Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324443578

The Protective Factors of Diarrhea Prevalence on Children Under Five Years at


Hamlet 2 Urban Village of Wonokusumo, Surabaya 2017

Article · March 2018


DOI: 10.20473/jbe.V6I12018.67-77

CITATIONS READS

0 483

2 authors:

Rachmah Wahyu Ainsyah Muhammad Farid Dimjati Lusno


Airlangga University Airlangga University
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS 10 PUBLICATIONS 1 CITATION

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

ANALISIS KINERJA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT X BERDASARKAN KRITERIA MALCOLM BALDRIGE View project

Chrome Hole Dermatitis Due to Work Habit of Electroplating Workers in Candi, Sidoarjo, Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Farid Dimjati Lusno on 03 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


FAKTOR PROTEKTIF KEJADIAN DIARE PADA BALITA
DI RW 2 KELURAHAN WONOKUSUMO, SURABAYA TAHUN 2017

The Protective Factors of Diarrhea Prevalence on Children Under Five Years at Hamlet 2
Urban Village of Wonokusumo, Surabaya 2017

Rachmah Wahyu Ainsyah1, Muhammad Farid Dimyati Lusno2


1
FKM UA, rachmah.wahyu.ainsyah-2015@fkm.unair.ac.id
2
Departemen Kesehatan Lingkungan, faridlusno-11@fkm.unair.ac.id
Alamat Korespondensi: Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Kejadian diare pada balita di Indonesia sebanyak 900 dari 1000 balita (Kemenkes RI, 2015). Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis faktor protektif kejadian diare di RW 2 Kelurahan Wonokusumo. Jenis penelitian
adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh balita yang
berada di wilayah di RW 2 Kelurahan Wonokusumo sebanyak 210 orang. Teknik pengambilan data menggunakan
simple random sampling didapatkan 67 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
dan observasi. Analisi data menggunakan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ketersediaan sumber air terlindungi yang digunakan oleh responden menurunkan risiko kejadian diare 0,099 kali
(95% CI: 0,015-0,639). Penggunaan jamban sehat menurunkan risiko kejadian diare 0,063 kali (95% CI: 0,008-
0,504). Kebiasaan mencuci tangan menurunkan risiko menderita diare 0,096 kali (95% CI: 0,013-0,724). Rutin
timbang di Posyandu satu bulan sekali menurunkan risiko kejadian diare 0,038 kali (95% CI: 0,005-0,294).
Sementara variabel ibu yang bekerja, variabel pendapatan keluarga sesuai UMK, dan ASI eksklusif tidak
mempengaruhi kejadian diare secara signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini faktor protektif kejadian diare
adalah sumber air yang terlindungi, penggunaan jamban sehat, kebiasaan mencuci tangan yang benar dan rutin
menimbang berat badan ke Posyandu. Faktor paling dominan adalah sumber air yang terlindungi. Saran
penelitian, sumber air harus dihindarkan dari kontaminasi untuk menurunkan angka kejadian diare.

Kata Kunci: faktor protektif, diare pada balita, cuci tangan, jamban sehat

ABSTRACT
According to Ministry of Health RI 2015 900 of 1000 toddler in Indonesia suffered from diarrhea. This study
aims to analyze the protective factors of diarrhea prevalence on children under five at Hamlet 2 Urban Village of
Wonokusumo. The type of research is observational analytic with cross sectional design. The population in this
study is all of toddler in the RW 2 Wonokusumo Village are amount 210 people. Sampling technique using simple
random sampling was obtained 67 respondents. The data were collected using questionnaire and observation.
The data was analyzed using multiple logistic regression. The results showed that the availability of protected
water sources reduced the risk of diarrhea 0.099 times (95%CI : 0.015-0.639). The use of healthy latrines
decreased the risk of diarrhea 0.063 fold (95% CI : 0.008-0.504). Hand washing habits reduce the risk of
diarrhea 0.096 fold (95% CI : 0.013-0.724). Weighing routine in Posyandu once a month lowers the risk of
diarrhea 0.038 fold (95%CI : 0.005-0.294). Meanwhile, working mother, family income according to UMK, and
exclusive breastfeeding variable did not significantly affect the prevalence of diarrhea. The conclusions of this
study are the protective factors of diarrhea occurrence is a protected water source, the use of healthy latrines,
proper hand washing habits and weight weighing routine to Posyandu. The most dominant factor is the protected
water source. Suggestion, water sources must be avoided from contamination to reduce the prevalence of
diarrhea.

Keywords: protective factors, diarrhea on children under five year, hand washing, healthy latrines

©2018 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY – SA license doi: 10.20473/jbe.v6i1.2018. 67-77
Received 11 September 2017, received in revised form 29 January 2018, Accepted 04 February 2018, Published online: 18 March 2018
68 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 67-77

