Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA


MEDIS DIABETES MILITUS DAN GANGREN PEDIS DEXTRA
POST AMPUTASI HARI KE 4 DI RUANG 3 RUMKITAL Dr.
RAMELAN SURABAYA

TANGGAL 28s/d 31 OKTOBER 2019

OLEH

KELOMPOK E1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2019/2020
LAPORAN KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA


MEDIS DIABETES MILITUS DAN GANGREN PEDIS DEXTRA
POST AMPUTASI HARI KE 4 DI RUANG 3 RUMKITAL Dr.
RAMELAN SURABAYA

TANGGAL 28s/d 31 OKTOBER 2019

NAMA KELOMPOK E1 :

1. EDI ERNAWAN 193.0024


2. I GEDE ADI 193.0037
3. M.MASRUR SUYUTHI 193.0055
4. YULI NUHAYTI 193.0093

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :

1. EDI ERNAWAN 193.0024

2. I GEDE ADI 193.0037

3. M.MASRUR SUYUTHI 193.0055

4. YULI NURHAYATI 193.0093

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis


Diabetes Militus dan Gangren pedis Dextra post Amputasi Hari
ke 4 di Ruang 3 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya

Telah disetujui untuk dilaksanakan Seminar Kasus di Rumkital Dr. Ramelan


Surabaya pada hari Jum’at 8 November 2019.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Christina yuliantuti,S.Kep.,Ns.,

Kepala Ruangan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Seminar Kasus Asuhan
Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis Diabetes Militus dan
Gangren pedis Dextra post Amputasi Hari ke 4 di Ruang 3 Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya

Dalam penyusunan makalah seminar ini, kelompok mendapat


banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kolonel Laut (K) dr Ahmad Samsulhadi selaku Kepala Rumkital Dr.


Ramelan Surabaya, yang telah memberikan ijin dan lahan praktik
untuk penyusunan karya tulis dan selama kami berada di Stikes
Hang Tuah Surabaya.
2. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya.
3. Nuh Huda., M.Kep selaku Kepala Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya dan Imroatul
Farida, M. Kep sebagai Pembimbing Institusi di ruang 3 yang telah
meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan
penyusunan dan penyelesaian seminar ini.
4. I Nyoman M, A.Md.Kep selaku Kepala Ruangan di Ruang 3
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya yang telah meluangkan waktu dan
tenaga dalam memberikan bimbingan penyusunan dan penyelesaian
seminar ini.
5. Eko Ratna., S.Kep sebagai Pembimbing Lahan Praktik di ruang 3
yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan
bimbingan penyusunan dan penyelesaian seminar ini.

Kami menyadari makalah seminar ini masih jauh dari sempurna.


Karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami perlukan dalam
perbaikan makalah ini. Semuga makalah ini bisa berguna bagi kami dan
pembaca.

Kelompok E1
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan....................................................................................iii
Kata Pengantar…........................................................................................iv
Daftar Isi…...................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit….........................................................................4
2.1.1 Pengertian…...................................................................................4
2.1.2 Etiologi …......................................................................................4
2.1.3 Manifestasi Klinis...........................................................................5
2.1.4 Pathways….....................................................................................6
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang…..............................................................8
2.1.6 Penatalaksanaan…..........................................................................8
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian..............................................................................................27
3.2 Diagnosa Keperawatan...........................................................................35
3.3 Intervensi Keperawatan..........................................................................36
3.4 Implementasi Keperawatan …...............................................................39
3.5 Evaluasi Keperawatan............................................................................46
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan….........................................................................................58
4.2 Saran…...................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................60

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes miltus (DM) ditandai dengan penumpukan gula darah

(gluokosa) yang membuat kadarnya naik hingga di atas normal, yaitu


melebihi 126 mg% dalam keadaan puasa dan 200 mg% saat 2 jam setelah

makan(haznam,2007).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan Indonesia

menduduki kedudukan ke 4 di dunia dalam hal jumlah penderita Diabetes

miltus (DM). Indonesia dengan populasi 230 juta penduduk , merupakan

Negara ke 4 terbesar penderita Diabetes miltus setelah cina india, dan

amerika serikat (exinhua,2007). Pada tahun 200 jumlah penderuta Diabetes

miltus (DM) mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah

penderita Diabetes miltus (DM) di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta, kata

sidartawan soegondo konsultan diabetic dan metabolic dan endokrin dari

fakultas kedokteran universitas Indonesia. Lebih lanjut dikatakan oleh

soegondo bahwa kasus pre Diabetes miltus di Indonesia juga sangt tinggi

yaitu mencapai 12,9 juta orang, angka ini merupakan yang merupakan

angka yang ke 5 terbesar di dunnia, diperkiran akan naik hingga 20,9 jjuta di

tahun 2025. Ironisnya, hanya 50% dari prndertita diabetes di Indonesia

menyadari bahwa mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita

yang melakukan pemerikasaan secara teratur.


