DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS HALUOLEO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang senantiasa memberikan nikmat dan
karuniakepada umat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul, “hokum Pacaran dalam Islam” tepat waktu. Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada orangtua danteman-teman yang telah memberikan doa
serta inspirasi dalam menyelesaikan makalah in isebagai syarat untuk mengikuti
ulangan tengan semester mata kuliah PendidikanAgama Islam di jurusan ilmu gizi.
Makalah ini berisi tentang ketentuan yang ditetapkan agama Islam dalam meluruskan
kata“Pacaran” di dalam kehidupan sehari-hari, hal-hal yang perlu diperhatikan
dalammemutuskan diri untuk berpacaran, serta ketetapan hukum agama Islam dalam
berpacaran.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
penulismengharapkan masukan dan kritik yang membangun. Penulis mengucapkan
terima kasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa
dan pelaku pendidikan lainnya.
DAFTAR ISI
BAB IPENDAHULUAN
BAB IIPEMBAHASAN
BAB IIIPENUTUP
a. Kesimpulan ...........................................................................................
b. Saran .....................................................................................................
A. Latar Belakang
Cinta kepada lawan jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia.
Karenacinta-lah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah
Ta’alamenjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni
surga.Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana
menyalurkanfitrah cinta tersebut dalam syariatnya yangrahmatan lil ‘alamin
.Bagi sebagian besar remaja, pacaran merupakan hal yang sudah dianggap biasa
terjadidi dalam lingkup masyarakat dan pergaulan zaman sekarang. Pacaran identik
dengan bersatunya laki-laki dan perempuan yang belum muhrim dengan pernyataan
cinta darisalah satu pihak yang menjadi symbol adanya ikatan diantara
keduanya.Pada masaini, seorang remaja biasanya mulai "Naksir" lawan jenisnya
sehingga ia berupayamelakukan pendekatan untuk mendapatkan kesempatan
mengungkapkan isi hatinya.Setelah pendekatannya berhasil dan lawan jenis
menyambut, keduanya mulai berpacaran.
Karena itu, mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan bi
ologis tetapi juga menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang
mayoritas remaja sudah memiliki teman spesial yang disebut "pacar".Topik ini
penting untuk dibahas karena pacaran merupakan hal yang
sudah biasa dilakukan oleh sebagian besar orang terutama di kalangan para remaja
pada umumnya, baik yang bertujuan untuk menikah ataupun hanya sebagai wadah
untuk menikmati masa muda mereka, dimana mereka sebenarnya ada yang tidak
tahu bagaimana hukum pacaran menurut agama atau ada yang sudah mengetahui
namun tetap melakukannya karena mengikuti tren atau bahkan takut gengsi dengan
temannya karena tidak mempunyai pacar. Selain itu, akibat dari “pacaran” juga tidak
jarang yang menimbulkan konflik dan juga merugikan berbagai pihak, diantaranya
adalah putus sekolah, hamil di luar nikah, pernikahan dini, aborsi bahkan ada juga
yang sampai bunuh diri. Oleh karena itu, penulis menganggap topik pacaran ini
memangsangat penting untuk dibahas agar kita dapat mengetahui dan memahaminya
sesuai norma agama dan ketentuan-ketentuan di dalam agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Topik yang dibahas di dalam makalah ini melahirkan rumusan masalah
yangdiantaranya adalah :
a.Apakah yang dimaksud dengan Pacaran?
b.Apakah Islam membolehkan Pacaran?
c.Bagaimana perspektif hukum Islam tentang berpacaran?
d.Bagaimana konsep Islam mengatur hubungan sepasang remaja?
C.Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini mengenai “Pacaran dalam Islam” yakni agar
kita :
a.Mengetahui hukum berpacaran dalam agama Islam
b.Mengetahui bagaimana Islam mengatur urusan hubungan antara laki-laki
dan perempuan .
c.Mengetahui bagaimana pacaran yang benar sesuai kaidah norma agama
yang berlaku di Islam
d.Memahami etika pergaulan yang sesuai dengan ajaran Islam.