PENDAHULUAN dan 61 kasus terjadi pada balita. Jumlah kasus diare


meningkat pada tahun 2016 menjadi 711 kasus pada
Diare ditandai dengan perubahan bentuk dan semua kelompok umur dan 385 kasus terjadi pada
konsistensi tinja yang tidak normal, yaitu melembek balita. Satu orang bayi meninggal karena penyakit
sampai mencair. Dengan frekuensi lebih dari tiga kali diare pada tahun 2015 (Puskemas Wonokusumo,
dalam sehari. Penyakit ini tergolong ringan, tetapi jika 2016).
tidak mendapatkan pengangan segera dapat berakibat Menurut teori Blum (1981), terdapat empat faktor
fatal, terutama bila terjadi pada anak-anak dan balita. yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu faktor
(Octa, 2014). lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
Diare adalah penyakit endemis di Indonesia. Diare genetik. Penyakit diare memiliki hubungan yang erat
berpotensi KLB dan sering disertai dengan kematian. dengan kesehatan lingkungan dan perilaku khususnya
Pada tahun 2015 terjadi delapan belas kali KLB diare Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sepuluh
yang tersebar di sebelas provinsi, delapan belas indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
kabupaten/kota, dengan jumlah penderita satu. 213 dalam rumah tangga, lima indikator diantara sangat
orang dan kematian 30 orang Case Fatality Rate berkaitan erat dengan penyakit diare yaitu ASI
(CFR) 2,47%. Data Riskesdas tahun 2007 eksklusif, rutin timbang di posyandu, penggunaan
menyatakan diare adalah penyebab utama kematian jamban sehat, penggunaan air bersih dan kebiasaan
bayi (31,4%) dan balita (25,2%). Morbiditas diare cuci tangan yang benar.
pada tahun 2012 pada semua kelompok umur adalah Etiologi diare biasanya disebabkan oleh
214 per 1000 penduduk, sedangkan pada balita adalah mikroorganisme contohnya Escherichia coli yang
900 per 1000 penduduk. Dengan kata lain sembilan sebenarnya merupakan flora normal usus.
dari sepuluh balita di Indonesia menderita diare. Peningkatan jumlah tersebut dapat menimbulkan
(Kemenkes, 2015). penyakit diare. Penularan penyakit diare adalah
Risiko kematian anak juga berhubungan dengan melalui air dan makanan (food and water borne
status ekonomi dari rumah tangga. Risiko kematian disease). Faktor risiko yang penyebab diare antara
balita adalah 70 kematian per 1.000 kelahiran untuk lain meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi
anak di kelompok masyarakat dengan kekayaan lingkungan, jamban, dan kondisi rumah (Rohmah,
terendah. Sementara diare adalah salah satu penyebab 2017).
kematian anak tersebut (BPS, 2013). Beberapa faktor yang meningkatkan risiko diare
Insiden diare pada semua kelompok umur adalah menurut Mafazah (2013), antara lain ketersediaan
3,5%, sedangkan period prevalence diare adalah sumber air bersih untuk personal hygiene dan
7,0%. Insiden diare tertinggi pada kelompok umur keluarga, pembuangan tinja yang tidak benar,
balita yaitu 10,2%. Berdasarkan indeks kepemilikan, penyiapan dan penyimpanan makanan yang kurang
proporsi diare meningkat pada indeks kepemilikan layak, khususnya makanan pendamping ASI. Menurut
yang rendah. Proporsi tertinggi penyakit diare untuk Evayanti (2014), ketersediaan air bersih dan
kelompok pekerjaan adalah pada profesi pembuangan tinja adalah faktor paling dominan yang
petani/nelayan dan buruh (Riskesdas, 2013). menyebabkan diare. Kedua faktor lingkungan ini
Data Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa berhubungan pula dengan perilaku masyarakat.
rumah tangga yang melakukan cuci tangan dengan Akumulasi dari faktor lingkungan dan faktor perilaku
benar adalah sebesar 47,2%. Rumah tangga yang inilah yang menyebabkan diare menyebar dengan
memiliki jamban sehat atau BAB di jamban sebesar cepat. Menurut Tambuwun (2015), sanitasi
81,9%. Kedua indikator PHBS ini, perilaku cuci lingkungan berkaitan erat dengan kejadian diare.
tangan masih belum memenuhi target. Cakupan Sanitasi lingkungan yang kurang baik sebesar 82,4%
kepemilikan jamban sehat di wilayah Jawa Timur menyebabkan diare pada anak. Menurut Survei
pada tahun 2012 sebesar 69,36%. Kasus diare pada Demograsi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
tahun 2015 terdapat 65.447 kasus. Hal ini berarti 2012, rumah tangga tanpa fasilitas sanitasi yang
bahwa terdapat 23 kasus diare pada 1000 penduduk layak memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit
(Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2016). seperti diare, disentri, dan typhus dibandingkan
Angka morbiditas tertinggi pada Puskesmas dengan rumah tangga dengan fasilitas sanitasi yang
Wonokusumo adalah penyakit diare. Cakupan layak (BPS, 2013).
pelayanan diare pada tahun 2015 adalah 285 kasus
Rachmah Wahyu Ainsyah., Muhammad Farid Dimyati Lusno., Faktor Protektif Kejadian Diare... 69

