Disusun Oleh:
Telah disahkan
Pada tanggal: ....................................
NIP.
Mata Kuliah : Praktek Klinik Keperawatan Keluarga
Topik : Penatalaksanaan dan Pencegahan TBC
Hari/tanggal : Jumat / 2 Juni 2017
Waktu : 20 Menit
I. Latar Belakang
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh (Tarwoto dan Wartonah, 2006). Oksigen adalah kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan dan aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito, 2006).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa oksigen adalah suatu
komponen gas yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel.
TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberculosa yang merupakan bakteri batang tahan asam,
organisme patogen atau saprofit yang biasanya ditularkan dari orang ke
orang melalui nuclei droplet lewat udara. Paru adalah tempat infeksi yang
paling umum, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi dimanapun di dalam
tubuh. Biasanya bakteri membentuk lesi (tuberkel) didalam alveoli. Lesi ini
merusak jaringan paru yang lain yang ada didekatnya, melalui aliran darah,
system limfatik, atau bronki. Lesi pada alveoli yang terjadi melalui aliran
darah, system limfatik, atau bronchi menyebabkan tubuh mengalami reaksi
alergi terhadap basil tuberkel dan proteinnya.
Respon imun seluler ini tampak dalam bentuk sensitisasi sel-sel T dan
terdeteksi oleh reaksi positif pada test kulit tuberkel. Apabila penderita TBC
tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang tepat, maka penderita
akan mengalami gangguan pemenuhan oksigen, kerusakan pada paru yang
luas, penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi, peningkatan rasio
udara residual terhadap kapasitas total paru, dan penurunan saturasi oksigen
sekunder akibat infiltrasi / fibrosis parenkim sampai gejala yang
membahayakan bagi orang lain yaitu penularan. Penularan bisa melalui
bersin, tertawa, ataupun batuk. ( Niluh Gede Yasmin Asih, keperawatan
medidkal bedah. System pernafasan 83, 2004 ). Akhir-akhir ini, insiden
tuberculosis terutama yang resisten terhadap berbagai obat mengalami
peningkatan.
Menurut Kominfo Jawa Timur TB adalah penyakit menular penyebab
kematian tertinggi kedua di Indonesia (Riset Kesehatan Dasar,2012).
"Sesuai data Survei Prevalensi Tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat
kedua di dunia sebagai penyumbang penderita TB terbanyak setelah India,"
katanya. Diperkirakan kasus TB baru di Indonesia sebanyak 647 per
100.000 penduduk (diperkirakan terdapat 1.600.000 dengan TB di
Indonesia). Sementara Data TB di Jawa Timur pada 2015 yang diobati
sebanyak 40.185 orang (urutan kedua setelah Jawa Barat), Jumlah pasien
TB paru BTA positif (yang menular) 21.475 orang. Kabupaten/Kota
terbanyak pasien TB yang diobati dari Surabaya (4.754), Jember (3.128),
Sidoarjo (2.292), Kabupaten Malang (1932) dan Kabupaten Pasuruan
(1809).
Penanganan dan perawatan yang komprehensif ditujukan pada dua hal
yang sangat fundamental yaitu program pengobatan dan program
pencegahan. Pengobatan yaitu dengan penggunaan obat-obatan pencegahan
anti tuberculosis seperti INH, rifampisin, etambutol dll. Sedang pencegahan
dengan peningkatan bersihan jalan nafas, mendukung klien dalam
kepatuhan terhadap regimen pengobatan, meningkatkan aktivitas dan nutrisi
yang adekuat dan penyuluhan penderita serta perimbangan perawatan
dirumah.
