Anda di halaman 1dari 10

Tugas Famili Herpetoviridae “Cytomegalovirus”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Virologi

Kelompok 6 (TINGKAT 3B)

1. Annisa Savitri D.L (P17334117075)


2. Rifa Fadriani Nafisah (P17334117076)
3. Luthfi Latifah (P17334117077)
4. A’fina Shulhah (P17334117078)
5. Risma Agistriany (P17334117079)
6. Allaya Aska Fania (P17334117080)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

CIMAHI

2019
1. Cytomegalovirus

Cytomegalovirus atau CMV adalah kelompok virus dapat menginfeksi


manusia dan menimbulkan penyakit. Infeksi CMV biasanya tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan gangguan kesehatan karena sistem kekebalan tubuh bisa
mengendalikan infeksi virus tersebut. Namun, begitu tubuh terinfeksi virus CMV,
virus tersebut dapat bertahan seumur hidup dalam tubuh penderita, dan masalah
kesehatan serius dapat terjadi pada orang dengan sistem imunitas yang lemah,
seperti pasien pasca operasi tranplantasi organ atau penderita HIV, serta bayi
yang terpapar virus ini dari air susu ibu.

Cytomegalovirus merupakan parasit yang hidup di dalam sel atau intrasel


yang sepenuhnya tergantung pada sel inang untuk perbanyakan diri (replikasi).
Virus tidak memiliki organel metabolik seperti yang dijumpai pada prokariot
misalnya bakteri atau eukariot misalnya sel manusia. Replikasi virus tergantung
dari kemampuan untuk menginfeksi sel inang yang permissive, yaitu yang
merupakan sel yang tidak dapat melawan ataumerintangi invasi dan replikasi
virus. Virus tidak memproduksi baik eksotoksin maupun endotoksin.

CMV terdiri dari bagian envelope ( mengandung lipid ), tegument, capsid dan
memiliki genom DNA (deoxyribonucleic acid) untai ganda berukuran besar
yang mampu mengkode lebih dari 227 macam protein dengan 35 macam protein
struktural dan lain-lain protein nonstruktural yang tidak jelas fungsinya. Genom
DNA dibagi menjadi 2 bagian unik yang dikenal dengan istilah unique short (Us)
dan uniquelong (Ul). CMV terdiri dari bermacam strain yang dapat dibedakan
dengan cara melakukan pencernaaan tertentu terhadap genom ini. Protein CMV
disebut dengan singkatan p untuk protein, gp atau g untuk glikoprotein, pp untuk
phosphoprotein. Protein-protein tersebut dapat dijumpai pada bagian-bagian CMV
seperti envelope sekurang-kurangnya ada 5 macam, egument juga 5 macam yang
paling imunogenik serta paling banyak diproduksi, capsid ada 5 macam pula
yang bersifat imunogenik. Glikoprotein paling imunogenik pada envelope ialah
glikoprotein B
1.1 Transmisi /Penularan

Tidak ada vektor yang menjadi perantara. Transmisi dari satu


individu
ke individu lain dapat terjadi melalui berbagai cara.

- Transmisi intrauterus terjadi karena virus yang


beredar dalam sirkulasi (viremia) ibu menular ke janin.
Viremia pada ibu hamil dapat menyebar
melalui aliran darah (per hematogen), menembus
plasenta, menuju ke fetus baik pada infeksi primer
eksogen maupun pada reaktivasi, infeksi rekuren
endogen,2,10 yang mungkin akan menimbulkan risiko tinggi untuk
kerusakan jaringan prenatal yang serius.

- Transmisi perinatal terjadi karena sekresi melalui


saluran genital atau air susu ibu.

- Transmisi postnatal dapat terjadi melalui saliva,


mainan anak-anak misalnya karena terkontaminasi dari
vomitus. Transmisi juga dapat terjadi melalui kontak langsung atau
tidak langsung, kontak seksual,
transfusi darah, transplantasi organ.
2. Cara Diagnosis Virus Cytomegalovirus

Polymerase Amniosentesis Kultur Virus


Chain
Reaction
(PCR)

Enzyme-linked Antigenemia
Immunosorbent
Assay (ELISA)

Pemeriksaan
Kombinasi

Alat dan Bahan dalam pemeriksaan Kultur


Virus:

Alat: Bahan:

Tabung Sentrifuge Sampel Urin

Sentrifuge cat sternheimer


malbin
Mikroskop
2.1 Kultur Virus

Masukkan sampel Putar dengan Buang


urine sebanyak 7-8 kecepatan 1500- supernatan
ml, ke tabung 2000 rpm selama 5 hingga suspensi
sentrifuge menit sedimen sisa 0,5
ml

Periksa dibawah Tambahkan 1 tetes Teteskan 1 tetes


mikroskop dengan cat sternheimer urine diatas
lensa objektif 10x malbin objek glass
dan 40x

Kultur virus merupakan gold standard untuk infeksi CMV, namun metoda ini
memerlukan waktu 7 –10 hari. Spesimen harus diambil selama stadium akut,
yaitu ketika terjadi pelepasan virus tertinggi. Pemulihan terjadi sporadik dan hasil
tidak dapat dipercaya bila diambil selama stadium penyembuhan.

2.1.1 Isolasi

 Isolasi dilakukan dari saliva atau urin, kadang-kadang dari darah perifer.

 Sampel yang telah diisolasi kemudian akan dikultur dalam laboratorium


selama kurang lebih 3-7 hari.

 Untuk menguji konsentrasi atau Antigen dari antibodi, dokter akan


mengambil sampel darah dan diklasifikasikan dalam ampul bertutup kuning
atau merah.

2.1.2 Identifikasi:
Kultur virus tidak dapat membantu untuk membedakan infeksi primer dengan
infeksi lama, karena virus sering dijumpai pada reaktivasi
asimtomatik.

 Infeksi dalam jaringan dapat dideteksi , namun lebih mudah terlihat pada
sel.

 Antigenemia dapat diketahui dengan mendeteksi antigen CMV pp65, yaitu


fosfoprotein tegumen virus yang merupakan salah satu antigen CMV paling
imunogenik dalam leukosit segmen neutrofil darah tepi.

 Pemeriksaan leukosit darah tepi merupakan tes yang valid dan sensitif
untuk menilai kesembuhan CMV, namun memerlukan waktu
lebih lama dari metoda serologik.

 Metoda pengecatan imunofluoresen dengan menggunakan antibodi


monoklonal untuk mendeteksi early antigen memiliki
sensitivitas 84 %.41

 Identifikasi inklusi CMV intranukleus sel epitel tubulus ginjal pada


sediaan sedimen urin adalah spesifik ,bukan sensitif, untuk
menunjukkan replikasi virus. Cara ini mudah dan
sederhana, hanya menggunakan sediaan mikroskopik
sedimen urin rutin dengan pengecatan SternheimerMalbin.
2.2 Amniosentesis

Amniosentesis adalah tes untuk mengetahui kelainan genetik pada bayi


dengan memeriksa cairan ketuban atau cairan amnion.

 Dokter akan menggunakan perangkat ultrasound (USG) untuk


memeriksa posisi bayi dan plasenta di dalam rahim ibu, USG ini
membantu menemukan tempat terbaik untuk mengambil cairan
ketuban tanpa merusak plasenta, tali pusat atau bayi.
 Dilakukan pengambilan cairan ketuban dengan cara aseptik,
selanjutnya dilakukan bius lokal (obat penghilang rasa sakit) untuk
mengurangi rasa sakit yang timbul pada prosedur pengambilan cairan
ketuban.
 Selanjutnya dengan panduan USG, dokter akan menggunakan sebuah
jarum suntik untuk aspirasi cairan ketuban yang ditusukan melalui
dinding perut kedalam kantung ketuban yang berisi cairan ketuban,
biasanya cairan ketuban berwarna kekuning-kuningan.
 Setelah di lakukan aspirasi cairan ketuban, dokter akan memantau lagi
kondisi janin melalui USG untuk memantau detak jantung janin.
 Cairan ketuban yang di peroleh dari aspirasi tersebut sebaiknya jangan
bercampur dengan darah, jika bercampur dengan darah maka
sebaiknya dilakukan prosedur aspirasi ulang, selanjutnya akan di kirim
ke laboratorium untuk di lakukan pemeriksaan. Hasil amniosentesis
pada umumnya tersedia dalam waktu 2-3 minggu.
 Cairan amnion yang diaspirasi tersebut mengandung sel-sel janin yang
akan dikultur atau diperiksa di laboratorium untuk mengetahi
kemungkinan kelainan kromosom maupun penyakit pada janin.

2.3 Polymerase Chain Reaction (PCR)

Diagnosis infeksi CMV secara tepat dapat dilakukan dengan pemeriksaan


DNA CMV. PCR merupakan pemeriksaan yang sangat sensitif untuk
mendeteksi CMV dari berbagai sumber, seperti darah, urin ludah dan jaringan.
PCR memiliki spesifisitas sebesar 89,2% dan 95,8% dibandingkan dengan
kultur jaringan dan kultur cepat. PCR ini juga memiliki sensitivitas sampel
darah kering sekitar 34%- 100% untuk infeksi kongenital CMV. Kelemahan
PCR yaitu viremia tidak selalu muncul pada semua bayi dengan infeksi
kongenital CMV di darah tepi serta sulit pengambilan dan biaya lebih murah.

2.4 Antigenemia

Merupakan salah satu pemeriksaan yang sering digunakan lebih dari satu
dekade untuk mengetahui virus CMV secara kuantitatif dalam darah. Uji ini
berdasarkan pada antibodi monoklonal yang mendeteksi antigen pp65 yaitu
protein akhir yang diekspresikan leukosit pada fase akhir CMV awal.
Pemeriksaan ini terbatas untuk mendeteksi virus dari leukosit, yaitu adanya
inti leukosit dengan pengecatan positif menunjukan hasil positif. Uji ini
menghasilkan hasil kuantitatif dan kualitatif, sampel harus diproses dengan
cepat, tenaga ahli harus terampil, pada pasien neutropenia dapat menunjukan
negatif palsu.
2.5 Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Pemeriksaan diagnostik lain untuk infeksi CMV ialah pemeriksaan


serologik yang mendeteksi CMV menggunakan ELISA indirek untuk melihat
antibodi IgG dan IgM CMV. Pemeriksaan antibodi merupakan pemeriksaan
yang umum dikerjakan. Deteksi antibodi IgM digunakan sebagai penanda
infeksi akut atau rekurens. Hanya 70% bayi dengan infeksi kongenital CMV
yang memiliki antibodi IgM saat lahir. Hal ini menyebabkan angka spesifisitas
yang rendah pada infeksi primer dan hasilnya dapat positif palsu karena IgM
dapat bertahan selama beberapa bulan setelah infeksi dan dapat positif oleh
karena reaktivasi infeksi CMV. Bila pada pemeriksaan CMV didapatkan IgM
positif, maka harus dikonfirmasi dengan melihat ada tidaknya virus melalui
kultur virus atau pemeriksaan PCR. Bila bayi mengalami infeksi CMV
kongenital, antibodi IgG CMV akan memberikan hasil positif dengan titer
yang semakin meninggi sampai bayi berusia 4-9 bulan; hal ini dapat
membantu konfirmasi infeksi aktif CMV. Terdapatnya IgG CMV yang negatif
pada darah tali pusat bayi menunjukan tidak adanya infeksi CMV kongenital,
tetapi jika positif ada dua kemungkinan yaitu transfer pasif dari ibu atau
adanya indikasi infeksi kongenital.

2.6 Pemeriksaan Kombinasi

Ibu hamil dengan seronegatif 6 bulan sebelum konsepsi berpeluang untuk


terinfeksi primer saat hamil. Pemeriksaan IgG perlu dilakukan sekurang-
kurangnya dua kali yaitu pada 2 bulan dan 4 bulan kehamilan. Bila hasil
negatif, maka tindakan lanjut dapat ditunda. Reinfeksi sering terjadi ketika
hamil dan penetapan jumlah virus dapat dipakai untuk mengetahui risiko
transmisi vertikal, sedangkan pada masa kehamilan, isolasi virus dari cairan
amnion dipakai untuk mendeteksi infeksi in utero dikombinasikan dengan
pemeriksaan darah fetus setelah 20 minggu kehamilan memberi hasil
sensitivitas diagnostik 80-100%.
Referensi :

Navis, Dinda. VIRUS CYTOMEGALOVIRUS (PATHOFISIOLOGI).


https://www.academia.edu/37712216/VIRUS_CYTOMEGALOVIRUS_PATHOF
ISIOLOGI

Savitri, T. 2019. Sitomegalovirus. https://hellosehat.com/kesehatan/tes-


kesehatan/sitomegalovirus/amp/.

Suromo, L.B. 2007. KEWASPADAAN TERHADAP INFEKSI


CYTOMEGALOVIRUS SERTA KEGUNAAN DETEKSI SECARA
LABORATORIK.

Anda mungkin juga menyukai