Anak dengan riwayat pemberian ASI eksklusif kepercayaan 0,1 sehingga didapatkan sampel
memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap sejumlah 67 responden.
penyakit terutama penyakit diare (Rahmadhani, Penelitian ini dilaksanakan di RW 2 Kelurahan
2013). Wonokusumo, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya
Status gizi juga memiliki hubungan dengan pada tanggal 18 Januari sampai dengan 23 Februari
kejadian diare, pengukuran berat badan secara rutin 2017. Pemilihan Lokasi berdasarkan besarnya
setiap satu bulan sekali di posyandu adalah upaya permasalahan jumlah kepemilikan jamban dan
preventif untuk memantau tumbuh kembang balita perilaku (Buang Air Besar Sembarangan) BABS di
serta mencegah penyakit infeksi pada balita salah RW 2 berdasarkan hasil depth interview dengan Lurah
satunya diare. Menurut Irawan (2016), menyatakan Wonokusumo dan Kepala Puskesmas Wonokusumo.
bahwa 80% balita dengan status gizi yang bermasalah Variabel penelitian terdiri dari dua yaitu variabel
menderita diare dengan dehidrasi. bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah
Hasil studi pendahuluan menyebutkan bahwa RW variabel yang terkait dengan indikator Perilaku Hidup
2 adalah kawasan paling padat penduduk di Bersih dan Sehat (PHBS) dalam rumah tangga
Kelurahan Wonokusumo Surabaya. Luas daerah diantaranya riwayat ASI Ekskluif, rutin timbang di
116.708 m².terdapat 2.979 jiwa. Jumlah penduduk Posyandu, penggunaan sumber air yang terlindungi,
laki-laki 1.390 jiwa dan perempuan 1.589 jiwa. mencuci tangan dengan benar, dan penggunaan
Sebagian besar penduduk RW 2 adalah suku Madura jamban sehat. Variabel terikat adalah kejadian diare
yang memiliki kebudayaan memberikan makanan pada balita. Skala data untuk masing-masing variabel
tambahan berupa nasi pisang pada bayi usia kurang adalah nominal.
dari enam bulan, sehingga cakupan ASI eksklusif Definisi operasional variabel sebagai berikut: (1)
pada warga RW 2 cukup rendah. ibu dikatakan bekerja apabila memiliki jam kerja tiga
Sebanyak 50,75% warga RW 2 belum memiliki puluh lima jam seminggu; (2) penghasilan dikatakan
jamban. Rumah yang memiliki jamban tetapi tidak melebihi Upah Minimum Kabupaten/ Kota (UMK)
memiliki septic tank sebesar 20,29%. Kawasan yang apabila lebih dari Rp. 3.296.212,50 setiap bulan; (3)
berada di tepi sungai, memudahkan warga untuk responden dinyatakan memiliki riwayat ASI eksklusif
membuat saluran pembuangan tinja langsung ke apabila hanya memberikan ASI saja pada saat anak
sungai. Uraian permasalahan tersebut, peneliti tertarik balitanya berusia nol sampai dengan enam bulan; (4)
untuk menganalisis faktor protektif kejadian diare responden dikatakan menggunakan air yang
pada balita di RW 2 Kelurahan Wonokusumo. terlindungi apabila sumber air berasal dari air sumur
yang berjarak minimal 10 m dari septic tank atau
METODE sumber air berasal dari Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM); (5) responden dinyatakan mencuci
Jenis penelitian adalah analitik observasional
tangan dengan benar apabila mencuci tangan dengan
dengan desain cross sectional. Kriteria inklusi
air mengalir dan sabun sebelum dan sesudah
penelitian ini yaitu ibu yang berdomisili di RW 2
mempersiapkan makanan untuk balitanya; (6)
Kelurahan Wonokusumo Surabaya, memiliki anak
responden dikategorikan menggunakan jamban sehat
balita yang terdaftar sebagai anggota Posyandu di
apabila jamban memiliki septic tank. Variabel
Wonokusumo dan bersedia menjadi responden
kejadian diare adalah ya jika responden pernah
sedangkan kriteria eksklusi penelitian ini yaitu ibu
mengalami diare dalam satu bulan terakhir.
tidak bersedia menjadi responden. Populasi adalah
Sumber data penelitian ini menggunakan data
seluruh ibu yang memiliki anak balita di RW 2
primer. Pengumpulan data primer dengan kuesioner
Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir yaitu
yang valid dan reliabel serta observasi terhadap
sejumlah 210 orang.
kondisi jamban yang dimiliki oleh responden.
Cara penentuan sampel dalam penelitian ini
Analisis data menggunakan metode kuantitatif dengan
berdasarkan register balita yang terdaftar sebagai
regresi logistik berganda menggunakan aplikasi
anggota Posyandu pada bulan Januari 2017 yang
komputer untuk mengetahui faktor protektif yang
diambil secara acak. Besar sampel dihitung
dominan terhadap kejadian diare. Interpretasi
menggunakan rumus simple random sampling dari
menggunakan perhitungan prevalence rasio dengan
Lemeshow (1997). Perhitungan besar sampel dihitung
95% CI.
dengan menggunakan dengan proporsi 0,5 dan derajat
70 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 67-77

HASIL
Tabel 1. Uji Statistik Status Ibu Bekerja, Penghasilan, Sumber Air Terlindungi, Jamban Sehat, Riwayat ASI
Eksklusif, Kebiasaan Cuci Tangan, Rutin Timbang Ke Posyandu Terhadap Kejadian Diare di Kelurahan
Wonokusumo Tahun 2017
Variabel Kejadian Diare PR* 95% CI* B
Ya Tidak Total Lower Upper
N % N % N %
Status Ibu
Bekerja
0,781 0,154 3,955 0,247
Ya 16 64,00 9 36,00 25 100
Tidak 28 66,67 14 33,33 42 100
Penghasilan
Sesuai UMK
UMK 10 58,82 7 41,18 17 100 0,162 0,018 1,449 -1,823
Tidak UMK 34 68,00 16 32,00 50 100
Sumber Air
Terlindungi
Ya 15 50,00 15 50,00 30 100 0,099 0,15 0,639 -2,308
Tidak 29 78,38 8 21,62 37 100
Jamban Sehat
Ya 14 42,42 19 57,58 33 100 0,063 0,008 0,504 -2,771
Tidak 30 88,24 4 11,76 34 100
Riwayat Asi
Eksklusif
Ya 13 65,00 7 35,00 20 100 1,823 0,302 11,009 0,601
Tidak 31 65,96 16 34,04 47 100
Kebiasaan
Cuci Tangan
0,096 0,013 0,724 -2,339
Ya 5 33,33 10 66,67 15 100
Tidak 39 75,00 13 25,00 52 100
Rutin Timbang
di Posyandu
0,038 0,005 0,294 -3,260
Ya 16 45,71 19 54,29 35 100
Tidak 28 87,50 4 12,50 32 100
Total 44 65,67 23 34,33 67 100
Ket. PR = Prevalence Rasio, CI =Confident Interval

Hasil penelitian diperoleh data bahwa sebagian benar sebelum makan yaitu 20 responden (29,90%)
besar responden pernah menderita diare dalam enam memiliki riwayat ASI eksklusif. 35 responden
bulan terakhir yaitu 44 responden (65,67%). Sebanyak (52,20%) rutin timbang di Posyandu setiap satu bulan
42 responden (62,69%) tidak bekerja, sebanyak 50 sekali.
responden (74,63%) berpenghasilan kurang dari UMK Tabel 1 menunjukkan bahwa 28 orang (66,67%)
dan sebanyak 37 responden (55,20%) menggunakan yang tidak bekerja dan menderita kejadian diare.
sumber air yang tidak terlindungi yaitu dari sungai Sebanyak 34 responden (68,00%) dengan penghasilan
sebanyak. Sebanyak 34 responden (50,70%) tidak yang tidak sesuai dengan Upah Minimum
menggunakan jamban sehat. Hanya 15 responden Kabupaten/Kota (UMK) menderita diare. Sebanyak
(22,40%) memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan
Rachmah Wahyu Ainsyah., Muhammad Farid Dimyati Lusno., Faktor Protektif Kejadian Diare... 71

