Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

HIRSCHPRUNG

DISUSUN OLEH : Kelompok 5


1. Fani try oktaviani (170103030)
2. Rizki handayani (170103076)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga,
maupun pikiran kepada kami sehingga dapat menyelesaikantugas makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas hirschprung. Makalah ini kami buat
untuk memenuhi tugas KEPERAWATAN ANAK II.
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan. kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada
penulisan makalah ini.Namun kami berusaha agar makalah ini menjadi sumber
pembelajaran. Maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi menyempurnakan makalah selanjutnya. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.Dengan selesai nya makalah ini kami ucapkan terimakasih

Purwokerto, 25 September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ...........................................................................................3
B. TANDA DAN GEJALA ..............................................................................4
C. PATOFISIOLOGI ........................................................................................5
D. ETIOLOGI ..................................................................................................6
E. FAKTOR RISIKO .......................................................................................6
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG ..................................................................7
G. PATWAYS ..................................................................................................8
H. PENATALAKSANAAN MEDIS ....................................................................9
I. ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................9

BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN .................................................................................................14
B. SARAN .......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit hirschprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa
aganglionisis usus yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal
dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Juga
dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel
ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon. Keadaan abnormal
tersebut yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus
secara spontan, sfingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu
mencegah keluarnya feses scara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi
usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada ganglion dan akhirnya
feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan
dilatasi usus proksimal.
Penyakit hiachprung disebut juga congenital aganglionosis atau
megacolon (aganglionosis mega colon) yaitu tidak adanya sel ganglion dalam
rectum dan sebagian tidak ada dalam colon
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari hirschprung?
2. Apa tanda dan gejala dari hirschprung?
3. Bagaimana patofisiologi dari hirschprung?
4. Bagaimana etiologi dari hirschprung?
5. Bagaimana faktor risiko dari hirschprung?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari hirschprung?
7. Bagaimana pathway dari hirschprung?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis dari hirschprung?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari hirschprung?
C. Tujuan penulisan
1. Mahasiswa mengetahui pengertian dari hirschprung.
2. Mahasiswa mengetahui tanda gejala dari hirschprung.
3. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dari hirschprung.
4. Mahasiswa mengetahui etiologi dari hirschprung.
5. Mahasiswa mengetahui faktor risiko dari hirschprung.

1
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang dari hirschprung.
7. Mahasiswa mengetahui pathwai dari hirschprung.
8. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis dari hirschprung.
9. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan dari hirschprung.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Penyakit hirschprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa
aganglionisis usus yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal
dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Juga
dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel
ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon. Keadaan abnormal
tersebut yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus
secara spontan, sfingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu
mencegah keluarnya feses scara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi
usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada ganglion dan akhirnya
feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan
dilatasi usus proksimal.
Penyakit hiachprung disebut juga congenital aganglionosis atau
megacolon (aganglionosis mega colon) yaitu tidak adanya sel ganglion dalam
rectum dan sebagian tidak ada dalam colon, apabila segmen aganglionik
mulai dari anus sampai sigmoid, maka termasuk tipe hisprung segmen
pendek dan apabila segmen aganglionosis melebihi sigmoid sampai seluruh
kolon maka termasuk tipe hisprung segmen panjang.

3
B. Tanda dan gejala
1. Tanda gejala umum
Tanda - tanda edema, bercak – bercak kemerahan khususnya di
sekitar umbilicus, punggung dan disekitar genetalia ditemukan bila telah
terdapat komplikasi peritonitis (kessman, 2008; lakhsmi, 2008)
2. Berdasarkan usia penderita gejala penyakit hysprung dapat di bedakan
menjadi 2 yaitu :
a. Periode neonatus

