electron atau daerah
kedudukan electron.
Domain electron dapat berupa:

a. PEI dapat berupa ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap 2, ikatan kovalen
rangkap 3, ikatan kovalen koordinasi

b. PEB (pasangan electron bebas / pasangan electron yang tidak dipakai untuk mengikat
atom lain)

A. Teori VSEPR
Menggambarkan bentuk molekul dengan bantuan VSEPR didasari oleh penggambaran
struktur Lewis sebagai model 2 dimensi. Dalam teori VSEPR atom pusat akan menempatkan
secara relative grup (bisa berupa atom atau pasangan electron) pada posisis tertentu. Prinsip
dasarnya yaitu masing-masing grup electron valensi ditempatkan sejauh mungkin satu sama lain
untuk meminimalkan gaya tolakan. Ikatan rangkap memberikan gaya tolakan lebih kuat
disbanding ikatan tunggal. Pasangan electron sunyi juga memberikan tolakan lebih kuat
doanding pasagan elektrob berikatan.

1. Pengertian Teori VSEPR


Teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion: tolakan pasangan elektron kelopak
valensi) adalah suatu model kimia yang digunakan untuk menjelaskan bentuk-bentuk molekul
kimiawi berdasarkan gaya tolakan elektrostatik antar pasangan elektron. Premis utama teori
VSEPR adalah bahwa pasangan elektron valensi disekitar atom akan saling tolak menolak,
sehingga susunan pasangan elektron tersebut akan mengadopsi susunan yang meminimalisasi gaya
tolak menolak. Jumlah pasangan electron di sekitar atom disebut sebagai bilangan sterik. Teori
VSEPR menekankan pada kekuatan tolak menolak diantara pasangan - pasangan elektron pada
atom pusat urutan kekuatannya adalah sebagai berikut : Pasangan Elektron Ikatan (PEI) ; Pasangan
Elektron Bebas (PEB), sehingga kekuatan tolakan antara PEI vs PEI< PEI vs PEB < PEB vs PEB.

Minimalisasi gaya tolakan antar pasangan elektron ini akan menentukan geometri molekul.
Menggambarkan bentuk molekul dengan bantuan VSEPR didasari oleh penggambaran struktur
Lewis sebagai model 2 dimensi. Dalam teori VSEPR atom pusat akan menempatkan secara
relative grup (bisa berupa atom atau pasangan electron) pada posisis tertentu. Prinsip dasarnya
yaitu masing-masing grup electron valensi ditempatkan sejauh mungkin satu sama lain untuk
meminimalkan gaya tolakan. Ikatan rangkap memberikan gaya tolakan lebih kuat disbanding
ikatan tunggal.

Pasangan electron sunyi juga memberikan tolakan lebih kuat doanding pasagan elektron
berikatan. Teori VSEPR biasanya akan dibandingkan dengan teori ikatan valensi yang
menggambarkan bentuk molekul melalui orbital yang secara energetika dapat melakukan ikatan.
Teori ikatan valensi berkutat pada pembentukan ikatan sigma dan pi.

2. Sejarah’

Teori VSEPR merupakan singkatan dari Valence Shell Electron Pair Repulsion yang dapat
digunakan untuk menentukan struktur geometri suatu molekul berdasarkan tolakan pasangan
elektron di sebuah atom terhadap atom lainnya. Dalam suatu molekul, atom diikat oleh atom yang
lainnya dengan menggunakan pasangan elektron yang berada dalam kulit terluar atom pusat.
Pasangan-pasangan elektron ini akan berusaha saling menjauhi sehingga gaya tolak menolak
pasangan elektron menjadi minimum. Hal ini menjadi dasar Teori VSEPR yang dikemukakan oleh
Sidgwick Powell dan Nylholm Gillespie.

Teori VSEPR disebut juga teori domain elektron atau teori tolakan pasangan elektron kulit
terluar atom. Teori VSEPR disebut juga teori Gillespie–Nyholm seperti nama orang yang
mengembangkannya.Gagasan tentang korelasi antara geometri molekul dan jumlah elektron
valensi pertamakali disajikan dalam Kuliah Bakerian tahun 1940 oleh Nevil Sidgwick dan Powell
Herbert di Universitas Oxford. Pada tahun 1957 Ronald Gillespie dan Ronald Sydney Nhlom di
Universitas College London menyempurnakan konsep ini untuk membangun sebuah teori yang
lebih rinci mampu memilih antara berbagai alternative geometri. Teori ini didasarkan pada energi
tolakan dari electron yang terdapat pada atom dalam suatu molekul sehingga akan menyebabkan
terbentuknya suatu geometri molekul tertentu.

