Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGAMA

HUKUM PACARAN DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH:

WA ODE PUTRI WAHYUNI (J1B119021)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang senantiasa memberikan nikmat dan
karuniakepada umat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul, “hokum Pacaran dalam Islam” tepat waktu. Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada orangtua danteman-teman yang telah memberikan doa
serta inspirasi dalam menyelesaikan makalah in isebagai syarat untuk mengikuti
ulangan tengan semester mata kuliah PendidikanAgama Islam di jurusan ilmu gizi.
Makalah ini berisi tentang ketentuan yang ditetapkan agama Islam dalam meluruskan
kata“Pacaran” di dalam kehidupan sehari-hari, hal-hal yang perlu diperhatikan
dalammemutuskan diri untuk berpacaran, serta ketetapan hukum agama Islam dalam
berpacaran.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
penulismengharapkan masukan dan kritik yang membangun. Penulis mengucapkan
terima kasih atas perhatiannya, semoga makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa
dan pelaku pendidikan lainnya.
DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN

a .Latar Belakang ......................................................................................

b. Rumusan Masalah .................................................................................

c. Tujuan Penulisan ...................................................................................

d.Manfaat Penulisan .................................................................................

BAB IIPEMBAHASAN

a. Definisi Pacaran ....................................................................................

b. Hukum Berpacaran dalam Islam ...........................................................

c. Perspektif Hukum Islam tentang Berpacaran .......................................

d. Konsep Islam Mengatur Hubungan Sepasang Remaja .........................

BAB IIIPENUTUP

a. Kesimpulan ...........................................................................................

b. Saran .....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN.

A. Latar Belakang

Cinta kepada lawan jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia.
Karenacinta-lah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah
Ta’alamenjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni
surga.Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana
menyalurkanfitrah cinta tersebut dalam syariatnya yangrahmatan lil ‘alamin
.Bagi sebagian besar remaja, pacaran merupakan hal yang sudah dianggap biasa
terjadidi dalam lingkup masyarakat dan pergaulan zaman sekarang. Pacaran identik
dengan bersatunya laki-laki dan perempuan yang belum muhrim dengan pernyataan
cinta darisalah satu pihak yang menjadi symbol adanya ikatan diantara
keduanya.Pada masaini, seorang remaja biasanya mulai "Naksir" lawan jenisnya
sehingga ia berupayamelakukan pendekatan untuk mendapatkan kesempatan
mengungkapkan isi hatinya.Setelah pendekatannya berhasil dan lawan jenis
menyambut, keduanya mulai berpacaran.

Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang sangat


dibanggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri
jika sudahmemiliki pacar. Sebaliknya, remaja yang belum memiliki pacar dianggap
kurang gaul.

Karena itu, mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan bi
ologis tetapi juga menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang
mayoritas remaja sudah memiliki teman spesial yang disebut "pacar".Topik ini
penting untuk dibahas karena pacaran merupakan hal yang
sudah biasa dilakukan oleh sebagian besar orang terutama di kalangan para remaja
pada umumnya, baik yang bertujuan untuk menikah ataupun hanya sebagai wadah
untuk menikmati masa muda mereka, dimana mereka sebenarnya ada yang tidak
tahu bagaimana hukum pacaran menurut agama atau ada yang sudah mengetahui
namun tetap melakukannya karena mengikuti tren atau bahkan takut gengsi dengan
temannya karena tidak mempunyai pacar. Selain itu, akibat dari “pacaran” juga tidak
jarang yang menimbulkan konflik dan juga merugikan berbagai pihak, diantaranya
adalah putus sekolah, hamil di luar nikah, pernikahan dini, aborsi bahkan ada juga
yang sampai bunuh diri. Oleh karena itu, penulis menganggap topik pacaran ini
memangsangat penting untuk dibahas agar kita dapat mengetahui dan memahaminya
sesuai norma agama dan ketentuan-ketentuan di dalam agama Islam.

B. Rumusan Masalah
Topik yang dibahas di dalam makalah ini melahirkan rumusan masalah
yangdiantaranya adalah :
a.Apakah yang dimaksud dengan Pacaran?
b.Apakah Islam membolehkan Pacaran?
c.Bagaimana perspektif hukum Islam tentang berpacaran?
d.Bagaimana konsep Islam mengatur hubungan sepasang remaja?