D.Manfaat Penulisan
a.Mampu menginstropeksi dirinya sendiri setelah membaca makalah ini
b.Berusaha untuk tidak menyalahi aturan islam mengenai berpacaran karena
tahualasan dan sebab-akibat yang akan terjadi
c.Timbulnya rasa takut terhadap Allah SWT.
d.Mampu menjaga diri dan pandangannya kepada orang yang bukan
muhrimnya
e.Memperbaiki etika pergaulan dan mengetahui batasan-batasannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pacaran
Pacaran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pacar”, yang
kemudian diberi akhiranan. Terdapat beberapa pengertian pacaran dalam Kamus
Besar BahasaIndonesia, yaitu :
a.Pacar : teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan
cinta kasih; kekasih
b.Berpacaran : bercintaan, berkasih-kasihan
c.Memacari : menjadikan sebagai pacar; mengencani.
Dari definisi tersebut, pacaran hanya merupakan sikap batin, namun bagi
pararemaja sikap batin ini disusul dengan tingkah laku berdua-duaan, saling
memegang, danseterusnya. Dalam praktiknya, istilah pacaran dengan tunangan
sering dirangkai menjadisatu. Muda-mudi yang pacaran, jika ada kesesuaian lahir
batin, dilanjutkan dengantunangan. Sebaliknya, mereka bertunangan biasanya diikuti
dengan pacaran. Pacaran disini, dimaksudkan sebagai proses mengenal pribadi
masing-masing, yang dalam Islamdisebut dengan “Ta’aruf ”(saling kenal-mengenal).
Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah
hubungan percintaan antara laki-laki dan perempuan pranikah, Islam mengenalkan
istilah "khitbah(meminang)". Ketika seorang laki-laki menyukai seorang perempuan,
maka ia harusmengkhitbahnya dengan maksud akan menikahinya pada waktu dekat.
Selama masakhitbah, keduanya harus menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-
aturan yang telahditetapkan oleh Islam, seperti berduaan, memperbincangkan aurat,
menyentuh, mencium,memandang dengan nafsu, dan melakukan selayaknya suami
istri. Ada perbedaan yangmencolok antara pacaran dengan khitbah, Pacaran tidak
berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah merupakan tahapan
untuk maju pernikahan. Persamaan
keduanya merupakan hubungan percintaan antara dua insan berlainan jenis yang
tidak dalam ikatan perkawinan. Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada
perbedaan antara pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana
orang mempraktikkannya.
B.Hukum Berpacaran dalam Islam
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Isra,17:32).
Hal-hal yang termasuk ke dalam zina antara lain, saling memandang, merajuk
ataumanja, bersentuhan (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dll), berdua-
duaan,dan lainnya. Dikarenakan unsur-unsur ini dilarang dalam agama Islam, maka
tentusaja hal-hal yang di dalamnya terdapat unsur tersebut adalah dilarang,
termasukdengan aktifitasnya yakni Pacaran. Hal ini sebagaimana telah disebutkan
dalam hadits berikut:
Dalil di atas kemudian juga di perkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al-Qur’an
berikut:
“barang siapa beriman kepada allah dan hari akhir, maka janganlah seorang lai-laki
sendirian dengan seorang wanita yang tidak di sertai mahromnya. Karena yang ketiga
adalah syaitan.” (hadist hasan, thabrani dalam mu’jam kabir 20/174/386)
Telah berkata aisya r.a “demi allah, sekali-sekali dia (rasul) tidak pernah menyentuh
tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai’atnya (mengambil janji)
dengan perkataanya.” (HR. Al-bukhari dan ibnu majah).
“wahai ali janganlah engkau meneruskan pandangan haram (yang tidak sengaja)
dengan pandangan yang lain. Karena pandangan yang pertama mubah untukmu.
