Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Profil Perusahaan


1.1.1. Sejarah Singkat PT PLN (Persero)
Berawal di akhir abad 19, bidang pabrik gula dan pabrik ketenagalistrikan di
Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak
di bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga lisrik untuk
keperluan sendiri.
Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-
perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada
pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II.
Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada
Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan
oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delagasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas
yang bersama-sama dengan Pemimpin KNI Pusat berinisiatif menghadap Presiden
Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah
Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk
Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga
dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-
PLN (Badan Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang
listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang
sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai
pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai
pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan
tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada
sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun
2

1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan


Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi
kepentingan umum hingga sekarang.
a. Logo PLN

Gambar 1.1. Logo PT. PLN (Persero)

Elemen-elemen Dasar Lambang / Logo Perusahaan Listrik Negara memiliki


beberapa arti, yaitu sebagai berikut:
1. Bidang Persegi Panjang Vertikal
Bidang Persegi Panjang Vertikal menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen
lambang lainnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau
organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk
menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PT PLN (Persero) bahwa
listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Warna kuning
juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang
berkarya di perusahaan ini.
2. Petir atau Kilat
Petir atau Kilat melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya
sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun
mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan
solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan
kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan
3

gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam
menghadapi tantangan perkembangan jaman.
3. Tiga Gelombang
Tiga Gelombang memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh
tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, transmisi
dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero)
guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk
menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap
diperlukan dalam kehidupan manusia. Disamping itu biru juga melambangkan
keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik
bagi para pelanggannya.

b. Logo PLN Bersih

Gambar 1.2. Logo PLN Bersih

Pada tahun 2012, Direktur Utama PT. PLN (Persero) Nur Pamudji
mempublikasikan logo PLN bersih, tujuannya untuk menunjukan kepada
masyarakat bahwa PLN berkomitmen untuk membangun instansi yang bebas dari
praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), dengan cara membatasi tatap muka
antara pelanggan dengan petugas PLN dengan sistem online dan call center yang
disediakan PLN yaitu telepon ke nomor (kode area) 123.
4

c. Konsumsi listrik di Indonesia


Meningkatnya akses listrik/elektrifikasi serta tumbuhnya perekonomian
nasional membuat konsumsi listrik masyarakat juga naik. Berdasarkan data
Kementerian ESDM konsumsi listrik per kapita mencapai 994,41 kilo Watt hour
(kWh) hingga September 2017. Angka ini naik 3,98 persen dari posisi akhir 2016
sebesar 956,36 kWh. Ditambah lagi adanya program pengembangan mobil listrik
membuat kebutuhan stroom masyarakat kedepan akan meningkat.
Adapun kapasitas terpasang pembangkit listrik hingga September 2017
mencapai 60 Giga Watt (GW). Jumlah tersebut telah naik 7 GW dari akhir 2014
yang baru mencapai 53 GW. Sementara elektrikfikasi pada 2017 telah mencapai
93,08 persen dari target 92,75 sampai akhir tahun ini.
Pemerintah berencana menyederhanakan golongan listrik untuk pelanggan
dengan daya 900 VA (non subsidi) akan didorong menjadi 1.300 VA dengan tarif
tetap Rp 1.352/kWh. Sedangkan untuk pelanggan dengan daya 1.300 VA, 2.200
VA, 3.300 A, dan 4.400 VA akan naik menjadi 5.500 VA, dengan tariff Rp
1.467,28/kWh. Sementara pelanggan di atas 5.500 VA hingga 13.200 akan menjadi
13.200 VA dengan tarif 1.467,28/kWh + PPN, serta pelanggan di atas 13.200 VA
ke atas akan loss stroom dengan tarif Rp 1.467,28/kWh + PPN.

d. PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan


PLN Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan (PLN Pusharlis) merupakan salah
satu unit yang berada di lingkungan PT. PLN (Persero) yang bergerak dalam bidang
maintenance, repair dan overhaul (MRO) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
serta engineering, procurement dan construction (EPC) Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA) skala kecil. Keberadaan PLN Pusharlis memiliki sejarah yang cukup
panjang yang mengalami perubahan nama hingga 3 kali.
5

e. Listrik Prabayar (Listrik Pintar)

Gambar 1.3. Logo Listrik Pintar PLN

Pada tahun 2010 PLN mengeluarkan kebijakan baru untuk pembayaran listrik,
yang dahulu pembayaran listrik dengan paskabayar yaitu Pelanggan menggunakan
energi listrik dulu dan membayar belakangan, pada bulan berikutnya. Setiap bulan
PLN harus mencatat meter, menghitung dan menerbitkan rekening yang harus
dibayar Pelanggan, melakukan penagihan kepada Pelanggan yang terlambat atau
tidak membayar, dan memutus aliran listrik jika konsumen terlambat atau tidak
membayar rekening listrik setelah waktu tertentu. Pada sistem listrik pintar
(Prabayar), pelanggan mengeluarkan uang/biaya lebih dulu untuk membeli energi
listrik yang akan dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh
pelanggan dimasukkan ke dalam Meter Pra Bayar (MPB) yang terpasang dilokasi
Pelanggan melalui sistem ‘token’ (pulsa) atau stroom. Penggantian yang dilakukan
jika berganti ke layanan listrik prabayar hanya mengganti kWh meter yang dahulu
analog hanya untuk menghitung besarnya energi listrik yang terpakai, sedangkan
kWh meter listrik prabayar menggunakan kWh khusus yang bisa dimasukan pulsa
listrik/token/stroom dan ketika token listrik habis maka listrik akan otomatis
terputus. Namun PLN tidak mewajibkan pelanggan menggunakan listrik prabayar,
PLN hanya memberikan pilihan kepada pelanggan untuk menggunakan listrik
prabayar atau paskabayar.
6

f. Perhitungan Listrik Prabayar


Penghitungan KWH Meter Listrik Pintar sama saja dengan KWH Meter Analog
karena telah melalui tahap standarisasi Tera (tidak lebih mahal) dan harga Rp/kWh
Listrik sudah diatur dalam penyesuaian tarif tenaga listrik melalui Peraturan
Menteri ESDM nomor 31 tahun 2014 tentang Tarif Tenaga Listrik yang disediakan
oleh PT. PLN (Persero). Hemat atau borosnya pemakaian listrik ditentukan oleh
perilaku pengunaan peralatan listrik oleh pelanggan. Serupa dengan telepon,
dengan Prabayar cenderung orang akan berhemat, sebaliknya dengan Pascabayar
cenderung orang lebih boros karena kurang terkendali.
Keuntungan jika menggunkan Listrik Prabayar:
1. Pemakaian listrik lebih terkendali
2. Tanpa ada sanksi pemutusan
3. Tanpa dikenakan denda keterlambatan
4. Tanpa Uang Jaminan Pelanggan
5. Tanpa ada pencatatan meter
6. Privasi tidak terganggu
7. Tidak dikenakan biaya beban bulanan
8. Kemudahan pembelian Token/stroom
9. Pembelian disesuaikan kemampuan
10. Tidak ada batas masa aktif (aktif selama kWh masih tersisa)

g. Token PLN

Gambar 1.4. Logo Token PLN


7

Token adalah 20 digit angka yang dimasukkan ke meter prabayar saat


melakukan isi ulang listrik, Nilai Token Prabayar terdiri dari unsur kWh, PPJ dan
Meterai, Nilai Token (token isi ulang pada ATM, Toko Online atau Payment Point
adalah: Rp.20.000, Rp.50.000, Rp.100.000, Rp.200.000, Rp.500.000 dan
Rp.1.000.000,-) Token Prabayar tidak ada masa kedaluwarsa.

1.1.2. Visi, Misi dan Motto PT. PLN (Persero)


a. Visi
“Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul
dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani”.
b. Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
c. Motto
Adapun Motto dari perusahaan PT. PLN (Persero) adalah sebagai berikut:
“ Listrik untuk kehidupan yang lebih baik”.