C.Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini mengenai “Pacaran dalam Islam” yakni agar
kita :
a.Mengetahui hukum berpacaran dalam agama Islam
b.Mengetahui bagaimana Islam mengatur urusan hubungan antara laki-laki
dan perempuan .
c.Mengetahui bagaimana pacaran yang benar sesuai kaidah norma agama
yang berlaku di Islam
d.Memahami etika pergaulan yang sesuai dengan ajaran Islam.

D.Manfaat Penulisan
a.Mampu menginstropeksi dirinya sendiri setelah membaca makalah ini
b.Berusaha untuk tidak menyalahi aturan islam mengenai berpacaran karena
tahualasan dan sebab-akibat yang akan terjadi
c.Timbulnya rasa takut terhadap Allah SWT.
d.Mampu menjaga diri dan pandangannya kepada orang yang bukan
muhrimnya
e.Memperbaiki etika pergaulan dan mengetahui batasan-batasannya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pacaran
Pacaran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pacar”, yang
kemudian diberi akhiranan. Terdapat beberapa pengertian pacaran dalam Kamus
Besar BahasaIndonesia, yaitu :
a.Pacar : teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan
cinta kasih; kekasih
b.Berpacaran : bercintaan, berkasih-kasihan
c.Memacari : menjadikan sebagai pacar; mengencani.

Dari definisi tersebut, pacaran hanya merupakan sikap batin, namun bagi
pararemaja sikap batin ini disusul dengan tingkah laku berdua-duaan, saling
memegang, danseterusnya. Dalam praktiknya, istilah pacaran dengan tunangan
sering dirangkai menjadisatu. Muda-mudi yang pacaran, jika ada kesesuaian lahir
batin, dilanjutkan dengantunangan. Sebaliknya, mereka bertunangan biasanya diikuti
dengan pacaran. Pacaran disini, dimaksudkan sebagai proses mengenal pribadi
masing-masing, yang dalam Islamdisebut dengan “Ta’aruf ”(saling kenal-mengenal).
Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah
hubungan percintaan antara laki-laki dan perempuan pranikah, Islam mengenalkan
istilah "khitbah(meminang)". Ketika seorang laki-laki menyukai seorang perempuan,
maka ia harusmengkhitbahnya dengan maksud akan menikahinya pada waktu dekat.
Selama masakhitbah, keduanya harus menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-
aturan yang telahditetapkan oleh Islam, seperti berduaan, memperbincangkan aurat,
menyentuh, mencium,memandang dengan nafsu, dan melakukan selayaknya suami
istri. Ada perbedaan yangmencolok antara pacaran dengan khitbah, Pacaran tidak
berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah merupakan tahapan
untuk maju pernikahan. Persamaan
keduanya merupakan hubungan percintaan antara dua insan berlainan jenis yang
tidak dalam ikatan perkawinan. Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada
perbedaan antara pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana
orang mempraktikkannya.
B.Hukum Berpacaran dalam Islam

Memang larangan mengenai pacaran di dalam Islam tidak dibahas secra


agamblang. Mungkin itulah salah satu faktor yang mengakibatkan kebanyakan
orangawam tidak dapat menerima atas hukum pelarangan pacaran.Meskipun
tidak dijelaskan secara gamblang, namun banyak sekali dalil yang dapatdijadikan
sebagai rujukan untuk pelarangan aktifitas pacaran.Sebelumnya kita mengetahui
bahwa Islam adalah agama yang mengharamkan perbuatan zina, termasuk juga
perbuatan yang mendekati zina.

"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Isra,17:32).

Hal-hal yang termasuk ke dalam zina antara lain, saling memandang, merajuk
ataumanja, bersentuhan (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dll), berdua-
duaan,dan lainnya. Dikarenakan unsur-unsur ini dilarang dalam agama Islam, maka
tentusaja hal-hal yang di dalamnya terdapat unsur tersebut adalah dilarang,
termasukdengan aktifitasnya yakni Pacaran. Hal ini sebagaimana telah disebutkan
dalam hadits berikut:

Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan:

"Tidak ada yang ku perhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil


dari pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW
bersabda:"Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti
dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah
adalah mengucapkan(dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan
menginginkan (pemenuhannafsu syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan
atau mendustakannya." (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim).

Dalil di atas kemudian juga di perkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al-Qur’an
berikut:

‘janganlah seseorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama


mahramnnya.” (HR. Al-Bukhari dan imam muslim)

“barang siapa beriman kepada allah dan hari akhir, maka janganlah seorang lai-laki
sendirian dengan seorang wanita yang tidak di sertai mahromnya. Karena yang ketiga
adalah syaitan.” (hadist hasan, thabrani dalam mu’jam kabir 20/174/386)
Telah berkata aisya r.a “demi allah, sekali-sekali dia (rasul) tidak pernah menyentuh
tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai’atnya (mengambil janji)
dengan perkataanya.” (HR. Al-bukhari dan ibnu majah).

