REFERAT
DYSPEPSIA
DISUSUN OLEH:
Aldi Mugni Marwan
Ghaisani Humairah
Muhammad Hazim Hazlami Bin Haron
Siti Azreen Azira Binti Adzhar
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala atas berkah dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul “Dyspepsia”.
Referat ini disusun untuk melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin tahun 2019.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format referat ini. Oleh
karena itu, kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata penulis berharap referat ini dapat berguna bagi rekan-rekan serta semua pihak
yang ingin mengetahui tentang “Dyspepsia.”
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Kata pengantar……………………………………………………………………………..ii
1.2 Subjektif.......................................................................................................1
1.3 Obj ekt i f ..... ....... ..... ......... ...... ....... ...... . ......... ...... ....... ...... . ......... ...... . 2
1.4.3 Radiologi……………………………….…………………….……………………5
1.5 Assesment........................................................................................................ 5
BAB II P E M B A H A S A N . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.1 Definisi......................................................................................................... 6
2.2 Klasifikasi................................................................................................. 6
2.4 Penatalaksanaan............................................................................................ 9
iii
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 38 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Rajawali
Rumah Sakit : RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo
RM : 898797
Tanggal Masuk : 18-10-2019
B. SUBJEKTIF
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : Nyeri ulu hati
Anamnesis Terpimpin :
Seorang pasien berusia 38 tahun masuk ke RSWS dengan keluhan nyeri ulu hati yang
dialami sejak sore hari sebelum masuk rumah sakit dialami secara tiba-tiba. Nyeri ulu
hati dirasakan tidak menjalar. Pasien juga merasakan mual tetapi muntah tidak ada.
Rasa pahit di lidah tidak ada. Batuk ada, lendir ada warna putih. Demam tidak ada.
Sesak tidak ada. Nyeri dada tidak ada. BAB sudah tadi pagi konsistensi encer dan
BAK kesan normal
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat dengan keluhan yang sama ada.
Riwayat merokok sampai saat ini
Riwayat hipertensi sejak lama dan rutin mengonsumsi captopril
Riwayat DM disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat Keluarga
4
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada
C. OBJEKTIF
1. Deskripsi Umum
Sakit sedang / Gizi kurang / GCS E4M6V5 (compos mentis)
BB : 67 kg; TB : 160 cm (IMT: 26,17 kg/m2)
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 150/80 mmHg
Nadi : 82 kali/menit, regular, kuat angkat
Pernapasan : 22 kali/menit, torakoabdominal
Saturasi : 99% tanpa modalitas oksigen
Suhu : 37,5oC
3. Head To Toe
Kepala
Bentuk : Normocephal
Simetris muka : Simetris kiri dan kanan
Deformitas : Tidak ada
Rambut : Hitam, sulit dicabut
Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : (-)
Gerakan : Dalam batas normal
Kelopak mata : Edema palpebral (-/-)
Konjungtiva : Pucat (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)
Kornea : Jernih
Pupil : Bulat, isokor 2,5mm/2,5mm
Mulut
Bibir : Pucat (-), Kering (-)
Gigi geligi : Caries (-)
Gusi : Perdarahan gusi (-)
5
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-), tremor (-),hiperemis (-), bercak putih (-)
Leher
Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
Kel. getah bening : Tidak ada pembesaran
Kaku kuduk : Negatif
Tumor : Tidak ada
Nodul : Tidak ada
Thoraks
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak terlihat massa, tidak terlihat sikatrik, tidak
terlihat venektasis, terlihat striae
Palpasi : Vokal fremitus normal simetris pada kedua hemithoraks, nyeri tekan
tidak ada, tidak teraba massa, tidak ada krepitasi
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, ronki ada pada lapangan paru sinistradan
wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas atas jantung ICS II sinistra, Batas kanan jantung ICS III linea
parasternalis dextra, Batas kiri jantung ICS V linea midclavicularis
sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, bising jantung tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium, massa tumor (-), hepar tidak teraba
Perkusi : Timpani, undulasi (-)
Lain-lain : Ascites (-)
Punggung :
6
Palpasi : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-)
Nyeri ketok : (-)
Gerakan : Dalam batas normal
Extremitas
Edema (-)
Akral hangat
Palmar eritem (-)
Clubbing finger (-)
Alat Kelamin :Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum :Tidak dilakukan pemeriksaan
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Rutin (`17/10/19)
6
RBC 6
4.89 x 10 /uL 4.0 – 6.0 x 10 /uL
7
MCHC 33.7 g/dL 31.5 – 35.0 g/dL
3. Radiologi (21/10/2019)
Foto Polos Thorax: TB Paru lama aktif lesi luas + efusi pleura sinistral
E. ASSESMENT
Community Acquired Pneumonia CURB 65 skor 0
Dispepsia fungsional
Hipertensi grade 2 (JNC VII)
F. PLANNING
Infus Natrium Clorida 0.9% 20 tetes/menit
Ceftriaxone 2gram/24 jam/intravena
Omeprazole 40mg/24 jam/intravena
Metocloparamide 10mg/12 jam/intravena
8
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Istilah dispepsia sering dikaitkan dengan keluhan yang berhubungan dengan makan atau keluhan
pasien dikaitkan dengan gangguan saluran cerna bagian atas. Dalam konsensus Roma II tahun
2000, disepakati bahwa dispepsia sebagai berikut ; Dyspepsia refers to pain or discomfort
centered in the upper abdomen. Formulasi keluhan nyeri atau tidak nyaman menjadi suatu yang
relatif, terlebih lagi bila diekspresikan dalam bahasa berbeda.
