Anda di halaman 1dari 15

PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM FILTRAT SEBAGAI MEDIA PEMBUATAN

NATA

Pendidikan Biologi B 2015

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik nata yang dihasilkan dari
berbagai macam filtrat. Nata merupakan makanan berkalori rendah yang menyerupai jeli
yang biasanya diproduksi melalui proses fermentasi nira dari pohon tertentu atau bahan cair
lainnya yang mengandung gula. Pembuatan nata dibantu oleh bakteri Acetobacter xylinum
yang mampu memecah gula untuk mensintesis selulosa ekstraseluler. Selain air kelapa yang
telah banyak digunakan dalam pembuatan nata, pada penelitian ini filtrat lain yang
digunakan antara lain nanas, mangga, air tebu, jagung, siwalan, semangka dan rumput laut.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nata yang dihasilkan dari filtrat air kelapa
merupakan nata yang paling tebal dengan ketebalan rata-rata 1,93 cm. Selain itu, air kelapa
memiliki tingkat kekenyalan yang paling lunak/tidak keras dibandingkan dengan filtrat yang
lain. Urutan kekenyalan nata dari yang paling lunak setelah air kelapa adalah semangka,
siwalan, tebu, jagung, nanas dan yang paling keras adalah mangga. Warna nata yang
dihasilkan dari berbagai macam filtrat rata-rata berwarna putih.

Kata Kunci : Nata, Acetobacter Xylinum, fermentasi

PENDAHULUAN

Nata merupakan produk fermentasi dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum.


Dilihat dari namanya bakteri ini termasuk kelompok bakteri asam asetat (aceto : asetat, bacter
: bakteri). Jika ditumbuhkan di media cair yang mengandung gula, bakteri ini akan
menghasilkan asam cuka atau asam asetat dan padatan putih yang terapung di permukaan
media cair tersebut. Lapisan putih itulah yang dikenal sebagai nata (Sarangih, 2004).

Nata merupakan makanan additional yang banyak digemari masyarakat dalam


berbagai olahan makanan maupun minuman. Serat pada nata dibutuhkan dalam proses
fisiologis dan dapat membantu penderita diabetes serta memperlancar penyerapan makanan
dalam tubuh. Nata dapat dibuat dari berbagai macam substrat yang mengandung gula.
Substrat yang sering digunakan adalah air kelapa dan nanas.

Sukrosa merupakan faktor penting dalam pembuatan nata. Sukrosa merupakan


senyawa karbohidrat sederhana yang digunakan sebagai suplemen pembuatan nata. Selain
sukrosa senyawa-senyawa karbohidrat seperti maltosa, laktosa, glukosa, fruktosa dan manosa
juga dapat digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan nata. Dari beberapa senyawa
karbohidrat sederhana itu, sukrosa merupakan senyawa paling ekonomis digunakan dan
paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit nata (Pambayun, 2002).

Komponen yang cukup berperan sebagai media pertumbuhan nata adalah sumber
karbon dan sumber nitrogen karena sebagai nutrisi bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum. Sumber karbon sebagai salah satu unsur pembentuk nutrisi untuk medium
fermentasi dapat berupa glukosa, fruktosa dan sukrosa. Pada kedua bahan tersebut,
komponen-komponen ini tersedia dan berpotensi sebagai sumber nutrien bagi bakteri
Acetobacter xylinum. Menurut Lapuz dkk (1967), sukrosa dan glukosa pada konsentrasi 10%
memberikan hasil nata yang paling tebal dibandingkan dengan sumber gula lainnya. Bila
dibandingkan antara penggunaan glukosa dan sukrosa, nata yang dihasilkan karena
penggunaan glukosa akan lebih tebal, sehingga sumber karbon terbaik bagi pembentukan nata
adalah glukosa.

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Sari buah nanas, air kelapa, sari buah semangka, air nira siwalan, sari tebu, sari buah
mangga, sari jagung, sari rumput laut, gula pasir, asam cuka murni (98%), urea, alkohol 70%,
bakteri Acetobacter xylinum, kompor, panci, blender, saringan, pengaduk, botol selai, kertas
koran, lampu spiritus, dan gelas ukur.