29 responden (78,38%) yang menggunakan sumber responden tidak memiliki jamban namum tidak
air yang tidak terlindungi menderita diare. memiliki septic tank, sebagian lainnya tidak memiliki
Sebanyak 30 responden (88,24%) yang tidak jamban sehingga memanfaatkan jamban umum buatan
memiliki jamban sehat dan menderita diare. 31 pemerintah yang terletak di bantalan sungai dan juga
responden (65,96%) yang tidak memiliki riwayat ASI tidak memiliki septic tank, sebagian lainnya memiliki
ekslusif menderita diare. Sebanyak 39 responden jamban namun tidak memiliki septic tank.
(75,00%) yang tidak memiliki kebiasaan mencuci
tangan dengan benar sebelum mempersiapkan PEMBAHASAN
makanan, anak balitanya menderita diare. Sebanyak
Status Pekerjaan Ibu
28 responden (87,50%) yang tidak rutin menimbang
anaknya di Posyandu menderita diare. Status pekerjaan ibu mempengaruhi pola asuh
Berdasarkan variabel ibu bekerja, penghasilan terhadap anak. Ibu yang sehari-hari berada di rumah
sesuai Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan dapat mengontrol dan mengasuh anak dengan
ASI eksklusif tidak menunjukkan signifikan, karena maksimal, terutama dalam hal asupan nutrisi
95% CI pada ketiga variabel tersebut melewati angka (Notoatmodjo, 2007). Status pekerjaan mempunyai
satu. Pada variabel lainnya memiliki prevalence rasio pengaruh yang besar terhadap kejadian diare pada
yang signifikan. Responden yang menggunakan balita. Ibu yang mempunyai balita penderita diare,
sumber air terlindungi menurunkan risiko menderita biasanya kurang cepat mengambil tindakan
diare 0,099 kali. Responden yang menggunakan penanganan penyakit. Hal ini dikarenakan kesibukan
jamban sehat mengurangi risiko menderita diare 0,063 dari pekerjaan ibu sehingga penyakit anak tidak dapat
kali. Responden yang memiliki kebiasaan mencuci ditangani dengan segera (Rohmah, 2017).
tangan menekan risiko menderita diare 0,096 kali. Bekerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Rutin timbang di Posyandu satu bulan sekali (KBBI) adalah mata pencaharian atau sesuatu yang
mengurangi risiko terkena penyakit diare 0,038 kali . dilakukan untuk mencari nafkah, sehingga seringkali
Keempat variabel ini adalah faktor protektif kejadian bekerja cukup memakan banyak waktu, terutama
diare. untuk ibu yang memiliki balita. Era modern ini
Hasil analisis regresi logistik berganda di atas dengan keadaan perekonomian yang semakin sulit
menyatakan bahwa variabel penggunaan air bersih, sudah banyak ibu balita yang bekerja untuk
penggunaan jamban sehat, kebiasaan cuci tangan dan membantu penghasilan suami dalam memenuhi
rutin timbang di Posyandu mempengaruhi kejadian kebutuhan hidup.
diare pada balita secara simultan dan signifikan. Hasil pada penelitian ini menunjukkan sebanyak
Variabel ASI eksklusif, ibu bekerja dan penghasilan 28 responden (66,67%) yang tidak bekerja justru
sesuai Upah Minimim Kabupaten/Kota (UMK) tidak menderita diare dan PR-nya tidak signifikan. Hasil
mempengaruhi kejadian diare. Variabel yang paling penelitian ini bertentangan dengan penelitian oleh
besar pengaruhnya terhadap kejadian diare adalah Christy (2014), di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan
variabel dengan nilai konstanta terbesar yaitu -2,308 yang menggambarkan sebagian besar penderita diare
pada variabel penggunaan sumber air yang adalah ibu yang bekerja. Begitu pula dengan
terlindungi. penelitian Achyar (2012), yang dilakukan di
Puskesmas Lubuk Buaya Padang menunjukkan bahwa
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kepemilikan Jamban sebanyak 93,8% ibu balita berstatus tidak bekerja atau
Frekuensi Persentase sebagai ibu rumah tangga (Christy, 2014).
Kepemilikan Jamban Ketidaksesuaian hasil penelitian ini dengan teori
(n) (%)
Jamban dengan septic tank 33 49,30 dan penelitian sebelumnya dikarenakan masyarakat
Jamban tanpa septic tank 14 20,90 RW 2 Kelurahan Wonokusumo memiliki karakteristik
Tidak punya jamban 20 29,90 yang berbeda dengan responden pada dua penelitian
Total 67 100 tersebut. Variabel yang signifikan pada penelitian ini
adalah perilaku dan sanitasi lingkungan. Ibu yang
Hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak bekerja jika perilaku dan sanitasinya buruk
hampir setengah responden telah memiliki jamban maka risiko menderita penyakit diare masih tetap
yang sehat yaitu dengan septic tank. Sebagian tinggi.
72 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 67-77