Edwin menjelaskan, penyakit diabetes mellitus (DM) disebabkan

adanya perilaku penderita yang tidak menjalani pola hidup sehat sehingga

mengakibatkan meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh. Penyakit

Diabetes miltus juga menjadi penyebab utama kebutaan, amputasi, kanker

pancreas, stoke, serangan jantung dan ginjal. Bahkan Diabetes miltus

membunuh lebih banyak dibanding HIV atau AIDS (waspada online, 2009).

Menurut Pranadji (2000), tujuan diet Diabetes miltus adalah untuk

memperbaiki kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatkan control


metabolic yang lebi baik. Selain itu dapat mengetahui beberapa tujuan

khusus diantaranya yaitu memperbaiki kesehatan umum penderita,

memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan ideal

atau normal dan memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk

memelihara tingkat kesehatan yang optimal dan aktivitas normal. Antara

lain tujuan dari diet Diabetes miltus ialah menormalkan pertumbuhan anak

yang menderita Diabetes miltus, mempertahankan kadar gula darah sekitar

normal serta menekan atau menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik.


Dengan banyaknya kasus Diabetes miltus dengan kontrol yang kurang

baik, maka penyuluhan tentang diet harus ditingkatkan ketahap maksimum

agar penderita dapat mengelakkan diri dari prognosis yang jelek dari

Diabetes melitus. Oleh sebab itu kami tertarik untuk mengetahui tingkat

pengetahuan pasien tentang Diabetes melitus di Paviliun 3 Rumkital Dr.

Ramelan Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan keperawatan pada Ny. S Dengan diagnose medis

Diabetes Militus dan Gangren pedis Dextra post Amputasi Hari ke 4 Di

Ruang 3 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya ?


1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisa Asuhan Keperawatan pada Ny. S Dengan diagnose medis

Diabetes Militus dan Gangren pedis Dextra post Amputasi Hari ke 4 di

Ruang 3 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.


1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengkaji kasus Diabetes Militus pada Ny. S
2) Menegakkan diagnose keperawatan pada Ny.S dengan diagnose

medis Diabetes Militus dan Gangren pedis Dextra post Amputasi

Hari ke 4 di Ruang 3 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.


3) Merumuskan intervensi asuhan keperawatan pada Ny.K dengan

diagnose medis Diabetes Militus dan Gangren pedis Dextra post

Amputasi Hari ke 4 di Ruang 3 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.


4) Melaksanakan implementasi asuhan keperawatan pada Ny.S

dengan diagnose medis Diabetes Militus dan Gangren pedis Dextra

post Amputasi Hari ke 4 di Ruang 3 Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya.
5) Mengevaluasi asuhan keperawatan pada Ny.S dengan diagnose

medis Diabetes Militus dan Gangren pedis Dextra post Amputasi

Hari ke 4 di Ruang 3 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1.1 Pengertian

Diabetes Militus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan seluruh

insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebebkan

komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati

(Sudoyo,2009).

Luka gangrene adalah keadaan yang diawali dari adanya hipoksia

jaringan dimana oksigen dalam jaringan berkurang, hal tersebut akan


mempengaruhi aktivitas vaskuler dan seluler jaringan, sehingga akan

berakibat terjadinya kerusakan jaringan (Gayton,2006) Gangren kaki

diabetic adalah luka pada kaki yang merah kehitam hitaman dan berbau

busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di

tungkai. Luka gangrene merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes

Militus yang paling kronik yang paling dittakuti oleh penderita Diabetes

Militus (Tjokoprawito,2007).

Rangkaian yang khas pada proses timbulnya gangrene pada kaaki

dimulai dari cedera pada jaringan lunak kaki. Pembentukan fisura antara

jari-jari kaki atau di daerah kkulit kering atau pembentukan sebuah kalkus.

Jaringan yang mula-mula terkena akan menjadi kebiruan dan teraba dingin

bila disentuh, kemudian jaringan yang mati menghitam dan akan

menimbulkan bau busuk (Clayton dan tom,2009).