“wahai ali janganlah engkau meneruskan pandangan haram (yang tidak sengaja)
dengan pandangan yang lain. Karena pandangan yang pertama mubah untukmu.
Namun yang kedua adalah haram.”(HR.Abu Dawud, ath-tirmidzi dan di hasanakan
oleh al-albani)

“pandangan ini adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barang siapa yang
memalingkan (menundukan) pandangannya dari kecantikan seorang wanita, ikhlas
karena allah, maka allah akan membeikan di hatinya kelezatan sampai pada hari
kiamat.”(HR. Iman ahmad)

Dari jalil bin abdullah r.a dikatakan: “aku bertanya pada rasulallah SAW tentang
memandang (lawan jenis) yang (membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu
beliau memerintahkan aku mengalihkan (menundukan) pandanganku.”(HR. Imam
muslim)

Surat Al-Ahzab Ayat 32

‫ط َم َع الَّ ِذي ِفي‬ ْ َ‫ض ْعنَ بِ ْالقَ ْو ِل فَي‬ َ ‫اء ۚ إِ ِن ات َّ َق ْيت ُ َّن فَ ََل تَ ْخ‬
ِ ‫س‬َ ِ‫سا َء النَّ ِبي ِ لَ ْست ُ َّن َكأ َ َح ٍد ِمنَ الن‬
َ ِ‫يَا ن‬
ْ
‫ض َوقُلنَ قَ ْو اًل َم ْع ُروفاا‬ ٌ ‫قَل ِب ِه َم َر‬ْ
Arab-Latin: Yā nisā`an-nabiyyi lastunna ka`aḥadim minan-nisā`i inittaqaitunna fa lā
takhḍa'na bil-qauli fa yaṭma'allażī fī qalbihī maraḍuw wa qulna qaulam ma'rụfā

Terjemah Arti: Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain,
jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan
yang baik. “(QS. AL-Ahzab: 32)

C. Prespektif hukum hukum islam tentang pacaran


Islam menciptakan aturan yang sangat indah tentang hubungan lawan

Jenis yang sedang jatuh cinta, yaitu dengan konsep khitbah. Khitnah adalah sebuah
konsep “pacaran perpahala” dari dipensasi agama sebagai media legal hubungan
lawan jenis untuk saling mengenal sebelum memutuskan menjalin hubungan suami-
istri. Konsep hubungan ini sangat dianjurkan bagi seseorang yang telah menaruh hati
kepada lawan jenis dan bermaksud untuk menikah. Akan tetapi hubungan ini harus
terbengkai dalam nilai-nilai kesalehan, sehingga kedekatan hubungan yang bisa
menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep ini.
Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah yakni,
pacaran tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah
merupakan tahap untuk menuju pernikahan. Persamaan keduanya merupakan
hubungan pencintaan antara dua insan yang berlainan jenis yang tidak dalam ikatan
perkawinan. Dari sisi persamaanya, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan antara
pacaran dan khitbah. Keduanyya akan terkait dengan bagaimana orang
mempraktikanya.

Jika selama masa khitbah, pergaulan antara laki-laki dan perempuan


melanggar batas-batas yang telah di tentukan islam, maka itupun haram. Demikian
juga pacaran, jika orang dalam berpacarannya melakukan hal-hal yang di larang oleh
islam, maka hal itu haram. Jika seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya
yang tidak dimaksud untuk menikahinya saat itu atau dalam waktu dekat, apakah
hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta adalah fitrah yang diberikan allah
sebagai firmanya berikut:

‫َب ْينَ ُك ْم َو َج َع َل ِإلَ ْي َها ِلت َ ْس ُكنُوا أ َ ْز َوا اجا أ َ ْنفُ ِس ُك ْم ِم ْن َل ُك ْم َخ َلقَ أ َ ْن آ َياتِ ِه َو ِم ْن‬
‫ت َٰذَ ِل َك ِفي ِإ َّن ۚ َو َر ْح َمةا َم َودَّة ا‬ ٍ ‫يَتَفَ َّك ُرونَ ِلقَ ْو ٍم ََل َيا‬
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS.Ar-rum : 21)

Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki-laki
maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup berpasang-
pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta. Seandainya tidak ada
rasa cinta, pasti tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga. Seperti halnya
hewan, mereka mempunyai instink seksualitas tetapi tidak memiliki rasa cinta,
sehingga setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun rumah tangga.
Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan syariat islam.
Karena tidak ada satupun ayat atau hadis yang secara eksplisit atau implisit
melarangnya. Islam hanya memberikan batasan-batasan antara boleh dan yang tidak
boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.

a. Allah memerintahkan kepada wanita untuk menutup auratnya.