1.1.3. Proses Bisnis PLN

Gambar 1.1. Unit Bisnis PLN


8

PT. PLN (Persero) sebuah perusahaan yang terdiri atas pembangkit, transmisi
dan unit distribusi. Dalam proses penyampaian listrik ke konsumen diawali dengan
tenaga Listrik yang di bangkitkan di Pusat-pusat Tenaga Listrik seperti PLTA,
PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran
transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator
penaik tegangan (step up transformer) yang ada di Pusat Listrik.
Pemberian nama PLTA, PLTU, PLTP dan sebagainya yang umum
diberikan kepada unit pembangkit listrik di lingkungan PLN didasarkan atas
nama tenaga penggerak mulanya. PLTA misalnya dimana mesin pembangkit
listriknya (generator) yang ada di kawasan tersebut digerakan atau diputarkan
oleh suatu turbin penggerak yang berputar karena digerakan oleh pergerakan
aliran air (turbin air) demikian juga halnya dengan PLTU mesin pembangkit
listriknya digerakan oleh turbin uap.
Saluran tenaga listrik yang menghubungkan pembangkitan dengan gardu
induk (GI) dikatakan sebagai saluran transmisi karena saluran ini memakai
standar tegangan tinggi dikatakan sebagai saluran transmisi tegangan tinggi
yang sering disebut dengan singkatan SUTT. Dilingkungan operasional PLN
saluran transmisi terdapat dua macam nilai tegangan yaitu saluran transmisi
yang bertegangan 70 KV dan saluran transmisi yang bertegangan 150 KV
dimana SUTT 150 KV lebih banyak digunakan dari pada SUTT 70 KV. Khusus
untuk tegangan 500 KV dalam praktek saat ini disebut sebagai Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi yang disingkat dengan nama SUTET.
Pada saat ini masih ada beberapa saluran transmisi dengan tegangan 70
KV namun tidak dikembangkan lagi oleh PLN. Saluran transmisi ada yang
berupa saluran udara dan ada pula yang berupa saluran kabel tanah. Karena
saluran udara harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan kabel tanah maka
saluran transmisi PLN kebanyakan berupa saluran udara. Kerugian dari saluran
udara dibandingkan dengan saluran kabel tanah adalah saluran udara mudah ter-
ganggu oleh gangguan yang ditimbulkan dari luar sistemnya, misalnya karena
sambaran petir, terkena ranting pohon, binatang, layangan dan lain sebagainya.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah
tenaga listrik di Gardu Induk (GI) sebagai pusat beban untuk diturunkan
9

tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step down transfomer)


menjadi tegangan menengah atau yang juga disebut sebagai tegangan distribusi
primer. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kV.
Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan distribusi primer PLN
yang berkembang adalah 20 kV.
Jaringan distribusi primer yaitu jaringan tenaga listrik yang keluar dari GI
baik itu berupa saluran kabel tanah, saluran kabel udara atau saluran kawat
terbuka yang menggunakan standar tegangan menengah dikatakan sebagai
Jaringan Tegangan Menengah yang sering disebut dengan singkatan JTM dan
sekarang salurannya masing masing disebut SKTM untuk jaringan tegangan
menengah yang menggunakan saluran kabel tanah, SKUTM untuk jaringan
tegangan menengah yang menggunakan saluran kabel udara dan SUTM untuk
jaringan tegangan menengah yang menggunakan saluran kawat terbuka. Setelah
tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka kemudian
tenaga listrik diturunkan tegangannya dengan menggunakan trafo distribusi
(step down transformer) menjadi tegangan rendah dengan tegangan standar
400/230 Volt. Tenaga listrik yang menggunakan standar tegangan rendah ini
kemudian disalurkan melalui suatu jaringan yang disebut Jaringan Tegangan
Rendah yang sering disebut dengan singkatan JTR.
Sama halnya pada JTM jenis saluran yang dipergunakan pada JTR dapat
menggunakan tiga jenis saluran yaitu SUTR untuk saluran udara tegangan
rendah dengan menggunakan saluran kawat terbuka SKUTR untuk saluran udara
tegangan rendah dengan menggunakan saluran kabel udara yang dikenal dengan
sebutan kabel twisted yang sering disebut dengan TIC singkatan dari Twisted
Insulation Cable. Kabel SKTR untuk saluran udara tegangan rendah dengan
menggunakan saluran kabel tanah Tenaga Listrik dari jaringan tegangan rendah
ini untuk selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen).

1.1.4. Profil PT. PLN (Persero) Ditribusi Jakarta Raya Area Lenteng Agung
1. Nama Perusahaan : PLN (Persero) Ditribusi Jakarta Raya Area Lenteng Agung
2. Alamat : Jl. Duren Tiga Raya No.100, Duren Tiga, Pancoran,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12760
3. Call center : 123
10

4. Website PLN : www.pln.co.id/disjaya


5. Email : pln123@pln.co.id
6. Facebook : pln 123
7. Twitter : @pln_123
8. Telepon : (021) 79184937, 7991816
9. Faxsimile : (021) 79184935
PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Area Lenteng Agung merupakan
salah satu unit bisnis PT.PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya, yang dipimpin oleh
seorang manajer yaitu Bapak Matias Haryanto. Dalam operasionalnya beban listrik
Area Lenteng Agung disuplai dari beberapa gardu induk sebagai berikut:
1. GIS (Gas Insulated Substation) Duren Tiga
2. Gardu Induk Gandul
3. GIS (Gas Insulated Substation) Kemang
4. Gardu Induk Cawang Baru
5. Gardu Induk Cawang Lama
6. GIS (Gas Insulated Substation) Mampang Baru

1.1.5. Struktur Organisasi


Struktur Organisasi Perusahaan PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya
Area Lenteng Agung dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.2. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya
Area Lenteng Agung
11

1.2. Tujuan dan Manfaat PKL


1.2.1. Tujuan PKL
Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah sebagai berikut:
1. Menjalankan kewajiban Tugas Praktik Kerja Lapangan (PKL) dari Program
Studi Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta (UNJ), sebagai
salah satu persyaratan kelulusan untuk mendapatkan gelar S1.
2. Memperluas wawasan dan menambah pengetahuan mengenai ketenagalistrikan.
3. Sebagai salah satu modal bagi kelulusan sebelum memasuki dunia kerja yang
sesungguhnya.

1.2.2. Manfaat PKL


Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai pengaplikasian ilmu yang
telah didapat di bangku perkuliahan ke dalam dunia kerja, khususnya dibidang
ketenagalistrikan.
2. Menjadikan Mahasiswa lebih berpotensi, kompetitif, dan profesional yang siap
memasuki dunia kerja.

1.3. Metode Pelaksanaan PKL


Dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan, dibutuhkan berbagai
data yang menunjang dalam penulisan dan didalam pengumpulan data, penulis
melakukan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan dengan cara sebagai
berikut :
a. Pengamatan Langsung (Observation)
Metode penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan penulis melakukan
pengamatan langsung terhadap suatu kegiatan yang sedang berlangsung, yang
berhubungan dengan penyusunan laporan.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya
jawab dengan pihak yang terkait. Dalam menyusun laporan praktik kerja
lapangan penulis melakukan tanya jawab langsung kepada karyawan di PT. PLN
(Persero) Distribusi Jakarta Raya Area Lenteng Agung.
12

c. Studi Pustaka (Literature)


Untuk menunjang kelengkapan dalam hal pennyusunan laporan di PT. PLN
(Persero) Distribusi Jakarta Raya Area Lenteng Agung penulis melakukan studi
pustaka untuk mendapatkan buku-buku sebagai bahan referensi.