Cara Kerja

Ekstraksi nira nanas


Buah nanas dipotong kecil kecil lalu diblender dengan menambahkan air dengan
perbandingan volume bahan : air = 1 : 1. Kemudian disaring menggunakan kain saring untuk
memisahkan ampas dan sarinya. Filtrat disimpan di wadah steril dan tertutup serta bebas dari
cahaya matahari.
Ekstraksi nira semangka
Buah semangka dikupas kulitnya, dipotong – potong menjadi bagian kecil kemudian
dimasukkan ke dalam blender. Selanjutnya disaring hingga diperoleh filtrat. Filtrat disimpan
di wadah steril dan tertutup serta bebas dari cahaya matahari.

Ekstraksi nira siwalan


Bumbung yang sudah dibersihkan dipasang pada masing-masing tandan bunga lontar
yang telah dipotong untuk menampung niranya. Setelah penuh bumbung diambil, kemudian
disaring diambil filtratnya. Filtrat disimpan di wadah steril dan tertutup serta bebas dari
cahaya matahari.
Ekstraksi nira tebu
Tebu dibersihkan dan dicuci bersih dengan air mengalir kemudian digiling dan
diperas hingga diperoleh nira. Selanjutnya nira disaring hingga diperoleh filtrat. Filtrat
disimpan di wadah steril dan tertutup serta bebas dari cahaya matahari.
Ekstraksi nira mangga
Buah mangga dikupas kulitnya, dipotong-potong menjadi bagian kecil dan
dimasukkan ke dalam blender, kemudian disaring hingga diperoleh filtrat. Filtrat disimpan di
wadah steril dan tertutup serta bebas dari cahaya matahari.
Ekstraksi nira jagung
Jagung muda diiris lalu diblender dengan menambahkan air perbandingan 1:1,
kemudian disaring dan diambil filtratnya. Filtrat disimpan di wadah steril dan tertutup serta
bebas dari cahaya matahari.
Ekstraksi nira rumput laut
Cuci bersih rumput laut, lalu dimasukkan ke dalam blender dan diberi air dengan
perbandingan 1:1. Setelah diblender, tuang ke dalam wadah baskom. Saring hingga
mendapatkan filtrat dari rumput laut tersebut. Filtrat disimpan di wadah steril dan tertutup
serta bebas dari cahaya matahari.
Pembuatan nata
Sari buah nanas, air kelapa, sari buah semangka, air nira siwalan, sari tebu, sari buah
mangga, sari jagung, dan sari rumput laut masing – masing sebanyak 500 ml disaring terlebih
dahulu kemudian didihkan dengan ditambah gula sebanyak 15 gram dan urea sebanyak 0,5
gram. Diaduk hingga menjadi larutan homogen. Dibiarkan hingga mendidih kurang lebih 5
menit sambil terus diaduk. Selanjutnya, didinginkan kurang lebih 10 menit sebelum
ditambahkan asam cuka glasial sebanyak 5 ml. Setelah ditambah dengan asam cuka, media
dimasukkan ke dalam botol selai yang sebelumnya telah dibersihkan dengan alkohol 70% dan
ditutup menggunakan kertas bersih. Media yang telah berada di dalam botol selai tersebut
dibiarkan dingin. Setelah dingin, media diinokulasikan dengan suspensi sel Acetobacter
xylinum sejumlah 40-100 ml dengan teknik aseptik. Setelah itu, dibiarkan beberapa minggu
sampai terbentuk massa putih kenyal yang biasanya terdapat pada bagian permukaan atas
media.