2.1.2 Etiologi

1. Diabetes Militus tipe 1 : diabetes yang bergantung pada insulin

yang ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pancreas yang

disebabkan oleh
a. Faktor genetic penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu

sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau

kecenderungan genetic kea rah terjadinya diabetes militus.


b. Faktor imunologi/ autoimun
c. Faktor lingkungan, virus atau toksin tertetu dapat memicu

proses autoimun yang menimbulkan ektruksi beta


2. Diabetes Militus tipe 2 : disebabkann oleh kegagalan relative sel

beta dan resistensi insulin. Faktor risiko yang dapat berhubungan


dengan proses terjadinya diabetes tipe 2 yaitu usia, obesitas,

riwayat kesehatan dan keluarga.


Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam Pasca pembedaha dibagi

menjaddi 3 yaitu:
a. <140 mg/dL  normal
b. 140 < 200 mg/Dl  toleransi glukosa terganggu
c. > 200 mg /dL  diabetes (Sudoyo,2009)

2.1.3 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis Diabetes Militus dikaitkan denggan konssekuensi

metabolic defisiensi insulin :


1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat beraakibat ppada glujosuria yang mmenjadi

dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluarann uurin (poliuria) dan

timbuul rasa haus (polidipsia).


3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia)
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah keesemmutan, gatal, mata kabur,

impoteensi, peruritas vulva (price dann Wilson,2006)

Kriteria diagnosis Diabetes Militus:

a. Gejala klasik Diabetes Militus + glukos plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL

(11,1 mmol/ L)

b. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemerikasaan sesaaat pada

suatu hari tanpaa memperkirakan waktu

c. Gejala klasik Diabetes Militus + glukosa plasma ≥ 126 mg/dL (7,0

mmol / L)

d. Glukosa plsma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/ L)

TTGO dilakukan ddengan sttandar WHO menggunnakaann beban


glukkosa yang setar dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan

kedalam air (Sudoyo,2009).

2.1.4 Pathway (WOC)

DM tipe 1 DM tipe 2

Sel Beta Idiopatik, usia, genetik,


Pancreas gaya hidup

Defisiensi Insulin

Penurunan Risiko ke
Glukosa
pemakaian tidakstabilan
meningkat
glukosa oleh sel glukosa darah

Syok
glukogenesis hiperglikemik
hiperglikemia

Glukosuria
Koma
Lemak Protein
diabetik
Resiko
Osmotik deuresis infeksi

ketogenesis BUN
Kekurangan
volume
Dehidrasi cairan
Nitrogen
Ketonemia urine
meningkat
Mual, Perubahan pada saraf
muntah perifer
PH
menurun

Penebalan membran
dasar vaskuler
Asidosis
Resiko tinggi
gangguan
nutrisi Resiko disfungsi
kurang dari neurofaskular
kebutuhan perifer
Koma

kematian

Skema 2.1 Web Of Caution Diabetes Mellitus (Nanda Nic-Noc,2015)


2.1.5 Pemeriksaan penunjang

1. Kadar glukosa darah


2. gukosa darahCriteria diagnostic WHO untuk diabetes miliitus pada

sedikitnya 2 kalli pemmeriksaan:


a. Glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/ L)
b. Glukosa plasma puasa ≥ 140 mg/dL (7,8 mmol/ L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian

sesudah mengkonsumsi 75 ggram karbohidrat (2 jam PP > 200

mg/ dL).
3. Tes laboratorium diabetes miliitus
4. Tes saring pada diabetes miliitus
5. Tes diagnistik/ hheksokinase
6. Tes untuk mendeteksi komplikasi (Nurarif,2016)

1.6 PENATALAKSANAAN
1) Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi

terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik

pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal

tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas

pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :


a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, adalah :


1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti

pedoman 3 J yaitu:
 Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi

atau ditambah
 Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
 Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus

disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi

dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body

Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :

1. Kurus (underweight) BBR < 90 %


2. Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3. Gemuk (overweight) BBR > 110%
4. Obesitas apabila BBR > 120%
 Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
 Obesitas sedang BBR 130% - 140%
 Obesitas berat BBR 140% - 200%
 Morbid BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-

hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :


1. Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
2. Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
3. Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
4. Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari

2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita

DM, adalah :
 Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap

1 1/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin

resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah

jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin

dengan reseptornya.
 Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
 Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
 Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
 Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan

akan dirangsang pembentukan glikogen baru.


 Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah

karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan

kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara

atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi

kelompok, dan sebagainya.

b. Obat
1. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral

(OHO)
a) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi

pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang

sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai

akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya

diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan

masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya

sedikit lebih.
b) Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik,

tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan

efektivitas insulin, yaitu :

1) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik


 Menghambat absorpsi karbohidrat
 Menghambat glukoneogenesis di hati
 Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
2) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah

reseptor insulin
3) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek

intraselluler
2. Insulin
a) Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat

dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves

b) Beberapa cara pemberian insulin


Suntikan insulin subkutan : Insulin regular mencapai puncak

kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan subcutan,

kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada

beberapa faktor.

c. Cangkok pankreas

Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental

dari donor hidup saudara kembar identik.

1.7 KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dariDiabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999)

adalah
1) Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia.
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar,

penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh

darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil,

retinopati nefropati.
d. berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth

and Brunner, 1990).

2) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus


a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
 Grade 0 : tidak ada luka
 Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
 Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
 Grade III : terjadi abses
 Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
 Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah

distal

1.8 Asuhan keperawatan

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga,

untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses

terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses

keperawatan.

Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang

dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan

komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi


masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi mengimplementasikan

rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan

pada klien dengan gangguan sistem endokrin.

1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin
Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang
meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat
keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola
kegiatan sehari-hari.

Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :

a. Aktivitas dan istirahat


Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu
melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri,
kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh,
kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan
pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,
mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan,
lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme
menurun dan terjadi impoten pada pria.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering
terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
diuresis osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan
atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan
pada orang lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

3. Rencana Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda
vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan
pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu,
dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh
hipotensi dan takikardia.
2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan
membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau
volume sirkulasi yang adekuat.
3) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan
pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang
diberikan.
4) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari
status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya
dalam memberikan cairan pengganti.
5) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada
derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara
individual.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
masukan oral.
Tujuan :
 Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
 Menunjukkan tingkat energi biasanya
 Berat badan stabil atau bertambah
Intervensi :

1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan


bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh
pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan
penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
3) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk
kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat
dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini
dapat diupayakan setelah pulang.
4) ibatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya;
memberikan informasi pada keluarga untuk memahami
nutrisi pasien.
5) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan
karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.


Tujuan :
 Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
 Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk
mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.


Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau
dapat mengalami infeksi nosokomial.
2) Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan
cuci tangan yang baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah
akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-
sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya
kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan
nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua
daerah paru dan memobilisasi sekret.
d. Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori
berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan
atau elektrolit.
Tujuan :
 Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
 Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan
sensori.
Intervensi :

1) Pantau tanda-tanda vital dan status mental.


Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan
temuan abnormal.
2) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai
dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu
untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
3) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin,
dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai
kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap
berhubungan dengan realitas dan mempertahankan
orientasi pada lingkungannya.
4) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan
sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa
tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap
kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi


metabolik.
Tujuan :
 Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
 Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :

1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.


Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi
untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang
cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah
sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang
dapat ditoleransi secara fisiologis.
4) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri
yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau
tindakan yang diberikan kepada klien sesuai dengan rencana
asuhan keperawatan. Pada tahap ini perawat menerapkan
keterampilannya dan pengetahuannya berdasarkan ilmu
keperawatan dan ilmu lain, yang terkait secara integrasi. Pada
waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses
pengumpulan data berjalan terus-menerus guna
perubahan/penyesuaian tindakan keperawatan.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi pelaksanaan rencana
asuhan keperawatan, antara lain sumber-sumber yang ada,
pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik
dimana asuhan keperawatan dilakukan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan pasien (empat tindakan yang
utama):
a. Melaksanakan prosedur keperawatan
b. Melakukan observasi
c. Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan).
d. Melaksanakan program pengobatan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah
direncanakan, dilakukan berdasarkan standar asuhan
keperawatan dan sistem pendelegasian yang telah ditetapkan.
5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah :
a. Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat ?
b. Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang
diinginkan ?
c. Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar
glukosa ?
d. Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?
e. Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat
dipertahankan sesuai kebutuhan ?

BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas
Pasien adalah seorang perempuan bernama Ny. S dengan usia 65 tahun

status Janda beragama islam asal suku dari Jawa bahasa yang sehari-

hari digunakan adalah bahasa Indonesia riwayat pendidikan adalah

SMA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga masuk rumah sakit pada tanggal

16-Oktober 2019 hari Rabu, pada pukul 23.00 WIB dan dilakukan

pengkajian pada hari Selasa, 27 Oktober 2019 di ruang R3 Rumkital

Dr.Ramelan Surabaya.

