Anda di halaman 1dari 13

MANAJAMEN KURIKULUM

A. Pengertian Manajemen Kurikulum

Dari keragaman definisi tentang manajemen. Semula, manajemen yang berasal dari bahasa
Inggris: management dengan kata kerja to manage, diartikan secara umum sebagai mengurusi
atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act of running and controlling
a business” (Oxford, 2005).
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu jarak yang harus ditempuh. Secara sempit atau
tradisional, kurikulum adalah sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah mata pelajaran yang
diberikan guru pada siswa guna mendapatkan ijazah. Sedang secara modern, kurikulum adalah
semua pengalaman yang diharapkan dimiliki peserta didik dibawah bimbingan guru dengan titik
berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar-mengajar.
Manajeman kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang komperatif,
komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus di kembangkan sesuai dengan
konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan
(KTSP). oleh karna itu, otonomi yang di berikan pada lembaga pendidika atau sekolah dalam
mengelola kurikulum secara mandiri dengan memproritaskan kebutuhan dan ketercapaian saran
dan visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan kebijakan nasional yang
telah ditetapkan.
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan
dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen.
Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan
dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen kurikulum, yaitu :
1. Planning (perencanaan)
2. Organizing (pengorganisasian)
3. Actuating (pelaksanaan)
4. Controlling (pengawasan)
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan
strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat
perencanaan bahwa perencanaan:
a) Membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan
b) Membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama
c) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
d) Membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat
e) Memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi
f) Memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi
g) Membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami n
h) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
i) Menghemat waktu, usaha dan dana
2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986)
mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan
kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien,
dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi
lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.

3. Actuating (Pelaksanaan)
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut
oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam
suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
4. Pengawasan (controlling)
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif
dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena
bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai
komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa
didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan
lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara
semestinya.
Tujuan Manajemen Kurikulum
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan (1988) mengemukakan
bahwa tujuan dasar kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
1) Kurikulum sebagai suatu ide,adalah kurikulum yang dihasilkan melalui teori-teori dan
penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, adalah sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai
suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk dokumen, yang di dalamnya memuat tentang tujuan,
bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis, dan dilakukan dalam bentuk praktek pembelajaran.
4) Kurikulum sebagai suatu hasil, merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu
kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau
kemampuan tertentu dari para peserta didik.
dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006)
mengemukakan tentang siklus proses manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
 Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai :
1. Analisis kebutuhan
2. Merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
3. Menentukan disain kurikulum
4. Membuat rencana induk (master plan) pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
 Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah :
1. Perumusan rasional atau dasar pemikiran
2. Perumusan visi, misi, dan tujuan
3. Penentuan struktur dan isi program
4. Pemilihan dan pengorganisasian materi
5. Pengorganisasian kegiatan pembelajaran
6. Pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar
7. Penentuan cara mengukur hasil belajar.

 Tahap implementasi atau pelaksanaan meliputi langkah-langkah:


1. Penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)
2. Penjabaran materi (kedalaman dan keluasan)
3. Penentuan strategi dan metode pembelajaran
4. Penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran
5. Penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar
6. Petting lingkungan pembelajaran

 Tahap penilaian:
“terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang
dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif.”
Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Manajemen Kurikulum
Dalam kurikulum terdapat sejumlah hal yang mendukung terhadap proses menejemen
kurikulum, antara lain dapat dikemumakan dibawah ini :
1. Faktor peserta didik dalam pengembangan kurikulum karena kurikulum dikembangkan dan
didesin sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik, maka pola yang digunakan berpusat
pada bahan ajar berupa isi atau materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.
2. Faktor sosial budaya dalam manajemen kurikulum karena kurikulum disesuaikan dengan
tuntunan dan tekanan serta kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda.
3. Faktor politik dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang berpengaruh karena politik
yang melandasi arah kebijakan dari pengembangan kurikulum itu sendiri.
4. Faktor ekonomi dalam manajemen kurikulum merupakan hal yang memiliki pengaruh yang
cukup besar karena faktor ekonomi yang dapat mengembangkan sekaligus mendorong pola
pengembangan kurikulum mulai dari tingkat atas sampai tingkat bawah, mulai dari pelaku
kebijakan sampai pada pelaku di lapangan ( di Sekolah-sekolah ).
5. Faktor perkembangan teknologi dalam manajemen kurikulum karena perkembangan
teknologi menjadi salah satu faktor pendukung dalam pengembangan kurikulum disebabkan pola
fakir masyarakatpun yang semakin komplek dalam perkembangan teknologi sehingga dituntut
untuk dapat melihat dan menyesuiakan dengan perubahan-perubahan yang terjadi didalam
masyarakat.