HASIL
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

Gambar 1. Nata de Pina (Nanas)

Gambar 2. Nata de Coco (Air Kelapa) sebagai Kontrol


Gambar 3. Nata de Citrullus (Semangka)

Gambar 4. Nata de Legen (Air Siwalan)

Gambar 5. Nata de Cane (Tebu)


Gambar 6. Nata de Mango (Mangga)

Gambar 7. Nata de Corn (Jagung)

Gambar 8. Nata de Seaweed (Rumput Laut)

Tabel 1. Data hasil perbandingan karakteristik nata

No Nama Ketebalan Warna Tingkat


A B C Kekenyala
n
1. Nata de Pina 0,2 cm 0,6 cm 0,5 cm Putih +++ B→C→A
(Nanas)
2. Nata de Coco 2,5 cm 1,5 cm 1,8 cm Putih C→A→B
(Air Kelapa)
3. Nata de 1,8 cm - 0,9 cm Putih C→A
Citrullus Kekuningan
(Semangka)
4. Nata de Legen 0,7 cm 0,7 cm 0,9 cm Putih B→C→A
(Air Siwalan)
5. Nata de Cane 1,5 cm 1,5 cm 1,75 cm Putih B→C→A
(Tebu) Kekuningan
6. Nata de Mango 0,5 cm 0,5 cm 0,5 cm Kuning A=B=C
(Mangga) Kecokelatan
7. Nata de Corn 0,5 cm 0,7 cm 0,3 cm Kuning B→C→A
(Jagung) Kecokelatan
8. Nata de Tidak Tidak Tidak - -
Seaweed Terbentuk Terbentuk Terbentuk
(Rumput Laut)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil perbandingan tingkat


kekenyalan nata dari yang paling lunak hingga paling keras sebagai berikut:
1. Air kelapa
2. Sari buah semangka
3. Air nira siwalan
4. Sari tebu
5. Sari jagung
6. Sari buah nanas
7. Sari buah mangga

PEMBAHASAN
Nata pada dasarnya merupakan selulosa yang terbentuk dari hasil sintesis gula dengan
bantuan bakteri Acetobacter xylinum. Selulosa yang terbentuk berupa benang-benang yang
bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan secara terus-menerus
menjadi lapisan nata. Terbentuknya pelikel (lapisan tipis nata) mulai dapat terlihat di
permukaan media cair setelah dilakukan fermentasi. Fermentasi dilakukan pada media cair
yang telah diinokulasi dengan starter. Fermentasi berlangsung pada kondisi aerob
(membutuhkan oksigen). Mikroba tumbuh terutama pada permukaan media. Fermentasi
dilangsungkan sampai nata yang terbentuk cukup tebal. Biasanya ukuran tersebut tercapai
setelah satu minggu bersamaan dengan terjadinya proses penjernihan cairan di bawahnya.
Jaringan halus yang transparan yang terbentuk di permukaan membawa sebagian bakteri
terperangkap di dalamnya. Gas CO2 yang dihasilkan secara lambat oleh Acetobacter xylinum
menyebabkan pengapungan ke permukaan (Muchtadi, 1997). Peningkatan jumlah selulosa
yang relatif cepat diduga terjadi akibat konsentrasi sel yang terus berkembang di daerah
permukaan yang langsung kontak dengan udara didalam wadah fermentasi. Pada kultur yang
tumbuh, suplai O2 di permukaan akan merangsang peningkatan massa sel dan enzim
pembentuk selulosa yang mengakibatkan meningkatnya produksi selulosa. Selulosa tidak
akan terbentuk jika di dalam media tidak tersedia glukosa atau oksigen (Muchtadi, 1997)

Pada praktikum ini media kontrol yang digunakan yakni nata de coco (air kelapa).
Pembentukan nata de coco terjadi karena proses pengambilan glukosa dari larutan gula atau
gula dalam air kelapa oleh sel-sel Acetobacter xylinum. Kemudian glukosa tersebut
digabungkan dengan asam lemak membentuk prekursor (penciri nata) pada membran sel.
Prekursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama enzim
mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa di luar sel. Bakteri Acetobacter xylinum akan
membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon (C)
dan nitrogen (N) melalui suatu proses yang dikontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri
tersebut akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menyusun (mempolimerisasi) zat
gula (dalam hal ini glukosa) menjadi ribuan rantai (homopolimer) serat atau selulosa. Dari
jutaan jasad renik yang tumbuh dalam renik yang tumbuh dalam air kelapa tersebut, akan
dihasilkan jutaan lembar benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
transparan yang disebut dengan nata. Pada 3 gelas nata yang terbentuk memiliki ketebalan
dan kekenyalan yang bervariasi. Pada gelas A memiliki ketebalan 2,5 cm, gelas B 1,5 cm,
dan gelas C 1,8 cm. Urutan tingkat kekenyalan dari ketiga nata tersebut yakni gelas C, A, dan
B. Ketiga nata tersebut memiliki warna yang sama, yakni putih. Variasi ketebalan dan
kekenyalan nata dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang tidak seimbang pada tiap-tiap gelas
karena saat penuangan filtrat proses penghomogenan kurang optimal.