Pendapatan Keluarga
Sumber Air Terlindungi dan Jamban Sehat
Kategori pendapatan keluarga didasarkan pada
nilai nominal Upah Minimum Kota Surabaya tahun Kriteria air bersih yaitu harus mempunyai syarat
2017 yaitu sebesar Rp. 3.296.212,50. Kategori fisik yaitu bening, tidak berasa, suhunya dibawah
pendapatan keluarga tersebut didasarkan pada suhu udara kamar, tidak berwarna. Selain itu masih
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 121 Tahun ada syarat bakteriologis yaitu tidak terkontaminasi
2016 tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di bakteri patogen, dan harus mengandung zat tertentu
Jawa Timur Tahun 2017. dalam jumlah tertentu pula. Sumber air bersih
Pendapatan keluarga adalah hasil atau upah dari memenuhi syarat kesehatan bila berasal dari sumur
usaha bekerja suami atau istri yang sangat besar gali, sumur pompa, ledeng. Jarak antara sumber air
manfaatnya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Besar dengan septic tank minimal adalah 10 m. Rumah
atau kecil suatu pendapatan keluarga ditentukan tangga dianggap tidak mempunyai sumber air bersih
berdasarkan jenis pekerjaan dan keterampilan suami apabila keluarga menggunakan air bersih diluar
atau istri dalam bekerja. Tingkat pendapatan keluarga rincian tersebut sebagaimana ketentuan yang mengacu
juga berhubungan dengan lokasi tempat tinggal, pada Permenkes No. 416 tahun 1990.
kebiasaan hidup keluarga termasuk kebiasaan makan, Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37 warga
kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan, (55,20%) di RW 02 Wonokusumo belum
tersedianya fasilitas kesehatan, jenis rekreasi keluarga menggunakan sumber air yang terlindungi sedangkan
dan lain sebagainya (Noor, 2008). Pendapatan 29 responden (78,38%) yang tidak memiliki sumber
keluarga yang cukup maka akan lebih mampu air yang terlindungi menderita diare. Sebagian besar
menjangkau fasilitas atau pelayanan kesehatan dalam warga masih menggunakan air sungai sebagai sumber
upaya pencegahan maupun pengobatan terhadap air terutama untuk mandi dan mencuci. Beberapa
penyakit diare terutama dehidrasi diare. Semakin warga juga menggunakan sumur yang terbuka. Hanya
tinggi pendapatan keluarga, semakin baik juga sebagian kecil warga yang telah menggunakan sumber
fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga (Christy, air terlindungi seperti PDAM rasio prevalence
2014). penyakit diare berdasarkan faktor ketersediaan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 34 sumber air bersih yang terlindungi adalah 0,099
responden (68%) yang memiliki penghasilan kurang dengan nilai 95% CI signifikan. Hal ini membuktikan
dari Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) bahwa penggunaan air bersih merupakan faktor
menderita diare, akan tetapi 95% CI melewati angka protektif dari kejadian diare.
satu dan tidak signifikan. Hal in berarti bahwa Menurut Notoadmojo (2015), pada negara
variabel penghasilan keluarga tidak memiliki berkembang masalah kesehatan lingkungan yang
pengaruh terhadap kejadian diare. dominan berkisar pada penyediaan air minum, sanitasi
Hal ini terjadi karena terdapat variabel lain yang (jamban), perumahan (housing), pembuangan air
jauh lebih signifikan dalam mempengaruhi kejadian limbah (air kotor), dan pembuangan sampah.
diare dibandingkan dengan penghasilan keluarga yaitu Sebanyak 34 warga (50,70%) RW 2 Wonokusumo
variabel perilaku dan sanitasi lingkungan. Responden belum menggunakan jamban sehat. Sebanyak 30
yang memiliki penghasilan yang sesuai dengan Upah responden (88,24%) yang tidak memiliki jamban
Minimum Kabupaten/Kota (UMK), tetap miliki risiko sehat menderita diare. Prevalence rasio diare terhadap
menderita diare apabila menggunakan sumber air variabel penggunaan jamban sehat adalah 0,063
tidak terlindungi, tidak menggunakan jamban sehat, dengan nilai 95% CI.
tidak mencuci tangan dengan benar dan tidak Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari
menimbang balita secara rutin di posyandu. Hal ini Marinawati (2013), yang menyatakan bahwa sanitasi
sesuai dengan teori Blum (1981) yang menyatakan lingkungan memiliki hubungan yang erat dengan
bahwa variabel sanitasi lingkungan adalah variabel kejadian diare. Delapan puluh delapan koma lima
yang paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan persen responden yang menggunakan sumber air yang
variabel perilaku, genetik dan pelayanan kesehatan. terlindungi tidak menderita penyakit diare. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan jamban sehat adalah
salah satu faktor pencegah kejadian diare.
Rachmah Wahyu Ainsyah., Muhammad Farid Dimyati Lusno., Faktor Protektif Kejadian Diare... 73

Penelitian dari Mafazah (2013), juga memberikan perbedaan terhadap anak yang
mengemukakan bahwa 72% responden yang tidak menderita diare. Delapan belas persen anak yang
memiliki sarana pembuangan tinja memiliki riwayat berasal dari rumah tangga yang memiliki sumber air
penyakit diare. minum tidak layak (non-improved source)
Pemukiman RW 2 Wonokusumo yang padat menderita diare dibandingkan dengan empat belas
penduduk menimbulkan masalah pembuangan persen anak yang tinggal dalam rumah tangga yang
kotoran manusia. Hal ini disebabkan karena tinja memiliki sumber air minum layak (improved
adalah sumber penyebaran penyakit yang kompleks. source). Prevalensi diare dari anak yang tinggal
Jenis jamban yang digunakan seharusnya dalam rumah tangga yang tidak mempunyai
memenuhi persyaratan seperti jamban harus fasilitas toilet dan mereka yang tinggal dalam rumah
terlindungi dari panas dan hujan, bangunan jamban tangga yang memiliki toilet tanpa tangki septik, lebih
sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, jarak jamban rendah dibandingkan dengan anak yang tinggal dalam
dengan sumber air harus lebih dari 10 m. Hal ini rumah dengan fasilitas toilet jenis lain.
dikarenakan daerah RW 02 Wonokusumo adalah Hal ini membuktikan bahwa penggunaan jamban
salah satu wilayah langganan banjir. Saat musim tidak memenuhi syarat akan meningkatkan risiko
hujan tiba jamban akan penuh oleh air sehingga feces terjadinya diare dibandingkan dengan penggunaan
dapat mengotori air permukaan. Salah seorang jamban memenuhi syarat yaitu memiliki septic tank.
responden mengatakan bahwa banjir di RW 02 Sebagian warga memiliki jamban namun tidak
Wonokusumo setinggi lutut dan masuk ke dalam memiliki septic tank. Saluran pembuangan tinja dari
rumah, setelah banjir tak lama berselang sebagian jamban di rumah mereka langsung di arahkan ke
besar anggota keluarganya akan menderita diare. sungai sehingga sungai menjadi tercemar. Sebagian
Pada penelitian ini ditemukan 34 orang (50,70%) lainnya memanfaatkan jamban miliki pemerintah di
tidak menggunakan jamban sehat. Responden yang bantalan sungai yang juga tidak memiliki septic tank.
memiliki jamban dengan septic tank pun ada yang Puskesmas Wonokusumo telah melaksanakan
membangun septic tank dengan jarak kurang dari 10 berbagai program promosi kesehatan untuk mengatasi
m dari sumurnya akibat dari keterbatasan lahan. masalah ini, yaitu program pemicuan dan program
Diare adalah penyakit yang ditularkan melalui air pembangunan septic tank komunal dengan biaya
dan makanan. Air sungai di RW 02 Kelurahan kurang lebih 1.500.000/rumah. Akan tetapi, biaya ini
Wonokusumo kemungkinan besar telah tercemar oleh masih dirasa mahal bagi warga yang berpenghasilan
bakteri E. coli yang terdapat dalam tinja, akibat dari menengah ke bawah. Responden sangat
perilaku BABS dari sebagian besar warganya. Sumber mengharapkan bantuan dari pemerintah dalam
air yang berjarak kurang dari 10 m dengan septic tank pembuatan jamban komunal, sementara pemerintah
kemungkinan besar juga telah tercemar oleh tinja hanya membangunkan jamban di bantalan sungai
tersebut. yang tidak memiliki septic tank. Hal ini menyebabkan
Tempat pembuangan tinja merupakan sarana beberapa warga beranggapan bahwa tidak masalah
sanitasi yang penting berkaitan dengan kejadian diare jika mereka membuat jamban sejenis yaitu jamban
selain sumber air minum. Tempat pembuangan tinja tanpa septic tank di rumah mereka.
yang tidak saniter akan memperpendek rantai Responden yang memiliki penghasilan di atas
penularan penyakit diare. Hasil penelitian Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) beberapa
menunjukkan secara statistik terdapat pengaruh yang juga tidak bersedia membangun jamban komunal
bermakna antara penggunaan jamban dengan kejadian karena pembangunan jamban tersebut cukup sulit.
diare. Lantai rumah harus dibongkar untuk pembuatan
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang saluran. Lahan untuk pembuatan septic tank juga
dilakukan oleh Putranti (2013), yang mengatakan tidak tersedia.
bahwa sebanyak 78,18% responden yang tidak
memiliki jamban sehat berisiko menderita penyakit Kebiasaan Mencuci Tangan
diare. Hasil penelitian oleh Marinawati (2013), juga
Responden yang tidak memiliki kebiasaan
menyebutkan hal yang serupa 87,1% responden yang
mencuci tangan yang benar sebelum makan atau
menggunakan jamban sehat tidak menderita diare.
menyiapkan makanan sebesar 52 orang (77,60%).
Data dari SDKI (2012), juga mengkorfirmasi hal
Responden hanya mencuci tangan dengan air
serupa. Secara umum, sumber air minum
74 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 67-77