3. Penjelasan Teori VSEPR


Teori VSEPR utamanya melibatkan prediksi susunan pasangan elektron di sekitar satu atau
lebih atom pusat pada suatu molekul. Jumlah pasangan elektron pada kelopak valensi atom pusat
ditentukan dengan menggambarkan struktur Lewis molekul tersebut. Ketika terdapat dua atau
lebih struktur resonansi yang dapat mewakili suatu molekul, model VSEPR dapat diterapkan pada
semua struktur resonansi tersebut.
Pada teori VSEPR, pasangan elektron berganda pada ikatan berganda diperlakukan sebagai
"satu pasang" elektron. Pasangan elektron diasumsikan berada pada permukaan bola yang berpusat
pada atom pusat. Oleh karena pasangan elektron tersebut bermuatan negatif, kesemuaan pasangan
elektron akan menduduki posisi yang meminimalisasi gaya tolak menolak antar sesamanya dengan
memaksimalkan jarak antar pasangan elektron. Jumlah pasangan elektron oleh karenanya akan
menentukan keseluruhan geometri molekul. Sebagai contoh, ketika terdapat dua pasang elektron
di sekitar atom pusat, gaya tolak-menolak di antara keduanya akan menjadi minimal ketika
keduanya berada pada posisi saling berseberangan. Oleh karena itu, atom pusat diprediksikan
mengadopsi geometri linear. Jika terdapat tiga pasang elektron, maka gaya tolak
menolak diminimalkan dengan mengadopsi bentuk trigonal. Dengan cara yang sama, untuk empat
pasang elektron, susunan geometri yang optimal adalah tetrahedral.
Prediksi keseluruhan geometri ini disempurnakan lebih jauh dengan membedakan pasangan
elektron ikatan dan non-ikatan. Pasangan elektron ikatan terlibat dalam ikatan sigma dengan atom
bersebelahan, sehingga kedua elektron tersebut dikongsi oleh dua atom yang berikatan,
menyebabkan pasangan elektron tersebut berada lebih jauh dari atom pusat dari pada pasangan
elektron non-ikatan (pasangan elektron menyendiri) yang akan berada lebih dekat dengan atom
pusat. Oleh karena itu, tolakan yang diakibatkan oleh pasangan elektron menyendiri akan lebih
besar daripada tolakan yang diakibatkan oleh pasangan elektron yang berikatan. Dengan demikian,
ketika geometri molekul memiliki dua set posisi yang menerima gaya tolak-menolak dengan
derajat yang berbeda, pasangan elektron menyendiri akan cenderung menduduki posisi yang
menerima gaya tolakan lebih kecil. Dengan kata lain, gaya tolak menolak antara pasangan elektron
menyendiri dengan pasangan elektron menyendiri (lone pair - lone pair) akan lebih kuat daripada
gaya tolak menolak antara pasangan elektron menyendiri dengan pasangan elektron berikatan
(lone pair - bonding pair), yang juga sendiri lebih kuat daripada gaya tolak-menolak antara
pasangan elektron berikatan dengan pasangan elektron berikatan (bonding pair - bonding pair).
Secara ringkas dapat ditulis: lp-lp > lp-bp > bp-bp.Pembedaan ini sangat penting utamanya ketika
dalam suatu geometri molekul terdapat dua atau lebih posisi yang memungkinkan.
4. Teori Domain

Teori domain elektron adalah suatu cara meramalkan bentuk molekul bentuk molekul
berdasarkan tolak menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat. Teori ini merupakan
penyempurnaan dari teori VSEPR (valence shell electron pair repulsion). Domain elektron berarti
kedudukan elektron atau daerah keberadaan elektron. Jumlah domain elektron ditentukan sebagai
berikut :

 Setiap elektron ikatan (apakah ikatan tunggal, rangkap, atau rangkap tiga) berarti 1 domain.
 Setiap pasangan elektron bebas berarti 1 domain.

a) Prinsip-prinsip dasar teori domain elektron adalah sebagai berikut :


