Anda di halaman 1dari 24

Rumus Menghitung GFR-Rumus Glomerular Filtration Rate

berdasarkan alat Kalkulasi GFR adalah sebagai berikut:

GFR for male: (140 – age) x wt(kg) / (72 x Serum Creatinine)


GFR for female: GFR(females) = GFR(males) x 0.85
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Teori


1.1.1 Pengertian
Secara definisi gagal ginjal kronis disebut juga sebagai Cronic Kidney
Disease (CKD). Perbedaaan antara kronis disini di banding dengan akut adalah
kronologis waktu dan tingkat fisiologis filtrasi. Berdasarkan Mc Clellan (2006)
dijelaskan bahwa gagal ginjal kronis merupakan kondisi penyakit pada ginjal
yang persisten ( keberlangsungan >3 bulan) dengan
1. Kerusakan ginjal dan
2. Kerusakan Glomerulus Filtration Rae ( GFR ) dengan angka GFR < 6 ml/
menit/ 1,73m
Berdasarkan analisis definisi di atas, jelas bahwa gagal ginjal kronis
merupakan gagal ginjal akut yang sudah berlangsung lama, sehingga
mengakibatkan gangguan yang persisten dan dampak yang bersifat kontinue.
Sedangkan National Kindney Foundation (NKF) mendefinisikan dampak dari
kerusakan ginjal adalah sebagai kondisi mikroalbuminuria / averprotenuria,
abnormalitas sedimentasi dan abnrmalitas gambaran ginjal. Oleh karena itu
perlu diketahui klasifikasi dari derajat gagal ginjal kronis untuk mengetahui
prognosanya
Stage Deskripsi GFR (m/menit/1,73 m)
1 Kidney damage with normal or >90
increase of GFR
2 Kidney damage with mild decrease 60 -89
of GFR
3 Moderate decrease of GFR 30 - 59
4 Severe decrease of GFR 15 - 29
5 Kidney Failur <15

1.1.2 Etiologi
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder. Penyebab yang sering adalah
diabetes melitus dan hipertensi. Selain itu ada beberapa penyebab lain gagal
ginjal kronis yaitu:
1. Penyakit Glomerulus kronis
2. Infeksi krnis (pyelonefritis kronis, tuberkulosis)
3. Kelainana knginetal (Polikistik ginjal)
4. Penyakit vaskular ( Renal nephrosclerosis)
5. Obstruksi saluran kemih (nephrolithisi)
6. Penyakit kolagen ( Systemic Lupus Erlythematosusu)
7. Obat obatan netrotoksik (aminoglikosida)

1.1.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan Gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai rgan koordinasi dengan peran sirkulasi
memiliki fungsi yang banyak sehingga kerusakan krnis secara fisiologis ginjal
akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut
adalah tanda dan gejala yang ditunjukan oleh gagal ginjal krnis ( Robinson,
2013; Judith, 2006)
1. Ginjal dan Gastointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremia maka timbul maka timbul hipotensi,
mulut kering, penurunan tugor kulit, kelemahan dan fatique, dan mual.
Kemudian terjadi penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri kepala yang
hebat. Dampak dari peningkaatan kalium adalah peningkatan iritabilitas
otot dan akhirnya otot mengalami kelemahan, kelebihan cairan yang tidak
terkompensasi akan mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling
khas adalah terjadinya penurunan urine output dengan sedimentasi yang
tinggi.
2. Kardiovaskuler
Biasanya terjadinya hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremia
percarditis, effusi, perikardial ( kemungkinan bisa terjadi tamponade
jantung), gagal jantung, edema periorbital dan edema perifer
3. Respiratory System
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyei pleura, friction rub dan efusi
pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lug, dan
sesak napas
4. Gastrointestinal
Biasanya menunjukan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan
kemungkinan juga disertai parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif
duodenal, lesi pada usus halus/ usus besar, clitis, dan pankreatitis.
Kejadian sekunder biasanya mungkin sepertianoreksia, nausea, dan
vomitin
5. Integumen
Kulit pucat, kekuning – kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp.
Selain itu biasanya juga menunjukan adanya purpura, ekimosis, petechiae,
dan timbulnya urea pada pundak
6. Neurologis
Biasanya ditunjukan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal
pada lengan, dan kaki . Selain itu juga ada kram pada otot dan refleks
kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat,
iritabilitas, pusing, koma, dan kejang. Dari hasil EEG menunjukan adanya
perubahan metabolik encephalophaty
7. Endokrin
Bisa terjadi iritabilitas dan penurunan libido, amenorea dan gangguan
siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma,
peningkatan sekresi aldosteron dan kerusakan metabolisme karbohidrat
8. Hematopitiec
Terjadinya anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,
trobositopenia (dampak dari dialysis) kerusakan platelet. Biasanya
masalah yang serius pada sistem hematologi ditunjukan dengan adanya
perdarahan (purpura, ekimosisi, dan petechiae)
9. Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis,
dan klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard)

1.1.4 Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurunkan secara drastis yang
berasal dari nefron. Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50%
dalam hal DFR. Pada penurunan fungsi rata – rata 50% biasanya muncul tanda
dan gejala azotamia sedang poliuri, nkturia, hipertensi, dan sesekali terjadi
anemia. Selain itu selama terjadi kegagalan fungsi ginjal makakeseimbanagn
cairan dan elektrolitpun terganggu. Pada hakiktanya tanda dan gejala gagal ginjal
kronik hampir sama dengan gagal ginjal akut, namun awitan waktunya saja yang
membedakan. Perjalanan dari gagal ginjal kronik membawa dampak yang
sitemik terhadap seluruh sistem tubuh dan sering mengakibatkan komplikasi
(Madara,2008).
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Berikut adalah pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa gagal ginjal kronis (Baughman, 2000) :
1. Biokimiawi
Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan kreatinin
plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi ginjal
adalah dengan analisis kreatinin clearence (klirens kreatinin). Sellain
pemeriksaan fungsi ginjal (Renal function test), periksaaan kadar elektrolit
juga harus dilakukan untuk mengetahui status keseimbangan elektrolit
dalam tubuh sebagai bentuk kinerja ginjal
2. Urinalisis
Urinalisis dilakukan untuk menapis ada tidaknya infeksi pada ginjal atau
ada tidaknya perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan parenkim
ginjal
3. Ultrasonografi Ginjal
Imaging(gambaran) dari ultrasonografi akan memerikan informasi yang
mendukung untuk menegakkan diagnosa gagal ginjal. Pada klien gagal
ginjal biasanya biasanya menunjukan adanya obstruksi atau jaringan parut
pada ginjal. Selain itu ukuran ginjal akan terlihat
4. Darah Lengkap
a) BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap
akhir
b) HB : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8
gr/dl
c) GDA: asidosis metabolik, pH kurang dari 7,2
d) Natrium serum : rendah
e) Kalium: meningkat
f) Magnesium: meningkat
g) Kalsium: menurun
h) Protein (albumin) : menurun
i) Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
5. Endoskopi ginjal, Nefroskopi adalah untuk menentukan pelvis ginjal,
keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
6. Arteriogram ginjal adalah mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa
7. EKG untuk ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa (Doenges, E
Marilynn, 2000, hal 628- 629)
1.1.7 Penatalaksanaan
Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan
pengembalian, maka tujuan dari penatalksanaan klien gagal ginjal kronis adalah
untuk mengoptimalkan fungsi ginjaal yang ada dan mempertahakan
keseimbangan secara maksimal untuk memperpanjang harapan hidup klien.
Sebagai penyakit yang kompleks gagal ginjal kronis membutuhkan
penatalaksanaan terpadu dan serius, sehingga akan meminimalisir komplikasi
dan meningkatkan harapan hidup klien. Oleh karena itu ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam melakukan penatalaksanaan pada klien gagal ginjal
kronik (Robinson, 2013, Baughman,2000)
1. Perawatan kulit yang baik
Perhatikan hygine kulit pasien dengan baik melalui personal hygiene
(mandi/seka) secara rutin. Gunakan sabun yang mengandung lemak dan
lotion tanpa lakhohol untuk mengurangi rasa gatal. Jangan gunakan
glisering/ sabun yang mengandung glisering karena akan mengakibatkan
kulit tambah kering
2. Jaga kebersihan oral
Lakukan perawatan oral hygiene melalui sikat gigi dengan bulu sikat yang
lembut/ spon. Kurangi konsumsi gula (bahan makanan manis) untuk
mengurangi rasa tidak nyaman di mulut
3. Beri dukungan nutrisi
Kolaborasi dengan nutrionit untuk menyediakan menu makanan favorit
sesuai dengan anjuran diet. Beri dukungan intake tinggi kalori, rendah
natrium dan kalium.
4. Pantau adanyn hiperkalemia
Hiperkalemia biasanya ditunjukkan dengan adanya kejang/ kram pada
lengan dan abdomen, dan diarea. Selain itu pemantauan hiperkalemia dengan
ECG. Hiperkalemia bisa diatasi dengan dialisis.
5. Atasi hiperfosfemia dan hipokalsemia
Kondisi hiperkalsemia bisa diatasi dengan pemberian atasida (kandungan
alumunium/ kalsium karbonat).
6. Kaji status hidrasi dengan hati – hati
Dilakukan dengan memeriksa ada/ tidaknya distensi vena juguralis, ada
tidaknya crakles pada auskultasi paru. Selain itu, status hidrasi bisa dilihat
dari keringat berlebih pada aksila, lidah yang kering, hipertensi, edema
perifer. Cairan hidrasi yang diperbolehkanadalah 500 – 600 ml atau lebih
dari haluaran urine 24 jam
7. Kontrol tekanan darah
Tekanan diupayakan dalam kondisi normal. Hipertensi dicegah dengan
mengontrol volume intravaskuler dan obat – obatan antihisertensi
8. Pantau ada atau tidaknya komplikasi pada tulang dan sendi
9. Latih klien dalam dan batuk efektif untuk mencegah terjadinya kegagalan
napas akibat obstruksi
10. Jaga kondisi septik dan aseptik setiap prosedur perawatan ( pada perawatan
luka operasi)
11. Observasi adanya tanda – tanda perdarahan
Pantau kadar hemoglobin dan hematkrit klien. Pemberian heparin selama
klien menjalani dialisis harus disesuaikan dengan kebutuhan
12. Observasi adanya gejala neurologis
Laporkan segera jika dijumpai kedutan, sakit kepala, kesadaran delirium dan
kejang otot, berikan diazepam/ fenitoin jika dijumpai kejang
13. Atasi komplikasi dari penyakit
Sebagai penyakit yang sangat mudah menimbulkan komplikasi, maka harus
dipantau secara ketat. Gagal ginjal konggesif dan edema pulmonal dapat
diatasi dengan membatasi cairan, diit rendah natrium, diuretik, preparat
inopatik (digitalis/ debutamin) dan dilakukan dialisis jika perlu. Kondisi
asidosis metabolik bisa diatasi dengan pemberian natrium bikarbonat atau
dialisis
14. Laporkan segera jika ditemui tanda – tanda perikarditis (friction rub dan
nyeri dada)
15. Tatalaksana dialisis atau transplantasi ginjal
Untuk membantu mengoptimalkan fungsi ginjal maka dilakukan dialisis.
Jika memungkinkan koordinasikan untuk memberikan transplantasi ginjal

1.1.8 Teknik Dan Prosedur Hemodialisis dengan Melakukan Punksi dan


Kanulasi
a. Pengertian
Suatu tindakan memasukkan jarum AV Fistula ke dalam pembuluh
darah untuk sarana hubungan sirkulasi yang akan digunakan selama
proses hemodialisis.
b. Tujuan
Agar proses hemodialisis dapat berjalan lancar sesuai dengan hasil yang
diharapkan
c. Punksi dan kanulasi terdiri dari :
1. Punksi Cimino
a) Persiapan Alat-alat
1. 1 buah bak instrumen besar, yang terdiri dari :
 3 buah mangkok kecil
i. 1 untuk tempat NaCL
ii. 1 untuk tempat Betadine
iii. 1 untuk Alkohol 20%
 Arteri klem
2. 1 spuit 20 cc
3. 1 spuit 10 cc
4. 1 spuit 1 cc
5. Kassa 5 lembar (secukupnya)
6. IPS sarung tangan
7. Lidocain 0,5 cc (bila perlu)
8. Plester
9. Masker
10. 1 buah gelas ukur / math can
11. 2 buah AV Fistula
12. Duk steril
13. Perlak untuk alas tangan
14. Plastik untuk kotoran
b) Persiapan Pasien
1. Timbang berat badan
2. Observasi tanda-tanda vital dan anamnesis
3. Raba desiran pada cimino apakah lancar
4. Tentukan daerah tusukan untuk keluarnya darah dari
tubuh ke mesin
5. Tentukan pembuluh darah vena lain untuk masuknya
darah dari mesin ke tubuh pasien
6. Beritahu pasien bahwa tindakan akan dimulai
7. Letakkan perlak di bawah tangan pasien
8. Dekatkan alat-alat yang akan digunakan
c) Persiapan Perawat
1. Perawat mencuci tangan
2. Perawat memakai masker
3. Buka bak instrumen steril
4. Mengisi masing-masing mangkok steril dengan:
Alcohol, NaCl 0,9%, dan Betadine
5. Buka spuit 20 cc dan 10 cc, taruh di bak instrumen
6. Perawat memakai sarung tangan
7. Ambil spuit 1 cc, hisap lidocain 1% untuk anestesi lokal
(bila digunakan)
8. Ambil spuit 10 cc diisi NaCl dan Heparin 1500u untuk
mengisi AV Fistula
d) Memulai Desinfektan
1. Jepit kassa betadine dengan arteri klem, oleskan
betadine pada daerah cimino dan vena lain dengan cara
memutar dari arah dalam ke luar, lalu masukkan kassa
bekas ke kantong plastik
2. Jepit kassa Alcohol dengan arteri klem, bersihkan
daerah Cimino dan vena lain dengan cara seperti no.1
3. Lakukan sampai bersih dan dikeringkan dengan kassa
steril kering, masukkan kassa bekas ke kantong plastik
dan arteri klem diletakkan di gelas ukur
4. Pasang duk belah di bawah tangan pasien, dan separuh
duk ditutupkan di tangan
e) Memulai Punksi Cimino
1. Memberikan anestesi lokal pada cimino (tempat yang
akan dipunksi) dengan spuit insulin 1 cc yang diisi
dengan lidocain.
2. Tusuk tempat cimino dengan jarak 8 – 10 cm dari
anastomose
3. Tusuk secara intrakutan dengan diameter 0,5 cm
4. Memberikan anestesi lokal pada tusukan vena lain
5. Bekas tusukan dipijat dengan kassa steril
f) Memasukkan Jarum AV Fistula
1. Masukkan jarum AV Fistula (Outlet) pada tusukan yang
telah dibuat pada saat pemberian anestesi lokal
2. Setelah darah keluar aspirasi dengan spuit 10 cc dan
dorong dengan NaCl 0,9% yang berisi heparin, AV
Fistula diklem, spuit dilepaskan, dan ujung AV Fistula
ditutup, tempat tusukan difiksasi dengan plester dan
pada atas sayap fistula diberi kassa steril dan diplester
3. Masukkan jarum AV Fistula (inlet) pada vena lain, jarak
penusukan inlet dan outlet usahakan lebih dari 3 cm
4. Jalankan blood pump perlahan-lahan sampai 20 ml/mnt
kemudian pasang sensor monitor
5. Program mesin hemodialisis sesuai kebutuhan pasien
6. Bila aliran kuran dari 100 ml/mnt karena ada penyulit,
lakukan penusukan pada daerah femoral
7. Alat kotor masukkan ke dalam plastik, sedangkan alat-
alat yang dapat dipakai kembali di bawa ke ruang
disposal
8. Pensukan selesai, perawat mencuci tangan
2. Punksi Femoral
a) Cara Melakukan Punksi Femoral
1. Obeservasi daerah femoral (lipatan), yang aka digunakan
penusukan
2. Letakkan posisi tidur pasien terlentang dan posisi kaki
yang akan ditusuk fleksi
3. Lakukan perabaan arteri untuk mencari vena femoral
dengan cara menaruh 3 jari di atas pembuluh darah arteri,
jari tengah di atas arteri
4. Dengan jari tengah 1 cm ke arah medial untuk penusukan
jarum AV Fistula
d. Melakukan Kanulasi Double Lumen
Cara kerjanya :
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Jelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan
3. Berikan posisi tidur pasien yang nyaman
4. Dekatkan alat-alat ke pasien
5. Perawat mencuci tangan
6. Buka kassa penutup catheter dan lepaskan pelan-pelan
7. Perhatikan posisi catheter double lumen
a. Apakah tertekuk?
b. Apakah posisi catheter berubah?
c. Apakah ada tanda-tanda meradang / nanah? Jika ada laporkan
pada dokter
8. Memulai desinfektan
a. Desinfektan kulit daerah kateter dengan kassa betadine, mulai
dari pangkal tusukan kateter sampai ke arah sekitar kateter
dengan cara memutar kassa dari dalam ke arah luar
b. Bersihkan permukaan kulit dan kateter dengan kassa alkohol
c. Pasang duk steril di bawah kateter double lumen
d. Buka kedua tutup kateter, aspirasi dengan spuit 10 cc / 20 cc
yang sudah diberi NaCl 0,9% yang terisi heparin.
9. Tentukan posisi kateter dengan tepat dan benar
10. Pangkal kateter diberi Betadine dan ditutup dengan kassa steril
11. Kateter difiksasi kencang
12. Kateter double lumen siap disambungkan dengan arteri blood line
dan venus line
13. Alat-alat dirapikan, pisahkan dengan alat-alat yang terkontaminasi
14. Bersihkan alat-alat
15. Perawat cuci tangan
16. Kateter double lumen mempunyai 2 cabang berwarna
a. Merah untuk inlet (keluarnya darah dari tubuh pasien ke mesin)
b. Biru untuk outlet (masuknya darah dari mesin ke tubuh pasien)

1.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah
(Baughman, 2000)
1. Penyakit Tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan
mengakibatkan dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi
rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan mengakibatkan
fraktur phatologis
2. Penyakit kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik
berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa dan kelainan
hemodinamik ( sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri)
3. Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal ( endokrin ). Sekresi eritropoetin yang mengalami defisiensi
ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin
4. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido seringa ,mengalami
penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia
2.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

2.1.1 Pengkajian

Pengkajian pada klien gagal ginjal kronis sebenarnya hampir sama


dengan klien gagal ginjal akut, namun disini pengkajian lebih menekankan pada
support sistem untuk mempertahankan pada kondisi keseimbangan dalam tubuh
(hemodinamically process). Dengan tidak optimalnya gagalnya fungsi ginjal,
maka tubuh akan melakukan upaya kompensasi selagi dalam batas angka
kewajaran. Tetapi, jika kondisi ini berlanjut (kronis), maka akan menimbulkan
berbagai manifestasi klinis yang menandakan gangguan sistem tersebut. Berikut
ini adalah pengkajian keperawatan dengan klien gagal ginjal kronis :

1. Biodata
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-laki
sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dengan pola
hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan metode lanjut dari insiden
gagal ginjal akut, sehingga tidak berdiri sendiri
2. Keluhan Utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder, yang
menyertai. Keluhan bisa berubah urine output yang menurun (oliguria)
sampai pada anoria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem
sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, diaphoresis, vatigue,
nafas berbau urea dan pruritos. Keadaan ini dipicu oleh karena
penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolisme/toksin dalam tubuh karena
ginjal mengalami kegagalan filtrasi
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan urin output,
penurunan kesadaran, perubahan nafas karena komplikasi dari gangguan
sistem ventilasi, fatigue, gangguan fisiologis kulit, bau urea pada nafas
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan
berbagai penyebab oleh karena itu informasi penyakit terdahulu akan
menegaskan untuk penegakan masalah. Kerja riwayat penyakit ISK, payah
jantung, penggunaan obat berlebihan (overdosis) khusunya obat yang
bersifat nefrotoksik, BPH, dsb yang mampu mempengaruhi kerja ginjal.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga sisilah
keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun, pencetus
sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian
gagal ginjal kronis, karena penyakit tersebut bersifat herediter.
6. Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif
yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan psikososial
terjadi pada waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan
menjalani proses dialisa. Klien akan mengurung diri dan lebih banyak
berdiam diri (murung) selama itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang
dikeluarkan selama proses pengobatan sehingga klien mengalami
kecemasan.
7. Keadaan Umum Dan Tanda - Tanda Vital
Kondisi klien gagal ginjalkronis biasanya lemas (fatigue) , tingkat
kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan ttv sering
didapatkan RR menungkat ( tachypneu) hipertensi atau hipotensi sesuai
dengan kondisis fluktuatif
8. Sistem Pernafasan
Adanya bau ure pada bu nafas . jika terjadi komplikasi aplidosis atau
alkalosis respiratorik maka kondisi pernafasan akan mengalami
ggangguan pola nafas akan semakin cepat dan adalam sebagai bentuk
kompensasi utuh mempertahankan ventilasi
9. Sistem Hematolologi
ditemukan friction rub pada kondisi ureia berat , selain ittu, biasanya
terjadi TD meningkat, akral dingin , CRT lebih dari 3 detik palpitasi
jantung , jjhestpain,dyspeu, gangguan irama jantungbpada ganguan irama
lainnua kondisi ini akan semkin parah jika jt sisa metaboismr temalin yuu
karena tidak efektif dalam ekstresinyaselain itu pada fisiologis darah
sendiri sering ada gangguuan anmia kerena gangguan anemia karena
penurunanaritrin
10. Sistem Neuromuscular
Penurunan kesadaran terjadi. Karena sirkulasi serebtal terganggu oleh
karena itu , penurunan kognitif dan terjadinya disorientasi akan dialami
klien melalui gagal ginjal
11. Sistem Kardiovaskuler
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal kronis
salah satu nya adalah hipertensi . tkanan darah yang tinggi di atas ambang
kewajaran akan memperngaruhi volume vaskuler stagnansi ini akan
memicu retensi natrium sehingga akan meningkatkan kerja jantung
12. Sistem Endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal ginjal krnis
akan mengururai disfungsi seksualllitas Karen penurnan , selain itu koma
jika kondisi gagal ginjal kronis berhubunga denga penyakitt gagal ganjal
kronis maka aka nada gangguan dalam sekresiin yang berdampak pada
proses metabolism ,
13. Sistem Perkemihan
Dengan gangguan atau kegagalan fngsi ginjal secara komplek (filtrasi
sekresi , reabsorbsi dan eksresi) maka manifesasi ang paling menonjol
adalah penurunan urine output kurang dari 400 ml per hari bahkan sampai
pada anuria
14. Sisitem Pencernaan
Gangguan sistem pencernaan itu di karenakan efek dari penyakit (stress
effek.) sering di temukan anoreksian, nausea , formid, dan diare,
15. Sistem Musculoskeletal
Dengan penurunan atu kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka dampak
pada proses demialogi tulang sehingga resiko terjadinay osteoporosis
tinggi.

2.1.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme


regulasi

Kelebihan volume cairan Kode : 00026


Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonic
Batasan Karakteristik Faktor yang berhubungan
1. Bunyi nafas adventius 1. Gangguan mekanisme regulasi
2. Gangguan elektrolit 2. kelebihan asupan cairan
3. Anasarka 3. kelebihan asupan natrium
4. Ansietas
5. Azotema
6. Perubahan tekanan darah, status
mental, pola pernafasan
7. Penurunan hematrokit,
hemoglobin
8. Dyspneu
9. Edema
10. Peningkatan tekanan vena
sentral dan distensi vena
jugularis
11. Asupan melebihi haluaran
12. Oliguria, ortopnea, dan efusi
pleura
13. Perubahan tekanan arteri
pulmonal dan kongesti pulmonal
14. Perubahan BJ urine
15. Bunyi jantung S3
16. Penambahan berat badan dalam
waktu singkat

NOC
Keseimbang cairan Kode : 0601
Definisi: Keseimbangan cairan di dalam ruang intraselular dan ektsraselular tubuh.

SKALA OUTCOME Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


KESELURUHAN terganggu terganggu terganggu terganggu terganggu

Indikator 1 2 3 4 5 NA
Tekanan
060101 1 2 3 4 5 NA
darah
Denyut
060122 nadi 1 2 3 4 5 NA
radial
Tekanan
060102 arteri 1 2 3 4 5 NA
rata-rata
Tekanan
060103 vena 1 2 3 4 5 NA
sentral
Tekanan
060104 baji 1 2 3 4 5 NA
paru-paru
Denyut
060105 1 2 3 4 5 NA
perifer
Keseimban
060107 gan
1 2 3 4 5 NA
intake dan
output
dalam 24
jam
Berat badan
060109 1 2 3 4 5 NA
stabil
Turgor
060116 1 2 3 4 5 NA
kulit
Kelembaba
060117
n membran 1 2 3 4 5 NA
mukosa
Serum
060118 1 2 3 4 5 NA
elektrolit
060119 Hematokrit 1 2 3 4 5 NA
Berat jenis
060120 1 2 3 4 5 NA
urin
Cukup
Berat Sedang Ringan Tidak ada NA
berat
Hipotensi
060106 1 2 3 4 5 NA
ortostatik
Suara napas
060108 1 2 3 4 5 NA
adventif
060110 Asites 1 2 3 4 5 NA
Distensi
060111 vena 1 2 3 4 5 NA
leher
Edema
060112 1 2 3 4 5 NA
perifer
Bola mata
060113
cekung dan 1 2 3 4 5 NA
lembek
060114 Konfusi 1 2 3 4 5 NA
060115 Kehausan 1 2 3 4 5 NA
060123 Kram otot 1 2 3 4 5 NA
060124 Pusing 1 2 3 4 5 NA

NIC
Manajemen Hipovolemia Kode : 4170
Definisi : Pengurangan volume cairan ekstraselular dana tau intraselular dan
pencegahan komplikasi pada psien yang mengalami kelebihan cairan.
Aktivitas-aktivitas : 20. Pertahankan pengaturan
1. Timbang berat badan tiap hari ventilator mekanik yang
dengan waktu yang tetap atau sama diperintahkan sesuai kebutuhan
dan monitor kecenderungannya 21. Gunakan sksion system tertutup
2. Monitor status hemodinamik pada psien dengan edema
meliputi denyut nadi, tekanan pulmonary pada ventilasi
darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, mekanik dengan PEEP sesuai
CO dan CI, jika tersedia kebutuhan
3. Monitor pola pernafasan untuk 22. Siapkan pasien untuk dilakukan
mengetahui adanya gejala edema dialysis seuai kebutuhan
pulmonary 23. Pertahankan alat akses vascular
4. Monitor suara paru abnormal dialisis
5. Monitor suara jantung abnormal 24. Tentukan perubahan berat badan
6. Monitor distensi vena jugularis pasien sebelum dan sesudah
7. Monitor edema perifer setiap sesi dialysis
8. Monitor data laboratorium yang 25. Monitor respon hemodinamik
menandakan adanya potensi pasien selama dan setelah pada
terjadinya peningkatan tekanan setiap sesi sialisi
onkolitik plasma, jika tersedia 26. Tentukan volume dialisat dan
9. Monitor data laboratorium tentang volume yang kembali setelah
penyebab yang mendasari setiap pertukaran dialysis
terjadinya hypervolemia jika peritoneal
tersedia 27. Monitor kembali sisa peritoneal
10. Monitor intake dan ouput sebagai indikasi terjadinya
11. Berikan obat yang diresepkan komplikasi
untuk mengurangi preload 28. Reposisi pasien dengan edema
12. Monitor tanda berkurangnya dependent secara teratur sesuai
preload kebutuhan
13. Monitor adanya efek pengobatan 29. Monitor integritas kulit pada
yang berlebihan pasien yang mengalami
14. Instruksikan pasien mengenai imolisasi dengan edema
penggunaan obat untuk dependent
mengurangi preload 30. Tingkatkan integritas kulit pada
15. Berikan infus IV secara perlahan pasien yang mengalami
untuk mencegah peningkatan imobilisasi dengan edema
preload yang cepat dependent sesuai kebutuhan
16. Batasi intake cairan bebas pada 31. Instruksikan pasien dan
pasien dengan hyponafremia dilusi keluarga penggunaan catatan
17. Hindari penggunaan cairan IV asupan dan ouput sesuai
hipotonik kebutuhan
18. Tinggikan kepala tempat tidur 32. Instruksikan pasien dan
untuk memperbaiki ventilasi, keluarga mengenai intervensi
sesuai kebutuhan yang direncanakan untuk
19. Fasilitasi intubasi endotrakeal dan menangani hipervolemia
insiasi ventilasi mekanik pada 33. Batasan asupan natrium, sesuai
pasien dengan edema plmonar indikasi
berat, sesuai kebutuhan 34. Tingkatkan citra diri dan harga
diri yang positif jika pasien
mengekspresikan kepedulian
akibat retensi cairan yang
berlebih.

NIC
Pemantaun Monitor Eletrolit Kode : 2020
Definisi :mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan
elektrolit
Aktivitas-aktivitas : 20. monitor tanda/gejala hipernatremia:
1. monitor serum elektrolit haus hebat, demam, membran
2. monitor serum albumin dan kadar mukosa kering dan lengket,
protein total, sesuai dengan indikasi takikardia, hipotensi, letargi,
3. monitor ketidakseimbangan asam bingung, perubahan mental dan
basa kejang
4. identifikasi kemungkinan penyebab 21. monitor tanda/gejala hipokalsemia :
ketidakseimbangan elektrolit iritabilitas, tetanus otot, tanda
5. kenali dan laporkan adanya chvostek’1s (spasme otot wajah,
ketidakseimbangan elektrolit tanda trauseau (spasme pada daerah
6. monitor adanya kehilangan cairan kartal). Kebas dan kesemutan pada
dan elektrolit, jika diperlukan daerah perifer kram otot, penurunan
7. monitor tanda chvostek dan /atau curah jantung, perpanjangan segmen
tanda trousseau ST dan interval IT, perdarahan dan
8. monitor manifestasi fraktur
ketidakseimbangan elektrolit pada 22. monitor tanda/gejala hiperkalsemia:
sistem saraf (misalnya, perubahan nyeri tulang dalam, haus yang
sensori dan kelemahan) berlebihan, anoreksia, letargi,
9. monitor kepatenan ventilasi kelemahan otot dan perpendekan
10. monitor kadar osmolalitas serum segmen QT, pelebaran gelomban T,
dan urine pelebaran kompleks QRS, dan
11. monitor rekaman EKG untuk perpanjangan interval P-R
mengetahui perubahan abnormal 23. monitor tanda/gejala
yang berkaitan dengan kadar hipomagnesemia: depresi otot
kalium, kalsium, dan magnesium pernafasan, apatis, tanda chvostek’1s
12. catat adanya perubahan sensasi (spasme otot wajah), tanda trauseau
pada daerah perifer, termasuk (spasme pada daerah kartal),
kebas dan tremor konfulsi, facial tics, spasticity,
13. cata kekuatan otot disritmia jantung
14. monitor adanya mual muntah dan 24. monitor tanda/gejala
diare hipermagnesemia: kelemahan otot,
15. identifikasi tindakan yang berakibat tidak mampu menelan, hiporefleksia,
pada status elektrolit, termasuk hipotensi, bradikardia, depresi sistem
penghisapan pada saluran cerna, saraf pusat, depresi pernafasan,
penggunaan obat deuretik, letargi, koma dan depresi
antihipertensi, dan penghambat 25. monitor tanda/gejala hipofosfatemia:
kanal kalsium kecederungan perdarahan,
16. monitor adanya penyakit medis kelemahan otot, parastesia, anemia
yang dapat menyebabkan hemolitik, fungsi sel darah putih
ketidakseimbangan kadar elektrolit menurun, mual, muntah,
17. monitor tanda/gejala hipokalemia : demineralisasi tulang
kelemahan otot, irregularitas 26. monitor tanda/gejala
jantung (PVC), perpanjangan hiperfosfatemia: takikardi, mual
interval QT, depresi gelombang T, muntah, kram abdomen, kelemahan
serpresi segmen ST, adanya otot, paralisis yang lemah, dan
gelombang I, kelelahan parastesia, peningkatan refleks
penurunan reflek anoreksia, 27. monitor tanda/gejala hipokloremia:
konstipasi, penurunan mobilitas hiperiritabilitas, tetanus, rangsangan
usus, pusing, dingin, peningkatan otot, pernafasan lambat, dan
sensitivitas terhadap digitalis, dan hipotensi
depresi pernafasan ) 28. monitor tanda/gejala hiperkloremia:
18. monitor tanda atau gejala kelemahan, letargi, pernafasan dalam
hiperkalemia: iritabilitas, gelisah, dan cepat, dan koma
kecemasan, muntah, kram 29. berikan suplemen elektrolit sesuai
abdomen, kelemahan, paralisis resep, jika diperlukan
yang lemah, kebas sirkumural dan 30. berikan diet yang tepat pada pasien
kesemutan, takikardia menuju dengan ketidakseimbangan elektrolit
bradikardia, takikardia (makanan kaya kalium, dan diet
ventrikular/fibrilasi, puncak rendah natrium)
gelombang T memanjang, 31. ajarkan kepada pasien cara
pendataran P, meluasnya kompleks mencegah atau meminimalisasi
QRS, dan henti jantung yang ketidakseimbangan elektrolit
menuju ke aras asistol) 32. anjurkan kepada pasien dan keluarga
19. monitor tanda/gejala hiponatremia: mengenai modifikasi diet khusus jika
disorientasi, kedutan otot, mual dan diperlukan
muntah, kram abdomen, sakit 33. konsultasikan kepada dokter jika
kepala, perubahan kepribadian, tanda dan gejala ketidakseimbangan
kejang, letargi, keletihan, menarik cairan dan/atau elektrolit menetap
diri, dan koma atau memburuk

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi

Kerusakan Integritas Kulit Kode : 00046


Definisi : Kerusakan pada epidermis dan atau dermis
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan

 Benda asing menusuk Eksternal


permukaan kulit
 Agens farmaseutikal
 Kerusakan integritas kulit
 Cedera kimiawi kulit(mis.,luka
bakar, kapsaisin, metilen,
klorida,agens mustrad)

 Faktor mekanik (mis.,daya


gesek,tekanan,imobilitas fisik)

 Hipertermia

 Hipotermia

 Kelembapan

 Lembap

 Terapi radiasi

 Usia ekstrem
Internal

 Gangguan metabolisme

 Gangguan pigmentasi

 Gangguan sensasi (akibat cedera


medula spinalis, diabetes
melitus,dll)

 Gangguan sirkulasi

 Gangguan tugor kulit


 Gangguan volume cairan

 Imunodefisiensi

 Nutrisi tidak adekuat

 Perubahan hormonal

 Tekanan pada tonjolan tulang

NOC
Integritas Jaringan: Kulit & Membran Mukosa Kode: 1101
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
Tergangg Tergangg Tergang Tergan Tergan
u u gu ggu ggu
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
KESELURUHAN
Indikator
110101 Suhu kulit 1 2 3 4 5 NA
110102 Sensasi 1 2 3 4 5 NA
110103 Elastisitas 1 2 3 4 5 NA
110104 Hidrasi 1 2 3 4 5 NA
110106 Keringat 1 2 3 4 5 NA
110108 Tekstur 1 2 3 4 5 NA
110109 Ketebalan 1 2 3 4 5 NA
110111 Perfusi 1 2 3 4 5 NA
jaringan
110112 Pertumbuh 1 2 3 4 5 NA
an rambut
pada kulit
110113 Integritas 1 2 3 4 5 NA
kulit
Barat Cukup Sedang Ringa Tidak
Berat n Ada
110105 Pigmentasi 1 2 3 4 5 NA
Abnormal
110115 Lesi pada 1 2 3 4 5 NA
kulit
110116 Lesi 1 2 3 4 5 NA
mukosa
membran
110117 Jaringan 1 2 3 4 5 NA
perut
110118 Kanker 1 2 3 4 5 NA
kulit
110119 Pengelupa 1 2 3 4 5 NA
san kulit
110120 Penebalan 1 2 3 4 5 NA
kulit
110121 Eritema 1 2 3 4 5 NA
110122 Wajah 1 2 3 4 5 NA
pucat
110123 Nekrosis 1 2 3 4 5 NA
110124 Pengerasa 1 2 3 4 5 NA
n (kulit)
110125 Abrasi 1 2 3 4 5 NA
kornea

NIC
Pengecekan kulit Kode : 3590
Definisi : Pengumpulan dan analisis data pasien untuk menjaga kulit dan integritas
membran mukosa
Aktivitas-aktivitas  Monitor kulit adanya
 Periksa kulit dan selaput lendir terkait kekeringan yang berlebihan
dengan adanya kemerahan, kehangatan dan yang melembaban
ekstrim, edema, dan drainase  Monitor sumber tekanan dan
 Amati warna, kehangatan, bengkak, gesekan
pulsasi, tekstur, edema,dan ulserasi pada  Monitor infeksi dan terutama
ekstermitas dari daerah edema
 Periksa kondisi luka operasi,dengan tepat  Periksa pakaian yang terlalu
 Gunakan alat pengkajian untuk ketat
mengidentifikasi pasien yang beresiko  Dokumentasikan perubahan
mengalami kerusakan kulit (misalkan membran mukosa
skala Braden)  Lakukan langkah-langkah
 Monitor warna dan suhu kulit untuk mencegah kerusakan
 Monitor kulit dan selaput lendir terhadap lebih lanjut
area perubahan warna, memar,dan pecah (misalnya,melapisi
 Monitor kulit untuk adanya ruam dan lecet kasur,menjadwalkan reposisi)
 Ajarkan anggota keluarga/
pemberi asuhan mengenai
tanda-tanda kerusakan dengan
tepat

Anda mungkin juga menyukai