1.4. Lingkup Pekerjaan PKL


Bahasan pada laporan praktik industri ini sangat luas, akan tetapi sehubungan
dengan adanya keterbatasan penyusun baik dalam hal pengetahuan maupun waktu
yang diberikan dalam melaksanakan kerja praktik serta penyusunan laporan hasil
praktik yang diberikan pada penyusun, maka menyusun laporan hasil praktik ini
hanya dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya data di PT. PLN (Persero)
Distribusi Jakarta Raya Area Lenteng Agung.
Kegiatan PKL yang sudah kami laksanakan selama 5 minggu yaitu dari
tanggal 22 Januari 2018 sampai dengan 28 Februari 2018 berjalan dengan lancar.
Selama kegiatan tersebut berlangsung, kami di tempatkan di semua bidang yang
ada di Area Lenteng Agung diantaranya bidang Transaksi Energi (TE), Niaga,
Kontruksi, Perencanaan, Jaringan Distribusi, Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ),
dan KSA (Keuangan SDM dan Administrasi). Kami juga di tempatkan di lapangan
untuk mengetahui lebih lanjut tentang praktek kerja yang sesungguhnya seperti
mengukur error kWh meter dan CT-TR, menginjeksi CT-TM, pemasangan CT-PT
pada Gardu Distribusi, perbaikan kabel JTR (Jaringan Tegangan Rendah),
pengawasan pemasangan kabel SKTM (Saluran Kabel Tegangan Menengah) 20
kV, survei jenis-jenis gardu, survei kabel SKTM (Saluran Kabel Tegangan
Menengah di proyek LRT, revisi (pemeliharaan) gardu, dan assessment kabel.

1.5. Jadwal Pelaksanaan PKL


Jadwal pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di PT. PLN (Persero) Distribusi
Jakarta Raya Area Lenteng Agung dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah
disepakati dengan perusahaan yaitu 5 minggu. Berawal dari tanggal 22 januari 2018
sampai dengan tanggal 28 Februari 2018. Setiap harinya mahasiswa PKL masuk
pukul 07.30 WIB dan pulang pukul 15.30 WIB pada hari Senin sampai Jumat sesuai
dengan peraturan yang ada. Dalam waktu seminggu mahasiswa PKL masuk selama
lima hari, yaitu hari Senin sampai Jumat.
13

BAB II
PELAKSANAAN PKL

2.1. Perencanaan PKL


Nama :
1. Purnama Catur Pandini (5115155282)
2. Endiansyah Pradana (5115150687)
3. Nindiya Suhaerani (5115154111)
4. Putri Ramadhani Adam (5115152457)

Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro


Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Lokasi PKL : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Area
Lenteng Agung
Alamat : Jl. Duren Tiga Raya No.100, Duren Tiga, Pancoran,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12760
Waktu : 22 Januari – 28 Februari 2018

Perencanaan praktek kerja lapangan dilakukan dengan beberapa susunan


perencanaan yang dimulai dari survey lokasi, perizinan, pelaksaaan praktek kerja
lapangan hingga selesai pembuatan laporan praktek kerja lapangan. Praktek industri
berlangsung selama 5 (lima) hari setiap minggunya yaitu mulai dari hari Senin
sampai dengan Jumat. Berlangsung mulai pukul 07.30 WIB - 15.30 WIB. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal, berikut adalah tabel rencana pelaksanaan PKL:

Tabel 2.1. Perencanaan PKL

No Tanggal Kegiatan yang dilakukan

Mendaftarkan Nama Kelompok Ke Ruang


Adminiatrasi Prodi pendidikan teknik elektro .
1 8 Januari 2018 jumlah orang dalam 1 kelompok terdiri atas :
1) Purnama Catur Pandini (5115155282)
2) Endiansyah Pradana (5115150687)
14

3) Nindiya Suhaerani (5115154111)


4) Putri Ramadhani Adam (5115152457)

2 16 Januari 2018 Perizinan PKL di Tempat PT.PLN (Persero)


Distribusi Jakarta Raya
Mendapatkan Surat Jawaban atas permohonan
3 22 Januari 2018 PKL di PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta
Raya area Lenteng Agung
Mendapatkan Surat Tugas yang ditujukan
kepada Dosen Pembimbing yaitu :
1) Bapak Drs. Faried Wadjdi, M.Pd., MM.
ditujukan untuk :

4 31 Januari 2018 a. Purnama Catur Pandini (5115155282)


b. Endiansyah Pradana (5115150687)
2) Ibu Nur Hanifah Yuninda, ST., MT
ditujukan untuk :
a. Nindiya Suhaerani (5115154111)
b. Putri Ramadhani Adam (5115152457)

22 Januari – 28 Februari Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan di PT.


5 PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya area
2018
Lenteng Agung

2.2. Pelaksanaan PKL


Nama : 1. Purnama Catur Pandini (5115155282)
2. Endiansyah Pradana (5115150687)
3. Nindiya Suhaerani (5115154111)
4. Putri Ramadhani Adam (5115152457)
Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro
PerguruanTinggi : Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Lokasi PKL : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Area
Lenteng Agung
Alamat : Jl. Duren Tiga Raya No.100 RT.08/RW.01,
15

Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, DKI


Jakarta, 12760
Waktu : 22 Januari – 28 Februari 2018
Catatan Kegiatan : (Terlampir di Form-C1)
Dengan telah dibuatnya jadwal perencanaan PKL, maka dapat ditunjukkan
melalui tabel hasil pelaksanaan PKL sebagai berikut :

Tabel 2.2. Hasil Pelaksanaan PKL

No
Tanggal Lokasi Kantor Pusat/Unit Hasil yang diharapkan
.

Pengenalan bidang apa saja yang


PT. PLN (Persero) Distribusi
terdapat pada PLN Lenteng Agung,
Jakarta Raya Area Lenteng
1 22 Januari 2018 dan penugasan membuat schedule
Agung Bidang Transaksi
selama Praktik Kerja Lapangan di
Energi
PLN Lenteng Agung
PT. PLN (Persero) Distribusi Pengenalan terkait sub bidang apa
Jakarta Raya Area Lenteng saja pada bidang Transaksi Energi,
2 23 Januari 2018
Agung Bidang Transaksi dan Pengenalan Pengendalian APP
Energi (Alat Pembatas dan Pengukur)
Universitas Nasional
Jl. Sawo Manila No.61, Pemeriksaan error kWh dan CT-TR
Pejaten Barat, Pasar Minggu, pada 6 Gardu serta pemahaman
3 24 Januari 2018
RT.14/RW.3, Pasar Minggu, kembali terkait kegiatan yang telah
Jakarta Selatan, DKI Jakarta, dilaksanakan
12520
PT. PLN (Persero) Distribusi Injeksi CT-TM di bidang
Jakarta Raya Area Lenteng Kontruksi, serta pemahaman
4 25 Januari 2018
Agung Bidang Transaksi kembali terkait kegiatan yang telah
Energi dilaksanakan

PT. PLN (Persero) Distribusi Pemahaman mendalam terkait


5 26 Januari 2018
Jakarta Raya Area Lenteng AMR (Automatic Meter Reading)
16

Agung Bidang Transaksi


Energi

PT. PLN (Persero) Distribusi


Pengenalan sub bidang yang
6 29 Januari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng
terdapat pada bidang Niaga
Agung Bidang Niaga
Pemahaman mendalam terkait tugas
PT. PLN (Persero)
dan sistem yang terdapat dalam sub
Distribusi Jakarta Raya Area
7 30 Januari 2018 bidang niaga diantaranya piutang,
Lenteng Agung Bidang
administrasi pelanggan dan proses
Niaga
serta strategi pemaasaran
Pejelasan dan simulasi terkait
PT. PLN (Persero) Distribusi aplikasi AP2T (Aplikasi Pelayanan
8 31 Januari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng Pelanggan Terpusat) guna
Agung Bidang Niaga menunjang kenerja sub bidang
piutang
Penyusunan kamus istilah-istilah
PT. PLN (Persero) Distribusi
yang ada di PLN guna melengkapi
9 1 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng
tugas dari pihak KSA PLN Area
Agung Bidang Niaga
Lenteng Agung
PT. PLN (Persero) Distribusi Penyusunan Bab 1 dan Bab 2
10 2 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng Laporan PKL guna melengkapi
Agung Bidang Niaga tugas yang diberikan
Mencari istilah-istilah yang berada
PT. PLN (Persero) Distribusi di bidang PBJ (Pengadaan Barang
Jakarta Raya Area Lenteng dan Jasa) dan mewawancarai
11 5 Februari 2018
Agung Bidang PBJ pegawai PBJ terkait fungsi bidang
(Pengadaan Barang dan Jasa) PBJ di PT PLN (Persero) Area
Lenteng Agung
Menyusun istilah-istilah bidang
PT. PLN (Persero) Distribusi
12 6 Februari 2018 PBJ dan mencari data dalam bidang
Jakarta Raya Area Lenteng
PBJ tersebut
17

