Imam Sujarwanto
Abstract
The study of social interaction among religious believers is revealed: Social processes in social
interaction of Hindus and Muslims. Factors that encourage and inhibit the occurrence of
social interaction. Factors that determine the patterns of social interaction between Hindus
and Islam. Socio-cultural channels strategically to build social interaction between Hindus
and Muslims. The results of study showed that: The process of social interaction commonly
found is mutual cooperation and mutual help, accommodation through tolerance and assi-
milation. Factors that encourages social interaction Javanese culture, Family and economic
factors, while the factors inhibiting social interaction are: comunication, the majority and
minority issues. Factors that affect patterns of interaction are cultural dan economic factors.
Effective channels that build social interaction are a religious ceremony, initiation ceremony,
socio-cultural activities.
Alamat korespondensi: ISSN 2252 - 6390
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang 50223
E-mail: jurnalpps@unnes.ac.id
Imam Sujarwanto / Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012)
61
Imam Sujarwanto / Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012)
tolong menolong; (2) Bargaining; (3) Ko-optasi lompok dan adanya perubahan-perubahan sosial
(Co-optation); (4) Koalisi (Coalition); dan (5) Joint- yang cepat.
ventrue. Interaksi sosial dapat pula didorong oleh
Akomodasi (Accomodation) berarti adanya faktor-faktor yang bersifat psikologis yang berasal
suatu keseimbangan (equilibrium) norma-norma dari intern pihak-pihak yang menjalin hubungan.
sosial dan nilai-nilai yang berlaku di dalam ma- Adapun faktor-faktor tersebut antara lain: imi-
syarakat. Keseimbangan terwujud karena proses tasi, sugesti, identifikasi dan simpati (Soekanto,
penyesuaian dan kesepakatan untuk tidak saling 2010). Faktor-faktor tersebut dapat bekerja secara
bertentangan dengan tujuan untuk mengurangi sendiri-sendiri terpisah atau dalam keadaan ter-
pertentangan antara orang-perorang atau anta- gabung. Faktor imitasi mempunyai peranan yang
ra kelompok dengan kelompok sebagai akibat sangat penting dalam proses interaksi sosial. Sisi
perbedaan paham, mencegah meledaknya suatu positif yaitu jika imitasi mampu mendorong se-
pertentangan untuk sementara waktu atau secara seorang untuk memenuhi kaidah-kaidah atau
temporer, untuk memungkinkan terjadinya kerja norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
sama, mengusakan peleburan antara kelompok- Sedangkan sisi negatifnya adalah apabila yang
kelompok sosial yang terpisah. ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyim-
Asimilasi (Assimilation) merupakan suatu pang. Sugesti berlangsung apabila pihak pembe-
proses yang ditandai dengan adanya usaha-usaha ri sugesti (orang yang berwibawa atau otoriter)
mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat memberi sesuatu pandangan atau sesuatu sikap
antara orang-perorang atau kelompok-kelompok yang berasal dari dirinya yang kemudian dite-
manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk rima oleh pihak lain. Identifikasi merupakan
mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan keinginan-keinginan untuk menjadi sama den-
proses-proses mental dengan memperhatikan gan orang lain. Proses identifikasi dapat berlang-
kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama. sung dengan sengaja atau tidak sengaja karena
Asimilasi akan mudah terbentuk jika ada faktor- seringkali seseorang memerlukan tipe-tipe ideal
faktor toleransi, kesempatan-kesempatan yang tertentu di dalam proses hidupnya. Simpati da-
seimbang dibidang ekonomi, sikap menghargai pat diartikan sebagai perasaan seseorang untuk
orang asing dan kebudayaannya, sikap terbuka tertarik pada orang lain. Dorongan utama pada
dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat, proses simpati adalah keinginan untuk memaha-
persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan, per- mi pihak lain dan untuk bekerja sama. Simpati
kawinan campuran (amalgamation) dan adanya akan berkembang jika keadaan saling mengerti di
musuh bersama dari luar (Soekanto, 2010). antara kedua pihak terjamin.
Sedangkan bentuk interaksi sosial yang be- Terjadinya interaksi sosial dalam sehari-
rupa proses disosiatif meliputi persaingan, kont- hari dapat ditemukan dalam setiap pertemuan
raversi dan konflik atau pertentangan. Persaingan atau perjumpaan. Tempat atau wadah berbagai
diartikan sebagai proses sosial, dimana individu aktivitas sosial individu terhadap individu lain,
atau kelompok-kelompok manusia bersaing men- individu terhadap kelompok atau kelompok ter-
cari keuntungan melalui bidang-bidang kehidu- hadap kelompok dalam masyarakat baik aktivitas
pan yang ada pada suatu masa tertentu menjadi spontan maupun direncanakan dapat berfungsi
pusat perhatian umum dengan cara menarik per- sebagai saluran interaksi sosial.