seperlunya tidak mengunakan air mengalir dan tanpa Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak
sabun. Responden mengatakan bahwa tangan sudah mengetahui prosedur cara mencuci tangan yang benar
terlihat bersih meski tidak mencuci tangan dengan air ini. Pelatihan standar mencuci tangan hanya diajarkan
mengalir dan sabun. Hampir seluruh responden tidak pada tenaga kesehatan dan jarang diajarkan di
memiliki wastafel sehingga mencuci tangan mereka sekolah, sehingga perlu dilakukan sosialisi mencuci
lakukan di kamar mandi atau di tempat cuci piring. tangan yang benar terutama pada ibu-ibu yang
Responden tidak mencuci tangan dengan alasan memiliki balita di Posyandu.
tangan mereka masih terlihat bersih. Responden Upaya yang dapat dilakukan untuk membasmi
belum menyadari bahwa perilaku mereka dapat mikroorganisme penyebab penyakit, mencuci tangan
menyebabkan penularan berbagai macam penyakit. dengan menggunakan air saja tidak cukup.
Reponden yang tidak mencuci tangan dengan Berdasarkan hasil dari beberapa riset, meningkatkan
benar tersebut sebanyak 39 responden (75%) pernah perilaku hidup yang bersih dan sehat seperti mencuci
menderita diare dalam enam bulan terakhir. tangan menggunakan sabun dapat menurunkan risiko
Prevalensi rasio kejadian diare terhadap perilaku cuci penularan penyakit (Rohmah dkk, 2017).
tangan ini adalah 0,096 dengan 95% CI. Hal ini
berarti perilaku cuci tangan yang benar dengan air ASI Eksklusif
mengalir dan sabun adalah salah satu faktor protektif
Responden tidak memiliki riwayat ASI eksklusif
kejadian diare yang signifikan.
sebesar 47 responden (70,10%). 31 orang (65,95%)
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh
diantara menderita diare. Prevalence rasio kejadian
Rohmah (2016), di Kabupaten Sidoarjo yang
diare dengan riwayat ASI eksklusif adalah 0.967.
menyatakan bahwa 75,6% responden yang mencuci
Akan tetapi dengan 95% CI, prevalence rasio ini
tangan dengan sabun tidak menderita diare. Serupa
tidak signifikan dengan kata lain, ASI eksklusif bukan
juga dengan penelitian oleh Nuryawati (2017), yang
merupakan faktor protektif kejadian diare. Hal ini
menyatakan bahwa 68,4% responden yang mencuci
jelas bertentangan teori yang ada.
tangan dengan benar tidak menderita diare.
Penyebabnya kemungkinan dikarenakan terdapat
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
penumpukan sampling pada populasi. Sebagian besar
adalah salah satu upaya mencegah penyakit, sebab
responden di RW 02 Kelurahan Wonokusumo tidak
tangan merupakan anggota tubuh yang paling sering
ASI eksklusif. Pada wilayah penelitian ini sebagian
bersentuhan dengan obyek yang diragukan
besar warga adalah suku Madura yang memiliki
kebersihannya. Bisa saja obyek tersebut mengandung
kebudayaan memberikan pisang lumat pada bayi yang
ribuan mikroorganisme penyebab penyakit.
belum berusia enam bulan. Beberapa responden
Penggunaan sabun saat mencuci tangan membuat
mengatakan bahwa kebiasaan itu telah dilakukan oleh
seseorang meluangkan waktu yang lebih banyak pada
nenek moyangnya sejak lama. Mereka berpendapat
yaitu sekitar empat puluh detik sampai satu menit,
bahwa memberikan ASI saja tidalah cukup, bayi
namun lebih efektif, karena kotoran dan lemak yang
masih sering menangis karena lapar.
menempel akan berkurang atau bahkan hilang saat
Beberapa responden juga mengeluhkan bahwa
tangan digosok dan dibasuh dengan sabun dan air
produksi ASI mereka tidak lancar sehingga tidak
mengalir (Evayanti dkk, 2014).
mencukupi kebutuhan si bayi. Sementara sebagian
Adapun menurut WHO, cara mencuci tangan yang
responden lainnya mengatakan bahwa mereka bekerja
benar adalah enam langkah yaitu 1) membasahi
sehingga tidak memiliki waktu untuk memberikan
telapak tangan dengan air dan sabun; 2) menggosok
ASI pada bayinya. Penggunaan botol untuk
punggung tangan; 3) menggosok sela-sela jari; 4)
memberikan susu formula dapat menjadi salah satu
menggosok buku-buku jari; 5) menggosok jempol
penyebab diare apabila botol yang digunakan tidak
secara memutar ke arah luar; 6) mengosokkan ujung
dicuci dengan bersih. Hal ini didukung dengan
jari atau kuku pada telapak tangan. Pada saat
penelitian oleh Iskandar (2016), yang menyatakan
membilas tangan dengan air mengalir, enam langkah
bahwa 72,2% reponden yang sering mendapatkan
ini diulang kembali. Enam langkah ini bersama lima
susu formula menderita penyakit diare.
momen cuci tangan telah ditetapkan sebagai SOP
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
dalam akreditasi rumah sakit di Indonesia dalam
permasalahan ini yaitu perlu diadakan pembentukan
rangka menurunkan insiden infeksi nosocomial
kelompok pendukung ASI eksklusif serta
(Ananingsih dkk, 2016).
Rachmah Wahyu Ainsyah., Muhammad Farid Dimyati Lusno., Faktor Protektif Kejadian Diare... 75