3.1.2 Keluhan utama :

Terdapat Luka Pada Cruris dextra post op amputasi hari ke 4

3.1.3 Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dari igd pada tanggal 16-Oktober 2019

bersama keluarganya dengan membawa pengantar dari poli orthopedi

Dr.ramelan surabaya dengan Dr. totot SpOT terdapat luka di kaki

pedis kanan dextra. Dan pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan di

IGD di beri tindakan pemasangan infus Nacl, ekg, dan pengambilan

darah. Setelah dari igd pasien di bawa ke ruang rawat inap Ruang R 3

di ruang R3 pasien di beri tindakan perawatan luka.

3.1.4 Riwayat penyakit dahulu :


Pasien mengatakan sudah menderita sakit diabetes militus selama 6
tahun yang lau dan px juga memiliki riwayat hipertensi

3.1.5 Riwayat kesehatan keluarga :

Px mengatakan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit DM


maupun hipertensi

3.1.6 Susunan keluarga (genogram) :

3.1.7 Riwayat alergi :

Pasien tidak memiliki alergi makanan, dan obat-obatan.

3.1.8 Tanda-Tanda Vital

Keadaan umum cukup, kesadaran Composmentis dengan Tekanan

darah 130/80 mmHg, suhu 36,8 derajat celsius nadi 81 kali/menit

pernafasan 20 kali/menit, SPO2 99 %, EWS 0 dengan berat badan 45

kg dan tinggi badan 150 cm.

3.1.9 Pemeriksaan Fisik Per Sistem

1. Sistem Pernafasan (Breath)

Pada pemeriksaan dengan menggunakan tehnik inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi didapatkan bentuk dada normochest, dengan

pergerakan simetris, tidak ada otot bantu nafas, irama nafas reguler,

pola nafas eapnea, taktil fomitus teraba di thorak anterior dan

posterior, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, tidak

ada sesak, tidak ada sianosis, tidak ada batuk.


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

2. Sistem Kardiovaskuler (Blood)

Pada pemeriksaan dengan menggunakan tehnik palpasi, auskultasi dan

perkusi didapatkan Ictus Cordis teraba di ICS ke V midklavikula

sinistra, irama jantung reguler, tidak nyeri dada, bunyi jantung S1/S2

tunggal, tidak ada bunyi jantung tambahan, CRT kurang dari 2 detik,

akral hangat kering merah,tidak ada odema, tidak ada pembersaran

kelenjar getah bening.

Masalah : Tidak ada masalah keperawatan

3. Sistem Persarafan (Brain)

Pada pemeriksaan di sitem persyarafan didapatkan kesadaran

Compomentis, GCS : 456, reflek bisep pada sebelah kanan dan kiri

positif, reflek trisep pada kanan dan kiri positif, reflek patella pada

kanan dan kiri positif, reflek achiles pada kanan dan kiri positif, reflek

patologis kaku kudu negative, kaku kernig negative, babinsky

negative, brudzinsky negative.

Pada pemeriksaan dua belas nervus didapatkan nervus I reflek

membau /penciuman pasien masih baik, nervus II pasien mampu

mengenali keluarga saat berjarak 5 meter, nervus III pasien mampu

memutar bola mata mengikuti bolpoin perawat, nervus IV pasien

mampu menggerakan bola mata kearah atas bawah dan lateral, nervus

V mata berkedip keduanya saat diberi rangsang, nervus VI pasien


mampu menggerakan bola mata kearah lateral, nervus VII wajah

simetris, nervus VIII pendengaran masih baik, nervus IX terdapat

reflek muntah namun reflek menguyah berkurang, bibir bagian bawah

asimetris, nervus X reflek menelan baik, nervus XI terdapat

ketidakmampuan menggerakan bahu sebelah kiri dan nervus XII lidah

dapat bergerak dengan baik.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Sistem Perkemihan (Bladder)

Pada pemeriksaan sistem perkemihan didapatkan kandung kemih tidak

ada retensi, tidak ada nyeri tekan, BAK sebelum masuk rumah sakit 4

kali/hari dengan jumlah urine 1800cc/hari. BAK setelah masuk rumah

sakit dengan jumlah urine 2000 cc/hari.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Sistem Pencernaan (Bowel)

Pada pemeriksaan system pencernaan didapatkan membrane mukosa

kering, gigi masih utuh, faring tidak ada kemerahan.

Diit sebelum masuk rumah sakit adalah nasi,sayur dan ikan, nafsu

makan baik dengan mengkonsumsi air minum 1500-1700 cc / hari.

Diit selama masuk rumah sakit dengan diit TKTP dengan habis 1 porsi

setiap kali makan dengan frekuensi 3x makan per hari. Pasien tidak

ada keluhan mual, tidak ada muntah, bentuk abdomen datar dengan
peristaltic usus 20x/menit tidak teraba pembesaran hepar, tidak teraba

pembesaran lien dan tidak terdapat nyeri abdomen.