Pembuatan nata tidak hanya dari air kelapa tetapi juga dari berbagai jenis media yang
mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum,
seperti sari buah-buahan bahkan air gula. Oleh sebab itu nama nata dapat bermacam-macam
sesuai dengan bahan yang digunakan, seperti Nata de Pina (dari sari buah nanas), Nata de
Citrullus (dari sari buah semangka), Nata de Legen (dari air siwalan), Nata de Cane (dari air
tebu), Nata de Mango (dari sari buah mangga), Nata de Corn (dari sari buah jagung), Nata de
Seaweed (dari sari rumput laut), dan sebagainya (Ratna, 2003).

Hasil pembuatan nata dengan media sari buah nanas setelah dua minggu didapatkan
data hasil praktikum bahwa pada gelas A, B, dan C terbentuk nata yang berupa lapisan
selulosa sebagai hasil fermentasi bakteri Acetobacter xylinum dengan ketebalan yang
berbeda. Pada gelas A terbentuk nata setebal 0,2 cm, gelas B terbentuk nata setebal 0,6 cm,
sedangkan pada gelas C terbentuk nata setebal 0, 9 cm. Ketebalan nata yang bervariasi
disebabkan oleh tidak seimbangnya nutrisi yang terkandung pada tiap-tiap gelas karena saat
penuangan filtrat proses penghomogenan kurang optimal.. Tingkat kekenyalan ketiga gelas
nata tersebut berbeda, pada gelas B memiliki tingkat kekenyalan yang lebih dari gelas C
maupun A. Namun, ketiga gelas tersebut memiliki warna yang sama yakni putih (+++).

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dari pembuatan nata dengan media sari
buah semangka setelah dua minggu didapatkan data hasil praktikum bahwa pada gelas A dan
gelas C terbentuk nata yang berupa lapisan selulosa sebagai hasil fermentasi bakteri
Acetobacter xylinum dengan ketebalan yang berbeda. Pada gelas A terbentuk nata setebal 1,8
cm, sedangkan pada gelas C terbentuk nata setebal 0, 9 cm. Namun, pada gelas B, nata masih
belum terbentuk. Ketebalan nata yang bervariasi maupun belum terbentuknya nata tersebut
disebabkan oleh tidak seimbangnya nutrisi yang terkandung pada tiap-tiap gelas karena saat
penuangan filtrat proses penghomogenan kurang optimal. Tingkat kekenyalan kedua gelas
nata tersebut berbeda, pada gelas C memiliki tingkat kekenyalan yang lebih dari gelas A.
Namun, nata pada kedua gelas tersebut memiliki warna yang sama yakni putih kekuningan.

Nata dengan media air nira siwalan setelah dua minggu didapatkan data hasil
praktikum bahwa pada gelas A, B, dan C terbentuk nata yang berupa lapisan selulosa sebagai
hasil fermentasi bakteri Acetobacter xylinum dengan ketebalan yang berbeda. Pada gelas A
terbentuk nata setebal 0,7 cm, gelas B terbentuk nata setebal 0,7 cm, sedangkan pada gelas C
terbentuk nata setebal 0, 9 cm. Ketebalan nata yang bervariasi disebabkan oleh tidak
seimbangnya nutrisi yang terkandung pada tiap-tiap gelas karena saat penuangan filtrat
proses penghomogenan kurang optimal. Tingkat kekenyalan ketiga gelas nata tersebut
berbeda, pada gelas B memiliki tingkat kekenyalan yang lebih dari gelas C maupun A.
Namun, ketiga gelas tersebut memiliki warna yang sama yakni putih.