hatian publik atau dengan mempertajam prasang- Upacara keagamaan merupakan saluran
ka yang telah ada, tanpa mempergunakan anca- interaksi sosial yang efektif untuk menciptakan
man atau kekerasan. Kontraversi berarti bentuk integritas, kohesi dan solidaritas sosial suatu ma-
proses sosial yang berada di antara persaingan syarakat. Melalui upacara keagamaan, suatu ke-
dan pertentangan atau konflik. Kontraversi lompok keagamaan dapat menjalin interaksi den-
ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpasti- gan kelompok keagamaan lain. Aktivitas budaya
an mengenai diri sendiri atau suatu rencana dan dan sosial seperti selametan atau kenduren, go-
perasaan tidak suka yang disembunyikan, keben- tong royong dan tolong menolong, aktivitas-ak-
cian atau keragu-raguan terhadap kepribadian se- tivitas dalam dasa wisma, kelompok tani, PKK,
seorang. Konflik atau pertentangan terjadi ketika sekolah, BPD dan lembaga pemerintahan seperti
individu-individu berusaha memenuhi tujuannya RT/RW, Kelurahan juga dapat berfungsi sebagai
dengan jalan menentang pihak lawan dengan an- saluran interaksi sosial.
caman dan kekerasan. Konflik dapat disebabkan
oleh adanya perbedaan pendirian atau perasaan Metode
antar individu, adanya perbedaan kepribadian,
adanya perbedaan kepentingan individu atau ke- Penelitian dilaksanakan di Desa Karang-
62
Imam Sujarwanto / Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012)
63
Imam Sujarwanto / Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012)
saling menghargai dan saling menerima di ten- saluran yang dapat membangun interaksi sosial.
gah keberagaman budaya, sukubangsa, agama Menurut Mulyadi (1989), kondisi masyarakat
dan kebebasan berekspresi. yang sudah maju seperti sekarang ini ternyata ti-
Faktor pendorong lain adalah kuatnya dak mampu melepaskan diri dari bantuan orang
ikatan kekeluargaan dalam masyarakat Karang- lain. Kebutuhan akan organisasi atau lembaga-
malang tampak dalam istilah Jakwir. Isilah jakwir lembaga sosial budaya semakin dirasakan. Lem-
berarti sebutan bagi teman yang memilliki hu- baga-lembaga sosial seperti PKK, Karangtaruna,
bungan sangat kental. Penggunaan kata jakwir Gabungan Kelompok Tani, LKMD, BPD, Partai
dalam bahasa lisan biasanya dirangkai dengan Politik, Upacara inisiasi, Upacara keagamaan,
akhiran an sehingga menjadi kata jakwiran yang kegiatan budaya atau tradisi dalam masyarakat
bermakna pertemanan atau persahabatan. Ini Karangmalang merupakan jawaban akan kebu-
bisa ditunjukkan dengan hidup saling membantu tuhan dalam kegiatan bersama.
diantara mereka, dimana orang-orang Hindu be-
kerja pada orang-orang Islam sebagai buruh tani Simpulan
dan begitu juga sebaliknya. Dengan kata lain da-
lam pemenuhan faktor kebendaan atau ekonomi, Bentuk interaksi sosial antara Umat Hindu
mereka saling bahu membahu membantu meme- dan Islam dalam masyarakat Karangmalang ada-
nuhi kebutuhannya. lah kerjasama kerukunan yang termasuk dida-
Faktor Penghambat Interaksi Sosial An- lamnya adalah gotong royong (kerigan) dan tolong
tara Umat Hindu dan Islam. Hambatan komu- menolong (sambatan). Akomodasi yang pada titik
nikasi walaupun tidak sampai menimbulkan tertentu memerlukan kehadiran pemimpin seper-
permasalahan terjadi akibat adanya kurangnya ti kyai, pandhita maupun kepala desa. Sedangkan
pemahaman tentang budaya atau agama lain. asimilasi yang bekerja adalah toleransi di antara
Contoh hambatan dari faktor komunikasi yang pemeluk Hindu dan Islam. Sikap toleransi dilan-
dapat peneliti temukan pada saat penelitian ada- dasi oleh nilai-nilai budaya dasar yang memen-
lah ketika pemakaman. Akibat kurangnya komu- tingkan keserasian hidup bersama.