4
Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai, yakni pengeluaran
mekonium yang terlambat , muntah bilious ( hijau ) dan dan distensi
abdomen. Terdapat 90% lebih kasus bayi dengan penyakit hysprung
tidak dapat mengeluarkan mekonium pada 24 jam pertama,
kebanyakan bayi akan mengeuarkan mekonium setelah 24 jam
pertama (24-48 jam ). Muntah bilious (hijau) dan distensi abdomen
bbiasanya dapat berkurang apabila mekonium dapat dikeluarkan
segera. Bayi yang mengkonsumsi ASI lebih jarang mengalami
konstipasi . Atau masih dalam derajat yang ringan, karena tingginya
kadar laktosa pada payudara, yang akan mengakibatkan feses jadi
berair dan dapat dikeluarkan dengan mudah(kessman, 2008)
b. Periode anak-anak
Walaupun kebanyakan gejala akan muncul pada bayi, namun
ada beberapa kasus dimana gejala-gejala tersebut tidak muncul
hingga usia anak-anak (Lakhsmi, 2008). Gejala yang biasanya timbul
pada anak anak yakni, konstipasi kronis, gagal tumbuh, dan
malnutrisi. Pergerakan peristaltik usus dapat terlihat pada dinding
abdomen disebabkan oleh obstruksi fungsional kolon yang
berkepanjangan .
Selain obstruksi usus yang komplit, perforasi sekum, fecal
impaction atau entercolitis akut yang dapat mengancam jiwa dan
sepsis juga dapat terjadi (kessman, 2008) akan langsung
menyemprot keluar dengan bau fesses dan gas yang busuk .

C. Patofisiologi
1. Persarafan parasimpatik colon di dukung oleh ganglion. Persarafan
parasimpatik yang tidak sempurna pada bagian usus yang aganglionik
mengakibatkan peristaltik abnormal, sehingga terjadi konstipasi dan
obstruksi .
2. Tidak adanya ganglion disebabkan kegagalan dalam migrasi sel ganglion
selama perkembangan embriologi. Karena sel ganglion tersebut
bermigrasi pada bagian kaudal saluran gastrointestinal (rectum), kondisi
ini akan memperluas hingga proksimal dari anus

5
3. Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk
kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.
4. Penyempitan pada lumen usus, tinja dan gas akan terkumpul di bagian
proksimal dan terjadi obstruksi dan menyebabkan di bagian colon
tersebut melebar (megacolon).

D. Etiologi
1. Sering terjadi pada anak dengan Down syndrome.
2. Kegagalan sel neutral pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi kraniokaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus .

E. Faktor risiko
1. Faktor bayi
a. Umur bayi
Bayi dengan umur 0-28 hari merupakan kelompok umur yang
paling rentan terkena penyakit hirschprung, karena penyakit
hirschprung merupakan salah satu penyebab paling umum obstruksi
usus neonatal (bayi berusia 0-28 hari)
b. Riwayat sindrom down
Sekitar 12% dari penyakit hirschprung terjadi sebagai bagian
dari sindrom yang disebabkan oleh kromosom . Kelainan kromosom
yang paling umum beresiko menyebabkan terjadinya penyakit
hirschprung adalah sindrom down. 2 - 10 % dari individu dengan
penyakit hirschprung merupakan penderita sindrom down. Sindrom
down merupakan kelainan kromosom dimana ada tambahan salinan
kromosom 21. Hal ini terkait tengan karakteristik fitur wajah, cacat
jantung bawaan dan keterlambatan perkembangan anak.
2. Faktor ibu
a. Umur
Umur ibu yang semakin tua (>35 tahun) dalam waktu hamil
dapat meningkatkan resiko terjadinya kelainan kongenital pada bayi.
Bayi dengan sindrom down lebih sering di temukan pada bayi bayi
yang di lahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopouse.

6
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Kimia darah : pada krbanyakan pasien temuan elektrolit dan panel
renal biasanya dalam batas normal . Anak dengan diare memiliki
hasil yang sesuai dengan dehidrasi . Pemeriksaan ini dapat
membantu mengarahkan pada penatalaksanaan cairan dan elektrolit
b. Darah rutin : pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit
dan platelet prcopcratiof.
c. Profil koagulasi : pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak
ada gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum
operasi dilakukan.
2. Pemeriksaan radiologi

a. Foto polos abdomen : dapat menunjukan adanya loop usus yang


distensi dengan adanya udara dalam rectum .
b. Barium enema

- Jangan membersihkan kolon bagian distal dengan enema


sebelum memasukan kontras enema karena hal ini akan
mengaburkan gambar pada daerah zona transisi.
- Kateter diletakan di dalam anus, tanpa mengembangkan balon,
untuk menghindari kaburnya zona transisi dan beresiko
terjadinya peforasi foto segera diambil setelah injeksi kontras,
dan di ambil lagi 24 jam kemudian.