BAB sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi 1x/hari konsistensi

lembek dan warna kuning, BAB setelah masuk rumah sakit dengan

frekuensi 1x/hari dengan konsistensi lembek, warna feses kuning dan

tidak terpasang kolostomi.

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan Masalah Keperawatan

6. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (Bone)

Pada pengkajian inspeksi didapatkan pasien bedrest, lemas, dan

terlihat balutan post op amputasi di kaki kanan Rambut berwarna

hitam dan ada yang berwarna putih, warna kulit sawo matang, pada

palpasi didapatkan turgor kulit elastis ROM terbatas pada bagian tubuh

kanan. Kekuatan otot nilai 5 untuk sendi pada jari sebelah kanan, 5

untuk sendi pergelangan tangan, 5 untuk sendi siku, dan 5 untuk sendi

bahu.

Pada ekstermitas bawah didapatkan nilai 4 pada kaki kanan,. ada

kelainan atau trauma pada tubuh pasien yaitu post op cruris pedis

dextra dan Terdapat balutan kassa/balutan elastis bandage rembes (-),

pus (-), bau (-)

Kekuatan Otot:

5555 5555

4444 5555
Masalah Keperawatan : nyeri akut

Resiko infeksi

7. Pemeriksaan Endokrin

Pasien tidak memiliki pembesaran kelenjar tyroid, pasien memiliki

riwayat DM yant tidak terkontrol sehingga dapat terjadi hipo dan

hiperglikemia.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

8. Kemampuan Perawatan Diri

Sebelum masuk rumah sakit kemampuan pasien untuk mandi,

berpakaian, tolileting, berpindah dan berjalan, naik tangga, berbelanja,

memasak dan pemeliharaan rumah mandiri namun setelah masuk

rumah sakit semua kegiatan tersebut tidak mampu dilakukan pasien

sama sekali karena keterbatasan gerak.

Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas Fisik

9. Kemampuan Personal Heygine

Sebelum dirawat di rumah sakit pasien biasanya mandi 2 kali/hari,

ganti pakian 2x/hari, keramas 2x/minggu dan memotong kuku 1 bulan


sekali. Namun saat dirawat di rumah sakit pasien mandi melalui seka

1x/hari, belum keramas, ganti pakaian 1x/hari dan belum memotong

kuku selama MRS. Didapatkan pasien mulut lembab dan bersih. Di RS

sebagian pasien dibantu oleh keluarga untuk memenuhi perawatan diri.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Pola Istirahat Tidur

Sebelum dirawat dirumah sakit pasien biasanya tidur siang mulai jam

11.30 sampai dengan jam 13.00 WIB. Dan tidur malam jam 21.00

sampai jam 04.00 WIB.

Selama dirawat di RS pasien cemderung sering tidur dengan waktu

istirahat jam 11.00 – 12.00 lalu tidur lagi jam 13.00-14.00 dengan tidur

malam mulai pukul 20.00 sampai dengan pukul 05.00 WIB dengan

total 10-11 Jam/hari.

11. Pola Koping

Masalah Utama selama MRS pasien mengaku nyeri jika digunakan

duduk dan berjalan. Sebelumnya pasien bisa beraktifitas mandiri,

namun sejak sakit pasien beraktifitas dengan bantuan sebagian.

Sebelumnya pasien dapat berjalan namun sejak sakit pasien tidak

mampu berjalan. Kemampuan adaptasi terhadap masalah pasien cukup

baik karena pasien tidak sering berfikir negative terhadap sakitnya,

pasien juga jarang sekali mengeluh mengenai sakitnya.