Agung Bidang PBJ


(Pengadaan Barang dan Jasa)

Pemasangan Current Transformator


Proyek LRT Adhi Karya Jl.
13 7 Februari 2018 (CT) pada Gardu Beton dan
Pancoran Barat
pengoperasian Gardu
PT. PLN (Persero) Distribusi
Survey gardu dan pemeliharaan
14 8 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng
serta revisi gardu
Agung Bidang Konstruksi
PT. PLN (Persero) Distribusi
Pembuatan laporan bidang
15 9 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng
konstruksi dan penyerahan laporan
Agung Bidang Konstruksi
1) Penyampaian materi oleh
pembimbing atau staff di bidang
distribusi di PT. PLN Area
PT. PLN (Persero) Distribusi Lenteng Agung
16 12 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng 2) Mencari istilah-istilah di bidang
Agung Bidang Distribusi distribusi
3) Melakukan briefing atau
perencanaan sebelum survey
lapangan di bidang konstruksi
PT. PLN (Persero) Distribusi
Melakukan survey lapangan untuk
17 13 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng
pemasangan JTR
Agung Bidang Distribusi
1) Melakukan survey lapangan
untuk pengambilan data laporan
PT. PLN (Persero) Distribusi
PKL
18 14 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng
2) Mencari istilah-istilah yang ada
Agung Bidang Distribusi
dilapangan terutama dalam
bidang distribusi
18

3) Melakukan survey lapangan


untuk pengambilan data laporan
Taman Margasatwa Ragunan
19 15 Februari 2018 PKL
dan GKM Green Tower
4) Pengecekan dan revisi Gardu RG
286 dan TB 350
PT. PLN (Persero) Distribusi Survey lapangan disetiap bidang di
20 19 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng PLN terutama bidang konstruksi
Agung Bidang Distribusi dan pengambilan data lebih lanjut
PT. PLN (Persero) Distribusi
Melakukan survey lapangan untuk
21 20 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng
pemeliharaan dan revisi gardu
Agung Bidang Distribusi
Survey lapangan untuk
PT. PLN (Persero) Distribusi pengambilan data di bidang
22 21 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng distribusi dan pembongkaran kabel
Agung Bidang Distribusi SKTM yang terjadi gangguan pada
jointing
PT. PLN (Persero) Distribusi
Penyusunan laporan dan bimbingan
23 22 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng
oleh mentor PLN
Agung Bidang Distribusi
Penyusunan laporan dan bimbingan
PT. PLN (Persero) Distribusi
oleh mentor PLN dan penyampaian
24 23 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng
landasan teori serta menganalisis
Agung Bidang Distribusi
data
PT. PLN (Persero) Distribusi Penyusunan istilah-istilah PLN
25 26 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng yang sudah didapat di setiap
Agung bidangnya dan laporan PKL
PT. PLN (Persero) Distribusi Penyusunan istilah-istilah PLN
26 27 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng yang sudah didapat di setiap
Agung bidangnya dan laporan PKL
PT. PLN (Persero) Distribusi
Penyelesaian laporan PKL dan
27 28 Februari 2018 Jakarta Raya Area Lenteng
mengakhiri hari PKL
Agung
19

BAB III
ANALISA PEKERJAAN

3.1. Kajian Teori


3.1.1. Pengertian Partial Discharge

Definisi dari partial discharge (peluahan sebagian) atau yang disingkat PD


menurut IEC 60270 adalah peluahan listrik lokal yang hanya menjembatani
sebagian isolasi di antara konduktor dan yang mungkin terjadi dekat dengan
konduktor. Bonggas L. Tobing menyebutkan bahwa partial discharge adalah
peluahan listrik pada medium isolasi yang terdapat di antara dua elektroda berbeda
tegangan, dimana peluahan tersebut tidak sampai menghubungkan kedua elektroda
secara sempurna, sedangkan menurut G.J. Paoleti dan A. Golubev menyebutkan
bahwa partial discharge adalah pulsa listrik atau peluahan pada void yang berisi
gas atau pada suatu permukaan dielektrik suatu sistem isolasi padat maupun cair
yang hanya sebagian menjembatani sela antara isolasi fasa ke ground atau fasa ke
fasa isolasi. Teori partial discharge mencakup analisis dari material atau bahan,
medan listrik, karakteristik, perkembangan dan penurunan gelombang pulsa,
sensitifitas sensor, respon frekuensi dan kalibrasi, noise dan interpretasi data.

Aktivitas PD dapat disebabkan oleh beragam cacat atau penuaan seperti void
(rongga), contaminants (ketidakmurnian), protrusions (tonjolan), tracking dari
electrical trees dan lain-lain. Sebagai tambahan yang menyebabkan penuaan
elektrik, aktivitas PD juga ditandai penuaan termal, mekanik, dan lingkungan pada
peralatan tegangan tinggi. Peristiwa PD tidak dengan segera menjadikan kegagalan
isolasi, tetapi PD secara berangsur-angsur menurunkan kualitas isolasi dan
mengkikis material dielektrik yang akhirnya mendorong kearah kegagalan
sempurna. PD dapat digambarkan sebagai pulsa listrik atau peluahan pada suatu
rongga berisi gas atau pada sebuah permukaan dielektrik dari sistem isolasi cair,
padat maupun gas. Peluahan ini hanya menjembatani secara sebagian celah antara
isolasi fasa ke ground atau isolasi antara fasa ke fasa.

Void mungkin dapat menempati antara konduktor tembaga dan dinding


isolasi, atau internal isolasi itu sendiri, di antara dinding isolasi luar dan kerangka
20

tertanahkan, ataupun di sepanjang permukaan isolasi. Pulsa-pulsa terjadi pada


frekuensi tinggi, oleh karena itu pulsa PD terjadi secara cepat menuju ke ground.

Peluahan ini merupakan busur api yang cukup kecil yang terjadi dalam
sistem isolasi, karena itu menjadi makin buruknya isolasi dan sering kali
menghasilkan kegagalan isolasi sempurna.

Gambar 3.1. Model Partial Discharge dalam Insulasi


Gambar diatas menunjukkan model yang menggambarkan munculnya void
partial discharge didalam sistem insulasi kabel, void (ruang kosong) dimodelkan
sebagai kapasitor Cc dengan permitivitas lebih rendah dibandingnkan permitivitas
insulasi (Ca‟, Ca”, Cb‟, and Cb”). Partial discharge hanya akan muncul ketika
besar medan listrik melampaui nilai ketahanan breakdown gas (gas breakdown
strength : 3 kV/mm) dan ketika adanya elektron bebas dan medan listrik akan
membangun kanal elektron dan menghasilkan pelepasan lokal (local breakdown).

Secara umum, rongga yang terisi gas dalam sebuah isolasi padat mempunyai
permitivitas dan kekuatan breakdown yang lebih rendah dibandingkan dengan
material isolasi itu sendiri. Karena permitivitasnya yang lebih rendah memperbesar
medan listrik di dalam rongga, umumnya gas yang berada di dalam akan mengalami
breakdown sebelum isolasinya. Partial discharge (PD) terjadi sewaktu medan
listrik yang timbul pada void melebihi level kekuatan breakdown pada gas dalam
void.

