BAB I
PENDAHULUAN
gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam
menghadapi tantangan perkembangan jaman.
3. Tiga Gelombang
Tiga Gelombang memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh
tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, transmisi
dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero)
guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk
menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap
diperlukan dalam kehidupan manusia. Disamping itu biru juga melambangkan
keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik
bagi para pelanggannya.
Pada tahun 2012, Direktur Utama PT. PLN (Persero) Nur Pamudji
mempublikasikan logo PLN bersih, tujuannya untuk menunjukan kepada
masyarakat bahwa PLN berkomitmen untuk membangun instansi yang bebas dari
praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), dengan cara membatasi tatap muka
antara pelanggan dengan petugas PLN dengan sistem online dan call center yang
disediakan PLN yaitu telepon ke nomor (kode area) 123.
4
Pada tahun 2010 PLN mengeluarkan kebijakan baru untuk pembayaran listrik,
yang dahulu pembayaran listrik dengan paskabayar yaitu Pelanggan menggunakan
energi listrik dulu dan membayar belakangan, pada bulan berikutnya. Setiap bulan
PLN harus mencatat meter, menghitung dan menerbitkan rekening yang harus
dibayar Pelanggan, melakukan penagihan kepada Pelanggan yang terlambat atau
tidak membayar, dan memutus aliran listrik jika konsumen terlambat atau tidak
membayar rekening listrik setelah waktu tertentu. Pada sistem listrik pintar
(Prabayar), pelanggan mengeluarkan uang/biaya lebih dulu untuk membeli energi
listrik yang akan dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli oleh
pelanggan dimasukkan ke dalam Meter Pra Bayar (MPB) yang terpasang dilokasi
Pelanggan melalui sistem ‘token’ (pulsa) atau stroom. Penggantian yang dilakukan
jika berganti ke layanan listrik prabayar hanya mengganti kWh meter yang dahulu
analog hanya untuk menghitung besarnya energi listrik yang terpakai, sedangkan
kWh meter listrik prabayar menggunakan kWh khusus yang bisa dimasukan pulsa
listrik/token/stroom dan ketika token listrik habis maka listrik akan otomatis
terputus. Namun PLN tidak mewajibkan pelanggan menggunakan listrik prabayar,
PLN hanya memberikan pilihan kepada pelanggan untuk menggunakan listrik
prabayar atau paskabayar.
6
g. Token PLN
PT. PLN (Persero) sebuah perusahaan yang terdiri atas pembangkit, transmisi
dan unit distribusi. Dalam proses penyampaian listrik ke konsumen diawali dengan
tenaga Listrik yang di bangkitkan di Pusat-pusat Tenaga Listrik seperti PLTA,
PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran
transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator
penaik tegangan (step up transformer) yang ada di Pusat Listrik.
Pemberian nama PLTA, PLTU, PLTP dan sebagainya yang umum
diberikan kepada unit pembangkit listrik di lingkungan PLN didasarkan atas
nama tenaga penggerak mulanya. PLTA misalnya dimana mesin pembangkit
listriknya (generator) yang ada di kawasan tersebut digerakan atau diputarkan
oleh suatu turbin penggerak yang berputar karena digerakan oleh pergerakan
aliran air (turbin air) demikian juga halnya dengan PLTU mesin pembangkit
listriknya digerakan oleh turbin uap.
Saluran tenaga listrik yang menghubungkan pembangkitan dengan gardu
induk (GI) dikatakan sebagai saluran transmisi karena saluran ini memakai
standar tegangan tinggi dikatakan sebagai saluran transmisi tegangan tinggi
yang sering disebut dengan singkatan SUTT. Dilingkungan operasional PLN
saluran transmisi terdapat dua macam nilai tegangan yaitu saluran transmisi
yang bertegangan 70 KV dan saluran transmisi yang bertegangan 150 KV
dimana SUTT 150 KV lebih banyak digunakan dari pada SUTT 70 KV. Khusus
untuk tegangan 500 KV dalam praktek saat ini disebut sebagai Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi yang disingkat dengan nama SUTET.
Pada saat ini masih ada beberapa saluran transmisi dengan tegangan 70
KV namun tidak dikembangkan lagi oleh PLN. Saluran transmisi ada yang
berupa saluran udara dan ada pula yang berupa saluran kabel tanah. Karena
saluran udara harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan kabel tanah maka
saluran transmisi PLN kebanyakan berupa saluran udara. Kerugian dari saluran
udara dibandingkan dengan saluran kabel tanah adalah saluran udara mudah ter-
ganggu oleh gangguan yang ditimbulkan dari luar sistemnya, misalnya karena
sambaran petir, terkena ranting pohon, binatang, layangan dan lain sebagainya.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah
tenaga listrik di Gardu Induk (GI) sebagai pusat beban untuk diturunkan
9
1.1.4. Profil PT. PLN (Persero) Ditribusi Jakarta Raya Area Lenteng Agung
1. Nama Perusahaan : PLN (Persero) Ditribusi Jakarta Raya Area Lenteng Agung
2. Alamat : Jl. Duren Tiga Raya No.100, Duren Tiga, Pancoran,
Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12760
3. Call center : 123
10
Gambar 1.2. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya
Area Lenteng Agung
11
BAB II
PELAKSANAAN PKL
No
Tanggal Lokasi Kantor Pusat/Unit Hasil yang diharapkan
.
BAB III
ANALISA PEKERJAAN
Aktivitas PD dapat disebabkan oleh beragam cacat atau penuaan seperti void
(rongga), contaminants (ketidakmurnian), protrusions (tonjolan), tracking dari
electrical trees dan lain-lain. Sebagai tambahan yang menyebabkan penuaan
elektrik, aktivitas PD juga ditandai penuaan termal, mekanik, dan lingkungan pada
peralatan tegangan tinggi. Peristiwa PD tidak dengan segera menjadikan kegagalan
isolasi, tetapi PD secara berangsur-angsur menurunkan kualitas isolasi dan
mengkikis material dielektrik yang akhirnya mendorong kearah kegagalan
sempurna. PD dapat digambarkan sebagai pulsa listrik atau peluahan pada suatu
rongga berisi gas atau pada sebuah permukaan dielektrik dari sistem isolasi cair,
padat maupun gas. Peluahan ini hanya menjembatani secara sebagian celah antara
isolasi fasa ke ground atau isolasi antara fasa ke fasa.
Peluahan ini merupakan busur api yang cukup kecil yang terjadi dalam
sistem isolasi, karena itu menjadi makin buruknya isolasi dan sering kali
menghasilkan kegagalan isolasi sempurna.
Secara umum, rongga yang terisi gas dalam sebuah isolasi padat mempunyai
permitivitas dan kekuatan breakdown yang lebih rendah dibandingkan dengan
material isolasi itu sendiri. Karena permitivitasnya yang lebih rendah memperbesar
medan listrik di dalam rongga, umumnya gas yang berada di dalam akan mengalami
breakdown sebelum isolasinya. Partial discharge (PD) terjadi sewaktu medan
listrik yang timbul pada void melebihi level kekuatan breakdown pada gas dalam
void.
(muatan) dan jika tekanan medan listrik yang diterapkan melebihi nilai kritis insepsi
PD tersebut atau bisa dikatakan tegangan yang diterapkan lebih besar dari tegangan
insepsi PD. Meskipun tegangan meningkat dan mencapai tegangan percik (spark
voltage), tidak akan ada discharge sampai sebuah elektron penyebab avalanche
timbul untuk menginisiasi PD. Ketersediaan (availability) dari elektron penyebab
ini merupakan proses yang stokastik, yang merupakan penyebab dari ciri stokastik
dari partial discharge. Partial discharge dalam sebuah voidakan menyebabkan
degradasi akibat tumbukan ion atau reaksi kimia.
Proses partial discharge merupakan proses yang cepat. Arus yang
berhubungan dengan proses ini mempunyai tipikal rise time sekitar 1 ns dan fall
time sekitar 4 ns. Ditinjau dari fisik, pulsa PD disusun oleh dua pembawa muatan
yaitu pembawa muatan negatif (elektron) dan pembawa muatan positif (ion).
Karena mobilitas elektron jauh lebih besar daripada ion, maka arus akibat elektron
besar tetapi segera habis dan berkontribusi pada daerah rise time, sedangkan arus
akibat ion mengalir pada periode yang lebih lama sehingga kecil dan berkontribusi
pada daerah ekor.
pohon elektrik terdiri atas rangkaian saluran saling behubungan atau lintasan
peluahan dengan garis tengah berkisar antara 1 – 10 mikron. Aktivitas peluahan
pada rongga pada awalnya terpusat pada lokasi-lokasi tertentu membuat rongga
yang arahnya mendalam pada permukaan. Rongga tersebut berkembang melebar
sepanjang permukaan isolasi dan energi peluahan di tiap ujungnya makin
meningkat. Dengan adanya stress elektrik membuat kenaikan Intensitas medan
listrik yang tinggi pada ujung rongga. Hal tersebut membuat getaran pada
permukaan bahan isolasi. Getaran yang ditimbulkan menimbulkan keretakan dan
membuat jalur seperti saraf otak dendrit pada permukaan isolasi Gambar 2.12
menunjukkan suatu pohon elektrik yang terjadi dari suatu ujung jarum di dalam
bahan isolasi poliester.
Gambar 3.5. Luapan Air Menyebar Gambar 3.6. Luapan Air Dasi
Kupu-kupu
26
b. Jejak Elektrik
Jejak Elektrik adalah pembentukan suatu alur yang permanen yamg bisa
menjembatani permukaan bahan isolasi. Jejak Elektrik bisa mengakibatkan
kerusakan karena menghasilkan proses karbonisasi pada permukaan bahan isolasi.
Kebanyakan peralatan tegangan tinggi di dalam sistem pembangkit dan industri
berada di luar (out door). Udara luar seperti pada lingkungan pesisir pantai yang
banyak mengandung garam, pegunungan yang mengandung sulfur merupakan
polutan yang bisa mengakibatkan terjadinya jejak elektrik. Polutan tersebut
melapisi bahan isolasi sehingga menyebabkan arus bocor pada permukaan bahan.
Arus bocor tersebut akan menghasilkan proses karbonisasi yang menyebabkan
kerusakan pada peralatan.
3.2. Pembahasan
3.2.1 Pengujian Partial Discharge
Pada pengujian kabel SKTM 20 kV yang dilakukan PT PLN (Persero)
Distribusi Jakarta Raya Area Lenteng Agung yang akan dibahas pada laporan ini
diantaranya:
Nomor Kabel : Kabel No. 113 (Lenteng Agung)
Panjang Kabel : 144 m
Type : Three core
Uo (kV rms) : 11,5
Lokasi : SPBU 34-12707 Jl. Raya Pasar Minggu Pancoran
Segmen : a. GH 426
Description : Schneider SM6
Switchgear : SF6
Termination : Heat-shrink
b. DT 35
Description : ABB
Switchgear : SF6
Termination : Heat-shrink
Nama Penyulang : Penyulang Manado
GIS (Gas Insulation Substation) : GIS Mampang Baru
Istilah-istilah yang ada dalam pengujian Partial Discharge sebagai berikut:
1. PDIV (Partial Discharge Inception Voltage) merupakan tegangan awal yang
menyebabkan munculnya Partial Discharge (PD).
2. PDEV (Partial Discharge Extinction Voltage) merupakan tegangan akhir saat
hilangnya Partial Discharge (PD).
3. PD Level merupakan besaran muatan Partial Discharge (PD) yang terdeteksi
pada kabel tersebut dan dinyatakan dalam satuan pC (pico Coloumb)
4. PD Count merupakan jumlah Partial Discharge yang terdeteksi pada kabel
tersebut.
30
6. Uo = Uo (p.u.)
Vref = 11,5 kV
Vuji 11,5
Uo (pu) = = = 1 Uo (pu)
Vref 11,5
Keterangan :
Vuji = tegangan yang digunakan untuk pengujian
Vreferensi = tegangan referensi dalam pengujian
Uo = tegangan nominal
p.u. = per unit
7. Sinkronisasi Skala Unit Tegangan Uji (p.u.)
- Dalam data produk untuk kabel jenis XLPE memiliki Basic Insulation Level
sebesar:
VLL(BIL) = 24 kV
24
VLN (BIL) = = 13872,8 volt = 13,9 kV dibulatkan menjadi 14 kV
√3
31
Tabel 3.2 Status Kabel Terhadap Besar Pelepasan Muatan
Tabel 3.3. Status Kondisi dan Resiko Kabel Terhadap Pelepasan Muatan dan
Tegangan
2 5 Tinggi Buruk
𝑉𝑢𝑗𝑖
VUo =
𝑉𝑟𝑒𝑓
Gambar 3.11. Grafik Umax Partial Discharge Count fasa L1, L2, L3
Berdasarkan data pengujian yang telah dilakukan maka hasil analisis data
diatas sebagai berikut:
1. Assesment Kabel Fasa L1
a. Pada fasa L1 ditemukan Partial Discharge (PD) pada posisi 5 meter dari
terminasi kabel.
35
b. Diperoleh hasil assessment kabel pada PDIV sebesar 1,1 Uo dan nilai ini
berada dibawah BIL (Basic Insulation Level) sebesar 1,2 Uo. Maka dapat
dikatakan bahwa status kabel fasa 1 buruk karena nilai PDIV < Uo.
c. Partial Discharge yang terdeteksi muatannya sebesar 232 pC (PD Level),
jika dilihat sesuai dengan kategori sumbu Y maka hasil PD Level fasa L1
sebesar 232 pC ini berada dibawah 500 pC dan berdasarkan status kabel
terhadap besar pelepasan muatan kondisi kabel fasa L1 baik.
d. Berdasarkan grafik dan tabel uji Partial Discharge, maka dapat dilihat
bahwa pada fasa L1 terdapat Partial Discharge sebanyak 33 n (PD Count).
berada dibawah BIL (Basic Insulation Level) sebesar 1,2 Uo. Maka dapat
dikatakan bahwa status kabel fasa 2 buruk karena nilai PDIV < Uo.
c. Partial Discharge yang terdeteksi muatannya sebesar 510 pC (PD Level),
jika dilihat sesuai dengan kategori sumbu Y maka hasil PD Level fasa L2
sebesar 510 pC ini berada diantara 500 pC sampai dengan 1000 pC (500 pC
> Y < 1000 pC) dan berdasarkan status kabel terhadap besar pelepasan
muatan kondisi kabel fasa L2 cukup buruk.
d. Berdasarkan grafik dan tabel uji Partial Discharge maka dapat dilihat bahwa
pada fasa L2 terdapat Partial Discharge sebanyak 47 n (PD Count).
berada dibawah BIL (Basic Insulation Level) sebesar 1,2 Uo. Maka dapat
dikatakan bahwa status kabel fasa 3 buruk karena nilai PDIV < Uo.
c. Partial Discharge yang terdeteksi muatannya sebesar 1410 pC (PD Level),
jika dilihat sesuai dengan kategori sumbu Y maka hasil PD Level fasa L3
sebesar 1410 pC ini berada diatas 1000 pC (Y > 1000 pC) dan berdasarkan
status kabel terhadap besar pelepasan muatan kondisi kabel fasa L3 buruk.
d. Berdasarkan grafik dan tabel uji Partial Discharge diatas maka dapat dilihat
bahwa pada fasa L3 terdapat Partial Discharge sebanyak 32 n (PD Count).
Berdasarkan analisis data dari pengujian Partial Discharge (PD) diatas, maka
dapat ditemukan beberapa fakta sebagai berikut:
1. Ditemukan spot-spot PD pada ketiga fasa pada posisi 0 m hingga 6 m dari gardu
GH 426.
2. Pada fasa L3, PD sudah ditemukan saat tegangan dibawah tegangan nominal.
38
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan hasil pengujian Partial Discharge (PD) yang telah
dilakukan pada segmen GH 426-DT 35 Penyulang Manado Gas Insulated Substantion
Mampang Baru oleh PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Area Lenteng Agung,
dapat disimpulkan bahwa terdapat spot-spot Partial Discharge (PD) yang terdeteksi
diataranya:
1. Posisi 0-5 meter pada fasa L1 dari terminasi kabel saat nilai PDIV dibawah
tegangan nominal (PDIV = 1,1 kV) karena kurang dari BIL (Basic Insulation Level)
yang nilainya 1,2 Uo. Maka, dapat dikatakan kabel fasa L1 buruk dan perlu dalam
perhatian.
2. Posisi 0-6 meter pada fasa L2 dari terminasi kabel saat nilai PDIV dibawah
tegangan nominal (PDIV = 1,1 kV) karena kurang dari BIL (Basic Insulation Level)
yang nilainya 1,2 Uo. Maka, dapat dikatakan kabel fasa L2 buruk dan perlu dalam
perhatian.
3. Posisi 0-6 meter pada fasa L3 dari terminasi kabel saat nilai PDIV dibawah
tegangan nominal (PDIV = 0,9 kV) dan saat nilai PD Levelnya berada di atas 1000
pC yaitu sebesar 1410 pC. Berdasarkan BIL (Basic Insulation Level) nilai PDIV
pada fasa L3 masih dibawah 1,2 Uo dan dilihat dari besar muatan Partial Discharge
yang terdeteksi sudah melampaui 1000 pC. Maka, dapat dikatakan bahwa status
kabel fasa L3 buruk dan harus dalam perhatian.
4.2. Saran
Setelah melakukan praktik kerja lapangan dapat dirumuskan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Lakukan perawatan pada terminasi GH 426 fasa L1 dan fasa L2 karena sudah
terdeteksi adanya Partial Discharge walaupun nilai PDIV kabel tersebut masih
mendekati BIL (Basic Insulation Level). Hal ini tetap diperlukan perawatan yang
40
terorganisir dan akan lebih baik terminasi kabel diganti dan kabel sepanjang 6
meter dari terminasi kabel tersebut juga diganti dengan yang baru, itu akan jauh
lebih aman dan andal guna mengatasi terjadinya tegangan berlebih (over
voltage) dikemudian hari.
2. Lakukan perbaikan dan penggantian kabel fasa L3 sepanjang 6 meter dari
terminasi kabel GH 426
41
DAFTAR PUSTAKA
42
LAMPIRAN