3.1.10 Pemeriksaan Penunjang

Tabel 3.1 Hasil Laboratorium Ny. K dengan Type 2 diabetes


mellitus with other specifie compliction tnggal 13 September 2019

Bas# 0.0 10^3/uL 0.0 - 0.1

Bas% 0.0 % 0.0 - 1.0

Eos# 0.03 10^3/uL 0.02 - 0.5

Eos% 0.1 % 0.5 - 5.0

HCT 30.7 % 37.0 - 54.0

HGB 10.3 g/dL

Lym# 1.74 10^3/uL 0.8 - 4.0

Lym% 9.5 % 20.0 - 40.0

MCH 22.9 pg 27.0 - 34.0

MCHC 33.6 g/dL 32.0 - 36.0

MCV 68.1 fL 80.0 - 100.0

Mon# 1.77 10^3/uL 0.12 - 1.2

Mon% 9.6 % 3.0 - 12.0

MPV 7.6 fL 6.5 - 12.0

Neu# 14.91 10^3/uL 2.0 - 7.0

Neu% 80.8 % 50.0 - 70.0

PCT 0.335 % 0.108 - 0.282

PDW 15.4 15.0 - 17.0

PLT 441 10^3/uL 150.0 - 450.0

RBC 4.51 10^6/uL 3.5 - 5.5

RDW_CV 13.3 % 11.0 - 16.0

RDW_SD 33.5 fL 35.0 - 56.0

WBC 18.45 10^3/uL 4.0 - 10.0


KIMIA

Chlorida 99.0 mmol/L 95.0 - 105.0

Kalium 3.8 mmol/L 3.00 - 5.00

Natrium 133.8 mmol/L 135.0 - 147.0

Gula Darah 380 mg/dL < 120

Hasil Pemeriksaan Foto Thorax PA / AP Supine / 1/2 Duduk dan


Lateral Ny. K dengan Type 2 diabetes mellitus with other specifie
compliction tnggal 13 September 2019.
Cor : besar dan bentuk normal
aortic knob ?
kalsifikasi ?
Pulmo : tak tampak infiltrat
Terosternal dan retrocardial normal
Kedua sinus phrenicocostalis tajam
Kedua hemidiafragma normal
Tulang-tulang baik
Kesimpulan :
Foto thorax normal
Tak tampak proses keradangan aktif paru kiri kanan

3.1.11. Terapi

Tabel 3.2 Terapi pada Tn. R di Ruang GII pada tanggal 12


September 2019

NO Terapi Dosis Indikasi

1 Infuse Ns 1000cc/24jam Terapi cairan

2 Infuse D5% 500cc/24jam Terapi cairan

3 Cinam 4x1,5 gr/iv Anti biotik

4 Gentamycin 2x600mg Antibiotik


5 Ondencentron 8 2x8mg Mual, muntah
mg

6 Neurodex tab 1x1 vitamin

7 Cilostazol 2x1

8 Sansulin Log 0-0-0-12 Sc Terapi diabet

9 Humolog Mix 12-0-12 Sc Terapi diabet

Surabaya, 17 September 2019

Kel. E2

3.2 ANALISA DATA


NO. DATA PENUNJANG PENYEBAB MASALAH
(Etiologi) (Problem)

1. DS : Agen pencedera Nyeri Akut


fisik ( post
- pasien mengatakan Amputasi )
kaki kanan setelah
amputasi terasa nyeri
dan cekot-cekot
- Pasien mengatakan
nyeri terasa cekot-
cekot dengan skala 5
(1-10)
- Pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
DO:
- Tekanan darah 130/80
mmHg, suhu 36,9 C
nadi 81 kali/menit
pernafasan 20
kali/menit, SPO2 99
%, EWS 0
- Ekspresi menyeringai
jika kesakitan
- Terdapat luka di cruris
kanan terbalut elastis
bandage

2. DS : Ketidakadekuatan Resiko Infeksi


pertahanan tubuh
px mengatakan ada luka di primer
cruris kanan (kerusakan
DO : integritas kulit)

- Luka di cruris kanan


terbalut elastis bandage
- Warna kulit sekitar
luka kemerahan
- Panjang luka ± 10 cm
- Tidak ada perdarahan
- Terdapat granulasi
tetapi belum menutup
sempurna

3. DS: Kelemahan Defisit


perawatan diri :
Pasien mengatakan kalau toileting
BAB atau BAK dibantu oleh
anaknya
pasien mengatakan belum
bisa jalan ke kamar mandi

DO:

-Aktifitas pasien lebih banyak


di tempat tidur

-Post amputasi cruris kanan


hari ke 4

-Kekuatan otot 5555 5555

4444 5555

-Pasien BAB dan BAK


ditempat tidur menggunakan
pispot dan dibantu keluarga

3.3 Diagnosa Keperawatan


1) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik(post operasi amputasi)

2) Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer(kerusakan


integritas jaringan)