Antar domain elektron pada kulit luar atom pusat saling tolak menolak sehingga domain
elektron akan mengatur diri (mengambil formasi) sedemikian rupa sehingga tolak menolak
di antaranya menjadi minimum.
Urutan kekuatan tolak menolak di antara domain elektron adalah sebagai berikut: Tolakan
antardomain elektron bebas > tolakan antardomain elektron bebas dengan domain elektron
ikatan > tolakan antardomain elektron ikatan. Perbedaan daya tolak ini terjadi karena
pasangan elektron bebas hanya terikat pada satu atom saja, sehingga bergerak lebih leluasa
dan menempati ruang lebih besar daripada pasangan elektron ikatan. Akibat dari perbedaan
daya tolak tersebut adalah mengecilnya sudut ikatan karena desakan dari pasangan elektron
bebas.

Bentuk molekul hanya ditentukan oleh pasangan elektron terikat.

Tabel susunan ruang domain electron yang menghasilkan tolakan minimum

Jumlah Domain Elektron Susunan Ruang (geometri) Besar sudut ikatan

2 Linear 180°

3 Segitiga sama sisi 120°

4 Tetrahedral 109,5°

5 Bipiramida trigonal Ekuatorial=120° Aksial=90°

6 Oktahedral 90°

b) Merumuskan tipe molekul jumlah domain (pasangan elektron) dalam suatu molekul, dapat
dinyatakan sebagai berikut :

 Atom pusat dinyatakan dengan lambang A,


 Domain elektron ikatan dinyatakan dengan X, dan
 Domain elektron bebas dinyatakan dengan E
Tipe molekul dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Tentukan jumlah elektron valensi atom pusat (EV)


Tentukan jumlah domain elektron ikatan (X)

Tentukan jumlah domain elektron bebas (E)

Cara penetapan tipe molekul tersebut hanya berlaku untuk senyawa biner berikatan tunggal.
Untuk senyawa biner yang berikatan rangkap atau ikatan kovalen koordinat (misalnya dengan
oksigen), maka jumlah elektron yang digunakan untuk membentuk pasangan terikat menjadi 2 kali
jumlah ikatan. Selanjutnya, langkah-langkah untuk mengetahui bentuk geometri adalah sebagai
berikut :

 Menentukan tipe molekul


 Menggambar susunan ruang domain-domain elektron di sekitar atom pusat yang memberi
tolakan minimum.
 Menetapkan pasangan terikat dengan menuliskan lambing atom yang bersangkutan.
 Menentukan geometri molekul setelah mempertimbangkan pasangan elektron bebas.
5. Langkah-langkah dalam menggunakan teori VSEPR(menentukan atom pusat)

Dalam menggunakan teori VSEPR ada beberapa langkah yang harus dilakukan.Yaitu menentukan
Atom pusat dari molekul tersebut. Langkah langkahnya yaitu.

a. Atom pusat biasanya ditulis di awal rumus formulanya.

b. Atom pusat biasanya atom yang lebih elektropositif atau kurang elektronegatif.

c. Atom pusat biasanya atom yang memiliki ukuran lebih besar dari atom atau susbstituen-
substituen yang ada. H ukuran paling kecil sehingga tidak pernah berlaku sebagaia atom
pusat.Contoh BeCl2 atom pusatnya adalah Be. NH3 atom pusatnya adalah N

Elektron valensi atom pusat yang digunakan pada pembentukan senyawa kovalen terkadang
digunakan untuk membentuk ikatan kadang tidak digunakan. Elektron yang tidak digunakan
ditulis sebagai pasangan elektron bebas (PEB), sedangkan elektron yang digunakan dalam
pembentukan ikatan ditulis sebagai pasangan elektron ikatan (PEI). Selain PEB dan PEI pada atom
pusat dapat pula terdapat elektron tidak berpasangan seperti pada molekul NO2.

Dalam suatu molekul elektron-elektron tersebut saling tolak-menolak karena memiliki


muatan yang sama. Untuk mengurangi gaya tolak tersebut atom-atom yang berikatan membentuk
struktur ruang tertentu hingga tercapai gaya tolak yang minimum. Akibat yang ditimbulkan dari
tolakan yang yang terjadi yaitu mengecilnya sudut ikatan dalam molekul. Urutan gaya tolak
dimulai dari gaya tolak yang terbesar yaitu sebagai berikut.

a. Gaya tolak antar sesama elektron bebas (PEB vs PEB)

b. Gaya tolak antara pasangan elektron bebas dengan elektron ikatan (PEB vs PEI)

c. Gaya tolak antar pasangan elektron ikatan (PEI vs PEI).

