Anda di halaman 1dari 2

GARA-GARA KEMAH

Siang hari itu sangat panas sekali udaranya di bumi pekemahan ‘ yang baru saja aku
dirikan tenda bersama teman-temanku. Walaupun udaranya panas, aku tidak kesulitan
mengambil air untuk mandi dan minum. Namun ternyata, pada saat malam hari sewaktu usai
sholat berjamaah, langit menjadi gelap dan mendung. Hujan turun membasahi tendaku.
Suasana semakin gempar ketika hujan semakin deras. Kala itu aku sedang membereskan
peralatan regu kemah.

“Ayo bantu buka plastik pengaman tenda ini, agar nanti tidak kehujanan” Ujar Erika sebagai
komando regu. Semua bergerak cepat dan langsung berlindung di dalam tenda. Karena
keadaan tenda yang sudah tak kuat menahan air hujan, aku rela bersama teman-teman basah
kuyub kehujanan untuk menyelamatkan diri ke pos kemah. “Kamu sih ! salah beli ukuran
plastiknya mil” kata salah satu temanku.“Maaf ya, sudah terlanjur mau bagaimana lagi?” ujar
ku.

Karena hujan semakin deras mengguyur, akhirnya kakak pembina menyuruhku dan
bersama teman-teman menginap di rumah penduduk. Karena diasan aku merasa tidak
nyaman, jadi aku ikut kakak pembina mencari tempat yang lebih nyaman lagi. “Kak, tunggu
aku mau ikut! Kakak pembina langsung memimpin perjalanan bersama teman-temanku.

Jam sudah menunjukkan pukul 10.30 malam, aku berjalan penuh kedinginan karena hawa
dan air hujan yang senantiasa mengguyurku. Di tambah sandal yang ku pakai putus, akupun
semakin putus asa.“Aku sudah gak kuat, tinggalkan aku disini ! cepat kalian pergi!” Ujarku
pada teman-teamanku. “Jangan menyerah mil ! kamu harus kuat, kita pasti bisa !” nasihat
Erika yang sangat membuatku semangat.

Akhirnya, aku harus kuat untuk berjalan jauh menuju tempat tujuan. “Alhamdulilah,
sampai juga” kata salah satu temanku yaitu Shela. Tanpa peduli, aku langsung membaringkan
badanku yang letih sudah basah kuyub.Seketika suasana menjadi ramai lagi saat aku
berebutan tepat dengan temanku. “Eh, aku dulu yang disini !” kata Shella. “Bukan, aku dulu
tahu! Minggir sedikit dong!” sahutku.

Akhirnya kami berdesak-desakan hingga ketua reguku datang melerai kami. “Haduh, sudah
dong. Ini sudah malam ! gak malu apa di dengerin orang” kata Erika sambil
memandangku.Akhirnya perselisihan selsesai dan aku pun tidur terpisah dengannya agar
tidak terjadi permasalahan lagi. Keesokan harinya, kemahpun di bubarkan. Terlihat awan
gelap dan mendung menyelimuti suasan pagi ini. Aku dan teman-teman langsung
mengangkuti barang-barang ke dalam truk.
“ Cepat-cepat barang-barangnya di angkutin di truk, kelihatannya ini mau hujan ! ”
kata Ayu sambil membawa karpetnya yang basah itu. Setelah itu, kami mengikuti upacara
penutupan di sana dengan keadaan hujan. “ hawanya dingin sekali, jadi malas ikut nih! ” kata
Lisa sembari menyandarkan diri ke pundakku. “ Jangan begitu dong Lis! Ayo kita bersama-
sama ikut upacara! Lagipula ini kan upacara yang terakhir kali Lis! ” Sahutku sambil
memegang tangannya.

“ Ayo! Lihat tuh, semua sudah berkumpul ikut upacara! Masa kalian mau diam saja di sini
sih? ” kata Erika sambil mengenakan tanda pengenal di seragamnya. Akirnya kami mengikuti
upacara bersama-sama dengan wajah yang kurang bersemangat. Disana aku merasakan
sesuatu yang berbeda, yakni perilaku reguku. Reguku yang dulunya tidak pernah kompak dan
bersemangat tetapi kini berubah menjadi regu yang sangat kompak dan bersemangat bahkan
saling percaya diri.

Walaupun kemah kali ini kurang memuaskan hatiku, tetapi banyak hikmah yang ku ambil
dari kegiatan ini. Jerih payah dan perjuangan yang hampir membuatku putus asa dan ingin
menangis telah merubahku menjadi orang yang berjiwa semangat dan tak mudah menyerah.
Aku sangat senang karena gara-gara kemah kali ini dapat membuatku terkagum akan
semangat dan kompaknya semua temanku.

NAMA : MILDHA YUNITA


NAMA : MILDHA YUNITA
NO.ABSEN : 15
NO.ABSEN : 15
KELAS : IX F
KELAS : IX F

Anda mungkin juga menyukai