Anda di halaman 1dari 3

Ada Fraud di Bisnis Asuransi Umum, Pelaku Usaha Lapor

ke Polisi
Kompas.com - 27/05/2019, 06:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan asuransi rawan


diterpa kecurangan alias fraud. Salah satunya persoalan fraud pada lini bisnis
perjalanan yang tengah dihadapi perusahaan asuransi umum. Terbaru, kasus
hukum ini masih berada di Kepolisian.

Sebelumnya kasus ini telah dilaporkan oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia
( AAUI) sebagai perwakilan dari 14 perusahaan asuransi terdampak.

Direktur Eksekutif AAUI Dody AS Dalimunthe menyebut kasus ini mencuat pada
2018 lalu, awalnya hanya ada 12 perusahaan yang mengadu.

Setelah ditelusuri total perusahaan yang mengalami fraud pada produk asuransi
perjalanan ada 14 perusahaan seperti MNC Insurance, Adira Insurance, dan MSIG
Insurance.

" Fraud yang disebutkan oleh AAUI, betul produk asuransi perjalanan dan
kejadiannya beberapa kali. AAUI bersama perusahaan yang kena melaporkan ke
Bareskim. Saat ini kasus hukumnya masih di Bareskrim," ujar President Director
MNC Insurance Sylvy Setiawan kepada Kontan.co.id pada Jumat (24/5/2019).

Ia mengaku kerugian tidak terlalu besar, walaupun terdapat beberapa orang terduga
pelaku fraud ini. Sylvia memperkirakan total kerugian hampir Rp 100 juta.

Sylvy menyebut MNC Insurance menangkap dengan bukti yang kuat bahwa
terdapat oknum yang membeli travel insurance ke MNC.

Lalu yang bersangkutan melaporkan bahwa barang bermerek seperti tas dan
dompet dicopet saat melancong keluar negeri. Agar meyakinkan pihak asuransi,
oknum ini surat keterangan polisi. Namun setelah ditelusuri, MNC Insurance
berhasil membuktikan bahwa surat keterangan ini palsu.

Modus

Dody mengakui perusahaan asuransi rawan terhadap tindak fraud. Oleh sebab itu,
asosiasi bersama anggota siap melawan aksi dari sekelompok orang tidak
bertanggung jawab ini.

Terdapat tiga lini bisnis yang menghadapi fraud yakni asuransi perjalanan, asuransi
perkapalan atau marine baik pengangkutan maupun rangka kapal, hingga
kendaraan bermotor.
Halaman Selanjutnya

Adapun modus yang dilakukan pelaku kecurangan untuk lini bisnis perjalanan
adalah memperbesar biaya di rumah sakit. Ia bilang oknum ini bekerja sama
dengan pihak rumah sakit maupun aparat setempat. Selain itu, juga memperbesar
biaya atas kehilangan barang dengan melampirkan struk produk asli namun barang
yang hilang merupakan barang tiruan.

Sedangkan modus pada pada lini marine, tertanggung sengaja menenggelamkan


kapal namun menyatakan kerusakan karena badai. Ada juga yang memanipulasi
surat kelayakan berlayar dan usia kapal. Pada lini kendaraan bermotor melakukan
kecelakaan dengan sengaja dengan menggunakan komponen murah, namun
dengan klaim dengan komponen yang mahal.

“Angkanya kerugiannya, untuk asuransi perjalanan itu nilai pertanggungannya


kecil tapi berulang bisa mencapai ratusan juta. Namun untuk rangka kapal kan itu
mahal jadi bisa miliaran. Fraud ini mengganggu karena pelakunya sama berupa
keluarga atau kelompok yang saling mengenal. Misal pada marine, si A
tertanggung menggunakan si B sebagai kuasa hukum, di perusahaan lain
pertanggungannya B tapi kuasa hukumnya si A,” papar Dody.

AAUI tegas menyatakan akan lawan aksi fraud ini. Dody menyatakan asosiasi
sudah koordinasi dengan pihak kepolisian, dalam waktu dekat juga kan melakukan
penandatanganan nota kesepahaman.

Guna memperkecil celah pelaku fraud, AAUI juga akan terus mengembangkan
AAUI Checking layaknya Bank Indonesia (BI) Checking. AAUI Checking
berisikan daftar negatif dari tertanggung atau nasabah, bengkel, klinik, rumah
sakit, dan agen.

Daftar ini dihimpun oleh anggota asosiasi dan dapat digunakan oleh anggota
sebagai peringatan awal dalam memilih calon nasabah atau tertanggung. Sehingga
kecurangan atau fraud bisa dicegah sedini mungkin.

Meski mengalami fraud pada produk perjalanan, bisnis asuransi kecelakaan diri
masih tumbuh. Data AAUI mencatatkan hingga kuartal pertama 2019 terdapat
pertumbuhan asuransi kecelakaan sebesar 13,9 persen secara tahunan atau year on
year (yoy) menjadi Rp 456,19 miliar. Adapun posisi yang sama tahun lalu Rp
400,63 miliar.

Adapun klaim pada lini bisnis ini tumbuh 18,8 persen dari Rp 135,11 miliar
menjadi Rp 160,55 miliar. (Maizal Walfajri)

Anda mungkin juga menyukai