Anda di halaman 1dari 10

31

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Batimetri adalah proses penggambaran dasar perairan dari pengukuran,


pengolahan, hingga visualisasi. Informasi kedalaman dasar laut (batimetri) sangat
penting dalam kegiatan pemanfaatan ruang di wilayah pantai dan menganilisis
resiko dari kegiatan lepas pantai di suatu wilayah. Salah satu kegiatan eksplorasi
kelautan adalah pengukuran dan pemetaan topografi dasar laut atau dikenal
dengan batimetri (Masrukhin et al 2014).
Menurut Poerbandono dan Djunarsjah (2005) Data yang digunakan untuk
membuat peta bathimetri hari ini biasanya berasal dari echosounder (sonar) yang
dipasang di bawah atau di samping kapal, “ping” berkas suara ke dasar laut atau
dari penginderaan jarak jauh lidar atau sistem ladar (Olsen, 2007). Echosounder
ini merekam waktu bolak balik yang ditempuh oleh pulsa suara dari permukaan
hingga dasar perairan menggunakan prinsip perambatan gelombang bunyi.
Surfer adalah salah satu dari perangkat lunak yang diciptakan untuk kegunaan
pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan grid yang
ada. Perangkat ini mempermudah serta mempercepat aktivitas konversi data ke
dalam bentuk peta kontur dan plot permukaan. Software ini memplotting data
tabular xyz tak beraturan menjadi lembar titik-titik segi empat yang beraturan.
Garis horizontal dan vertical memiliki titik perpotongan dan ada titik z yang
berupa titik ketinggian atau kedalaman. Proses pembentukan rangkaian nilai z
yang teratur dari kumpulan dari data xyz disebut gridding. Dalam bidang
oseanografi, surfer banyak digunakan untuk mengolah dan menampilkan data
batimetri, topografi, arus, pola sebaran dan sebagainya. Dewasa ini, mengetahui
batimetri suatu perairan dapat diolah dalam software surfer ini.
32

B. Tujuan
Praktikum ini dilaksanakan dengan memiliki beberapa tujuan yaitu, sebagai
berikut:
1. Dapat mengetahui proses pengolahan data bathimetri menggunakan
Surfer.
2. Dapat mengetahui bentuk topografi dasar laut pada beberapa daerah
(Kerayaan)

C. Manfaat

Praktikum ini dilaksanakan dengan memiliki beberapa manfaat yaitu


mahasiswa telah mengetahui cara mengolah data bathimetri menggunakan Surfer,
mengetahui bentu topografi beberapa daerah dan mendambah wawasan dalam
bidang bathimetri.
33

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Geomorfologi

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi


serta proses-proses yang berlangsung terhadap permukaan bumi sejak bumi
terbentuk sampai sekarang (Yosi, dkk, 2012). Mempelajari asal (terbentuknya)
topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen utama, serta
terbentuknya material-material hasil erosi, pengklasifikasian relief bumi. Van
Zuidam (1983) membagi morfologi menjadi enam (6) berdasarkan beda tinggi dan
persentase sudut lereng, yaitu: datar, landai, bergelombang, curam, sangat curam,
dan terjal. Untuk dapat mengetahui kedalaman laut dan menganalisa morfologi
maka dibutuhkan informasi atau mengetahui kedalaman laut (batimetri) sehingga
dilakukan survei batimetri.
Oleh karena itu, setelah melakukan survey bathimetri. Selanjutnya praktikan
melakukan pengolahan data bathimetri. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
topografi dasar perairan yang diukur. Serta melihat perbedaan tinggi dan
presentase sudut lerengnya.

B. Software Surfer

Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan
peta kontur dan pemodelan 3 dimensi (3D) dengan mendasarkan pada grid.
Perangkat lunak ini melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan menjadi
lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan (Wahyudi,2012).
Gridding merupakan proses pembentukan rangkaian nilai Z yang teratur dari
sebuah data XYZ. Hasil dari proses gridding ini adalah file grid yang tersimpan
pada file.grd. Namun pada penelitian ini Software Surfer digunakan untuk
membuat pemetaan kebisingan, maka nilai Z tersebut bukan lagi berupa titik
ketinggian atau kedalaman.
34

III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan praktikum, yaitu sebagai


berikut:
Hari/ tanggal : Jumat, 14 Juni 2019
Waktu : Pukul 10.00 – 17.00 WITA
Tempat : Laboratorium Hidro Oseanografi FPIK UNMUL

Gambar 5. Peta Lokasi Pengolahan Data di Lab. Hidro Oseanografi


(Sumber: Google Earth Pro, 2019)

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini, sebegai berikut:


1. ATK
2. Laptop
3. Monitor komputer
4. Software Surfer 7 & Garmin
5. Sambungan kabel Terminal
35

C. Prosedur Kerja

Pada praktikum kali ini terdapat beberapa tahapan kerja, sebagai berikut:
1. Transfer data batimetri yang ada di echosounder dengan software Garmin
2. Kemudian pindahkan data di Garmin ke Surfer dengan cara berikut:
a. Input data base map, post map, dan contour map dari soal ke
worksheet di microsoft excel.
- Input data → file → save as
b. Pindahkan data dalam format (.xls) ke program Surfer 7.
- Aktifkan program Surfer 8
- Klik new → worksheet → open file (.xls)
- Simpan data dalam format (.bln)
3. Olah data batimetri dalam bentuk 2D maupun 3D
4. Buat Layout peta agar data batimetri mudah dipahami
5. Terakhir adalah menyimpan peta batimetri tersebut
36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada praktikum pengolahan bathimetri dengan data yang telah disediakan


oleh asisten praktikum dan dapat di lihat pada gambar 6 dan 7 yang dihasilkan
ketika di oleh pada Surfer.

Gambar 6. Topografi Daerah Kerayaan 2D

Gambar 7. Topografi Daerah Kerayaan 3D


37

B. Pembahasan

Pada gambar 6 bathimetri dua dimensi dapat dilihat kedalaman tertinggi


perairan di tunjukan oleh warna hitam pekat dengan nilai 14 meter. Sedangkan
perairan terendah ditunjukkan oleh warna abu – abu dengan nilai 1 meter. Pada
warna putih 1 – 2 meter, menunjukkan bahwa daerah tersebut daratan. Pada
gambar 7 bathimetri tiga dimensi dapat dilihat topografi dasar perairan seperti ada
gunung di dalam laut. Pada garis berwarna merah menunjukkan gambar titik 0
meter, batas antara daratan dan perairan. Pada warna biru muda menunjukkan
daerah daratan. Warna biru tua menunjukan dalamnya suatu perairan, semakin
biru pekat semakin dalam suatu perairan tersebut.
Daerah Kerayaan merupakan daerah Pelabuhan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy terletak di desa Maloy, Kecamatan
Sangkulirang, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Pelabuhan KIPI Maloy diusulkan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menjadi Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Maloy Trans Kalimantan Economic Zone (MTKEZ) dengan luas 32.800
Ha. MTKEZ merupakan integrasi antara KIPI Maloy seluas 5.305 Ha, kawasan
industri mineral Trans-Kalimantan Economic Zone (TKEZ) seluas 26.500 Ha, dan
kawasan industri kimia Batuta Coal Industrial Port (BCIP) seluas 1.000 Ha.
Lokasi yang dipilih adalah Kutai Timur, yaitu di Kecamatan Sangkulirang,
Kaliorang, dan Bengalon (Lubuk Tutung), Kabupaten Kutai Timur (Jurnal
Maritim, 2014).
Berdasarkan data gambar 6 dan 7 dapat dilihat bahwa topografi kedalaman
Daerah Kerayaan adalah 14 Meter dibawah permukaan air. Daerah ini memiliki
sebuah palung yang dapat terlihat dalam gambar 7. Dalam pengembangannya
Dermaga Maloy atau pelabuhan KIPI dibutuhkan data batimetri yang lebih akurat
untuk menentukan berbagai aspek pembangunan dermaga. Pemetaan batimetri di
suatu wilayah perairan dilakukan dengan menggunakan elektronik akustik yaitu
singlebeam echosounder yang melakukan pemancaran sinyal akustik untuk
megetahui kedalaman di suatu perairan. Pemetaan batimetri dibutuhkan juga data
pasang surut meliputi nilaiMSL (mean sea level), HHWL (higher high water
38

level), LLWL (lower low water level) yang nantinya akan digunakan untuk
melakukan koreksi kedalaman perairan.
39

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan praktikum Dasar – Dasar Akustik tentang


pengolahan data bathimetri menggunakan surfer, pada gambar 6 dan 7 dapat
dilihat bahwa topografi kedalaman Daerah Kerayaan adalah 14 Meter dibawah
permukaan air. Daerah ini memiliki sebuah palung yang dapat terlihat dalam
gambar 6. Daerah Kerayaan merupakan daerah Pelabuhan Kawasan Industri dan
Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy terletak di desa Maloy, Kecamatan
Sangkulirang, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Pelabuhan KIPI Maloy diusulkan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menjadi Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Maloy Trans Kalimantan Economic Zone (MTKEZ) dengan luas 32.800
Ha. Dalam pengembangannya Dermaga Maloy atau pelabuhan KIPI dibutuhkan
data batimetri yang lebih akurat untuk menentukan berbagai aspek pembangunan
dermaga.

B. Saran

Saran untuk praktikan kedepannya, sebaiknya dalam mengolah data harus


memahami dalam menggunakan Surfer, memiliki data yang lengkap agar mudah
dalam pengerjaannya, mencatat setiap tahapan, menampilkannya dengan layout
agar mudah dipahami para pembaca dan yang terpenting harus mengikuti setiap
praktikum dari awal sampai akhir. Sehingga memudahkan praktikan dalam
pengerjaan laporan.
40

Anda mungkin juga menyukai