nikasinya penataan makam masih semerawut. Interaksi sosial antara umat Islam dan Hin-
Kelompok umat Islam merasa superior du terjadi dalam komunkasi antar budaya karena
atau supreme lebih berkuasa dan bisa memaksa- adanya kesamaan budaya dasar yang bersumber
kan kehendaknya kepada kelompok minoritas dari nilai-nilai Islam Jawi (Kejawen), nilai-nilai
yaitu umat Hindu. Hal ini dibuktikan dengan universal agama yang dijunjung tinggi dengan
banyaknya anggota kelompok mayoritas (umat mengembangkan sikap toleransi, hubungan keke-
Islam) yang mangkir dari undangan yang dibe- rabatan yang kental dengan konsep jakwiran. Ko-
rikan kelompok minoritas (umat Hindu). Untuk munikasi antar budaya ini sekaligus merupakan
menutupi kemangkirannya mereka membuat se- faktor pendorong pola interaksi sosial di samping
ribu alasan untuk tidak hadir. faktor kebendaan. Sedangkan faktor penghambat
Faktor yang Menentukan Pola Interaksi interaksi sosialnya adalah masalah mayoritas dan
Sosial Antara Umat Islam dan Hindu di Desa minoritas dan kurangnya berfungsinya saluran-
Karangmalang. Hubungan yang terus menerus saluran komunikasi. Bentuk-bentuk Interaksi so-
dengan sesamanya akan menghasilkan pola per- sial antar umat beragama di Karangmalang terja-
gaulan. Pola pergaulan inilah yang oleh Soekanto lin melalui saluran-saluran sebagai berikut PKK,
(2010:71) sebagai pola interaksi. Interaksi identik Karangtaruna, Kelompok Tani, BPD, Partai Po-
dengan komunikasi. Komunikasi karena perbe- litik. Sedangkan saluran budaya terjalin melalui
daan agama adalah komunikasi antar budaya. keagamaan, upacara inisiasi dan kerigan kliwonan.
Pola interaksi antara umat Hindu dan Islam ber- Beberapa saran yang perlu dipertimbang-
pola interaksi budaya kejawen yang menyatukan kan berdasarkan hasil penelitian ini, dengan
ide, praktik atau wujud aktivitas sosial dan keben- harapan Interaksi sosial masyarakat Karangma-
daannya seringkali dapat digunakan dan dilaksa- lang yang berlatar belakang Islam dan Hindu,
nakan secara bersama-sama sehingga aktivitas terus berlangsung dengan baik adalah sebagai
sosial yang diramu dengan berbagai perbedaan berikut: Pertama; Pola-pola Interaksi sosial yang
mampu ditoleransi. sudah berjalan dengan baik terus dipertahankan.
Saluran-saluran Yang Strategis dalam Kedua, faktor penghambat interaksi sosial da-
Membangun Interaksi Sosial Pemeluk Hindu lam bentuk stigma minoritas perlu dihilangkan,
dan Islam. Setiap tempat perjumpaan individu dengan secara terus menerus menghilangkan
dengan individu atau individu dengan kelompok perbedaan dan menyatukan persamaan. Ketiga,
atau kelompok dengan kelompok merupakan saluran-saluran kominikasi yang menghambat
64
Imam Sujarwanto / Journal of Educational Social Studies 1 (2) (2012)
perlu dibuka, dengan secara terus menerus me- partment of Sociology Washington State Uni-
lakukan berbagai kominkasi dalam menghadapi versity Pullman, WA 99164. Appears in pp. 1-24
persoalan. in B. Markovsky, et al. (eds.) Advances in Group Pro-
cesses, 11. Greenwich, Conn.: JAI Press. Diunduh
dari http://wat2146.ucr.edu/Papers/94b.pdf
Daftar Pustaka
tanggal 27 Februari 2012
Hanifah, Abu. 2010. “Toleransi dalam Masyarakat
Abdulsyani. 2002. Sosiologi Sistematika, Teori, Dan Tera-
Plural Memperkuat Ketahanan Nasional”. Ar-
pan. Jakarta : PT Bumi Aksara
tikel Puslitbang Kemensos. Diunduh dari www.
Anugrah, Dadan dan Kresnowiati, Winny. 2008. Ko-
depsos.go.id tanggal 28 Februari 2012
munikasi Antarbudaya: Konsep dan Aplikasi. Ja-
Kaergard, Niels.2010.”Social Cohesion and Transfor-
karta: Jala Permata
mation From Ethnic to Multicultural Society:
Christopher, Daniel L. Smith (editor). 2005. Lebih
The Case Study of Denmark”. Ethnicities Jour-
Tajam Dari Pedang-Refleksi Agama-Agama
nal. 10(4): 470-487. Diunduh dari www.sage-
Tentang Paradoks Kekerasan. Yogyakarta :
publication.com tanggal 29 Februari 2012
Kanisius
Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbu-
Denzin, Norman K. & Lincoln, Yvonna S. 2009. Hand-
daya. Yogyakarta Pustaka Pelajar Offset
book of Qualitative Research. Edisi Bahasa Indo-
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif.
nesia. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Freese, Lee dan Burke, Peter J. Tanpa Tahun. “Per-
sons, Indentities, and Social Interaction”. De-
65