7
- Colon bagian distal yang menyempit dengan bagian proksimal
yang mengalami dilutasi merupakan gambaran klasik penyakit
hirsprung. Akan tetapi temuan radiologis pada neonatus lebih
sulit diinterpretasi dan sering kali gagal memperhatikan zona
transisi.
- Gambaran radiologis lainnya yang mengarah pada penyakit
hirsprung adalah adanya retensi kontras dari 24 jam setelah
barium enema dilakukan.
3. Biopsi
Biopsi rektumuntuk melihat ganglion pleksus submukosa meinser,
apakah terdapat ganglion atau tidak . Pada penyakit hirschprung ganglion
ini tidak ditemukan.

G. Patways
Tidak adanya sel ganglion

Tidak adanya peristaltik usus secara sepontan

Makanan menumpuk di usus

Colon dilatasi konstipasi

Hisprung Menekan lambung

cemas pembedahan Mual, muntah

colostomi Gangguan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

nyeri

Resiko infeksi

8
H. Penatalaksanaan
1. Medik
Bila belum dapat dilakukan operasi, biasanya (merupakan tindakan
sementara) dipasang pipa rectum, dengan atau tanpa dilakukan
pembilasan dengan air garam fisiologis secara teratur.
a. Bayi dengan obstruksi akut
- Pemeriksaan rectal atau memasukkan pipa rectal sering dapat
memperbaiki keadaan sementara waktu
- Mengosongkan rectum tiap hari dengan cairan NaCl 0,9 %
2. Bedahan
Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi Loop
atau double barrd dimana diharapkan tonus dan ukuran usus yang
dilatasi dan hipertropi dapat kembali menjadi normal dalam waktu 3 - 4
bulan. Terdapat 3 prosedur dalam pembedahan diantaranya :
a. Prosedur duhamel dengan cara penarikan kolon normal ke arah
bawah dan menganastomosiskannya di belakang usus aganglionik,
membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian
posterior kolon normal yang telah ditarik.
b. Prosedur swenson membuang bagian aganglionik kemudian
menganastomosiskan end to end pada kolon yang berganglion
dengan saluran anal yang dilatasi dan pemotongan sfingter
dilakukan pada bagian posterior.
c. Prosedur soave dengan cara membiarkan dinding otot dari segmen
rektum tetap utuh kemudian kolon yang ber saraf normal ditarik
sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara colon
normal dan jaringan otot rectosigmoid yang tersisa.

I. Auhan keperawatan
1. Pengkajian
Pada pengkajian anak dengan penyakit hisprung dapat ditemukan
tanda dan gejala sebagai berikut. Adanya kegagalan mengeluarkan
mekonium dalam waktu 24 sampai 28 jam setelah lahir, muntah
berwarna hijau, dan konstipasi.
2. Diagnosa

9
a. Konstipasi b.d mekanik
b. Cemas b.d perubahan dalam status kesehatan anak
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
penurunan absorbsi usus
d. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
e. Resiko infeksi b.d prosedur invasif
3. Asuhan keperawatan

No DX NOC NIC
1. Konstipasi b.d Setelah dilakukan 1. Bowel management
mekanik : pemeriksaan 24 jam di- Catat BAB terakhir
megakolon harapkan KH: Monitor tanda konstipasi
- Feses lunak - Anjurkan keluarga untuk
- Anak tidak kesakitan mencatat jumlah,
saat BAB frekuensi BAB .
- Tindakan oprasi - Berikan supositoria jika
colostomi perlu.
2. Bowel irrigation
- Jelaskan tujuan dari
irigasi rektum
- Check order terapi
- Jelaskan prosedur pada
orangtua pasien
- Berikan posisi yang
sesuai
- Cek suhu cairan sesuai
suhu tubuh
- Berikan jelly sebelum
rektal dimasukan
- Monitor efek dari irigasi
3. Persiapan preoperatif
- Jelaskan persiapan
yang harus dilakukan
- Lakukan pemeriksaan