Allah swt berfirman :


‫ي أَيُّ َها َيا‬ ُّ ‫اج َك قُ ْل النَّ ِب‬ ِ ‫اء َو َبنَاتِ َك ِِل َ ْز َو‬ َ ِ‫ِم ْن َعلَ ْي ِه َّن يُ ْدنِينَ ْال ُمؤْ ِمنِينَ َون‬
ِ ‫س‬
‫ّللاُ َو َكانَ ۗ يُؤْ ذَيْنَ فَ ََل يُ ْع َر ْفنَ أ َ ْن أ َ ْدن ََٰى َٰذَ ِل َك ۚ َج ََل ِبي ِب ِه َّن‬ ‫َر ِحي اما َغفُ ا‬
َّ ‫ورا‬
Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[al-Ahzâb/33:59]

“katakanlah kepada wanita yang beriman: “hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya,” (QS. An Nur : 31)

b. Agama islam melarang berduaan dengan lawan jenis


Dari ibnu abash, nabi saw bersabda,
“janganlah seseorang laki-laki berduaan dengan seseorang wanita kecuali jika
bersama mahromnya. “(HR. Bukhari, no. 5233).

Rasulullah SAW bersabdah,


“janganlah seseorang laki-laki berduaan dengan seseorang wanita yang tidak
halal baginya karena sesungguhnya syaitan adalah orang ketiga di antara
mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya.” (HR. Ahmad no. 15734.
Syaikh syu’ab Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi)

c. Jabatangan dengan lawan jenis termaksud yang dilarang


Dari abu hurairah ra. Rasulullah SAW bersabdah,
“setiap anak adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang
pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina
kedua telinga adalah medengar. Zina lisan adalah berbicara. Zina tangan
adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah.
Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemauanlah
yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian. “(HR.
Muslim no. 6925)

d. Konsep islam mengantar hubungan sepasang remaja


a. Etika pergaulan.
Kemungkinan yang dapat terjadi saat remaja berbeda jenis kelamin
bertemu adalah jatuh cinta. Islam memiliki batasan yang dapat membawa
insanya jauh dari perbuataan yang menjurus pada maksiat atau zina.
Melalui batasan-batasan yang telah di tuliskan di Al-Quran ataupun hadist,
munculah etika pergaulan yang seharusnya di lakukan para remaja saat ini,
di antaranya:
1. Tidak melakukan perbuatan yang mengarah kepada zina
Allah SWT berfirmsn,
“dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS. Al-Isra :
32).
Maksud ayat ini, janganlah kamu melakukan perbuatan-perbuatan
yang bisa menjerumuskan kamu pada perbuatan zina. Di antara
perbuatan tersebut seperti berdua-duan dengan lawan jenis di tempat
yang sepi, bersentuhan termaksuk bergandengan tangan, berciuman,
dan lain sebagainya.
2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan muhrimnya.
Rasulullah SAW bersabda, “lebih baik memegang besi yang panas
dari pada memegang atau meraba perempuan yang bukan istrinya
(kalau ia tahu akan berat siksaannya).”
3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya.
Dilarang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya untuk
berdua-duaan. Nabi SAW bersabda, “barang siapa beriman kepada
allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan
seseorang perempuan yang tidak muhrimnya, karena ketiganya adalah
setan.” (HR.Ahmad)
4. Harus menjaga mata atau pandangan.
Sebab mata kuncinya hati, dan pandangan itu pengutus itnah yang
sering membawa kepada berbuatan zina. Oleh karena itu allah
berfirman,
“katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka memalingkan
pandangan (dari yang haram) dan menjaga kehormatan mereja, dan
katakanlah kepada kaum wanita hendaklah mereka meredupkan mata
dari yang haram dan menjaga kehormatan mereka.” (QS. An-Nur: 30-
31)
Yang di maksud menundukan pandangan yaitu menjaga pandangan
tidak melepaskan pandangan begitu saja apalagi memandangi lawan
penuh dengam nafsu.
5. Menutup aurat
Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang
memakai pakaian yang mempertontonkan untuk tubuhnya, kecuali
untuk suaminya. Dalam hadist dikatakan bahwa wanita yang keluar
rumah dengan berpakaian yang mempertontonkan lekuk tubuh,
memakai minyak wangi yang baunya semerbak, memakai “make up”
dan sebagainya setiap langkahnya dikutuk oleh para malaikat, dan
setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina dengannya.
Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya
surga (apa lagi masuk surga).

