Anda di halaman 1dari 4

BAB III

ANALISA PERHITUNGAN

1. Perhitungan luas petak irigasi untuk petak tersier, petak sekunder, dan petak
primer.
2. Perhitungan debit air untuk saluran tersier, saluran sekunder, saluran primer.

Rumus :

Q = A . NFR . C
e
dimana :

Q = debit air (m3 / detik)

A = luas daerah yang akan dialiri (m3 )


NFR = kebutuhan air bersih (liter/detik/ha)
C = koefisien rotasi untuk areal 10.000 ha (C = 1)
e = efisiensi, dimana
untuk jaringan tersier = 0,8
untuk jaringan sekunder = 0,9 x 0,8
untuk jaringan primer = 0,9 x 0,9 x 0,8 (efisiensi secara
keseluruhan)

(Standar Perencanaan Irigasi KP-05, Dept. PU Dirjen Pengairan, 2010)

3. Perhitungan Dimensi Saluran Pembawa


Besarnya debit dalam sistem irigasi biasanya didasarkan atas kebutuhan air
diatas suatu jenis tanaman yang memerlukan air dalam masa pertumbuhan
seluruh bidang tanah yang ditanami suatu jenis tanaman tertentu. Setelah
perhitungan debit, selanjutnya untuk menghitung dimensi saluran digunakan
rumus manning.

(Jurnal : Haryono Putro, Joetata Hadihardaja ; Variasi Koefisien Kekasaran Manning (n)
Pada Flume Akrilic Pada Variasi Kemiringan Saluran & Debit Aliran)

20
Rumus Saluran Trapesium (Persamaan Manning)
A = (b + m.h) h (m2 )
A = Q/V (m2 )
 Luas Penampang (A)
A = Q/V (m2 )
 Lebar Dasar Saluran (b)
b=n.h (m)
 Keliling Penampang Basah (P)
P = b + 2h √m2 + 1 (m)
 Tinggi Air Jagaan (W)
W = 0,3085 + 0.25h (m)
 Lebar Muka Air (T)
T = b + 2mh (m)
 Lebar Atas Saluran (B)
B = b + 2m (h + W) (m)
 Jari – Jari Hidrolis (R)
R = A/P (m)
 Kemiringan (I)

V
I=[ ]2 (%)
k x R2/3

Dimana :
V = Kecepatan Aliran (m/dtk)
K = Koefisien kekasaran srickler
I = Kemiringan Rencana Saluran (%)
R = Jari –Jari Hidrolis (m)
A = Luas Penampang Saluran Yang Tegenang Air
h = Kedalaman Air dalam Saluran (m)
m = Kemirngan Melintang Dinding Saluran

21
b = Lebar Dasar Saluran (m)
n = Perbandingan Lebar dasar Saluran dengan kedalaman Air (m)
W = Tinggi Jagaan / Working (m)
B = Lebar Atas Saluran (m)
P = Keliling Basah Saluran (m)

(Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 2013 (533-541) ISSN: 2337-6732)

4. Perhitungan dimensi saluran pembuang


Kapasitas rencana pembuang interen untuk sawah dihitung dengan rumus :

Dimana :

Qd = Debit pembuang rencana ( m / detik )

Dm = Modulus pembuang (m / detik / ha )

A = Luas daerah yang dibawah airnya ( ha )

Untuk modulus pembuanmg utama rencana, dipilaih curah hujan tiga hari
dengan periode ulang 5 tahun dengan rumus :

D ( Sn ) adalah pembukaan untuk petak, dinyatakan sebagai :

Dimana :

n = Jumlah hari berturut-turut

R(n)T = Curah hujan dalam n hari berturut-turut dengan periode ulang


T tahun (mm)

I = Pemberian air irigasi ( mm / hari )

ET = Evaporasi irigasi ( mm / hari )

P = Perkolasi

S = Tampung tambahan ( mm )

Untuk perhitungan modulus pembuang, komponennya dapat diambil


sebagai berikut (dengan menganggap kondisi tanah mudah) :

22
- Pemberian air irigasi I = 0, jika pemberian air dihentikan

- Tampung tambahan di sawah pada 150 mm lapisan air maksimum,


tampungan tambahan S pada akhir hari-hari tambahan berurutan h
diambil maksimum 50 meter

- Perkolasi yang diambil adalah P = 0

- Dari analisa curah hujan komulatif, jumlah hujan selama 3 hari


berturut-turut dengan periode ulang 5 tahun ditetapkan sebesar 198
mm

5. Rumus Perhitungan Tinggi Muka Air

P = A+a+b+c+d+e+f+g+h+i+j+k+l+m

Dimana :
a = Elevasi Sawah Tertinggi
b = Tinggi Genangan air
c = kehilangan tekanan dari saluran kuarter ke sawah
d = kehilangan tekanan dari saluran tersier ke kuarter
e = kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke tersier
f = kehilangan tekanan dari saluran primer ke sekunder
g = kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer
h = kehilangan tekanan di pintu-pintu
i = kehilangan tekanan di box kuarter
j = kehilangan tekanan di box tersier
k = kehilangan tekanan pada intake
l = kehilangan tekanan karena ekploitasi
m = kehilangan tekanan pada alat ukur debit
(Standar Perencanaan Irigasi KP-05, Dept. PU Dirjen Pengairan, 2010)

23

Anda mungkin juga menyukai