Anda di halaman 1dari 2

Nama : Venty Umi Fazira

Kelas : 2b-Lindayasos

NRP : 18.03.032

Mata Kuliah : Manajemen Konflik

Tugas : Analisis Penahapan Konflik (Sambas Kalimantan Barat antara


Melayu dan Madura

a. Prakonflik
Fase ini penulis hanya menggambil penahapan konflik dimulai pada
tahun 1998, pada saat itu kondisi masyarakat daerah kabupaten sambas sudah
mulai mewaspadai bahwa akan adanya Konflik disebabkan banyak senjata
api rakitan serta kabar miring terhadap pembantaian suku Melayu dan
Madura itu sendiri, hal ini menyulut emosi suku Melayu. sehingga ia mulai
mewaspadai beberapa hal yang merupakan cikal bakal timbulnya konflik itu
sendiri.
b. Konflik
Fase ini terjadi pada tahun 1999, dimana konflik itu terjadi di
beberapa wilayah kabupaten, banyak isu yang beredar di masyarakat
semankin memperkeruh suasana bahkan masyarakat tidak takut untuk
melakukan tindakan yang tidak manusiawi, selain itu juga banyaknya isu
yang simpang-siur (tidak jelas) yang merupakan bagian dari skenario
provokator (interest group), akhirnya menimbulkan tindakan kriminal.
c. Perang
Titik paling kritis dalam tahapan konflik ini pada bulan maret tahun
1999, pada waktu itu suku melayu dan madura telah melakukan pembunuhan
atau pembantaian antar satu dan lainnya. Pemenggalan kepala antar suku
melayu dan madura semankin memperkeruh suasana yang semankin
mencekam. Komunikasi antar kedua etnispun terputus. Dikarenakan konflik
tersbut semankin meluas. Hingga pada akhirnya di bulan agustus seluruh
masyakat Madura di evakuasi untuk di selamatkan kedaerah Pontianak yang
masih kondusif pada saat itu.
d. Akibat
177 orang tewas, 71 luka berat, 40 luka ringan, 12.185 rumah
terbakar, 315 dirusak dan 21.626 warga Madura terusir dari tempat
tinggalnya. Hingga pada akhirnya, terjadi kondisi umum pascakonflik,
dimana orang Madura ditolak masuk ke Sambas kembali., sampai sekarang
ini hubungan antara melayu dan Madura masih belum menemukan titik
terang. Karena konsolidasi diantara dua suku tersebut hanya mengalami
kebuntuan koordinasi. Sebenarnya komunikasi antar kepala/tokoh suku sudah
dilakukan secara intensif ditunjukkan keduanya. Hingga akhirnya suku
Madura harus menggalah dengan di relokasikan kebeberapa dareh di pontinak
seperti tembang kacang, sungai asam dan beberapa wilayah Kalimantan barat
lainnya.
e. Pasca-konflik
Pada akhirnya di tahun 2002 merupakan akhir evakuasi pengungsi ke
wialayah relokasi yang di fasilitasi oleh pemerintah Kalimantan barat, dan
Pendekatan Relokasi melalui cara dengan pengungsi diberikan fasilitas
perumahan (tipe 21), uang santunan sebesar 5 juta rupiah dan lahan
pekarangan (lahan usaha seluas kurang lebih 1 ha/KK). Disamping itu
disediakan pula jadup (jaminan hidup) berupa beras 0,4 kg/KK/hari dan lauk
pauk Rp. 1500/KK/hari selama 3 bulan dan peralatan rumah tangga serta
bantuan2 lainnya (benih/hewan ternak/pupuk dll)

Anda mungkin juga menyukai