PEMBAHASAN II

MANAJEMEN MURID

A. PERENCANAAN PESERTA DIDIK


Perencanaan terhadap peserta didik menyangkut perencanaan penerimaan siswa baru, kelulusan,
jumlah putus sekolah dan kepindahan.
Langkah yang pertama yaitu perencanaan terhadap peserta didik, yang meliputi
kegiatan;
a. Analisis kebutuhan peserta didik
b. Rekruitmen peserta didik
c. Seleksi peserta didik
d. Orientasi
e. Penempatan peserta didik
f. Pencatatan dan pelaporan

B. PEMBINAAN PESERTA DIDIK


a) Layanan bimbingan dan konseling Layanan BK merupakan proses pemberian bantuan
terhadap siswa agar perkembangannya optimal sehingga anak didik bisa mengarahkan dirinya
dalam bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan situasi lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat.
b) Layanan perpustakaan Diperlukan untuk memberikan layanan dalam menunujang proses
pembelajaran di sekolah, melayani informasi yang dibutuhkan serta memberikan layanan
rekreatif melalui koleksi bahan pustaka.
c) Layanan kantin Kantin diperlukan di tiap sekolah agar kebutuhan anak terhadap makanan
yang bersih, bergizi dan higienis bagi anak sehingga kesehatan anak terjamin selama di sekolah.
d) Layanan kesehatan Layanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk dalam sebuah wadah
yang bernama Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Sasaran utama UKS untuk meningkatkan atau
membina kesehatan siswa dan lingkungan hidupnya.
e) Layanan transportasi Sarana transport bagi peserta didik sebagai penunjang untuk kelancaran
proses belajar mengajar, biasanya layanan transport diperlukan bagi peserta didik di tingkat
prasekolah dan pendidikan dasar.
f) Layanan asrama Bagi siswa layanan asrama sangat berguna untuk mereka yang jauh dari
keluarga sehingga membutuhkan tempat tinggal yang nyaman untuk mereka beristirahat.

PEMBAHASAN III

MANAJEMEN PERSONIL

Manajamen personil adalah segenap proses penataan yang bersangkut paut dengan masalah
memperoleh dan menggunakan tenaga kerja untuk dan di sekolah dengan efisien, demi
tercapainya tujuan sekolah yang telah ditentukan sebelumnya.
Secara urut maka proses penataan tersebut adalah :
1. Merencanakan kebutuhan pegawai
2. penarikan ,nilai dari mengumumkan kebutuhan pegawai ,menyeleksi (reqruitment)
3. Penempatan (placement sesuai formasi)
4. Menggunakan tenaga kerja termasuk merangsang gairah kerja dengan menciptakan kondisi-
kondisi atau suasana kerja yang baik
5. memelihara kesejahteraan pegawai berupa gaji, intensif, cuti, pertemuan yang bersifat
kekeluargaan dan bentuk kesejahteraan lain
6. mengatur kenaikan pangkat dan kenaikan gaji yang lain
7. meningkatkan mutu pegawai baik melalui pendidikan ataupun kesempatan lain misalnya
insentive training, penataram, menjadi anggota perkumpulan profesi dll
8. mengadakan penilaian terhadap prestasi kerja pegawai untuk memperoleh data dalam rangka
peningkatan pangkat pegawai
9. menata pemutusan hubungan kerja
Jenis personil di sekolah jika ditinjau dari tugasnya yaitu :
a) Tenaga pendidik, terdiri atas pembimbing, penguji, pelatih
b) Tenaga funfsional kependidikan, terdiri atas pemilik, pengawas ,peneliti dan pengembang di
bidang pendidikan dan pustakawan
c) Tenaga Teknis Pendidikan, terdiri atas laboran dan teknisi sumber belajar
d) Tenaga Pengelola Satuan Pendidikan, terdiri atas kepala sekolah, direktur, ketua, rector dan
pimpinan satuan pendidikan luar sekolah
e) Tenaga Administratif, terdiri dari staf tata usaha

Jika ditinjau dari statusnya, maka pada lembaga negeri terdapat pegawai tetap, pada lembaga
swasta terdapat pegawai yang diperbantukan, pegawai yayasan, pegawai honorer. Berhubungan
dengan perbedaan status ini, maka tentu saja tugas dan kewajiban Kepala Sekolah tidak sama.
Hal-hal yang dikemukakan di atas hampir seluruhnya diperuntukan bagi pegawai-pegawai di
sekolah di semua jenis dan tingkat baik pegawai tetap maupun honorer.