Untuk nata dengan media air tebu setelah dua minggu didapatkan data hasil praktikum
bahwa pada gelas A, B, dan C terbentuk nata yang berupa lapisan selulosa sebagai hasil
fermentasi bakteri Acetobacter xylinum dengan ketebalan yang berbeda. Pada gelas A
terbentuk nata setebal 1,5 cm cm, gelas B terbentuk nata setebal 1,5 cm cm, sedangkan pada
gelas C terbentuk nata setebal 1,75 cm cm. Ketebalan nata yang bervariasi disebabkan oleh
tidak seimbangnya nutrisi yang terkandung pada tiap-tiap gelas karena saat penuangan filtrat
proses penghomogenan kurang optimal. Tingkat kekenyalan ketiga gelas nata tersebut
berbeda, pada gelas B memiliki tingkat kekenyalan yang lebih dari gelas C maupun A
Namun, ketiga gelas tersebut memiliki warna yang sama yakni putih kekuningan.

Nata dengan media sari buah mangga setelah dua minggu didapatkan data hasil
praktikum bahwa pada gelas A, B, dan C terbentuk nata yang berupa lapisan selulosa sebagai
hasil fermentasi bakteri Acetobacter xylinum dengan ketebalan yang sama. Pada gelas A, B,
dan C terbentuk nata setebal 0,5 cm. Ketebalan nata yang sama disebabkan oleh
seimbangnya nutrisi yang terkandung pada tiap-tiap gelas karena saat penuangan filtrat
proses penghomogenan sudah optimal. Tingkat kekenyalan ketiga gelas nata tersebut juga
sama, dan ketiga gelas tersebut memiliki warna yang sama yakni kuning kecokelatan.

Nata dengan media sari jagung setelah dua minggu didapatkan data hasil praktikum
bahwa pada gelas A, B, dan C terbentuk nata yang berupa lapisan selulosa sebagai hasil
fermentasi bakteri Acetobacter xylinum dengan ketebalan yang berbeda. Pada gelas A
terbentuk nata setebal 0,5 cm, gelas B terbentuk nata setebal 0,7 cm, sedangkan pada gelas C
terbentuk nata setebal 0, 3 cm. Ketebalan nata yang bervariasi disebabkan oleh tidak
seimbangnya nutrisi yang terkandung pada tiap-tiap gelas karena saat penuangan filtrat
proses penghomogenan kurang optimal. Tingkat kekenyalan ketiga gelas nata tersebut
berbeda, pada gelas B memiliki tingkat kekenyalan yang lebih dari gelas C maupun A.
Namun, ketiga gelas tersebut memiliki warna yang sama yakni kuning kecokelatan.

Sedangkan nata dengan media sari rumput laut setelah dua minggu didapatkan hasil
pada gelas A, B, dan C tidak terbentuk nata yang berupa lapisan selulosa sebagai hasil
fermentasi bakteri Acetobacter xylinum. Tidak terbentuknya nata dapat disebabkan karena
pada saat penuangan starter, media yang dituang masih dalam temperature yang cukup tinggi
bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum hanya dapat
tumbuh pada temperatur optimal yaitu 28-300C sehingga ketika penuangan harus dipastikan
bahwa media benar-benar dingin atau pada suhu ruangan. Selain itu, kandungan unsur yang
terdapat dalam rumput laut kurang mencukupi untuk proses metabolisme bakteri Acetobacter
xylinum. Secara umum, rumput laut kaya akan polisakarida non-pati, mineral dan vitamin
serta rendah lemak.

Nata yang diperoleh dari fermentasi Acetobacter xylinum dipengaruhi oleh


konsentrasi gula, lama fermentasi, sumber nitrogen, serta kandungan nutrien dalam media
pertumbuhan. Menurut literatur, beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
Acetobacter xylinum antara lain sumber karbon, nitrogen, tingkat keasaman (pH 3-4),
temperatur optimal (28-30 derajat Celcius) dan oksigen.