pemberdayaan kampung ASI eksklusif, seperti yang bekerja, penghasilan lebih dari UMR, dan riwayat
telah berhasil dilaksanakan di Kecamatan Cerme ASI eksklusif tidak terbukti secara statistik
Kabupaten Gresik berdasarkan Profil Kesehatan mempengaruhi kejadian diare. ASI eksklusif tidak
Kabupaten Gresik tahun 2016. Cakupan ASI eksklusif mempengaruhi kejadian diare dapat disebabkan oleh
yang pada tahun 2015 hanya 30% meningkat hingga cakupan ASI eksklusif di wilayah RW 2 Kelurahan
75% pada tahun 2016. Sasaran utama pelatihan ASI Wonokusumo Kecamatan Semampir yang terlalu
eksklusif sejatinya ditujukan pada pada nenek sebab sedikit. Kepemilikan jamban sehat dengan septic tank
sebagian besar responden mengaku bahwa rendahnya di RW2 Kelurahan Wonokusumo masih rendah.
cakupan ASI eksklusif terjadi karena rendahnya Faktor protektif terhadap kejadian diare adalah
dukungan dari nenek. ketersediaan sumber air yang terlindungi, penggunaan
jamban sehat, memiliki kebiasaan mencuci tangan
Penimbangan Rutin di Posyandu yang benar rutin timbang di Posyandu. Diantara
empat faktor tersebut ketersediaan sumber air yang
Penimbangan bayi secara rutin ke posyandu adalah
terlindungi adalah faktor paling dominan. Faktor
salah satu cara memantau pertumbuhan dan
ketersediaan sumber air ini juga berkaitan erat dengan
perkembangan bayi dan balita, akan tetapi hampir
faktor penggunaan jamban sehat.
setengah responden yaitu 32 orang (47,80%) merasa
bahwa menimbangkan balita ke posyandu bukanlah
Saran
yang penting.
Responden yang tidak menimbangkan balitanya Pendekatan lainnya perlu dicoba dalam
secara rutin di Posyandu pernah menderita diare melaksanakan penyuluhan pada masyarakat
dalam satu bulan terakhir sebesar 87,50%. Prevalence contohnya pendekatan melalui tokoh agama
rasio penyakit diare dengan kebiasaan rutin diikutsertakan dalam program penyuluhan kesehatan
menimbangkan balita di posyandu ini adalah 0,038 dengan harapan warga dapat menjalan kehidupan
dengan CI 95% signifikan. Maka rutin menimbang sesuai dengan kepercayaan yang mereka anut.
balita di Posyandu merupakan salah satu faktor
pencegah kejadian diare. REFERENSI
Hal ini sesuai dengan penelitian Kurniawati
Achyar, N. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
(2016), yang menyatakan bahwa pemantauan status
Tentang Hygiene Makanan Dengan Kejadian
gizi yang rutin adalah salah satu upaya preventif
Diare Pada Balita Di Puskesmas Lubuk
terhadap kejadian diare. Sebesar 86,8% responden
Buaya Padang Tahun 2012. Jurnal Proceding
yang memiliki status gizi yang baik tidak menderita
Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan, 23: pp.
diare. Tanpa pemantauan yang rutin, status gizi yang
2338-2694.
balita yang buruk tidak akan terdeteksi secara dini.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/ha
Hal ini tentu memperburuk kondisi tubuh penderita
ndle/11617/3599/5.%20NOVRIYANTI.pdf?s
sehingga memicu timbulnya penyakit infeksi salah
equence=1 [Sitasi 8 September 2017].
satunya diare.
Ananingsih, P. D., Rosa, E. M. 2016. Kepatuhan
Selain itu pada Posyandu terdapat berbagai
Lima Momen Hand Hygiene Pada Petugas Di
kegiatan seperti penyuluhan yang dapat meningkatkan
Laboratorium Klinik Cito Yogyakarta. Jurnal
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadapa PHBS
Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah
yang merupana faktor utama penyebab diare.
Sakit, 5(1): pp. 16-24.
http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs/article/
SIMPULAN DAN SARAN
download/820/pdf_12 [Sitasi 8 September
2017] .
Simpulan
Blum, H. L. 1981. Planning For Health: Generic For
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel The Eighties. California. Human Sciences
sumber air yang terlindungi, mencuci tangan dengan Press.
air mengalir dan sabun, penggunaan jamban sehat, BPS. 2012. Survey Demografi Kesehatan Indonesia
dan rutin menimbang balita ke Posyandu satu bulan (SDKI). Jakarta. BPS.
sekali mempengaruhi variabel kejadian diare secara
simultan dan signifikan. Pada variabel ibu yang
76 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6 Nomor 1, Januari 2018, hlm. 67-77

Christy, M.Y. 2014. Faktor Yang Berhubungan 126-132.


Dengan Kejadian Dehidrasi Diare Pada Balita https://www.iik.ac.id/v3/home/images/journal
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan. /lppm_jurnal_127_126-
Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(3): pp 297- 132_SRI_KURNIAWATI.pdf.pdf [Sitasi 8
308. September 2017].
http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JBE/ Lemeshow, S., Lwanga, S.K. 1997. Sample Size
article/download/1232/1005 Determination In Health Studies (A Practical
[Sitasi 9 September 2017]. Manual). Genewa. World Health
Evayanti., Purna., Aryana. 2014. Faktor-Faktor Yang Organization.
Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Listyorini, W. 2012. Hubungan Antara Kebiasaan
Balita Yang Berobat Ke Badan Rumah Sakit Mencuci Tangan Anak Pra Sekolah Dengan
Umum Tabanan. Jurnal Kesehatan Kejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lingkungan, 4(2): pp. 134 - 139. Pajang Surakarta. Skripsi. Surakarta.
http://poltekkes-denpasar.ac.id/files/JURNAL Universitas Muhammadiyah Surakarta.
%20KESEHATAN%20LINGKUNGAN/V4 http://eprints.ums.ac.id/22549/10/12._NASK
N2/Ni%20Ketut%20Elsi%20Evayanti1,%20I AH_PUBLIKASI.pdf [Sitasi 11 April 2017].
%20Nyoman%20Purna2,%20I%20Ketut%20 Mafazah, L. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar,
Aryana3.pdf [Sitasi 7 September 2017]. Personal Hygiene Ibu Dan Kejadian Diare.
Gubernur Jatim. 2016. Peraturan Gubernur Jawa Jurnal Kesehatan Masyarakat, (2): pp. 176-
Timur Nomor 121 Tahun 2016 Tentang Upah 182.
Minimum Kabupaten/Kota Di Jawa Timur http://download.portalgaruda.org/article.php?
Tahun 2017. Surabaya. Gubernur Jawa article=149808&val=5652 [Sitasi 1
Timur. November 2017].
Irawan, A. T. 2016. Faktor-Faktor Yang Marinawati, M. 2013. Hubungan Antara Sanitasi
Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada
Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Limbur
Rajagaluh Kabupaten Majalengka Tahun Lubuk Mengkuang Kabupaten Bungo
2015. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Tahun 2013. Scientia Journal, 3(2): pp. 6-
Medisina Akper YPIB Majalengka, 2(2): pp 14.
1-11. http://ojs.stikesprima-jambi.ac.id/index.php/
http://ejournal.akperypib.ac.id/wp-content/ sc/article/download/22/21 [Sitasi 8
uploads/2016/09/MEDISINA-Jurnal- September 2017].
Keperawatan-dan-Kesehatan-AKPER-YPIB- Notoatmodjo, S. 2015. Metodologi Peneltian
MajalengkaVolume-II-Nomor-3-Februari- kesehatan . Jakarta. Rineka Cipta.
20162.pdf [Sitasi 8 September 2017]. Nuryawati, L. S., Muwanir. 2017. Hubungan
Dinkes Kabupaten Gresik. 2016. Profil Kesehatan Kepatuhan Cuci Tangan Pada Ibu Terhadap
Kabupaten Gresik 2016. Gresik. Dinas Diare Pada Balita Di Uptd Puskesmas
Kesehatan Kabupaten Gresik. Kedungwungu Kabupaten Indramayu Tahun
Kemenkes. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. 2016. Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(4): pp. 95-
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 104.
Kemenkes RI. 2010. Buku Saku Lintas Diare Untuk http://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syn
Petugas Kesehatan, Kementerian Kesehatan tax-literate/article/download/99/164/ [Sitasi 8
RI, Direktorat Jenderal Pengendalian September 2017].
Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. Menteri Kesehatan RI. 1990. Peraturan Menteri
Jakarta. Kemenkes RI. Kesehatan Nomor : 416/Men.Kes/Per/Ix/1990
www.depkes.go.id/download.php?file=downl Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan
oad/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdf [Sitasi Kualitas Air. Jakarta. Kemenkes RI.
7 September 2017]. http://web.ipb.ac.id/~tml_atsp/test/PerMenKe
Kurniawati, S., Martini, S. 2016. Status Gizi Dan s%20416_90.pdf [Sitasi 8 September 2017].
Status Imunisasi Campak Berhubungan Octa, R.D., Maita, L., Maya S, E., Yulviana, R. 2014.
Dengan Diare Akut. Jurnal Wiyata, 3(2): pp. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita
Rachmah Wahyu Ainsyah., Muhammad Farid Dimyati Lusno., Faktor Protektif Kejadian Diare... 77

Dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan. Rohmah, N., Syarul, F. 2017. Hubungan Kebiasaan
Yogyakarta. Deepublish. Cuci Tangan Dan Menggunakan Jamban
Puskemas Wonokusumo. 2016. Profil Puskesmas Sehat Dengan Kejadian Diare Balita. Jurnal
Wonokusumo 2015. Surabaya. Puskesmas Berkala Epidemiologi, 5(1): pp. 95-106.
Wonokusumo. https://media.neliti.com/media/publications/7
Putranti, D. C. 2013. Hubungan Antara Kepemilikan 5520-ID-none.pdf [Sitasi 8 September 2017].
Jamban Dengan Kejadian Diare Di Desa Swarjana, I. K. 2017. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Karangagung Kecamatan Palang Kabupaten (Konsep, Stategi Dan Praktik). Yogyakarta.
Tuban. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 7(1): Andi.
pp. 54-63. Tambuwun, F. 2015. Hubungan Sanitasi Lingkungan
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/keslin Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia
gb03cb54364full.pdf [Sitasi 11 April 2017]. Sekolah Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu
Rahmadhani, E. P. 2013. Hubungan Pemberian ASI Manado. e-Journal Keperawatan, 3(2): pp 1-
Eksklusif Dengan Angka Kejadian Diare 8.
Akut Pada Bayi Usia 0-1 Tahun Di https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/arti
Puskesmas Kuranji Kota Padang. Jurnal cle/download/8035/7596 [Sitasi 7 September
Kesehatan Andalas, 2(2): pp. 62-66. 2017].
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/artic
le/download/120/115 [Sitasi 11 April 2017].
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai