Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kegagalan jantung kongestif (kegagalan pemompaan/kegagalan jantung) adalah
suatu keadaan/kondisi dimana kardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolic
tubuh. Ini mungkin terjadi akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah dan
kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat
mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai system organ. (sumber Robbins 1999 : 315)
Gagal jantung dapat dialami oleh setiap orang dari berbagai usia, misalnya
neonatus dengan kelainan jantung congenital, atau orang dewasa dengan penyakit jantung
aterosklerosis, usia pertengahan dan tua sering pula mengalami kegagalan jantung.
Individu dengan penyakit jantung mempunyai resiko terhadap kegagalan jantung
kongesti, dan perawat perlu mangkaji untuk mengumpulkan data dan penting dilakukan
monitoring dan pengkajian secara rutin untuk mengenal secara awal bila ada gangguan
jantung.
Untuk dapat memberikan asuhan keperawatan secara efektif dan efisien terhadap
individu yang menderita gagal jantung, sebaiknya perawat perlu mengetahui terlebih
dahulu mengenai gejala ini, penyebab dan permasalahan yang terjadi sehingga dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dan asuhan keperawatan dilakukan dengan
menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan yang ditujukan untuk
meningkatkan, mencegah, mengatasi dan memulihkan kesehatan.
1.2 TUJUAN
Tujuan umum :
Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi bio-
psiko, social, spiritual yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dalam usaha
membantu klien dalam mengatasi penyimpangan kebutuhan dasarnya.
Tujuan khusus :
 Dapat mengkaji masalah-masalah yang ada pada klien dan kebutuhan perawatan klien
dan keluarga serta mampu mengidentifikasi sumber-sumber yang ada yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

0
 Dapat menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah ditentukan berdasarkan prioritas masalah.
 Dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah
dilaksanakan.
 Dapat melakukan evaluasi atau mengukur keberhasilan dari tindakan perawatan yang
telah dilaksanakan.
 Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.
1.3 METODE PENULISAN
 Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan mempelajari data-data pada
status klien dan catatan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.
 Studi kepustakaan, yaitu untuk mendapatkan teori-teori yang relevan terhadap
masalah yang dibahas.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah mengikuti susunan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan berisikan tenyang : latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan teori terdiri dari : anatomi fisiologi jantung, decomposatio cordis,
etiologi, gejala, klasifikasi, patofisiologi, dampak gagal jantung terhadap
system tubuh lainnya, dan penatalaksanaan klien dengan gagal jantung,
serta terapi medik yang diberikan.
BAB III Tinjauan kasus terdiri dari : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
dan evaluasi.
BAB IV Kesimpulan
Daftar Pustaka

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 PENGERTIAN
Gagal jantung merupakan suatu kondisi yang telah diketahui selama berabad-
abad, namun penelitian Epidemiologi sulit di lakukan karena tidak adanya definisi
tunggal kondisi ini. Ketika masih sedikit pemeriksaan jantung yang tersedia, definisi
gagal jantung cenderung kearah Fatofisiologi.
Definisi gagal jantung :
 Suatu keadaan Patofisiologi di mana jantung gagal mempertahankan sirkulasi
Adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup (Paul Wood,
1958)
 Suatu sindrom di mana disfungsi jantung berhubungan dengan penurunan
toleransi latihan, Insidensi Aritmia yang tinggi, dan penurunan harapan hidup (Jay
Cohn, 1988)
 Adanya gagal jantung, yang Reversibel dengan terapi dan bukti objektif adanya
disfungsi jantung (European Society Of Cardiology, 1995)

2.2 ANATOMI FISIOLOGI


Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan
jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan serat
lintang, tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos yang diluar kamauan kita
(dipengaruhi oleh susunan saraf otonom). Bentuk jantung menyerupai jantung pisang,
bagian atasnya tumpul ( pangkal jantung) dan disebut juga basis cordis, disebelah bawah
agak runcing yang disebut sebagai apex cordis. Jantung terletak di dada sebelah depan
(cavum mediastinum anterior) sebelah bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diafragma dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara kosta V dan kosta VI dua jari
dibawah mamae. Pada tempat ini teraba adanya pukulan jantung yang disebut dengan
ictus cordis. Ukuran jantung sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira
250-300 gram. Jantung terdiri dari beberapa lapis yang terdiri dari endometrium,
miokardium dan perikardium.

2
2.3 ETIOLOGI
Gagal jantung paling sering di sebabkan oleh gagal Kontraktilitas Miokard,
seperti yang terjadi pada Infark Miokard, Hypertensi lama, atau Kardiomiopati.
Faktor etiologi :
 Hypertensi (10-15 %)
 Kardiomiopati (Dilatasi, Hipertrofik, Restriktif)
 Penyakit katup jantung (Mitral dan Aorta)
 Kongetial (Defek Septum Atrium (Atrial Septal Defect / ASD) VSD (Ventricle
Septal Defect)
 Aritmia (Persisten)
 Alcohol
 Obat-obatan
 Kondisi curah jantung tinggi

3
 Perika RD (Konstriksi atau Efusi)
 Gagal jantung kanan (Hipertensi Paru)
Sementara penyakit katup jantung dan defisiensi nutrisi mungkin lebih penting di
Negara berkembang. faktor resiko independen untuk terjadinya gagal jantung serupa
dengan faktor resiko pada penyakit jantung koroner ( peningkatan kolesterol, hipertensi
dan diebetes ) ditambah adanya hipertrofi ventrikel kiri (left ventricular hypertrofi /
LVH).
Berbagai faktor dapat menyebabkan atau mengeksaserbasi perkembangan gagal
jantung pada pasien dengan penyakit jantung primer.
 Obat-obatan
Seperti penyekat B dan antagonis kalsium dapat menekan kontraktilitas miokard
dan obat kemoterapeutik seperti doksorubisin dapat menyebabkan kerusakan
miokard.
 Alkohol
Bersifat kardiotoksik, terutama bila di konsumsi dalam jumlah besar.
 Aritmia
Mengurangi efisiensi jantung, seperti yang terjadi kontraksi atrium hilang
(fibrilasi atrium, AF) atau Disosiasi dari kontraksi ventrikel merupakan penyebab
umum kematian mendadak pada keadaan dini.

4
2.4 PATOFISIOLOGI
Gagal jantung

LHD penurunan pompa jantung

Penurunan pompa ginjal curah jantung menurun


jantung

Sisa ventrikel kiri peregangan renin sisa ventrikel kanan


bertambah angiotensin meningkat

Tekanan ventrikel kiri retensi Na + air tekanan ventrikel


kanan meninggi

Tekanan atrium kiri penurunan laju GFR menghambat pengisian


peningkatan ADH jantung

Menghambat pengisian kelebihan volume cairan pengembalian darah vena


jantung kejantung terhambat

Pengembalian darah dari penumpukan darah vena


paru kejantung terhambat

Penumpukan darah diparu bendungan sistemik

Tekanan kapiler paru konteraksi miokard


meninggi menurun

Oedema paru vasodilatasi pembuluh


darah

Sesak-batuk tekanan darah menurun

Gangguan pertukaran cardiac output menurun


gas

Pemenuhan O2 gangguan perfusi jaringan


jaringan menurun

Kelemahan fisik lelah

Intoleransi aktifitas

5
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dipengaruhi oleh tiga faktor :
1. Kerusakan jantung
2. Kelebihan beban hemodinamik
3. Mekanisme kompensasi sekunder yang timbul saat gagal jantung terjadi
Pada awalnya mekanisme kompensasi bekerja efektif dalam mempertahankan
curah jantung dan gejala gagal jantung hanya timbul saat aktivitas. Kemudian gejala
timbul saat istirahat seiring dengan pemburukan kondisi. Pada tahap awal gagal jantung ,
gejalanya mungkin tidak spesifik (Malaise, Letargi, lelah, Dispnu, Intoleransi Aktivitas),
namun begitu keadaan memburuk, gambaran klinis dapat sangat jelas menandakan
penyakit jantung. Gagal jantung dapat mempengaruhi jantung kiri, jantung kanan atau
keduanya (Biventrikel) namun dalam praktek jantung kiri sering terkena. Gagal jantung
kanan terisolasi dapat terjadi karena Embolisme paru Mayor, Hypertensi paru atau
Stenosis Pulmonal :
 Gagal jantung kiri
Gambaran klinis gagal jantung kiri,
Gejala :
1. Penurunan kapasitas aktivitas
2. Dispnu (Mengi, Ortopnu, PND)
3. Batuk (Hemoptisis)
4. Letargi dan kelelahan
5. Penurunana nafsu makan dan berat badan
Tanda :
1. Kulit lembab dan pucat menandakan Vasokonstriksi Perifer
2. Tekanan darah (tinggi, rendah atau normal) tekanan darah dapat tinggi
pada kasus penyakit jantung Hypertensi, normal / rendah dengan
pemburukan disfungsi jantung.
3. Denyut nadi (volume normal atau rendah), (Alternans / Terikardia /
Aritmia). Sinus Tarikardia saat istirahat dapat menandakan gagal jantung
berat atau sebagian merupakan Refleks karena Vasodilatasi yang di
induksi obat.

6
4. Pergeseran apek pada Palpitasi, apeks bergeser ke lateral (diatasi left
ventrikel), dengan denyut jantung dipertahankan (Hypertropi LV) atau
Diskinesia (Aneurisma LV)
5. Regurgitasi Mitral Fungsional pada Auskultasi, mungkin didapatkan bunyi
jantung ketiga (S3) Galop dan Mukmur total dari Regurgitasi Mitral
Sekunder karena diatasi Anulus Mitral, Mukmur lain mungkin
menandakan penyakit katup jantung Intrinsik.
6. Krepitasi paru, karena adanya Oedema Alveolar dinding Bronkus dapat
menyebabkan Mengi.
7. Efusi Pieura.
 Gagal jantung kanan
Gambaran klinis gagal jantung kanan,
Gejala :
1. Pembengkatan pergelangan kaki
2. Dispnu (namun bukan Ortopnu atau PND) (Paroxysmal Nocturnal
Dyspnoea)
3. Penurunan kapasitas aktivitas
4. Nyeri dada
Tanda :
1. Denyut nadi (Aritmia Takikardia) memiliki kelainan yang sama dengan
gagal jantung kiri.
2. Peningkatan JVP (kurang lebih TR) tekanan Vena Jugularis sering
meningkat, kecuali diberikan terapi di Uterik.
3. Edema
4. Hepatomegali dan Asites, Efusi Fleura dapat terjadi pada gagal jantung
kanan atau kiri. Paling sering gagal jantung kanan terjadi akibat gagal
jantung kiri, namun Miokarditis dan Kardiomiopati Dilatasi dapat
mempengaruhi keduanya.
5. Gerakan bergelombang parasternal, pada palpasi mungkin didapatkan
gerakan bergelombang (heave) yang menandakan hypertropi RV dan atau
dilatasi.

7
6. S3 atau S4 RV, pada auskultasi di dapatkan bunyi jantung S3 atau S4
ventrikel kanan.
 Prognosis
Sejumlah faktor prognosis pada gagal jantung :
1. Klinis, semakin gejala pasien, kapasitas aktivitas dan gambaran klinis,
semakin buruk prognosis.
2. Hemodinamik, semakin rendah indeks jantung, isi sekuncup dan fraksi
ejeksi semakin buruk prognosis.
3. Biokimia, terdapat hubungan terbalik yang kuat antara norepinefrin, renin,
vasopresin dan peptida natriuretik plasma.
4. Aritmia, fokus ektopik ventrikel yang sering atau takikaria ventrikel pada
pengawasan EKG ambulatdri menandakan prognosis yang buruk.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


 Radiografi Toraks, seringkali menunjukkan kardiomegali, terutama bila gagal
jantung sudah kronis.
 Elektrokardiografi, dapat menunjukkan adanya aritmia, tachikardi, infark miokard
dan hipertrofi bilik jantung.
 Ekokardiografi, harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan klinis gagal
jantung.
 EKG ambulatori, harus dilakukan jika diduga terdapat aritmia.
 Tes darah, direkomendasikan untuk menyingkirkan anemi dan menilai fungsi
ginjal sebelum terapi dimulai.
 Pencitraan radionuklida, penyediaan metode lain untuk menilai fungsi ventrikel
(ventrikulograf) dan sangat berguna ketika citra yang memadai dari
ekokardiografi sulit diperoleh.
 Kateterisasi jantung, harus dilakukan pada dugaan penyakit jantung koroner, pada
kasus kardiomiopati / miokarditis yang jarang, yang membutuhkan biopsi
miokard atau bila penilaian resistensi vaskular paru dibutuhkan sebelum
mempertimbangkan transpaltasi jantung.

8
 Test latihan fisik, seringkali dilakukan, untuk menilai adanya iskemia miokard
dan pada beberapa kasus untuk mengukur konsumsi oksigen maksimum (O 2
maks). Ini adalah kadar dimana konsumsi oksigen lebih lanjut tidak akan
meningkat meskipun terdapat peningkatan latihan lebih lanjut.

2.7 PENATALAKSANAAN
Factor umum dan factor gaya hidup
 Aktivitas fisik,
Harus disesuaikan dengan tingkat gejala.
 Oksigen
Merupakan Vasorelaksan paru
 Merokok
Cenderung menurunkan curah jantung, meningkatkan denyut jantung,
meningkatkan Resistensi Vaskular Sistemik dan Pulmonal dan harus dihentikan.
 Alkohol
Mengubah keseimbangan cairan, Inotropik negative dan dapat memperburuk
Hypertensi, serta mempresipitasi Aritmia (terutama AF)
 Vaksinasi
Terhadap influenza dan Pneumokous, karena gagal jantung merupakan
Predisposisi Infeksi paru, maka pasien harus dipertimbangkan untuk dapat
vaksinasi.
 Nutrisi
Beberapa pasien dengan gagal jantung kronis memiliki resiko Malnutrisi karena
nafsu makan yang jelek, Malabsorpsi dan peningkatan tingakat Metabolik Basal
(sekitar 20%) sehingga nutrisi yang cukup sangat penting.
 Garam dan air
Terapy setiap penyebab dasar
 Penyakit koroner
 Hypertensi
 Kardiomiopati

9
Koreksi setiap factor pemberat
Terapy obat-obatan
 Difretik
 Digoksin
 Vasodilator
 Simpatomimetik
 Penyekat B
 Antikoagulasi
 Antiaritmia
Lainnya :
 Koterpulasi balon Intraaorta
 Alat bantu Ventrikel
 Kardiomioplastik
 Pembedahan Reduksi Ventrikel kiri

* Gagal jantung kiri akut


Penyebab :
 Infark Miokard
 Miokarditis
 Aritmia berlanjut
 Regurgitas katup akut (Mitral, Aorta)
 VSD paska Infark
Tatalaksana :
Gagal jantung sisi kiri akut dengan onset mendadak serupa dengan gagal jantung
kronis, namun bila jantung tetap berada dalam serangan akut system kardio vaskular dan
neurohormonal hanya memiliki sedikit waktu untuk beradaptasi dan memulai perubahan
kompensasi. Radiografi toraks dapat memperlihatkan ukuran jantung.

BAB III

10
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
 Identitas
Pengumpulan data identitas klien yaitu : nama, umur, pekerjaan, jenis kelamin, agama,
pendidikan, status maritat, suku bangsa, tanggal masuk, alamat dan data tanggung jawab
klien.
 Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama
Keluhan utama pada klien gagal jantung yaitu : sesak nafas, malaise dan
kelelahan.

 Riwayat Kesehatan Sekarang


Pengembangan dari keluhan utama menggunakan PQRST.
P : Provokative/Paliative
Sesak bertambah apabila tidur terlentang atau beraktivitas dan berkurang apabila
tidur dengan menggunakan lebih dari satu bantal atau dengan istirahat.
Q : Quality/Quantity
Sesak mulai dari derajat ringan sampai sesak berat.
R : Region/Radiaton
Apakah sesaknya mempengaruhi jaringan sekitar.
S : Saverity/Scall
Sesak dirasakan sampai mengganggu aktivitas atau sampai tidak bias beraktivitas.
T : Timing
Sesak kadang-kadang atau terus menerus.

 Riwayat Kesehatan Dahulu


Riwayat kesehatan dahulu ditujukan untuk mengetahui masalah kesehatan
sebelumnya yang menimbulkan masalah kesehatan sekarang atau yang bias memperberat
kesehatan sekarang. Pada klien dengan gagal jantung dikaji adanya kelelahan atau

11
perasaan cepat lelah, dinyatakan aktivitas yang membuat klien cepat lelah, misalnya
apabila sudah berjalan beberapa meter atau menaiki tangga dan apakah klien akan merasa
sesak apabila sudah menaiki tangga.
Dinyatakan juga riwayat tidur klien apakah klien tidur dengan posisi terlentang
atau harus menggunakan lebih dari satu bantal. Klien dapat mengalami orthopneu dan
ditanyakan juga apakah klien merasa adanya penambahan berat badan atau merasa baju-
baju yang dipakai menjadi sempit atau adanya bengkak-bengkak daerah kaki. Selain itu
juga ditanyakan penyakit yang pernah dialami klien, yaitu hipertensi, penyakit jantung
lain, diabetes mellitus, asma, obat-obatan yang digunakan, pola makan yang berhubungan
dengan penimbunan lemak dan kolesterol, kebiasaan hidup yaitu merokok, minum
alcohol, kopi dan olah raga dan juga riwayat psikologis tentang stressor sehari-hari dan
cara klien mangatasi stress.

 Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat penyakit yang ada pada keluarga harus ditanyakan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan sekarang misalnya adanya hipertensi, rheumatic, kelainan
jantung congenital dan diabetes melitus juga kebiasaan keluarga tentang makanan, olah
raga.
 Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik adalah bagian integral dari segala upaya kita untuk memperoleh data
tentang keadaan kesehatan klien. Pengkajian fisik review of system pada klien gagal
jantung dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut :
o Sistem Kardiovaskuler
Diamati iktus cordis berada pada ICS-5 mid Clavikularis kiri akan melebar atau bisa
sampai linea axilaris anterior karena adanya kardiomegali. Pada palpasi ictus cordis
seringkali teraba keras kekuatan pukulan kontraksi jantung dan lebarnya lebih dari 1 cm
persegi atau bisa melebar dan bergeser ke kiri karenanya adanya hipertrofi ventrikel kiri
JVP meningkat.
Batas-batas jantung akan lebih besar karena adanya kardiomegali pada pembesaran
ventrikel kiri batas jantung akan melebar kekiri agak kebawah. Pada perhitungan heart

12
rate ditemukan adanya takikardia atau bradikardia pada gagal jantung kronik. Bunyi
jantung regular, terdapat irama gallod, bising jantung (murmur).
o Sistem Respirasi
Frekuensi nafas meningkat karena sesak, polanya cepat dan dangkal sampai adanya
cheynes stokes. Bibir cyanosis terhadap clubbing finger dan batuk produktif atau batuk
kering.
Apabila sudah terjadi oedema paru maka batuk produktif dengan sputum.
Diamati tentang posisi tidur klien, biasanya klien harus tidur dengan posisi setengah
duduk untuk mangurangi rasa sesak. Diamati pemberian terapi oksigen. Dirasakan
getaran dinding thorak simetrik atau tidak. Suara paru sonor. Pada gagal jantung
ditemukan suara ronchi, krakles yang tidak hilang/berkurang bila batuk dan dapat
ditemukan wheezing.
o Sistem Gastrointestinal
Bentuk abdomen membuncit karena adanya ascites, dan terdapat bayangan bendungan
pembuluh darah vena di kulit abdomen yang berhubungan dengan tekanan vena porta
yang meningkat. Klien mengeluh mual, muntah dan tidak nafsu makan, berat badan tidak
sesuai dengan tinggi badan. Adanya peristaltic usus yang normal atau melemah.
Adanya pekak karena ascites dan pembesaran hati. Adanya nyeri tekan daerah
epigastrium, hepatomegali dan nyeri tekan pada daerah hepar dan sampai splenomegali.
o Sistem Urinaria
Output urine berkurang (oliguri) sampai anuri akibat adanya perfusi ke ginjal berkurang
sehingga GFR menurun.
o Sistem Integumen
Terdapat diaforesis oedem dependen (sacrum dan tumit)
Derajat oedem berkisar antara derajat 1 sampai 5, ekstremitas dingin.
o Sistem Muskuloskeletal
Lemah dan cepat lelah. Kekuatan otot kurang dari lima.
o Sistem Persarafan
Adanya letargi, apatis, kesulitan berkonsentrasi dan deficit memori akibat suplai oksigen
ke otak berkurang. Gejala ini tidak spesifik dan sering dianggap sebagai depresi atau
neurosis.

13
o Sistem Endokrin
Dikaji apakah ada pembesaran kelenjar tiroid atau tidak.
o Sistem Reproduksi
Klien akan mengeluah ada pola hubungan seksual yang berubah atau terganggu akibat
rasa takut tidak bisa memuaskan pasangan dan akibat kelemahan.
 Aspek Psikososial
Hal-hal yang menyebabkan klien cemas misalnya karena nyeri, sesak, kelelahan dan
ketidaktahuan tentang penyakit klien. Keadaan sakit juga bisa menyebabkan berubahnya
peran seseorang. Perawat juga mengkaji koping yang dipakai klien saat ini dalam
menghadapi keadaannya.
 Aspek Spritual
Perawat mengkaji tentang keyakinan klien akan kesembuhannya dan kegiatan spiritual
klien.
 Aspek Seksual
Kelemahan akan berpengaruh terhadap dalam melakukan aktivitas seksual karena takut
kehabisan energi pada saat melakukan seksual atau takut tidak memberikan kepuasan
pada pasangannya.
 Data Laboratorium
Ketidakseimbangan elektrolit menunjukkan adanya komplikasi dari kegagalan. Beberapa
nilai laboratorium yang menunjukkan adanya gangguan fungsi renal yaitu adanya
peningkatan BUN, serum kratinin dan kreatinin clearance. Pada urinalisis kemungkinan
adanya proteinuria. Pada analisa gas darah menyatakan hypoxia (penurunan O2) karena
tekanan oksigen menurun sehingga tidak dapat berdifusi secara efektif dalam alveoli.
Metabolisme lemak mungkin akan meningkat yaitu kadar HDL, Trigliserida dan
kolesterol total yang meningkat. Nilai glukosa terjadi peningkatan.
 Tindakan Diagnostik
Pada thorax photo dapat menunjukkan adanya pembesaran jantung, menggambarkan
hypertropi atau dilatasi, apabila terjadi pada kedua ventrikel akan terlihat pleural effusion.
Pemeriksaan elektrokardiogram (ECG) menunjukkan hypertropi ventrikal, distrimia dan
iskemik miokardial atau infark. Echokardiografi berguna untuk mendiagnosis kelainan
katup, efusi pericardial, pembesaran atrium dan hipertropi ventrikal.

14
2. Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa sehingga didapatkan suatu kesimpulan
yang dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada klien gagal jantung yaitu :
1) Gangguan penurunan cardiac output berhubungan dengan berkurangnya
kemampuan jantung untuk berkontraksi ditandai dengan : klien mengeluh lemah
diseluruh tubuh,terdapat takikardi, suara jantung tambahan S3, urine output
menurun, kulit perifer dingin dan pucat dan hasil pemeriksaan roentgen terdapat
pembesaran jantung.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
 Penurunan suplai oksigen
 Perubahan membrane alveoli akibat peningkatan tekanan kapiler.
Ditandai dengan : klien mengeluh sesak nafas dengan frekuensi lebih dari 20 x/1,
klien batuk, tachycardia,bunyi nafas ronchi, photo thorax terhadap oedema paru,
nilai analisa gas darah menurun atau meningkat.
3) Perubahan voleme cairan dan elektrolit berhubungan dengan :
 Retensi Na dan air
 Hipertensi pulmonal
Ditandai dengan : Adanya oedema perifer dan ascites, penurunan output urine
(oliguri), berat badan meningkat tajam, nilai Na dan K maningkat, JVC
meningkat.
4) Perubahan status nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :
 Nausea dan anoreksia
 Gangguan absorpsi zat gizi
Ditandai dengan : klien tidak mengetahui diet yang sesuai untuk klien, mual dan
tidak nafsu makan, berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan, nilai
metabolisme lemak meningkat, terdapat hematomegali, terdapat stomatitis dan
halitosis.

15
5) Intoleran aktivitas berhubungan dengan :
 Suplai oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan.
Ditandai dengan : klien lemah, aktivitas dibantu, kekuatan otot kurang dari 5.
klien mengeluh cepat lelah.

3.3 INTERVENSI
Saat menetapkan rencana asuhan keperawatan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain urutan prioritas, tujuan yang akan dicapai dan criteria hasil.
 Gangguan penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraksi
miokard.

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Cardiac output adekuat dengan  Istirahatkan fisik dan mental  Mengurangi beban jantung
criteria :  Observasi dan catat tanda-  Mendeteksi tanda dan gejala
 Tanda-tanda vital dalam tanda vital setiap 6 jam dan perkembangan penyakit
batas normal amati pula tanda perfusi
 Pasien bebas dari gejala jaringan seperti kelembaban
gangguan jantung kulit, warna kulit
 Kulit intek (hangat), tidak  Kolaborasi dengan dokter  Untuk meningkatkan cardiac
pucat tentang pemberian obat output
 Penurunan sesak nafas digitalis
 Amati pengaruh negative  Untuk mengamati
(efek samping) pemberian kecocokan obat pada klien
obat : pusing, muntah dan
mual

 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :


Penurunan suplai oksigen

16
Perubahan membran alveoli akibat peningkatan tekanan kapiler :

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


 Frekuensi nafas 16-20 x/1,  Atur posisi klien fowler atau  Mengurangi tekanan
pola nafas reguler semi fowler diafragma ke rongga paru
 Nilai gas darah normal sehingga pengembangan
pH 7,35-7,45 paru lebih efektif
PCO2 35-45 mm Hg  Latih nafas dalam dan batuk  Nafas dalam akan
PO2 75-100 mm Hg meningkatkan
HCO2 24-228 mEq/L pangembangan paru dan
 Photo roentgen tidak terjadi batuk akan mencegah
oedema paru atelektasis
 Ronchi tidak ada  Monitor respirasi rate  Mendeteksi tanda dan gejala
 Batuk berkurang atau hilang iramanya tiap 1-4 jam dan gangguan perfusi jaringan
auskultasi suara nafas dan suara nafas bisa
menentukan oedema paru
bertambah atau berkurang
 Berikan suplai O2 sesuai  Meningkatkan suplai O2 ke
order paru-paru sehingga
mengurangi kerja otot
pernafasan
 Kolaborasi pemeriksaan AGD  Dapat mengetahui adanya
hypoksia dari nilai tekanan
O2, tekanan CO2 dan pH
darah
 Berikan digitalis (digoxin)  Sebagai kardiotorik
sesuai order sehingga meningkatkan
curah jantung

 Perubahan volume cairan dan elektrolit, kelebihan berhubungan dengan :


- Retensi Na dan air

17
- Hipertensi pulmonal

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Cairan tubuh seimbang dengan  Monitor peningkatan atau  JVP merupakan tanda
criteria : penurunan JVP tiap 2 jam berfungsi tidaknya jantung
 Tidak ada oedema bagian kanan, peningkatan
 Output urine 1500-2000 cc/ JVP berarti adanya
24 jam peningkatan vena cava
 Berat badan ideal atau  Ukur intake output dalam 24  Dapat diketahui apakah
normal jam adanya kelebihan,
 Nilai Na 135-145 mEq/L,K kekurangan atau seimbang
3,5-5 mEq/L  Berikan diuretic sesuai order  Diuretic mempunyai efek
 JVP normal menghambat reab-sorpsi
NaCl sehingga
meningkatkan ekskresi dan
mengurangi kongesti al-
veolar cairan dan kelebihan
cairan dapat berkurang
 Timbang berat badan tiap hari  Mengetahui berat badan dan
(1x) perkembangannya tiap hari
(memonitor kelebihan cairan
tubuh)
 Evaluasi nilai laboratorium  Mengetahui adanya
Na, K, Hb, Ht kelebihan/kekurangan cairan
elektrolit (hiponatre mi,
hiper, hipokalemi)
 Atur posisi kaki klien  Membantu drainage
ditinggikan 30 derajat ekstremitas dengan metode
gravitasi
 Kaji hasil EKG  Dengan EKG dapat
terdeteksi adanya gangguan

18
system konduksi jantung

 Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :


Nausea atau anoreksia
Gangguan absorpsi zat gizi

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Kebutuhan nutrisi terpenuhi  Jelaskan manfaat nutrisi dan  Nutrisi yang banyak
dengan criteria : diet rendah garam mengandung bahan-bahan
 Klien mengungkapkan yang diperlukan tubuh untuk
manfaat nutrisi dan diet metabolisme dan mengganti
rendah garam sel-sel rusak. Diet rendah
 Mual berkurang atau hilang garam karena garam
 Nafsu makan bertambah mengikat air sehingga

 Berat badan sesuai dengan menurunkan retensi Na dan

tinggi badan air

 Nilai metabolisme lemak  Lakukan oral hygiene  Menjaga kebersihan gigi,

normal : SGOT 8-33 U/L mulut dan lidah sehingga

SGPT 4-35 U/L tidak berbau, mencegah

 Stomatitis dan halitosis infeksi lebih lanjut dan

tidak ada membangkitkan nafsu


makan
 Anjurkan makan sedikit-  Agar lambung bisa
sedikit tapi sering menerima secara efektif dan
adekuat dan energi yang
digunakan lebih hemat
 Timbang berat badan tiap hari  Mengetahui perkembangan
sekali pada waktu yang sama berat badan klien sehingga
dan timbangan yang sama diketahui berat badan ideal /
tidak. Berat badan dibawah
berat badan ideal sesuai usia

19
(20%) merupakan mal-
nutrisi
 Antiemetik mengurangi
 Berikan obat-obatan kadar HCL lambung
antiemetik sehingga mencegah mual
dan muntah
 Klien gagal jantung
 Lakukan pemasangan NGT menunjukkan sesak nafas
atau nutrisi parenteral sesuai sehingga untuk memenuhi
indikasi kebutuhan nutrisi dipasang
NGT supaya tidak terjadi
aspirasi

 Intoleran Aktivitas berhubungan dengan :


Suplai oksigen tidak sesuai dengan kebutuhan

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


Aktivitas terpenuhi dengan  Kaji kemampuan/ toleransi  Menentukan jenis perawatan
criteria : terhadap aktivitas yang akan diberikan
 Klien dapat melakukan memenuhi kebutuhan klien,
aktivitas sesuai kemampuan membimbing, memberi
klien dukungan atau mengajarkan
 Klien tidak lemah, kekuatan  Periksa tekanan darah, nadi  Mendeteksi apabila terjadi
otot 5 dan respirasi sebelum dan peningkatan atau penurunan
 Klien tidak sesek sesudah aktivitas TD, nadi, respirasi yang
 Kebutuhan ADL terpenuhi cepat dapat segera diatasi
dengan dibantu  Identifikasi factor lain yang  Memberikan kesempatan
menyebabkan klien lelah yaitu klien untuk beristirahat,
batasi waktu dan jumlah sehingga dapat mengurangi
pengunjung penggunaan energi

20
 Berikan waktu istirahat pada  Pada seseorang yang sedang
saat aktivitas beristirahat hanya
menggunakan O2 sedikit
saja (kurang dari 5%) dari
kebutuhan tubuh

3.4 EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses perawatan, merupakan kegiatan
yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien, perawat dan anggota tim
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Dalam
hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi dan strategi evaluasi.

BAB IV
KESIMPULAN

21
Gagal jantung (decompensatio cordis) adalah suatu kondisi di mana jantung tidak
dapat memompakan darah dengan adekuat sehingga curah jantung tidak memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh, akibatnya kapasitas oksigen yang dibawa dalam aliran
darah tidak mencukupi kebutuhan organ-organ tubuh.

Pengkajian pada kasus Decomp Cordis didapatkan beberapa masalah yaitu


gangguan penurunan cardiac output, gangguan rasa nyaman nyeri dada, gangguan
pemenuhan gas, diffusi antara oksigen dan karbon dioksida, activity intoleran, gangguan
rasa aman, cemas, resiko/potensial terjadi gangguan integritas kulit pada bagian yang
tertekan, dan gangguan kelebihan cairan.

Asuhan keperawatan pada Decomp Cordis secara sistematis, actual, komprehensif


dengan menggunakan metode pendekatan proses keperawatan. Penatalaksanaan pada
klien dengan gagal jantung adalah istirahat tirah baring, pembatasan garam dan air, dan
pemberian terapi digitalis, diuretic dan vasolidator. Yang kemudian dievaluasi untuk
menilai perkembangan klien setelah dilakukan asuhan keperawatan dan ternyata masih
ada masalah yang baru teratasi sebagian, karena itu harus ditinjau kembali ketepatan
dalam tindakan perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

22
 Evelyn.C. Pearce, 1995. Anatomi Fisiologi untuk paramedic. Jakarta : EGC
 Gibson, John, 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk perawat. Jakarta : EGC
 Herdin Sibuea,1992.Ilmu penyakit dalam. Jakarta: PT.Rineka Cipta,cetakan I
 Price Wilson, 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC
 Priharjo,Robert, 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC
 Robbins, 1999. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : EGC
 Sutisna Himawan, 1998. Patologi. Jakarta : FKUI
 Tucker, Susan Martin, ET AL, 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

KATA PENGANTAR

23
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
berkat-Nya-lah sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini tepat pada
waktunya.
Penulisan makalah ini kami ajukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah KMB yang berjudul “ DECOMP CORDIS “ .
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam penulisan makalah ini, terutama kepada dosen pembimbing kami:Nur Intan. S.
Kep.Ners.
Kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan untuk kemajuan makalah ini,
akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Bandung, Maret 2007

Penulis

DAFTAR ISI

24
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………... 1

1.2 Tujuan ………………………………………………………………… 1

1.2.1 Tujuan Umum …………………………………………………… 1

1.2.2 Tujuan Khusus ………………………………………………….. 1

1.3 Metode Penulisan ………………………………………………………2


1.4 Sistematika Penulisan …………………………………………………. 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian …………………………………………………………….. 3
2.2 Anatomi Fisiologi …………………………………………………….. 3
2.3 Etiologi ……………………………………………………………….. 5
2.4 Patofisiologi …………………………………………………………… 7
2.5 Manifestasi Klinis …………………………………………………….. 8
2.6 Pemeriksaan Diagnostik ……………………………………………… 10
2.7 Penatalaksanaan ………………………………………………………. 11
BAB III TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ……………………………………………………………. 13
3.2 Diagnosa Keperawatan ………………………………………………. 17
3.3 Intervensi …………………………………………………………….. 18
3.4 Evaluasi ………………………………………………………………. 23
BAB IV KESIMPULAN ………………………………………………………… 24
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 25

25

Anda mungkin juga menyukai