Sewaktu tegangan AC diberikan, dalam kondisi tertentu ada level tegangan


dimana breakdown tidak akan terjadi melalui void yang berisi gas. Tegangan ini
dinamakan tegangan insepsi (Vi). Tegangan insepsi pada void yang berisi gas
tergantung pada keadaan alami isolasi, jenis gas dalam isolasi, bentuk dan ukuran
dari void, tekanan dan temperatur. Syarat terjadinya PD yaitu adanya elektron
21

(muatan) dan jika tekanan medan listrik yang diterapkan melebihi nilai kritis insepsi
PD tersebut atau bisa dikatakan tegangan yang diterapkan lebih besar dari tegangan
insepsi PD. Meskipun tegangan meningkat dan mencapai tegangan percik (spark
voltage), tidak akan ada discharge sampai sebuah elektron penyebab avalanche
timbul untuk menginisiasi PD. Ketersediaan (availability) dari elektron penyebab
ini merupakan proses yang stokastik, yang merupakan penyebab dari ciri stokastik
dari partial discharge. Partial discharge dalam sebuah voidakan menyebabkan
degradasi akibat tumbukan ion atau reaksi kimia.
Proses partial discharge merupakan proses yang cepat. Arus yang
berhubungan dengan proses ini mempunyai tipikal rise time sekitar 1 ns dan fall
time sekitar 4 ns. Ditinjau dari fisik, pulsa PD disusun oleh dua pembawa muatan
yaitu pembawa muatan negatif (elektron) dan pembawa muatan positif (ion).
Karena mobilitas elektron jauh lebih besar daripada ion, maka arus akibat elektron
besar tetapi segera habis dan berkontribusi pada daerah rise time, sedangkan arus
akibat ion mengalir pada periode yang lebih lama sehingga kecil dan berkontribusi
pada daerah ekor.

3.1.2. Jenis-jenis Partial Discharge


Partial discharge muncul didalam peralatan listrik, antara lain : insulasi
kabel, Transformer (winding, oil insulation), Generator (Stator, Motor), Gas
Insulated Substation, dan lain sebagainya. Didalam peralatan-peralatan tersebut,
partial discharge muncul dalam fenomena discharge yang berbeda-beda, secara
umum ada 4 jenis fenomena partial discharge.
1) Internal discharge atau void discharge adalah PD yang terletak didalam
insulasi (baik insulasi solid maupun liquid). Bentuk dari internal discharge
beragam antara lain : berbentuk seperti sphere/ruang, panjang – baik tegak
lurus maupun berpotongan dengan medan listrik. Gambar dibawah
menunjukkan lokasi dari internal discharge didalam sistem insulasi.
2) Surface discharge adalah fenomena PD yang muncul pada permukaan material
insulasi. Surface discharge muncul karena adanya konduksi tegangan tinggi
yang terlalu dekat disekitar permukaan insulasi, konduksi listrik yang mungkin
antara lain: material konduksi dengan ujung meruncing, material disekitar
permukaan insulasi, bahkan kotoran diatas permukaan insulasi.
22

3) Corona discharge tidak berkaitan dengan sistem insulasi seperti jenis-jenis


partial discharge lainnya, corona muncul pada media gas karena tidak
homogennya medan diantara konduktor tegangan tinggi.
4) Channel discharge atau treeing muncul karena internal discharge yang terjadi
secara terus menerus didalam dielektrik, discharge yang timbul terus menerus
menyebabkan erosi pada material yang berujung pada pembentukan pola
treeing. Treeing dapat muncul dikarenakan adanya partikel metalik
(dikarenakan proses manufaktur insulasi yang tidak sempurna) atau void
didalam insulasi, delaminasi dalam insulasi, dan struktur kasar pada bagian
dalam konduktor.

3.1.3. Pengujian Partial Discharge


Pengujian Partial Discharge berkaitan dengan nilai kualitas dan kuantitas.
Nilai kualitas dianalisa dari kecenderungan data yang diperoleh dari karakteristik
bahan pada pengujian tertentu. Sedangkan nilai kuantitas merupakan nilai nominal
PD yang mempunyai dimensi piko Coloumb (pC). Kedua nilai ini harus
memenuhi standar pada pengujian, sehingga kualitas peralatan tersebut baru bisa
dilakukan penilaian.

Dalam melakukan pendeteksian Partial Discharge (PD) terjadi pada level


tegangan tertentu yang disebut sebagai Tegangan Ambang (Inception Voltage) dan
tidak terjadi pada level tegangan tertentu yang disebut Tegangan Punah
(Extinction voltage). Apabila tegangan pada sumber yang diterapkan adalah
sinusoidal maka Tegangan Ambang dan Tegangan Punah terjadi seperti pada
dijelaskan pada gambar 2.1. Selain itu adanya banyak sinyal gangguan yang
terdeteksi pada detektor sebagai derau, bisa menimbulkan kesalahan persepsi dan
berkurangnya sensitifitas pengukuran dalam pengujian. Interpretasi yang benar
mengenai karakteristik PD dalam peralatan yang diuji bergantung kepada
pengalaman peneliti dalam melakukan pengujian.
23

Gambar 3.2. Tegangan Ambang dan Tegangan Punah


Pada Gelombang Sinusoidal
3.1.4. Mekanisme Terjadinya Partial Discharge (PD)

Proses pembuatan pada isolator diharapkan memberikan distribusi stres


elektrik secara merata dari elektroda bertegangan. Hal tersebut sangat sulit untuk
dicapai karena dalam setiap pembuatan bahan isolasi tetap menghasilkan rongga
didalamnya. Mekanisme terjadinya PD salah satunya disebabkan oleh adanya
celah atau rongga pada bahan isolasi.
Pada bahan isolasi cair rongga yang terjadi berbentuk gelembung udara,
sedangkan pada bahan isolasi padat, rongga yang terdapat pada bahan isolasi
tersebut biasanya diisi oleh udara/gas yang mempunyai permeabilitas bahan lebih
rendah dari sekelilingnya. Mekanisme terjadinya PD dapat dijelaskan lebih
mendalam dengan menggunakan ilustrasi seperti pada gambar 2.9, pada rongga
udara yang terdapat pada bahan isolasi ini terjadi efek kapasitansi secara sebagian.
Efek kapasitansi yang terjadi mempunyai kekuatan bahan yang lebih rendah,
sehingga menyebabkan intenstas medan yang lebih besar pada rongga tersebut.
Intensitas medan yang besar ini bisa menyebabkan busur api. Busur api ini
menandakan loncatan muatan pada rongga tersebut. Selanjutnya Busur api akan
teredam dan mulai melakukan pengisian muatan sampai menemukan rongga lagi
untuk melepasnya kembali. Fenomena pelepasan muatan yang singkat dan
pengisian yang lama ini terjadi secara berulang seperti ini disebut sebagai peluahan
sebagian (partial discharge). Apabila terjadi secara terus menerus maka akan
dapat merusak bahanisolasi.
24

Gambar 3.3. Gelembung Udara Pada Permeabilitas Bahan


3.1.5. Pengaruh pada Bahan Isolasi Padat yang Timbul Akibat Partial
Discharge (PD)

Partial Discharge (PD) atau peluahan elektrik memberikan pengaruh terhadap


bahan-bahan isolasi baik padat, cair ataupun gas. Pengaruh-pengaruh yang
ditimbulkan bersifat merusak dan apabila terjadi secara terus menerus bisa
mengakibatkan kegagalan sistem isolasi. Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan
khusus mengenai salah satu pengaruh yang timbul akibat Partial Discharge (PD)
yaitu pengaruh pada bahan isolasi padat.