10
laboratorium : darah
rutin , elektrolit , AGD
- Transfusi darah bila
perlu
2. Cemas b.d Setelah dilakukan 1. Anxiety education
perubahan dalam penanganan selama - Jelaskan semua
status kesehatan 24 jam diharapkan KH: prosedur yang akan
anak - Ibu terlihat lebih dilakukan
tenang Ibu dapat - Kaji pemahaman
bertoleransi dengan orangtua terhadap
keadaan anak kondisi anak , tindakan
yang akan dilakukan
pada anak.
- Anjurkan orangtua untuk
berada didekat anak
- Bantu pasien
mengungkapkan
ketegangan dan
kecemasan
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan - Kaji nafsu makan ,
nutrisi kurang dari pemeriksaan 24 jam di lakukan pemeriksaan
kebutuhan tubuh harapkan KH: abdomen , adanya
b.d penurunan - Diet seimbang , intake distensi , hipoperistaltik
absorbsi usus adekuat - Ukur intake dan output ,
- BB normal berikan peroral / cairan
- Nilai lab darah normal : intravena sesuai
Hb , Albumin , GDR program ( hidrasi adalah
masalah yang paling
penting selama masa
anak- anak . )
- Sajikan makanan favorit
anak , berikan sedikit
tapi sering

11
- Atur anak pada posisi
yang nyaman
- Timbang BB setiap hari
pada skala yang sama

4. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan 1. Management nyeri


injuri fisik pemeriksaan 24 jam di- Kaji nyeri meliputi
harapkan KH: karakteristik , lokasi ,
durasi , frekunsi ,
kualitas , dan faktor
presipitasi
- Observasi
ketidaknyamanan non
verbal
- Berikan posisi yang
nyaman
- Anjurkan orang tua
untuk memberikan
pelukan agar anak
merasa nyaman dan
tenang
- Tingkatkan istirahat
2. Tcaching
- Jelaskan pada orangtua
tentang proses
terjadinya nyeri
- Pertahankan imobilisasi
bagian yang sakit
- Evaluasi keluhan nyeri
atau ketidaknyamanan
- Perhatikan lokasi nyeri

12
3. Administrasi analgetik
- Tentukan lokasi ,
karakteristik , kualitas
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- Cek program medis
tentang jenis obat ,
dosis dan frekuensi
pemberian
- Ikuti 5 benar sebelum
memberikan obat
- Cek riwayat alergi
- Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian obat
- Dokumentasikan
pemberian obat
5. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan - Monitor tanda tanda
prosedur invasif pemeriksaan 24 jam di infeksi lokal maupun
harapkan KH: sistemik
- Bebas dari tanda – - Monitor hasil lab: wbc,
tanda infeksi granulosit, dan hasil leb
- Tanda vital dalam yang lain
batas normal - Batasi pengunjung
- Hasil lab dbm - Inpeksi kondisi luka
- Bantu dan anjurkan
keluarga pasien untuk
melakukan perawatan
kolostomi
- Monitor insisi stoma
- Ganti kantong kolostomi
setiap kotor

13
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Penyakit hirschprung merupakan suatu kelainan bawaan berupa
aganglionisis usus yang dimulai dari sfingter ani internal ke arah proksimal
dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum. Juga
dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital dimana tidak terdapatnya sel
ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di kolon. Keadaan abnormal
tersebut yang dapat menimbulkan tidak adanya peristaltik dan evakuasi usus
secara spontan, sfingter rektum tidak dapat berelaksasi, tidak mampu
mencegah keluarnya feses scara spontan, kemudian dapat menyebabkan isi
usus terdorong ke bagian segmen yang tidak ada ganglion dan akhirnya
feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat menyebabkan
dilatasi usus proksimal.
Penyakit hiachprung disebut juga congenital aganglionosis atau
megacolon (aganglionosis mega colon) yaitu tidak adanya sel ganglion
dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam colon, apabila segmen
aganglionik mulai dari anus sampai sigmoid, maka termasuk tipe hisprung
segmen pendek dan apabila segmen aganglionosis melebihi sigmoid sampai
seluruh kolon maka termasuk tipe hisprung segmen panjang.
Tanda gejala umum adanya edema, bercak – bercak kemerahan
khususnya di sekitar umbilicus, punggung dan disekitar genetalia ditemukan
bila telah terdapat komplikasi peritonitis.Ber dasarkan usia penderita gejala
penyakit hysprung dapat di bedakan menjadi 2 yaitu periode neonatus dan
periode anak-anak.

B. SARAN
Diharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang telah
diberikan dan dapat menginterpretasikan dalam melakukan tindakan
keperawatan khususnya pada penderita hirschprung.

14
DAFTAR PUSTAKA
1. A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2.
Jakarta. Salemba Medika.
2. Suriadi dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2.
Jakarta. Cv. Sagung Seto.

15

Anda mungkin juga menyukai