PEMBAHASAN IV

MANAJEMEN TATA LAKSANA SEKOLAH

Tata laksana pendidikan sering disebut dengan administrasi tata usaha, yaitu segenap proses
kegiatan pengelolaan surat-menyurat yang dimulai dari menghimpun (menerima), mencatat,
mengelola, menggandakan, mengirim dan menyimpan semua bahan keterangan yang diperlukan
oleh organisasi. Dengan pengertian ini maka tata laksana atau tata usaha bukan hanya meliputi
surat-surat saja tetapi semua bahan atau informasi yang berwujud warkat.
Pekerjaan tata usaha meliputi rangkaian aktifitas menghimpun, mencatat, mengelola,
menggandakan, mengirim, dan menyimpan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam setiap
usaha kerjasama.
Menurut The Liang Gie (2000:50).
1. Menghimpun yaitu suatu kegiatan mencari dan mengusahakan tersedianya segala keterangan
yang tadinya belum ada atau berserakan dimana-mana sehingga siap dipergunakan apabila
diperlukan.
2. Mencatat yaitu meliputi kegiatan membubuhkan dengan berbagai alat tulis-menulis mengenai
keterangan-keterangan yang diperlukan sehingga terwujudlah tulisan-tulisan yang dapat dibaca,
dikirim atau disimpan.
3. Mengolah yaitu bermacam-macam kegiatan mengerjakan keterangan-keterangan dengan
maksud menyajikan dalam bentuk yang lebih berguna atau lebih jelas untuk dipakai.
4. Manggandakan yaitu kegiatan memperbanyak dengan berbagai cara dan alat sebanyak jumlah
yang diperlukan.
5. Mengirim yaitu kegiatan menyampaikan dengan berbagai cara dan alat dari pihak pertama ke
pihak lain.
6. Menyimpan yaitu kegiatan manaruh dengan berbagai cara dan alat ditempat tertentu yang
aman.
Secara ringkas kegiatan penyelenggaraan pengelolaan keterangan-keterangan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Aktivitas : menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim dan menyimpan.
2. Sasaran kegiatan : keterangan-keterangan yang berupa warkat.
3. Kerja yang nampak di kantor : mengetik, menghitung, mentensil, men cap, menelfon,
menyalin, mendikte, memilah-milah, melekatkan, menandai, menyampuli, mambagi-bagi,
melubangi dst
4. Ciri-ciri :
a. Bersifat pelayanan
b. Merembes kamana-mana
c. Dilakukan oleh semua pihak
d. Banyak memakai alat tulis, berkas mata dan pikiran.

5. Peranan
a. Membantu pelaksanaan pekerjaan induk dalam setiap organisasi.
b. Menyediakan keterangan untuk pimpinan.
c. Melancarkan perkembangan organisasi.
6. Peralatan
a. Material lembaran.
b. Material non lembaran.
c. Alat tulis dan non tulis.
d. Mesin kantor dan perabot kantor serta perlengkapan lain.
7. Hasil kerja : formulir, surat-surat, warkat lain, buku, benda-benda, berketerangan dan
sebagainya.

PEMBAHASAN V

MANAJEMEN SARANA PENDIDIKAN

Manajemen sarana sering disebut dengan manajemen materiil, yaitu segenap proses penataan
yang bersangkut-paut dengan pengadaan. Pendayagunaan dan pengelolaan sarana pendidikan
agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektifdan efisien. Dengan batasan tersebut,
maka manajemen sarana meliputi:
 Perencanaan
 Pengadaan
 Pengaturan
 Penggunaan
 Penyingkiran Sarana
 Dasar Pengetahuan Perpustakaan
Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar. Menurut rumusan
Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, maka yang dimaksud dengan:
“ Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar baik
yang bergerak maupun tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan
lancar, teratur, efektif, dan efisien “.
Media pendidikan mempunyai peranan yang lain dari alat peraga. Media pendidikan adalah
sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk
mempertinggi efektivitas dan efisiensi pendidikan, tetapi dapat juga sebagai pengganti peranan
guru.
Menurut klasifikasi indera yang digunakan ada 3 jenis media yaitu:
Ø Media audio, media untuk mendengarkan (media pendengar)
Ø Media visual, media untuk pengliatan (media tampak)
Ø Media audio-visual, media untuk pendengaran dan pengliatan.