Dalam konsensus Roma III, tahun 2006 yang khusus membicarakan tentang kelainan
gastrointestional fungsional, dispepsia fungsional didefinisikan sebagai :
1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, nyeri ulu
hati/epigastrik, rasa terbakar epigastrium
2. Tidak ada terbukti kelainan struktural yang dapat menerangkan penyebab keluhan
tersebut
3. Keluhan ini terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan teakhir sebelum diagnosis
ditegakkan
Klasifikasi
Dalam usaha untuk mencoba kearah praktif pengobatan, dyspepsia fungsional ini dibagi menjadi
3 kelompok yaitu :
1. Dispepsia tipe seperti ulkus dimana yang lebih dominan adalah nyeri epigastrik.
2. Dispepsia tipe seperti dismotilitas dimana yang lebih dominan adalah keluhan kembung,
mual, muntah, rasa penuh, cepat kenyang.
3. Dispepsia tipe non-spesifik, dimana tidak ada keluhan yang dominan.
9
PENDEKATAN DIAGNOSTIK
Keluhan utama yang menjadi kunci untuk mendiagnosis dispepsia adalah adanya nyeri dan atau rasa tidak
nyaman pada perut bagian atas. Apabila kelainan organic ditemukan, dipikirkan kemungkinan diagnosis banding
dispepsia organik, sedangkan bila tidak ditemukan kelainan organik apapun, dipikirkan kecurigaan ke arah
dyspepsia fungsional. Penting diingat bahwa dyspepsia fungsional merupakan diagnosis by exclusion, sehingga
idealnya terlebih dahulu harus benar-benar dipastikan tidak ada kelainan yang bersifat organik. Dalam salah satu
sistem penggolongan, dispepsia fungsional diklasifikasikan ke dalam ulcer-like dyspepsia dan dysmotili
ty-like dyspepsia ; apabila tidak dapat masuk ke dalam 2 subklasifikasi di atas, didiagnosis sebagai
dispepsia nonspesifik. Esofagogastroduodenoskopi dapat dilakukan bila sulit membedakan antara dyspepsia
fungsional dan organik, terutama bila gejala yang timbul tidak khas, dan menjadi indikasi mutlak bila pasien berusia
lebih dari 55 tahundan didapatkan tanda-tanda bahaya.
Kriteria Roma III pada tahun 2010, dalam American Journal of Gastroenterology , menegaskankriteria
diagnostik dispepsia fungsional seperti tertera pada boks 1.
Diagnosis dispepsia dapat bertumpang tindih dengan IBS. Pasien IBS, khususnya dengan predominan
konstipasi, mengalami keterlambatan pengosongan lambung sehingga akhirnya disertai pula dengan gejala-gejala
saluran pencernaan bagian atas yang menyerupai gejala dispepsia. Sebaliknya, pada pasien dispepsia, sering kali
juga disertai dengan gejala-gejala saluran pencernaan bawah yang menyerupai IBS. Untuk membedakannya,
beberapa ahli mengemukakan sebuah cara, yakni dengan meminta pasien
menunjuk lokasi di perut yang terasa paling nyeri;dengan lokalisasi ini, kedua entitas tersebut dapat didiferensiasi.
Quigley et al mengemukakan sebuah pendekatan baru, yaitu dengan menyatakan IBS dan dispepsia fungsional
sebagai bagian dari spektrum penyakit fung-sional saluran cerna.
10
11
PENATALAKSANAAN
Pedoman terbaru pengelolaan uninvestigated dyspepsia merekomendasikan pemeriksaan Helicobacter
pylori dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengobatan terhadap infeksi tersebut.
American College of Gastroenterology Guidelinesfor the Management of Dyspepsia
(2005),mengemukakan pentingnya mendeteksi tanda-tanda bahaya (alarming features) pada pasien dengan keluhan
dispepsia. Apabila didapatkan tanda-tanda bahaya (seperti gejala dispepsia yang baru muncul pada usia lebih dari 55
tahun, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya,anoreksia, rasa cepat kenyang, muntah,disfagia
progresif, odinofagia, perdarahan,anemia, ikterus, massa abdomen, pembesaran kelenjar limfe, riwayat keluarga
dengan kanker saluran cerna atas, ulkus peptikum,pembedahan lambung, dan keganasan),tindakan
esofagogastroduodenoskopi untuk keperluan diagnostik sangat dianjurkan. Namun, bila tidak didapatkan kondisi di
atas,terdapat 2 tindakan yang dapat dilakukan: (1)Test-and-treat : untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi
Helicobacter pylori dengan uji non invasif yang tervalidasi disertai pemberian obat penekan asam bila eradikasi
berhasil,tetapi gejala masih tetap ada , (2) Pengobatan empiris menggunakan proton-pump inhibitor (PPI) untuk 4-8
minggu
American College of Physicians menyatakan bahwa pengobatan empiris menggunakan obat antisekresi ini
merupakan tulang punggung utam apengobatan dispepsia dan masih dipraktikkan secara luas hingga saat ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sumber :
Murdani Abdullah, Jeffri Gunawan. Dispepsia. Akreditasi IDI – 4 SKP. Divisi Gastroenterologi, Bagian Ilmu
Penyakit DalamFakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
13
14