SIMPULAN
Pembuatan Nata de Coco (dari air kelapa), Nata de Pina (dari sari buah nanas), Nata
de Citrullus (dari sari buah semangka), Nata de Legen (dari air siwalan), Nata de Cane (dari
air tebu), Nata de Mango (dari sari buah mangga), Nata de Corn (dari sari buah jagung), Nata
de Seaweed (dari sari rumput laut), dilakukan fermentasi yang kemudian akan terbentuk nata
berupa lapisan putih seperti agar. Lapisan ini adalah massa mikroba berkapsul dari selulosa.
Variasi ketebalan dan kekenyalan nata dipengaruhi oleh nutrisi yang terkandung. Sedangkan
tidak terbentuknya nata dapat disebabkan karena pada saat penuangan starter, media yang
dituang dalam keadaan masih hangat atau belum sepenuhnya dingin, karena bakteri
Acetobacter xylinum hanya dapat tumbuh pada temperatur optimal yaitu 28-300C.

DAFTAR PUSTAKA

Arifiani, Niarda, dkk. 2015. Peningkatan kualitas nata de cane dari limbah nira tebu metode
Budchips dengan penambahan ekstrak tauge sebagai sumber nitrogen. (Jurnal
Online). (http://biosains.mipa.uns.ac.id/C/C1202/C120201.pdf ) diakses pada tanggal
29 Nopember 2016.

Lapuz, M.N., Gullardo F.G, and Palo M.A. 1967. The Nata Organism Cultural Requiretments
Charateristic and Identify, The Philipines Journal of Science. 9:2.

Muchtadi, T.R., 1997. Nata De Pina. Media Komunikasi dan Informasi Pangan Nomer 33
Volume IX –1997.

Nurfiningsih. 2009. Pembuatan Nata de Corn dengan Acetobacter Xylinum. (Jurnal Online).
(https://www.academia.edu/8509584/Pembuatan_Nata_de_Corn_dengan_Acetobacter_
Xylinum_Nurfiningsih_L2C605166 ) diakses pada tanggal 29 Nopember 2016.

Pambayun, R. 2002. Teknologi Pengolahan Nata de coco. Yogyakarta: Kanisius.

Sarangih, Y.P. 2004. Membuat Nata de Coco. Jakarta: Puspa Swara.


Syukroni, Ikbal. 2013. (Karakteristik Nata De Seaweed (Eucheuma Cottonii) Dengan
Perbedaan Konsentrasi Rumput Laut Dan Gula Aren). (Jurnal Online). Volume II
Nomor 01. (http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=159132&val=5972&title=Karakteristik%20Nata%20De%20Seaweed
%20(Eucheuma%20cottonii)%20dengan%20Perbedaan%20Konsentrasi%20Rumput
%20Laut%20Gula%20Aren ) diakses pada tanggal 29 Nopember 2016.

Tahir, Iqmal. 2008. Kajian Penggunaan Limbah Buah Nenas Lokal (Ananas Comosus, L)
Sebagai Bahan Baku Pembuatan Nata. (Jurnal Online).
(http://iqmal.staff.ugm.ac.id/wp-content/semnaskimxviii-2008-iqmal-nanas.pdf )
diakses pada tanggal 29 Nopember 2016.

LAMPIRAN

A. Proses Pembuatan Nata (contoh nata de citrullus)

3
12

1 buah semangka Diblender Disaring


4

56

Diambil filtratnya hingga Dituangkan ke panci sebanyak


1000 mL 500 ml dan dipanaskan Ditambahkan gula pasir 15 gr

7
98

Botol mulut lebar steril


Ditambahkan urea 0,5 g Ditunggu hingga dingin disiapkan
11
12
10

Diukur sebanyak 150 ml


Diberi stater Dihomogenkan
menggunakan gelas beker

13
14
15

Ditungkan ke dalam botol Dibiarkan selama dua minggu


Botol bermulut lebar ditutup
bermulut lebar

*langkah-langkah yang dilakukan sama untuk setiap filtrat


B. Hasil Nata

Buah yang Foto Nata


Kel.
Digunakan A B C

1. Nanas

2. Air Kelapa
3. Semangka

4. Siwalan

5. Tebu

6. Mangga
7. Jagung

Rumput
8.
Laut

Anda mungkin juga menyukai