Namun yang kedua adalah haram.”(HR.Abu Dawud, ath-tirmidzi dan di hasanakan
oleh al-albani)
“pandangan ini adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barang siapa yang
memalingkan (menundukan) pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas
karena allah, maka allah akan membeikan di hatinya kelezatan sampai pada hari
kiamat.”(HR. Iman ahmad)
Dari jalil bin abdullah r.a dikatakan: “aku bertanya pada rasulallah SAW tentang
memandang (lawan jenis) yang (membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu
beliau memerintahkan aku mengalihkan (menundukan) pandanganku.”(HR. Imam
muslim)
ط َم َع الَّ ِذي ِفي ْ َض ْعنَ بِ ْالقَ ْو ِل فَي َ اء ۚ إِ ِن ات َّ َق ْيت ُ َّن فَ ََل تَ ْخ
ِ سَ ِسا َء النَّ ِبي ِ لَ ْست ُ َّن َكأ َ َح ٍد ِمنَ الن
َ ِيَا ن
ْ
ض َوقُلنَ قَ ْو اًل َم ْع ُروفاا ٌ قَل ِب ِه َم َرْ
Arab-Latin: Yā nisā`an-nabiyyi lastunna ka`aḥadim minan-nisā`i inittaqaitunna fa lā
takhḍa'na bil-qauli fa yaṭma'allażī fī qalbihī maraḍuw wa qulna qaulam ma'rụfā
Terjemah Arti: Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain,
jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan
yang baik. “(QS. AL-Ahzab: 32)
Jenis yang sedang jatuh cinta, yaitu dengan konsep khitbah. Khitnah adalah sebuah
konsep “pacaran perpahala” dari dipensasi agama sebagai media legal hubungan
lawan jenis untuk saling mengenal sebelum memutuskan menjalin hubungan suami-
istri. Konsep hubungan ini sangat dianjurkan bagi seseorang yang telah menaruh hati
kepada lawan jenis dan bermaksud untuk menikah. Akan tetapi hubungan ini harus
terbengkai dalam nilai-nilai kesalehan, sehingga kedekatan hubungan yang bisa
menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep ini.
Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah yakni,
pacaran tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah
merupakan tahap untuk menuju pernikahan. Persamaan keduanya merupakan
hubungan pencintaan antara dua insan yang berlainan jenis yang tidak dalam ikatan
perkawinan. Dari sisi persamaanya, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan antara
pacaran dan khitbah. Keduanyya akan terkait dengan bagaimana orang
mempraktikanya.
َب ْينَ ُك ْم َو َج َع َل ِإلَ ْي َها ِلت َ ْس ُكنُوا أ َ ْز َوا اجا أ َ ْنفُ ِس ُك ْم ِم ْن َل ُك ْم َخ َلقَ أ َ ْن آ َياتِ ِه َو ِم ْن
ت َٰذَ ِل َك ِفي ِإ َّن ۚ َو َر ْح َمةا َم َودَّة ا ٍ يَتَفَ َّك ُرونَ ِلقَ ْو ٍم ََل َيا
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS.Ar-rum : 21)
Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki-laki
maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup berpasang-
pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta. Seandainya tidak ada
rasa cinta, pasti tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga. Seperti halnya
hewan, mereka mempunyai instink seksualitas tetapi tidak memiliki rasa cinta,
sehingga setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun rumah tangga.
Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan syariat islam.
Karena tidak ada satupun ayat atau hadis yang secara eksplisit atau implisit
melarangnya. Islam hanya memberikan batasan-batasan antara boleh dan yang tidak
boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Berdasarkan isi makalah ini, sebaiknya pacaran tidak dilakukan karena lebih
banyak membawa mudaratnya dari pada manfaatnya. Jika memang ingin
menyalurkan perasaan karena tertarik pada lawan jenis, di sarankan untuk
melakukan khitbah dengan tidak merugikan pihak laki-laki atau perempuan
dan mempunyai tujuan yang jelas yakni pernikahan. Sesungguhnya pacaran
yang baik adalah setelah menikah karena pasangan sudah berstatus halal bagi
kedua belah pihak.
DAFTAR PUSTAKA
https://googleusercontent.com
http://blogbaru2011.wordpress.com/2011/12/20/hukum-pacaran-menurut-
agama-islam/
http://beni.yu.tl/hukum-berpacaran-menurut-islam-beserta-d.xhtml