3) Defisit perawatan diri:toileting b/d kelemahan


A. RENCANA KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o Keperawa Kriteria
tan Hasil

1. Nyeri akut Setelah 1. Monitor vital sign 1. Mengetahui


dilakukan perkembang
Intervensi 2. Identifikasi lokasi an keadaan
keperawatan karakteristik pasien
2. Membantu
selama 3x24 durasi,frequensi,kualita
meyakinkan
jam maka s,intensitas dan skala
bahwa
nyeri akut nyeri.
penanganan
menurun.
dapat
Kriteria memenuhi
Hasil: 3. Identifikasi respon
kebutuhan
nyeri nonVerbal
pasien dalam
1. Skala
mengurangi
nyeri
nyeri
berkurang
atau 3. Membantu
hilang 0- meyakinkan
4. manajemen nyeri
2. bahwa
2. Px (lakukan manajemen
penanganan
tampak nyeri non farmakologi
dapat
tenang. dengan menarik nafas
memenuhi
3. Px
dalam dari hidung dan
kebutuhan
mengung
mengeluarkan dari
pasien dalam
kapkan
mulut dan ajarkan
mengurangi
perasaan
teknik relaksasi dengan
nyeri
nyaman.
membayangkan sesuatu
4. Px tak
4. Meringankan
yang membuat pasien
tampak
atau
senang)
menyerin
5. berikan terapi sesuai mengurangi
gai.
indikasi dokter rasa nyeri
pada tingkat
(pemberian obat anti
kenyamanan
nyeri Antrain 3x1gr
yang dapat
melalui IV)
diterima oleh
pasien.

5. Memfasilit
asi
penggunaa
n obat
resep
secara
aman dan
efektif

2. Resiko Setelah 1. Monitor adanya odem 1. Mengetahu


infeksi. dilakukan pada stump. i
intervensi perkemban
keperawatan gan pada
2. Monitor penyembuhan
selama 3x24 luka yg
luka pada area insisi
jam maka terdapat
resiko infeksi pada
menurun. stump.
3. Hindari meletakkan
2. Mengetahu
stump pada posisi
i
menggantung untuk
perkemban
Kriteria
menurunkan odema
gan pada
Hasil:
4. Motivasi perawatan luka yg
1. Tidak stump secara mandiri. terdapat
terjdi pada
demam 5. Anjurkan unuk hindari stump.
2. Hasil lab 3. Menghinda
duduk dalam waktu lama
leukosit
( sel darah ri terjadi
putih ) adanya
membaik 6. berikan terapi sesuai odem.
3. Kemeraha
indikasi dokter
4. Meringank
n dan
(pemberian obat
an biaya
hematom
antibiotik Cynam 3x1gr
pada pasien
pada luka
melalui IV)
menurun 5. Mengurang
i terjadinya
resiko luka
baru

6. Mengurang
i terjadinya
peningkata
n leukosit
3. Defisit Setelah 1. Identifikasi kebiasaan 1. Untuk
perawatan dilakukan BAK dan BAB mengetahu
diri intervensi i tingkat
keperawatan ketergantu
3 x 24 maka ngan
tingkat pasien
kelemahan terhadap
fisik alat bantu
menurun dalam
Kriteria memenuhi
kebutuhan
1. Kelemah
nya.
an fisik 2. Dukung penggunaan
2. Pemberian
menurun toilet secara konsisten.
motivasi
.
terhadap
2. Kekuata
pasien agar
n otot
tidak
meningk ketergantu
at. ngan alat
bantu.

3. Meningkat
3. Jaga privasi pada saat
kan rasa
eliminasi.
nyaman
pasien
pada saat
BAK
ataupun
BAB.

4. Anjurkan ke toilet jika


4. Pemberian
perlu.
motivasi
terhadap
pasien agar
tidak
ketergantu
ngan alat
bantu.

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnose
medis Diabetes Militus maka penulis dapat mengambil kesimpulan:

4.1.1 Diagnosa yang muncul pada pasien Ny. S :


a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik(post operasi amputasi)
b. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer(kerusakan
integritas jaringan)

c. Defisit perawatan diri:toileting b/d kelemahan

4.2 Saran
1. Diharapkan mahasiswa perawat dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan dengan mengenal berbagai sumber bacaan mengenai
terapi aibetes mellitus.
2. Mengutamakan safety dalam setiap prosedur tindakan diabetes
mellitus.

DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro. Pelaksanaan diabetes militus terpadu.Cet 2. Jakarta :


Balai penerbit FKUI, 2002

Soegondo S,dkk.2007. Penatalaksanaan Diabetes Militus Terpadu, cetakkan


keenam. Balai penerbit FKUI : Jakarta

Sudoyo, W Aru. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC

Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis edisi 6.
Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi
Pleura dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Johnson, M, et all. 2000. Nursing outcomes Classification (NOC) Second Edition.


New Jersey: Upper Saddle Rive

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokaeran, Jilid I edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Mc Closkey, CJ., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit


PTAlumni

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika

http:/npkeperawatan.blogspot.com/2013/11/diabetes-mellitus-a.html#.
VMWaRGfq71U

Anda mungkin juga menyukai