Berdasarkan latar belakang diatas, mahasiswa melakukan penyuluhan
kepada pasien dan keluarga pasien di Puskesmas Pucang Sewu untuk
penyembuhan penyakit TB pada pasien dan mencegah terjadinya penularan
TBC di keluarga dan masyarakat sekitar pasien Puskesmas Pucang Sewu
II. Rumusan Masalah
1. Apa definisi TBC ( tuberculosis) ?
2. Apa penyebab TBC ( tuberculosis) ?
3. Apa tanda dan gejala TBC (tuberculosis) ?
4. Bagaimana penatalaksanaan TBC (tuberculosis) ?
5. Bagamana cara penularan TBC (tuberculosis) ?
6. Bagaimana cara pencegahan penularan TBC ( tuberculosis) ?
7. Bagaimana perawatan penderita TB paru di rumah ?
III. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a) Mengerti dan mampu menjelaskan definisi TBC (tuberculosis)
b) Mengerti dan mampu mengetahui penyebab TBC (tuberculosis )
c) Mengerti dan mampu mengetahui tanda dan gejala TBC (tuberculosis)
d) Mengerti dan mampu mengetahui penatalaksanaan TBC
(tuberculosis)
e) Mengerti dan mampu mengetahui cara penularan TBC (tuberculosis)
f) Mengerti dan mampu mengetahui pencegahan TBC (tuberculosis)
g) Mengerti dan mampu mengetahui perawatan TB dirumah
IV. Sasaran
1. Pasien
2. Keluarga pasien
V. Materi
VI. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VII. Media
1. Leaflet
VIII. Kegiatan
C. Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada peserta Bertanya
untuk bertanya
Keterangan:
= Peserta = Observer
= Penyaji = Fasilitator
= Moderator
X. Pengorganisasian
1. Kriteria Struktur
a) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan
3. Kriteria Hasil
Peserta mampu:
a) Mengerti dan mampu menjelaskan definisi TBC (tuberculosis)
b) Mengerti dan mampu mengetahui penyebab TBC (tuberculosis )
c) Mengerti dan mampu mengetahui tanda dan gejala TBC
(tuberculosis)
d) Mengerti dan mampu mengetahui penatalaksanaan TBC
(tuberculosis)
e) Mengerti dan mampu mengetahui cara penularan TBC (tuberculosis)
f) Mengerti dan mampu mengetahui pencegahan TBC (tuberculosis)
g) Mengerti dan mampu mengetahui perawatan TB dirumah
MATERI
PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN TBC
b) Tahap Lanjutan
Penderita mendapat jenis obat lebih sedikit dalam jangka
waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh
kuman persistem (dormant) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
c. Kategori Pemberian Obat Anti Tuberculosis
a) Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari isoniasid (H), Rifampisin (R),
Pirazinamid (Z) dan Etambutol(E). Obat-obatan tersebut diberikan
setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE), kemudian teruskan dengan
tahap lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H) dan Rifampisin (R),
diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru TBC paru BTA positif
- Penderita TBC paru BTA negatif, rontgen positif.
- Penderita TBC ekstra paru berat.
b) Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3RE3)
Tahap intensif diberikan selama 3 (tiga) bulan, yang terdiri
dari 2 bulan dengan isoniasid (H), Rifampisn, Pirazinamid (Z),
Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap
lanjutan selama 5 bulan dengan Isoniasid (H),Rifampisin (R),
Etambutol (E) yang diberikan 3 kali dalam seminggu.
Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan
setelah penderita selesai menelan obat. Obat ini diberikan untuk
penderita kambuh, penderita gagal, penderita dengan pengobatan
setelah lalai.
c) Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama
2 bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR
selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk penderita baru BTA (-) dan
rontgen (+) sakit ringan.
Amin, Zulkifli dkk . 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalammjilid II edisi 4.
Jakarta: FKUI
Anderso, Sylvia & Lorainne. 1995. Patofisiologi Konsep Klinik Proses- Proses
Penyakit buku ke II edisi 4. Jakarta: EGC
Kominfo. 2016. http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/sebanyak-207-667-
pasien-tb-di-jatim-berhasil-disembuhkan diakses pada tanggal 28 Mei 2017
Muttaqin. 2010. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
PDPI. 2006. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html diakss pada tanggal 28 Mei
2017
Price, S.A, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta :
EGC
Smeltzer, C.S.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC
Rogers, Graham. 2016. Pulmonary Tuberculosis.
http://www.healthline.com/health/pulmonary-tuberculosis diakses pada
tanggal 28 Mei 2017