6. Langkah-langkah Meramal Bentuk Molekul

Langkah-langkah yang digunakan untuk meramal struktur molekul tidak berbeda jauh
dengan langkah-langkah yang digunakan untuk menggambar struktur Lewis suatu molekul atau
ion poliatomik. Langkah-langkah yang digunakan untuk meramal bentuk molekul sebagai berikut.

a. Menentukan atom pusat.

b. Tuliskan jumlah elektron valensi dari atom pusat.

c. Menentukan jumlah elektron valensi dari masing-masing substituen jika berupa atom.

d. Satu elektron dari substituen dipasangkan dengan satu elektron dari atom pusat sehingga
membentuk pasangan elektron (pasangan elektron ikatan, PEI). Perlu diperhatikan bahwa, bahwa
jumlah elektron atom pusat tidak selalu memenuhi kaidah oktet. Jika masih terdapat substituen
dan masih terdapat elektron pada atom pusat, maka semuanya harus dipasangkan

e. Jika semua susbtituen telah dipasangkan dengan elektron atom pusat dan masih terdapat
elektron yang tidak berpasangan, maka elektron tersebut tetap ditulis pada atom pusat sebagai
elektron bebas atau pasangan elektron bebas (PEB).
f. Jika berupa ion poliatomik, maka setelah semua substituen dipasangkan kurangi elektron jika
ion bermuatan positif dan tambahkan elektron jika ion bermuatan positif.

g. Menentukan bentuk molekul serta memperkirakan besarnya sudut-sudut ikatan disekitar atom
pusat dengan memperhatikan tolakan-tolakan yang terjadi agar diperoleh bentuk dengan tolakan
yang minimum.

AXnEm
Rumus bentuk geometri :

EV- PEI
PEB =
2

Dengan :

A=atom pusat

X = PEI

E = PEB

m = jumlah PEB

n = jumlah PEI

m + n = jumlah pasangan electron yang mengelilingi atom pusat = jumlah domain


elektron.

Contoh : Tentukan bentuk molekul berikut ini :

a. H2O

Jawab :
Jumlah elektron Valensi ( EV) O = 6
Jumlah domain elektron ikatan (X) = 2
Jumlah domain elektron bebas (E) = (6-2) : 2 = 2
Maka tipe molekul AX2E2
b. SF4

Jumlah elektron Valensi (EV) S = 6


Jumlah domain elektron ikatan (X) = 4
Jumlah domain elektron bebas (E) = (6-4) : 2 = 1
Maka tipe molekul AX4E
Ada 5 Bentuk Dasar Molekul berdasar domain elektron :

 Domain electron 2 linear : sp


 Domain electron : trigonal planar sp2
 Domain electron 4 : tetrahedral sp3
 Domain electron 5 : trigonal bipiramida sp3d

 Domain electron 6 : oktahedral sp3d2

Tabel Hubungan Domain Elektron dan Hibridisasi dengan Bentuk Molekul

Domain PEI PEB Rumus Hibridisasi Geometri Contoh Bentuk Molekul


Elektron VSEPR Molekul
2 2 - AX2 Sp Linear BeF2, 180o
CS2,
CO2,
BeCl2,
HCN,
No2+

BH2
1 1 AXE - - -
3 3 - AX3 sp2 Trigonal Planar SO3,
Segitiga datar BF3,
BCl3, o
NO3-, 0
12
H2CO 120o

0o
12

BF3
Segitiga Datar
2 1 AX2E sp2 Bent=bengkok= O3, SO2,
membentuk OCl2,
sudut = V OF2
shape

SO2
Planar Bentuk V
1 2 AXE2 - - -
4 4 - AX4 sp3 Tetrahedral CH4,
CCl4,
CF4,
SiF4
5o
9,

109
10

,5
o
o
,5
1 09

109,5o

CH4
3 1 AX3E sp3 Trigonal NH3,
piramida PCl3,
XeO3,
NF3,
PH3,
ClFO2,
ClF2O+

NH3
Trigonal piramida
2 2 AX2E2 sp3 Bengkok, H2O,
bentuk V H2S,
H2Se,
OF2,
SF2,
ClF2+,
ClFO,
I3+

H2O
Bentuk V
1 3 AXE3 - - -
5 5 - AXE5 sp3d Trigonal PCl5,
bipiramida PF5,
PBr5,
AsF5,
SOF4 o 90o
90

90o

PCl5
(penampakan samping)
4 1 AX4E sp3d See SF4,
saw/jungkat- XeO2F2,
jungkit IF4+

3 2 AX3E2 sp3d Bentuk T ICl3, X


IBr3,
IF3, 180o
CIF3 <90 o

A X

X
ICl3
2 3 AX2E3 sp3d Linear XeF2,
I3-

180o

I3-
6 6 - AXE6 Oktahedral SF6,
SCl6
90o
o
90

90o

SF6
(penampakan samping)
5 1 AX5E Oktahedral IF5, X
terdistorsi ICl5,
CIF5
X
X
A

X X IF
5
4 2 AX4E2 Square XeF4, X X
Planar/bujur XeCl4
sangkar
90

A
o

X 180oX
XeF4
7 AX7 Pentagonal IF7 X
Bipiramidal X
90o X
A X
X
X
X

B. Teori Hibridisasi

1. Pengertian
Dalam kimia hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom membentuk
orbital hibrid yang sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital
yang terhibdrisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah
molekul.

2. Sejarah

Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam menjelaskan strujtur
molekul seperti metana. Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang
sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap
sebuah heuristic yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organic.

Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku
electron-elektron dalam molekul. Dalam kasusu hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini
didasarkan pada orbital-orbital atom hydrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan
sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindig satu sama lainny dengan
proporsi yang bervariasi. Orbital-orbital hydrogen yang digunakan sebagaidasar skema hibridisasi
karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrodingernya memiliki
penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian diasumsikn terdistorsi sedikit
untuk atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asusi ini
teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerulukan
hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbo,
nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah. Teori
hibridisasi sering digunakan dalam kimia organic, biasanya digunakan untuk menjelaskan molekul
yang terdiri dari atom C, N, dan O ( kadang P dan S). Penjelasan dimulai dari bagaimana sebuah
ikatan terorganisasikan dalam metana. Pembentukan ikatan dalam senyawa harus sesuai dengan
aturan hibridasi yaitu :

1). Orbital yang bergabung harus mempunyai tingkat energi sama atau hampir sama.

2). Orbital hibrid yang terbentuk sama banyaknya dengan orbital yang bergabung.
3). Dalam hibridisasi yang bergabung adalah orbital bukan electron.

Pembentukan orbital hibrid melalui teori hibridasasi antara lain sebagai berikut :

1) Salah satu electron yang berpasangan berpromosi ke orbital yang lebih tinggi tingkat
energinya sehingga jumlah yang tidak berpasangan sama dengan jumlah ikatan yang
terbentuk. Atom yang sedemikian disebut dalam keadaan tereksitasi. Promosi yang
mungkin adalah dari ns ke np dan ns ke ns ke nd atau (n-1)d.
2) Penggabungan orbital mengakibatkan kerapatan electron lebih besar di daerah orbital
hbrid.
3) Terjadi tmpang tindih hibrid dengan orbital atom lain sehingga membentuk ikatan kovalen
atau kovalen koordinasi.
3. Proses Hibridisasi
a. BCl3

Dari senyawa diatas unsure yang menjadi atom pusat yaitu B, B yang memiliki nomor atom
5, kemudian electron di konfigurasikan.

5B = 1s2 2s2 2p1

Elektron valensi = 3

Dari konfigurasi electron diatas kita dapat digambarkan diagram orbital awal dari electron
valensi Boron adalah 2s2 2p1

Orbital diatas belum mengalami hibridisasi. Kemudian untuk dapat memasankan electron
pada boron dengan electron dari atom klor diperlukan 3 buah electron yang tidak berpasangan.
Untuk mendapatkan 3 elektron tidak berpasangan inilah dilakukan perpindahan electron dari
orbital yang disebut hibridasi. Berikut diagram orbital atom boron setelah hibridisasi.
s p

Dari diagram di atas terjadi hibridisasi yang terdiri dari orbital s dan orbital p yang awalnya
sp1 dan sp2 dan menghasilkan molekul berbentuk segitiga sama sisi.

Dari diagram di atas terjadi hibridisasi yang terdiri dari orbital s dan orbital p yang awalnya
sp1menjadi sp2 dan menghasilkan molekul berbentuk segitiga sama sisi.
b. PCl5

Molekul PCl5 diketahui berbentuk bipiramida trigonal. Atom Phosfor (nomor atom = 15)
mempunyai konfigurasi electron sebagai berikut :

15P : [Ne] 3s2 3p3

3s2 3p3 3d0

s p

Agar dapat membentuk 5 ikatan kovalen, maka 1 elektron dari orbital 3s harus
dipromosikan ke orbital 3d. Selanjutnya orbital 3s, ketiga orbital 3p, dan 1 orbital 3d mengalami
hibridisasi membentuk orbital hibrida sp3d yang berbentuk bipiramida trigonal.

Promosi menjadi

15P : [Ne] 3s1 3p3 3d1


3s2 3p3 3d1

s p

Hibridisasi dari atom P pada PCl5 adalh sp3d1.

4. Jenis-Jenis Hibridisasi
a. Hibrida sp

Salah satu contoh orbital sp terjadi pada Berillium diklorida. Berillium mempunyai 4 orbital
dan 2 elektron pada kulit terluar. Pada hibridisas Berillium dijelaskan bahwa orbital 2s dan satu
orbital 2p pada Be terhibridisasi menjadi 2 orbital hibrida sp dan orbital 2p yang tidak
terhibridisasi. Hibridisasi sp membentuk geometri linear denga sudut 180o terjadi pada BeH2 dan
BeCl2.

b. Hibridisasi sp2

Salah satu contoh orbital hybrid sp2 diasumsikan terjadi pada Boron trifluorida. Boron
mempunyai 4 orbital tapi hanya 3 elektron pada kulit terluar. Hibridisasi boron mengkombinasikan
2s dan 2 orbital 2p menjadi 3 orbital hibrid sp2 dan 1 orbital yang tidak mengalami hibridisasi.
Orbital hibrid sp2 menjadi bentuk trigonal planar dengan sudut 120o.

c. Hibridisasi sp3

Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah atom. Untuk
sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedral (seperti metana, CH4), maka karbon haruslah
memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat dengan 4 atom hydrogen. Konfigurasi
keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1 2py1 atau lebih mudah dilihat :

(Perhatikan bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital 2s, dan orbital 2s berenergi
sedikit lebih rendah dari orbital-orbital 2p).
Teori ikatan valensi memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua orbital p yang terisi
setengah, bahwa C akan membentuk dua iakatan kovalen, yaitu CH2. Namun, metilena adalah
molekul yang sangat reaktif, sehingga teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan
keberadaan CH4.

Lebih lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk berikatan dalam
CH4. Walaupun eksitasi electron 2s ke orbital 2p secara teori mengijinkan empat ikatan dan sesuai
dengan teori iakatan valensi, hal ini berarti aka nada beberapa ikatan CH4 yang memiliki energi
ikat yang berbeda oleh karena perbedaan arah tumpeng tindih orbital. Gagasan ini telah dibuktikan
salah secara eksperimen, setiap hydrogen pada CH4 dapat dilepaskan dari karbon dengan energi
yang sama.

Untuk menjelaskan keberadaan molekul CH4 ini, maka teori hibridisasi digunakan. Langkah
awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau lebih) elektron :

Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu electron valensi karbon.
Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan electron 2s ke orbital 2p. Hal ini meningkatkan
pengaruh inti atom terhadap electron-elektron valensi dengan meningkatkan potensi inti efektif.

Kombinasi gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru yang dikenal
sebagai orbital hibrid. Dalam kasusu atom karbon yang berikatan dengan empat hidrogen, orbital
2s dengan tiga orbital 2p membentuk hibrid sp3.

Pada CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital 1s hydrogen,
menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki panjang dan kuat ikat yang sama,
sehingga sesuai dengan pengamatan.

5. Keterbatasan Konsep Hibridisasi

Konsep hibridisasi berhasil meramal struktur molekul senyawa kovalen bila atom pusat
berikatan tunggal dengan substitusi (atom) yang sama. Jika tidak demikian, akan terjadi
penyimpangan yaitu bila :
a. Atom pusat mempunyai pasangan electron bebas seperti NH3.
b. Terdapat ikatan rangkap antara ion pusat dengan atom lain seperti HCN.
c. Atom-atom yang terikat pada atom puat berbeda keelektronegatifannya seperti H2CClF
d. Atom-atom pusat yang terikat pada atom pusat berbeda ukurannya seperti H3CCl dan
H2CClF

Anda mungkin juga menyukai