Ketika pada rongga mengalami loncatan muatan, sisi yang saling


berhadapan pada rongga sesaat menjadi Anoda dan Katoda. Pada saat itu terjadi
tumbukan pada anoda oleh elektron yang mempunyai energi yang cukup untuk
melepaskan ikatan kimia bahan isolasi. Begitu pula terjadi pada katoda oleh ion
positif yang menyebabkan kerusakan dengan meningkatnya temperatur permukaan
dan ketidakstabilan suhu. Pengaruh lain pada bahan isolasi juga bisa disebabkan
oleh faktor dari luar, di antaranya dihasilkan oleh tumbukan-tumbukan ion yang
merusak lapisan kimia oleh O3 dan NO2 yang berasal dari lingkungan. Hal tersebut
akan mengakibatkan erosi secara perlahan serta akan memperbesar rongga pada
bahan isolasi. Aktivitas PD dalam bahan isolasi padat akan membentuk beberapa
pengaruh diantaranya adalah:
a. Luapan Elektrik

Pohon-pohon elektrik pertama diamati pada awal 1920 ketika Perusahaan


Commonwealth Edison mulai menerapkan pemasangan kabel bawah tanah Pohon-
25

pohon elektrik terdiri atas rangkaian saluran saling behubungan atau lintasan
peluahan dengan garis tengah berkisar antara 1 – 10 mikron. Aktivitas peluahan
pada rongga pada awalnya terpusat pada lokasi-lokasi tertentu membuat rongga
yang arahnya mendalam pada permukaan. Rongga tersebut berkembang melebar
sepanjang permukaan isolasi dan energi peluahan di tiap ujungnya makin
meningkat. Dengan adanya stress elektrik membuat kenaikan Intensitas medan
listrik yang tinggi pada ujung rongga. Hal tersebut membuat getaran pada
permukaan bahan isolasi. Getaran yang ditimbulkan menimbulkan keretakan dan
membuat jalur seperti saraf otak dendrit pada permukaan isolasi Gambar 2.12
menunjukkan suatu pohon elektrik yang terjadi dari suatu ujung jarum di dalam
bahan isolasi poliester.

Gambar 3.4. Pohon Elektrik Pada Bahan Poliester Resin


Proses yang tepat terjadinya pohon-pohon elektrik belum diketahui secara pasti
secara umum merupakan kombinasi pengaruh mekanik dan temperatur.

Gambar 3.5. Luapan Air Menyebar Gambar 3.6. Luapan Air Dasi
Kupu-kupu
26

b. Jejak Elektrik

Jejak Elektrik adalah pembentukan suatu alur yang permanen yamg bisa
menjembatani permukaan bahan isolasi. Jejak Elektrik bisa mengakibatkan
kerusakan karena menghasilkan proses karbonisasi pada permukaan bahan isolasi.
Kebanyakan peralatan tegangan tinggi di dalam sistem pembangkit dan industri
berada di luar (out door). Udara luar seperti pada lingkungan pesisir pantai yang
banyak mengandung garam, pegunungan yang mengandung sulfur merupakan
polutan yang bisa mengakibatkan terjadinya jejak elektrik. Polutan tersebut
melapisi bahan isolasi sehingga menyebabkan arus bocor pada permukaan bahan.
Arus bocor tersebut akan menghasilkan proses karbonisasi yang menyebabkan
kerusakan pada peralatan.

3.1.6. Metode Pengujian Partial Discharge DAC (Damped Alternating


Current)
Pengukuran debit parsial (PD) semakin banyak digunakan sebagai metode
diagnostik yang andal dan tidak merusak untuk mendeteksi titik lemah dalam isolasi
kabel bawah tanah.
Biasanya, banyak standar pengujian pabrik memerlukan penggunaan power
supply tegangan tinggi 50/60 Hz saat melakukan tes laboratorium. Namun,
penggunaan persediaan 50/60 Hz telah terbukti tidak praktis bila menyangkut
pengujian lapangan, karena kebutuhan pembangkit energi yang tinggi.
Faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan saat memilih frekuensi uji
alternatif adalah karakteristik pelepasan parsial pada frekuensi baru harus sama
dengan yang ada pada 50/60 Hz, jika tidak hasilnya tidak dapat diinterpretasikan
dengan tepat. Hal ini terutama terjadi ketika mengukur tegangan awal debit parsial
(PDIV), tegangan di mana debit parsial pertama terjadi.
Tegangan awal pemadaman parsial adalah salah satu parameter terpenting
yang digunakan untuk mengkarakterisasi debit parsial. Jika pengukuran PDIV pada
frekuensi baru lebih tinggi dari pada 50/60 Hz, hal itu dapat menimbulkan negatif
palsu, membuat masalah tampak tidak penting padahal sebenarnya bisa menjadi
kritis pada tegangan operasi.
27

Bentuk gelombang sinusoidal frekuensi rendah (VLF) diperkenalkan untuk


pengujian pelepasan sebagian pada tahun 1990an. Dalam sebuah makalah ilmiah,
"Ketergantungan Frekuensi Tegangan Terapan dari Pelepasan Parsial pada Pohon
Listrik", para periset melaporkan bahwa PD bergantung pada frekuensi dan
berkurang pada frekuensi rendah. Oleh karena itu, sangat menantang untuk
mengukur debit parsial pada frekuensi rendah seperti 0,1 Hz.
Sebuah makalah penelitian Megger berjudul, "Pengaruh Tegangan pada
Karakteristik PD Cacat Khas pada Aksesoris Kabel Tegangan Menengah"
menunjukkan perbedaan lebih besar dari 300% ketika debit antar muka diukur pada
50 Hz dibandingkan 0,1 Hz. Selain itu, penulis makalah ini melakukan penelitian
literatur yang ekstensif pada publikasi sebelumnya yang membandingkan
pengukuran PDIV pada 50 dan 0,1 Hz. Tujuh makalah melaporkan perbedaan
antara dua nilai yang berkisar antara 10 sampai 250 persen.
Perbedaan besar ini disebabkan oleh karakteristik debit antar muka. Sebagian besar
pemakaian interfacial pada sistem kabel terjadi pada pengakhiran dan percikan, dan
sangat bergantung pada gradien voltase. Perubahan gradien tegangan bisa membuat
debit 500 kali lebih kecil pada 0,1 Hz dibandingkan dengan 50 Hz, yang merupakan
faktor penting untuk dipertimbangkan saat melakukan pengukuran dengan
tegangan uji sinusoidal VLF.
VLF cosine rectangular voltage dihasilkan oleh sebuah rangkaian seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 3. Salah satu keuntungan teknologi CR yang paling
signifikan adalah kemampuannya untuk menyimpan dan memulihkan 90 persen
energi di dalam kabel yang terisi melalui choke. Energi yang tersimpan digunakan
untuk mengisi kabel dengan polaritas berlawanan selama setengah siklus
berikutnya, dalam interval milisekon yang sama dengan frekuensi operasi 50/60 Hz.
Hal ini memungkinkan beban uji yang jauh lebih tinggi untuk digerakkan dengan
daya input yang cukup kecil dibandingkan dengan sistem VLF sinusoidal. Sistem
persegi panjang kosinus VLF dengan sampai 25 μF dan 20 sampai 80 kVrms
tersedia secara komersial.
28

Gambar 3.7. Diagram blok unit CR VLF


Pada tegangan AC teredam, sirkuit yang digunakan untuk menghasilkan
voltase DAC pada dasarnya sama dengan yang digunakan untuk menghasilkan
tegangan cosin cosinus VLF. Satu-satunya perbedaan adalah bagaimana switch "S"
beroperasi. Dalam sistem cosinus kosinus VLF, saklar membalikkan posisinya
untuk memungkinkan pembalikan polaritas. Dalam sistem DAC, sakelar ini ditutup
setelah membiarkan kabel diisi ke voltase uji, menciptakan sirkuit resonansi
teredam (tetap). Frekuensi resonansi rangkaian adalah fungsi dari induktansi
tersedak, kapasitansi kapasitor tambahan dan kapasitansi kabel yang akan diuji.