Sebagaimana kita yakini sebagai seorang muslim bahwa segala


sesuatu yang diharamkan oleh allah, mesti mempunyai dampak negatif
di masyarakat. Kita lihat di amerika serikat, bagaimana adanya free
sex, timbul berbagai penyakit. Banyak anak-anak yang terlantar, anak
yang tidak mengenal ayahnya, sehingga timbul komplikasi jiwa dan
sebagainya. Oleh karena itu, jalan keluar bagi para pemuda yang tidak
kuat menahannya adalah:
a. Menikah supaya bisa menjaga mata dan kehormatan.
b. Kalau belum siap menikah, banyaklah berpuasa dan berolahraga
c. Jauhkan mata dan telinga dari segala sesuatu yang akan
membangkitkan syahwat
d. Dekatkan diri dengan allah, dengan banyak membaca Al-Qur’an
dan merenungkan artinya. Banyak berzikir, membaca shalawat,
shalat berjamaah di masjid, menghadiri pengajian-pengajian dan
berteman dengan orang-orang yang shaleh yang akan selalu
meningkatkan kita kepada jalan yang lurus.
e. Dan ingat bahwa allah telah menjanjikan kepada para anak muda
yang sabar menahan pacaran dan zina yaitu dengan bidadari, yang
kalau suatu diantaranya.
f. Menampakkan wajahnya ke alam dunia ini, setiap laki-laki yang
memandangnya pasti akan jatuh pingsan karenanya kecantikannya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam tidak pernah mengarahkan cinta. Islam mengarahkan cinta agar ia


berjalan pada koridornya. Bila bicara cinta di antara lawan jenis, satu-satunya
jalan adalah dengan pernikahanya, yang dengannya cinta menjadi halal dan
keberkahan. Sebaliknya, islam melarang keras segala jenis interaksi cinta
yang tidak halal alias menjurus kepada hal-hal berbau zina atau maksiat.
Bukan karena apa pun, tapi karena islam adalah agama memuliakan manusia
dan mencegah kerusakan-kerusakan yang akan terjadi pada diri manusia itu
sendiri. “tidak ditemukan jalan lain bagi dua orang yang saling mencintai
selain menikah” (HR. Ibnu majah) islam mempunyai khitbah diama konsep
hubungan ini sangat di anjurkan bagi seseorang yang telah menaruh hati
kepada lawan jenis dan bermaksud untuk menikah. Akan tetapi hubungan ini
harus tetap terbingkai dalam nilai-nilai kesalehan, sehingga kedekatan
hubungan yang bisa menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep ini.
Karena sesungguhnya rasa cinta adalah fitrah yang diberikan allah SWT
kepada setiap insan manusia. Hal yang harus di perhatikan adalah etika dalam
bergaul dengan lawan jenis, seperti tidak melakukan hal yang mengarah pada
zina, tidak menyentuh dan berduaan dengan lawan jenis yang bukan
muhrimnya, menjaga pandangan, serta menutup aurat. Maka dari itu, manusia
perlu menahan hawa nafsunya jika belum merasa bekecukupan dan mapan
baik materi ataupun iman bagi pasangannya kelak.

B. Saran

Berdasarkan isi makalah ini, sebaiknya pacaran tidak dilakukan karena lebih
banyak membawa mudaratnya dari pada manfaatnya. Jika memang ingin
menyalurkan perasaan karena tertarik pada lawan jenis, di sarankan untuk
melakukan khitbah dengan tidak merugikan pihak laki-laki atau perempuan
dan mempunyai tujuan yang jelas yakni pernikahan. Sesungguhnya pacaran
yang baik adalah setelah menikah karena pasangan sudah berstatus halal bagi
kedua belah pihak.
DAFTAR PUSTAKA

Siauw, felix Y . 2013. Udah putusin aja!. Badung. Mirzani

https://googleusercontent.com

http://blogbaru2011.wordpress.com/2011/12/20/hukum-pacaran-menurut-
agama-islam/

http://beni.yu.tl/hukum-berpacaran-menurut-islam-beserta-d.xhtml

Anda mungkin juga menyukai