Untuk mengadakan perencanaan kebutuhan sarana atau alat pelajaran dilalui tahap-tahap
tertentu:
1. Mengadakan analisis terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan alat atau media
dalam penyampaiannya. Dari analisis materi ini dapat didaftar alat-alat media apa yang
dibutuhkan. Ini dilakukan oleh guru-guru bidang studi.
2. Apabila kebutuhan yang diajukan oleh guru-guru ternyata melampaui kemampuan daya beli
atau daya pembuatan, maka harus diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat-alat
yang mendesak pengadaannya. Kebutuhan lain dapat dipenuhi pada kesempatan lain.
3. Mengadakan inventarisasi terhadap alat dan media yang telah ada.
4. Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran/media yang masih dapat dimanfaatkan, baik
dengan reparasi atau modifikasi maupun tidak.
5. Mencari dana (kalau belum ada). Kegiatan dalam tahap ini adalah mengadakan tentang
perencanaan bagaimana caranya memperoleh dana baik dari dana rutin maupun non rutin.
6. Menunjukan seseorang (bagian pembekalan) untuk melaksanakan pengadaan alat. Penunjukan
ini sebaiknya mengingat beberapa hal: keahlian, kelincahan berkomunikasi, kejujuran dan
sebagainya dan tidak hanya seorang.

PEMBAHASAN VI

MANAJEMEN KEUANGAN

Menurut Depdiknas (2000) bahwa manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan/


ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan,
pertanggungjawaban dan pelaporan Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan,
pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah. Sumber
keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokkan atas tiga
sumber, yaitu:
1. Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedua-duanya, yang bersifat umum atau
khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan;
2. Orang tua atau peserta didik;
3. Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.
Komponen utama manajemen keuangan meliputi:
o Prosedur anggaran;
o Prosedur akuntansi keuangan;
o Pembelajaran, pergudangan dan prosedur pendistribusian;
o Prosedur investasi;
o Prosedur pemeriksaan.
MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH
Setiap unit kerja selalu berhubungan dengan masalah keuangan, demikian pula sekolah.
Persoalan yang menyangkut keuangan sekolah pada garis besarnya berkisar pada: uang
Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), uang kesejahteraan personel dan gaji serta keuangan
yang berhubungan langsung dengan penyelenggaraan sekolah seperti perbaikan sarana dan
sebagainya.
1. Manajemen Pembayaran SPP, SPP dimaksudkan untuk membantu pembinaan pendidikan
seperti yang ditunjukkan pada pasal 12 keputusan tersebut yakni membantu penyelengaraan
sekolah, kesejahteraan personel, perbaikan sarana dan kegiatan supervisi.
2. Manajemen Keuangan Yang Berasal Dari Negara (Pemerintah),Yang dimaksud keuangan dari
Negara ialah meliputi pembayaran gaji pegawai atau guru dan belanja barang. untuk
pertanggungjawaban uang tersebut diperlukan beberapa format sebagi berikut:
a. Lager gaji (daftar permintaan gaji)
b. Buku catatan SPMU (Surat Perintah Mengambil Uang)

PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH YANG EFEKTIF


Pengelolaan akan dianggap efektif apabila merujuk pada Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS) untuk satu tahun pelajaran, para kepala sekolah bersama smua
pemegang peran di sekolah pada umumnya menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. Merancang suatu program sekolah yang ideal untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada
tahun pelajaran yang bersangkutan.
b. Melakukan inventarisasi semua kegiatan dan menghitung perkiraan kebutuhan dana
penunjang.
c. Melakukan peninjauan ulang atas program awal berdasarkan kemungkinan tersedianya dana
pendukung yang dapat dihimpun.
d. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun pelajaran yang
bersangkutan.
e. Melakukan perhitungan rinci pemanfaatan dana yang tersedia untuk masing-masing kegiatan
(Depdiknas, 2000 : 178 – 179)
f. Menuangkan perhitungan-perhitungan rinci tersebut ke dalam suatu format yang telah
disepakati untuk digunakan oleh setiap sekolah.
g. Pengesahan dokumen RAPBS oleh instansi yang berwenang

PEMBAHASAN VII

ORGANISASI SEKOLAH

Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam
penyusunan/ penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud
menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung
jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan
agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam
menjalanka penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan
baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Melalui struktur
organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah,
apa tugas guru, dan apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pegawai tata usaha).
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan
kekuasaan yang berlebuhan atau otoriter. Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena
timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif yang
mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan
wadah OSIS (Oganisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di daam memikirkan pembentukan
organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh dilupakan.

Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Menyusun Organisasi Sekolah


a. Tingkat Sekolah
Berdasarkan tingkatnya sekolah yang ada di Indonesia dapat dibedakan atas :
a. Sekolah Dasar (SD)
b. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
c. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
d. Perguruan Tinggi
b. Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah umum dan sekolah kejuruan.
d. Besar Kecilnya Sekolah
e. LetakdanLingkunganSekolah

PEMBAHASAN VIII

HUBUNGAN ANTARA SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT

Sekolah pada hakekatnya melaksanakan dan mempunyai fungsi ganda terhadap masyarakat,
yaitu memberi layanan dan sebagai agen pembaharuan bagi masyarakat sekitarnya, yang oleh
Stoop disebutnya sebagai fungsi layanan dan fungsi pemimpin (fungsi untuk memajukan
masyarakat melalui pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas).
Setiap aktivitas pendidikan, apalagi yang bersifat inovatif, seharusnya dikomunikasikan dengan
masyarakat khususnya orang tua siswa, agar mereka mengerti mengapa aktivitas tersebut harus
dilakukan oleh sekolah dan pada sisi mana mereka dapat berperan membantu sekolah dalam
merealisasikan program inovatif tersebut.
Dengan hubungan yang harmonis tersebut ada beberapa manfaat pelaksanaan hubungan sekolah
dengan masyarakat (School Public Relation) yaitu:

Bagi Sekolah/lembaga pendidikan :


a. Memperbesar dorongan mawas diri, sebab seperti diketahui konsep pendidikan sekarang
adalah oleh masyarakat, untuk masyarakat dan dari masyarakat serta mulai berkembangnya
impelementasi manajemen berbasis sekolah, maka pengawasan sekolah khususnya kualitas
sekolah akan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat antara lain
melalui dewan pendidikan dan komite sekolah.
b. Memudahkan/meringankan beban sekolah dalam memperbaiki serta meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Hal ini akan tercapai apabila sekolah benar-
benar mampu menjadikan masyarakat sebagai mitra dalam pengembangan dan peningkatan
sekolah. Masyarakat akan mendukung sepenuhnya serta membantunya apabila sekolah mampu
menunjukkan kinerja yang berkualitas.
c. Memungkinkan upaya peningkatan profesi mengajar guru. Sebab pada dasarnya laboratorium
terbaik bagi lembaga pendidikan adalah masyarakatnya sendiri.
d. Opini masyarakat tentang sekolah akan lebih positif/benar. Opini yang positif akan sangat
membantu sekolah dalam mewujudkan segala program dan rencana pengembangan sekolah
secara optimal, sebab opini yang baik merupakan modal utama bagi sekolah untuk mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak.
e. Masyarakat akan ikut serta memberikan kontrol/koreksi terhadap sekolah, sehingga sekolah
akan lebih hati-hati.
f. Dukungan moral masyarakat akan tumbuh terhadap sekolah sehingga memudahkan
mendapatkan bantuan material.
Bagi Masyarakat, dengan adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dengan masyarakat
maka :
a. Masyarakat/orang tua murid akan mengerti tentang berbagai hal yang menyangkut
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
b. Keinginan dan harapan masyarakat terhadap sekolah akan lebih mudah disampaikan dan
direalisasikan oleh pihak sekolah.
c. Masyarakat akan memiliki kesempatan memberikan saran, usul maupun kritik untuk
membantu sekolah menciptakan sekolah yang berkualitas.
d. Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dalam era reformasi, dan era otonomi
penyelenggaraan pendidikan sampai pada tingkat kabupaten/kota dan bahkan otonomi pada
tingkat sekolah, memberikan keleluasaan bagi setiap sekolah untuk berkreasi dan berinovasi
dalam penyelenggaraan sekolah. Dengan demikian diharapkan akan memacu percepatan
peningkatan mutu penyelenggaraan sekolah yang pada gilirannya mempercepat peningkatan
mutu hasil belajar secara keseluruhan.
e. Konsekuensi dari paradigma pendidikan yang memberikan otonomi sampai pada tingkat
sekolah menuntut sekolah untuk memberdayakan semua sumber daya yang dimilikinya. Salah
satu sumber daya yang sangat potensial dan dimiliki oleh sekolah adalah masyarakat dan orang
tua murid.
f. Di Amerika Serikat, pengembangan sekolah dipedesaan atau di daerah-daerah urban berada di
tangan dewan masyarakat sekolah (SCC=School Community Council). Dewan ini terdiri dari
unsur-unsur tenaga professional pendidikan dan anggota masyarakat, dalam rangka
pengembangan staf.
g. Aspek struktural dari pelibatan masyarakat berarti adanya kesamaan atau keseimbangan antar
struktur yang terlibat dalam pembuatan keputusan. Aspek prosedural pelibatan masyarakat
berarti mengandung makna adanya kesamaan masukan dari kelompok professional dan anggota-
anggota masyarakat dalam menentukan aktivitas pengembangan staf untuk meningkatkan
praktek-praktek penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Secara organisatoris dewan SCC ini
memiliki tanggung jawab bersama sekolah untuk meningkatkan mutu pelayanan sekolah.
h. Di sisi lain SCC ini ternyata juga mempunyai tanggung jawab untuk melakukan analisis
kebutuhan sekolah dan kebutuhan masyarakat melalui survey yang dilakukannya. Hasil analisis
yang dilakukan dewan ini didiskusikan bersama pihak sekolah dengan melibatkan para ahli
seperti konsultan dan sebagainya untuk diterjemahkan menjadi kebijakan dan program sekolah.
i. Kebijakan model pelibatan masyarakat dalam pendidikan melalui lembaga SCC seperti di
Amerika ini sebenarnya sudah sejak lama dikenal dan dilakukan oleh pendididikan dan
persekolahan di Indonesia, mulai dari POM, POMG, BP3, hingga sekarang yang dikenal dengan
Komite Sekolah. Tetapi hasilnya belum terlalu nampak karena keterlibatan mereka lebih banyak
pada membantu keuangan sekolah. Akhir-akhir ini pemerintah Indonesia dalam hal ini
Depdiknas membuat kebijakan baru dengan mengganti istilah BP3 menjadi Dewan Pendidikan
di tingkat Kabupaten/Kota dan Komite Sekolah di tingkat sekolah.
j. Pemerintah (Depdiknas) pada saat ini memberikan peluang kepada sekolah dalam
pemberdayaan masyarakat melalui suatu lembaga yang dikukuhkan dengan Peraturan
Pemerintah yaitu Dewan Sekolah atau Komite Sekolah.

PEMBAHASAN IX

MANAJEMEN GURU

A. SUPERVISI PENDIDIKAN
Istilah kinerja dapat diterjemahkan dalam perfomance atau unjuk kerja, artinya kemampuan yang
ditampilkan seseorang terhadap pekerjaannya pada tempat ia bekerja. Kinerja merupakan suatu
kinerja yang esensial terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Karena itu suatu kinerja yang
efektif bagi setiap individu perlu diciptakan sehingga tujuan lembaga dapat tercapai secara
optimal.
Evaluasi kinerja guru mutlak dilakukan, karena masih terdapat banyak kinerja guru yang kurang
memadai, disamping itu guru dituntut dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang terus berkembang pula dengan pesat. Guru juga seharusnya dapat
memanajemen kelasnyasecara efektif, yaitu peningkatan efektivitas pembelajaran setingkat lebih
baik dari yang sebelumnya. Atau guru dapat mengelola pembelajaran secara efektif dan efisien
dengan menciptakan metode yang dapat memfasilitasi siswa agar berperilaku positif dan
berprestasi tinggi.
Agar peranan guru dalam kaitan dengan tugas mendidik dapat berhasil dengan baik, maka guru
perlu diadakan pembinaan dengan cara disupervisi oleh kepala sekolah. Fungsi kepala sekolah
antara lain memberikan bimbingan dan penyuluhan terhadap guru maupun staf tata usaha agar
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik., dalam arti tugas itu dapat berhasil secara efektif.
Usaha dan kegiatan membimbing guru meliputi bimbingan di dalam kelas seperti metode
penyampaian, cara mengajar, hubungan siswa dengan guru, dan proses belajar mengajar,
evaluasi proses belajar mengajar, bimbingan di luar kelas meliputi teknik membuat satuan
pelajaran, menulis dan mereview satuan pelajaran, pengembangan proses instrumen laporan, dan
kepribadian guru. Tanggung jawab seorang supervisor adalah mengusahakan agar guru itu mau
melaksanakan tanggungjawabnya atau tugasnya sesuai dengan persyaratan – persyaratan
pekerjaan yang telah ditetapkan
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembinaan melalui supervisi Klinis Kepala Sekolah
memiliki dampak positif dalam meningkatkan kinerja guru dalam manajemen pengelolaan kelas,
hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman guru terhadap pembinaan yang
disampaikan Kepala Sekolah( Kinerja guru meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-
masing 60,1 % ; 68,5 % ; 75,25 % .

B. Pengembangan Profesi Guru


Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru mengharuskan bahwa guru
profesional memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau Diploma IV dan
bersertifikat pendidik. Salah satu pola sertifikasi guru dalam jabatan adalah Pendidikan dan
Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Salah satu mata ajar dalam PLPG tahun 2012 adalah Kebijakan Pengembangan Profesi Guru.
Bahan ajar ini ditulis dan dikembangkan bersama oleh Tim Pusat Pengembangan Profesi
Pendidik dengan editor Prof. Dr. Sudarwan Danim dari rambu-rambu struktur kurikulum PLPG
tahun 2012.
Kehadiran bahan ajar ini diharapkan menjadi sumber belajar dan penguat bagi peserta PLPG
untuk memenuhi standar kompetensi lulusan yang telah disepakati oleh pengembang sesuai
dengan regulasi yang ada.
Substansi bahan ajar ini berkaitan dengan kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi
guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya tentang peningkatan
kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karir, perlindungan dan penghargaan, serta etika
profesi guru. Substansi sajian ini diharapkan dapat menginspirasi peserta PLPG untuk
memahami secara lebih mendalam dan mengaplikasikan secara baik hal-hal yang berkaitan
dengan kebijakan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud.

PEMBAHASAN X

KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DAN MANAJER


PENDIDIKAN

A. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor


Sifat-sifat kepemimpinan menurut Edwin Ghiselli dalam Handoko (1995:297), diantaranya
adalah kemmpuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory ability). Sedangkan arti
dari supervisi itu sendiri adalah tugas pokok dalam adminnistrasi pendidikan bukan hanya tugas
ekerjaan para inspektur maupun pengawas saja melainkan juga pekerjaan Kepala Sekolah
terhadap pegawai-pegawai sekolah. Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/ syarat yang
essensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan.
Tugas Kepala Sekolah sebagai supervisor berarti bahwa ia harus meneliti, mencari,dan
menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya. Kepala
sekolahharus dapat ,meneliti syarat-syarat mana saja yang telah ada dan tercukupi, dan mana
yang kurang maksimal. (Daryanto 2005: 84)
Tujuan supervisi kepala sekolah adalah menumbuhkan kesadaran guru untuk berusaha dengan
kemampuan sendiri memperbaiki kekurangan atu kelemahannya dalam melaksanakan tugas,
berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan Kepala Sekolah. (Nawawi, Hadari 1995: 198).
Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh: (1)
Meningkatnya kesadaran tenaga kependidikan (Guru) untuk meningkatkan kinerjanya, (2)
Meningkatnya keterampilan tenaga kependidikan (Guru) dalam melaksanakan tugasnnya. (E.
Mulyasa 2004: 115).

B. Kepala Sekolah Sebagai Manajer Pendidikan


Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki
strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama yang
kooparatif, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan
yang menunjang program sekolah.
Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melalui persaingan sehat yang membuahkan
kerjasama (coopetition). Kedua, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk
meningkatkan profesinya. Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan.
Kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam
setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada asas
tujuan, asas keunggulan, asas mufakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empirisme, asas
keakraban dan asas integritas.

Anda mungkin juga menyukai