Gambar 3.8. Set Up Untuk Uji Debit Parsial


29

3.2. Pembahasan
3.2.1 Pengujian Partial Discharge
Pada pengujian kabel SKTM 20 kV yang dilakukan PT PLN (Persero)
Distribusi Jakarta Raya Area Lenteng Agung yang akan dibahas pada laporan ini
diantaranya:
Nomor Kabel : Kabel No. 113 (Lenteng Agung)
Panjang Kabel : 144 m
Type : Three core
Uo (kV rms) : 11,5
Lokasi : SPBU 34-12707 Jl. Raya Pasar Minggu Pancoran
Segmen : a. GH 426
Description : Schneider SM6
Switchgear : SF6
Termination : Heat-shrink
b. DT 35
Description : ABB
Switchgear : SF6
Termination : Heat-shrink
Nama Penyulang : Penyulang Manado
GIS (Gas Insulation Substation) : GIS Mampang Baru
Istilah-istilah yang ada dalam pengujian Partial Discharge sebagai berikut:
1. PDIV (Partial Discharge Inception Voltage) merupakan tegangan awal yang
menyebabkan munculnya Partial Discharge (PD).
2. PDEV (Partial Discharge Extinction Voltage) merupakan tegangan akhir saat
hilangnya Partial Discharge (PD).
3. PD Level merupakan besaran muatan Partial Discharge (PD) yang terdeteksi
pada kabel tersebut dan dinyatakan dalam satuan pC (pico Coloumb)
4. PD Count merupakan jumlah Partial Discharge yang terdeteksi pada kabel
tersebut.
30

5. DAC (Damped Alternating Current) merupakan suatu metode pengujian Partial


Discharge (PD) generator penaik tegangan yang jenis tegangan
dihasilkannyanya itu damped atau bisa disebut berkala dari besar lalu terus
semakin mengecil.

Gambar 3.9. Grafik Tegangan Damped Alternating Current (DAC)

6. Uo = Uo (p.u.)
Vref = 11,5 kV
Vuji 11,5
Uo (pu) = = = 1 Uo (pu)
Vref 11,5
Keterangan :
Vuji = tegangan yang digunakan untuk pengujian
Vreferensi = tegangan referensi dalam pengujian
Uo = tegangan nominal
p.u. = per unit
7. Sinkronisasi Skala Unit Tegangan Uji (p.u.)
- Dalam data produk untuk kabel jenis XLPE memiliki Basic Insulation Level
sebesar:
VLL(BIL) = 24 kV
24
VLN (BIL) = = 13872,8 volt = 13,9 kV dibulatkan menjadi 14 kV
√3
31

- Skala Tegangan Uji Operasional PLN


VLL(operasi) = 20 kV yang disebut sebagai tegangan referensi, adapun range
maksimal tegangan operasi realitas sesuai standar SPLN untuk tegangan
menengah adalah +5% dari tegangan operasi referensi.
Agar mengetahui standar satuan uji pada PD test maka dibuat pada satuan
perunit:
- Basic Insulation Level Line to Netral (Fasa ke netral) dalam satuan p.u.xUo
Vuji 13872,8
VUo (pu) BIL = = = 1,2 xUo
Vref 11500
- Tegangan Operasi Line to Netral (Fasa ke netral) dalam satuan p.u.
Vuji 11500
VUo (pu) Opererasi = = = 1xUo
Vref 11500
Dalam pengujian ini terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
diantaranya mengenai nilai PDIV dan PDEV.
a. Jika PDIV diamati lebih rendah dari tegangan nominal, itu berarti selama operasi
normal PD aktif dalam kabel. Analisis PD lebih lanjut untuk sistem kabel
tersebut harus dilakukan untuk menganalisa lokasi PD. 
b. Jika PDIV hanya di atas tegangan nominal dan PDEV lebih rendah dari tegangan
nominal, maka adanya tegangan lebih dalam sistem kabel akan memicu PD dan
PD akan tetap aktif dalam sistem kabel walaupun tegangan kembali normal. Ini
berarti PD akan mempercepat proses penuaan dari sistem kabel tersebut di lokasi
dimana PD terjadi. Analisis PD lebih lanjut untuk sistem kabel tersebut harus
dilakukan untuk menganalisa lokasi PD. 
c. Jika PDIV dan PDEV lebih tinggi dari tegangan nominal, maka PD hanya akan
muncul ketika ada tegangan lebih dalam sistem kabel. PD akan hilang ketika
tegangan sistem kembali ke tegangan nominal.
d. Tegangan nominal yang digunakan dalam proses pengujian Partial Discharge
(PD) adalah Uo yang nilainya sebesar 11,5 kV.
32

Tabel 3.1 Status Kabel Terhadap Tegangan Muncul PD

No Kategori Sumbu X Simbol Status Point

1 PDIV dan PDEV PDIV & Buruk 3


dibawah tegangan PDEV < Uo
nominal

2 PDIV diatas tegangan PDIV > Uo Cukup Buruk 2


nominal dan PDEV & PDEV <
dibawah tegangan Uo
nominal

3 PDIV dan PDEV diatas PDIV & Baik 1


tegangan nominal PDEV > Uo


Tabel 3.2 Status Kabel Terhadap Besar Pelepasan Muatan

No Kategori Sumbu Y Simbol Status Point

1 Besar muatan PD Y > 1000 pC Buruk 3


diatas 1000 pC

2 Besar muatan PD 500 pC < Y > 1000 pC Cukup Buruk 2


diantara 500 pC
sampai dengan 1000
pC

3 Besar muatan PD Y < 500 pC Baik 1


dibawah 500 pC
33

Gambar 3.10. Matriks Resiko Kondisi Kabel

Tabel 3.3. Status Kondisi dan Resiko Kabel Terhadap Pelepasan Muatan dan
Tegangan

No Point Resiko Kegagalan Kabel Status Warna


1 6 Sangat Tinggi Sangat Buruk

2 5 Tinggi Buruk

3 4 Waspada Cukup Buruk

4 3 Rendah Cukup Baik

5 2 Sangat Rendah Baik

3.2.2. Hasil Pengujian Partial Discharge


Dalam analisa hasil kerja praktik yang diukur adalah assessment Saluran
Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 20 kV segmen GH 426 - DT 35 dengan
menggunakan tegangan Uji Damped AC, di mulai dari 0,5Uo hingga 1,3Uo dimana
dalam uji Partial Discharge (PD) yang dilakukan oleh PLN berdasarkan BIL (Basic
Insulation Level). Tegangan operasional PLN 20.000 volt atau 20 kV ini merupakan
20
fasa ke fasa. Sedangkan, tegangan operasional PLN fase ke netral yaitu = 11,5
√3
kV atau disebut dengan Vreff.
Berikut persamaan atau rumus uji Partial Discharge (PD):
34

𝑉𝑢𝑗𝑖
VUo =
𝑉𝑟𝑒𝑓

Tabel 3.4. Hasil Pengujian PD


Fasa No Posisi (m) PDIV (Uo) PD Level (pC) PD Count (n)

L1 1 0-5 1,1 232 33

L2 2 0-6 1,1 510 47

L3 3 0-6 0,9 1410 32

Gambar 3.11. Grafik Umax Partial Discharge Count fasa L1, L2, L3

Berdasarkan data pengujian yang telah dilakukan maka hasil analisis data
diatas sebagai berikut:
1. Assesment Kabel Fasa L1
a. Pada fasa L1 ditemukan Partial Discharge (PD) pada posisi 5 meter dari
terminasi kabel.
35

b. Diperoleh hasil assessment kabel pada PDIV sebesar 1,1 Uo dan nilai ini
berada dibawah BIL (Basic Insulation Level) sebesar 1,2 Uo. Maka dapat
dikatakan bahwa status kabel fasa 1 buruk karena nilai PDIV < Uo.
c. Partial Discharge yang terdeteksi muatannya sebesar 232 pC (PD Level),
jika dilihat sesuai dengan kategori sumbu Y maka hasil PD Level fasa L1
sebesar 232 pC ini berada dibawah 500 pC dan berdasarkan status kabel
terhadap besar pelepasan muatan kondisi kabel fasa L1 baik.
d. Berdasarkan grafik dan tabel uji Partial Discharge, maka dapat dilihat
bahwa pada fasa L1 terdapat Partial Discharge sebanyak 33 n (PD Count).

Gambar 3.12. Grafik Umax Partial Discharge Count fasa L1

2. Assesment Kabel Fasa L2


a. Pada fasa L2 terdeteksi Partial Discharge (PD) pada posisi 6 meter dari
terminasi kabel.
b. Diperoleh hasil assessment kabel pada PDIV sebesar 1,1 Uo dan nilai ini
36

berada dibawah BIL (Basic Insulation Level) sebesar 1,2 Uo. Maka dapat
dikatakan bahwa status kabel fasa 2 buruk karena nilai PDIV < Uo.
c. Partial Discharge yang terdeteksi muatannya sebesar 510 pC (PD Level),
jika dilihat sesuai dengan kategori sumbu Y maka hasil PD Level fasa L2
sebesar 510 pC ini berada diantara 500 pC sampai dengan 1000 pC (500 pC
> Y < 1000 pC) dan berdasarkan status kabel terhadap besar pelepasan
muatan kondisi kabel fasa L2 cukup buruk.
d. Berdasarkan grafik dan tabel uji Partial Discharge maka dapat dilihat bahwa
pada fasa L2 terdapat Partial Discharge sebanyak 47 n (PD Count).

Gambar 3.13. Grafik Umax Partial Discharge Count fasa L2

3. Assesment Kabel Fasa L3


a. Pada fasa L3 ditemukan Partial Discharge pada posisi 6 meter dari terminasi
kabel.
b. Diperoleh hasil assessment kabel pada PDIV sebesar 0,9 Uo dan nilai ini
37

berada dibawah BIL (Basic Insulation Level) sebesar 1,2 Uo. Maka dapat
dikatakan bahwa status kabel fasa 3 buruk karena nilai PDIV < Uo.
c. Partial Discharge yang terdeteksi muatannya sebesar 1410 pC (PD Level),
jika dilihat sesuai dengan kategori sumbu Y maka hasil PD Level fasa L3
sebesar 1410 pC ini berada diatas 1000 pC (Y > 1000 pC) dan berdasarkan
status kabel terhadap besar pelepasan muatan kondisi kabel fasa L3 buruk.
d. Berdasarkan grafik dan tabel uji Partial Discharge diatas maka dapat dilihat
bahwa pada fasa L3 terdapat Partial Discharge sebanyak 32 n (PD Count).

Gambar 3.14. Grafik Umax Partial Discharge Count fasa L3

Berdasarkan analisis data dari pengujian Partial Discharge (PD) diatas, maka
dapat ditemukan beberapa fakta sebagai berikut:
1. Ditemukan spot-spot PD pada ketiga fasa pada posisi 0 m hingga 6 m dari gardu
GH 426.
2. Pada fasa L3, PD sudah ditemukan saat tegangan dibawah tegangan nominal.
38

3. Di ketiga fasa jumlah terjadinya PD sebanyak lebih dari 30 kali.


4. Pada fasa L2 dan L3 terdapat PD lebih dari 300 pC.
3.3. Hambatan dan Solusi Pekerjaan
3.3.1. Hambatan Pekerjaan
Hambatan yang ditemui selama PKL di PT PLN Distribusi Jakarta Raya Area
Lenteng Agung, diantaranya adalah waktu PKL yang sebentar sehingga kurangnya
pemahaman mengenai bidang jaringan distribusi listrik. Selama PKL, sebagian
waktu lebih banyak dihabiskan di dalam ruangan karena kami disana di tempatkan
di berbagai macam bidang seperti bidang TE (Transaksi Energi) dalam pelaksanaan
pemeriksaan sehingga dalam pemahaman lebih banyak pada bagian pemeriksaan 1
fasa. Karn awaktu PKL hanya 1 bulan pelaksanaan lebih pada pemeriksaan dan
pada verivikasi berkas kurang di jelaskan dan waktunya yang singkat. Selama PKL
waktu untuk menempuh perjalanan dalam pemeriksaan yang cukup jauh membuat
instalatir harus lebih awal untuk memeriksa, tetapi hambatannya kebanyakan
rumah yang akan diperiksa tidak ada tuan rumahnya dikarnakan aktivitas pagi hari
seperti bekerja. Dalam pemeriksaan juga mendapatkan hambatan salah satunya alat
alat yang kurang seperti obeng, dan tes pen.

3.3.2. Solusi Pekerjaan


Dalam pelaksanana PKL waktu yang dipilih saat pemeriksaan harus tepat,
sehingga pada saat pemeriksaan ke rumah konsumen, tuan rumah ada dan
pemeriksa dapat melaksanakan pekerjaannya. Untuk pemeriksaan di lapangan
membawa peralatan sendiri seperti obeng, tes pen agar memudahkan pemeriksaan.
Pada saat waktu siang pemeriksaan kelapangan, sebaiknya waktu pagi digunakan
untuk belajar dan memhami verifikasi berkas yang sudah di periksa.
39

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan hasil pengujian Partial Discharge (PD) yang telah
dilakukan pada segmen GH 426-DT 35 Penyulang Manado Gas Insulated Substantion
Mampang Baru oleh PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Area Lenteng Agung,
dapat disimpulkan bahwa terdapat spot-spot Partial Discharge (PD) yang terdeteksi
diataranya:
1. Posisi 0-5 meter pada fasa L1 dari terminasi kabel saat nilai PDIV dibawah
tegangan nominal (PDIV = 1,1 kV) karena kurang dari BIL (Basic Insulation Level)
yang nilainya 1,2 Uo. Maka, dapat dikatakan kabel fasa L1 buruk dan perlu dalam
perhatian.
2. Posisi 0-6 meter pada fasa L2 dari terminasi kabel saat nilai PDIV dibawah
tegangan nominal (PDIV = 1,1 kV) karena kurang dari BIL (Basic Insulation Level)
yang nilainya 1,2 Uo. Maka, dapat dikatakan kabel fasa L2 buruk dan perlu dalam
perhatian.
3. Posisi 0-6 meter pada fasa L3 dari terminasi kabel saat nilai PDIV dibawah
tegangan nominal (PDIV = 0,9 kV) dan saat nilai PD Levelnya berada di atas 1000
pC yaitu sebesar 1410 pC. Berdasarkan BIL (Basic Insulation Level) nilai PDIV
pada fasa L3 masih dibawah 1,2 Uo dan dilihat dari besar muatan Partial Discharge
yang terdeteksi sudah melampaui 1000 pC. Maka, dapat dikatakan bahwa status
kabel fasa L3 buruk dan harus dalam perhatian.

4.2. Saran
Setelah melakukan praktik kerja lapangan dapat dirumuskan beberapa saran
sebagai berikut:

1. Lakukan perawatan pada terminasi GH 426 fasa L1 dan fasa L2 karena sudah
terdeteksi adanya Partial Discharge walaupun nilai PDIV kabel tersebut masih
mendekati BIL (Basic Insulation Level). Hal ini tetap diperlukan perawatan yang
40

terorganisir dan akan lebih baik terminasi kabel diganti dan kabel sepanjang 6
meter dari terminasi kabel tersebut juga diganti dengan yang baru, itu akan jauh
lebih aman dan andal guna mengatasi terjadinya tegangan berlebih (over
voltage) dikemudian hari.
2. Lakukan perbaikan dan penggantian kabel fasa L3 sepanjang 6 meter dari
terminasi kabel GH 426
41

DAFTAR PUSTAKA
42

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai