Anda di halaman 1dari 10

p-ISSN 2302-514X

e-ISSN 2303-1018
44 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 12, No. 1, Januari 2017

PENGARUH PERILAKU FOLLOWER INVESTOR PADA


VOLATILITAS SAHAM
MarMade Dewi Ayu Untari1
1
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer, Bali, Indonesia
email: ayuntarisakura@yahoo.com
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh perilaku follower investor pada
volatilitas saham dan menganalisis perbedaan perilaku follower investor antara sektor industri penghasil bahan
baku, sektor industri manufaktur, dan sektor jasa di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada saat terjadi market crashdi
Indonesia. Jumlah populasi penelitian sebanyak 507 perusahaan sedangkan jumlah sampel sebanyak 247
perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalahCross-sectional Absolute Deviation (CSAD) untuk
mendeteksi perilaku follower investor, uji regresi sederhana untuk menguji pengaruh perilaku follower investor
pada volatilitas saham dan uji One Way ANOVA dengan Post Hoc Test dan Least Significant Difference (LSD)
untuk menganalisis perbedaan perilaku follower investor antara sektor industri.Hasil analisis menunjukkan
bahwa perilaku follower investor berpengaruh positif pada volatilitas saham saat terjadi market crash.
Sementara itu, tidak ada perbedaan perilaku follower investor antara sektor industri penghasil bahan baku,
sektor industri manufaktur, dan sektor jasa saat market crash.

Kata kunci : Perilaku follower investor, volatilitas saham

THE INFLUENCE OF FOLLOWER INVERSTOR BEHAVIOR TO


THE STOCK OF VOLATILITY
ABSTRACT

The purposes of this study are to obtain emperical evidence about the influence of followers investor’s
behaviour to the stock volatility and analyze the difference offollowers investor’s betweenindustry sectors
producing raw materials,manufacture industry and service industry in the Indonesia Stock Exchange (BEI),
during the market crash happened in Indonesia. The population number are 507 companies, while the total
sample of 247 companies. Sampling technique used purposive sampling. The analysis technique used was a
cross-sectional absolute Deviation (CSADand test One Way ANOVA with Post Hoc Test and Least Significant
Difference (LSD. Data shows that the behavior of follower investors has positive effect on the volatility of the
current stock market crash occurs. Meanwhile, there was no difference in behavior between the follower
investor industrial sectors producing raw materials, the manufacturing sector and the service sector when
the market crash.

Keywords: Behavior, followers investor, stock volatility


DOI: https://doi.org/10.24843/JIAB.2017.v12.i01.p06
PENDAHULUAN

Volatilitas saham menunjukkan pergerakan naik diharapkan (Hwang dan Salmon, 2004). Saat ini
turun harga saham akibat tingkat risiko dan return ditemukan bahwa keputusan investor lokal dilakukan
sekuritas yang dihadapi investor pada periode tertentu berdasarkan insting dan tidak jarang beranggapan
(Jogiyanto, 2010). Pada masing-masing kondisi pasar investor asing mempunyai lebih banyak informasi
di Bursa Efek Indonesia, baik saat bearish dan dibandingkan dengan investor lokal yang bertindak
bullish ditemukan bahwa volatilitas berbeda. sebagai follower. Sehingga memunculkan dugaan
Volatilitas mengalami peningkatan saat indeks harga kemungkinan keputusan tidak rasional investor
saham gabungan (IHSG) sedang dalam trend Indonesia dengan berperilaku sebagai follower dapat
menurun, sementara dalam trend menanjak volatilitas menggangu volatilitas saham pada pasar modal
bergerak secara stabil. Pada saat bearish ditemukan Indonesia, dengan memperhatikan perkembangan
bahwa terjadipanic selling, sebagaimana yang IHSG dan transaksi yang dilakukan investor asing
ditunjukkan dalam penelitian Tim Studi Volatilitas PM- dan lokal selama tahun 2008-2010. Gambar
Indonesia dan Perekonomian Dunia. perkembangan IHSG dan transaksi investor asing dan
Volatilitas yang tinggi akan meningkatkan lokal dapat ditunjukkan pada Gambar 1. (Tim Studi
kesalahan dalam menentukan harga karena adanya Volatilitas PM-Indonesia dan Perekonomian Dunia,
bias dalam mempertimbangkan resiko dan return yang 2011).
Untari. Pengaruh Perilaku .... 45

Gambar 1. Perkembangan IHSG dan Transaksi yang dilakukan Investor Asing dan Lokal 2008-2010
Sumber : Tim studi volatilitas pasar modal Indonesia dan perekonomian dunia, 2011

Perkembangan Pasar Modal Indonesia selama kondisi market crash, investor terlihat berperilaku
10 tahun kebelakang yaitu tahun 2004-2013 pasar herding. Ketika kondisi pasar saham sedang jatuh
modal Indonesia mengalami 10 kali Market Crash, yang memicu terjadinya market crash di pasar
terkecuali ditahun 2009 tidak terjadi (www. modal, maka volatilitas cenderung meningkat. Hal
indoalpha.com). Market Crash terjadi karena ini berarti, ketika investor semakin banyak
penyebab yang berbeda-beda, namun penyebab menunjukkan perilaku sebagai herding, maka
market crash yang tidak pernah berubah volatilitas cenderung meningkat. Sedangkan ketika
adalahakibat emosi perilaku investor yang tidak kondisi pasar saham meningkat (bullish) maka
terkendalikan (www.indoalpha.com). Faktor emosi volatilitas cenderung rendah, dimana pergerakan naik
adalah faktor yang berada di luar asumsi rasional turunnya harga saham lebih rendah dibandingkan
dalam memandang informasi sebagai dasar ketika kondisi pasar saham sedang turun (bearish).
pengambilan keputusan dalam Teori Hipotesis Pasar Widoatmodjo (2010) menemukan bahwa di
Efisien (Fama, 1970). Pengujian tingkat efisiensi Pasar Modal Indonesia secara keseluruhan investor
pasar modal Indonesia menyebutkan bahwa pasar lebih cenderung berperilaku tidak rasional daripada
modal Indonesia berada pada efisiensi bentuk lemah rasional. Keputusan investor biasanya berubah
dan tidak menunjukkan bentuk setengah kuat secara kontradiktif setelah menerima pengaruh sosial
sebagaimana dibuktikan oleh Khajar (2008) dan atau orang sekitar (Adhikara, 2008). Dimana
Dewi dan Artini (2014). Dewi dan Artini (2014) seharusnya berdasarkan Teori keuangan tradisional
menemukakan beberapa perilaku investor di pasar (traditional finance) seperti Teori Hipotesis Pasar
modal Indonesia yang mengakibatkan efisiensi pasar Efisien (Fama, 1970) menyebutkan bahwa pelaku
lemah, yaitu Investor terdiri dari individual-individual pasar selalu berpikir rasional dalam membuat
yang lugas dan tidak canggih (unsophisticated keputusan (Suryawijaya, 2003). Dalam Teori Sinyal
investors). Untuk pasar yang tidak efisien, investor investor digambarkan akan menyesuaikan
memiliki pengetahuan yang terbatas di dalam perilakunya sesuai pada pemahaman sinyal yang
mencermati dan menganalisis informasi yang disampaikan oleh pihak pemilik informasi (Spence,
diperoleh. Dalam Teori Ekspektasi Rasional Investor 1973). Investor yang menerima sinyal tidak langsung
yang tidak memiliki informasi maka keputusan dalam perusahaan disebut sebagai follower investor
bertransaksi dilakukan dengan meniru keputusan (Aprillianto dkk., 2014). Perilaku follower investor
investor lain yang dirasanya memperoleh informasi yang diproksikan dengan menggunakan deteksi
lebih banyak (Jogiyanto, 2010). herding behavior menjelaskan disfungsional
Penelitian Gunawan dkk., (2011) menemukan ekonomi sebagai bias animal spirits untuk
bahwa Investor berperilaku rasional pada saat menjelaskan perilaku spikologi manusia, seperti naluri
memperoleh return yang tinggi. Sedangkan saat dan emosi yang mempengaruhi perilaku manusia.
46 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 12, No. 1, Januari 2017

Seperti ketidakstabilan karena spekulasi dan follower investor antara sektor industri penghasil
ketidakstabilan karena karakteristik sifat manusia bahan baku, sektor industri manufaktur, dan sektor
yang sebagian besar adalah naluri dasar animal. jasa di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Konsep herding terbentuk dari pemahaman animal Investor yang rasional adalah investor yang
spirit yaitu sekumpulan binatang mengikuti arah yang cenderung berfikir untuk memaksimalkan
sama (straight arrows) (Keynes, 1935). Sebuah kekayaannya dari investasi yang dilakukan. Sehingga
keyakinan umum menyatakan bahwa perilaku dalam hal ini investor akan mencari informasi
kawanan lazim di pasar saham (Saastamoinen, 2008). sebanyak mungkin, seperti informasi laporan
Ketidak rasionalan investor di Indonesia keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, risiko,
Widoatmodjo (2010) karena pengaruh sosial yang keadaan perekonomian,inflasi, suku bunga, dan
lebih kuat (Adhikara, 2008), sebagai investor pasti lainnya yang dijelaskan dalam Teori Hipotesis Pasar
akan menggunakan acuan tertentu untuk membeli, Efisien. Sedangkan investor yang tidak rasional
menahan atau menjual investasi di pasar modal (salah adalah investor yang bertindak dengan pertimbangan
satunya adalah analisis industri). Analisis industri aspek-aspek non-ekonomi terutama aspek psikologi
merupakan salah satu analisis fundamental. Analisis seperti emosi, subyektivitas, dan berbagai faktor
industri mencoba memperbandingkan kinerja dari psikologis lainnya yang dijelaskan dalam konsep
berbagai industri guna mengetahui jenis industri apa behavioral finance (Suryawijaya, 2003).
yang memberikan prospek paling menguntungkan Faktor-faktor yang menyebabkan investor
atau sebaliknya. Hasil empiris Reilly dan Brown berperilaku tidak rasional dapat diidentifikasi sebagai
(1997) menyatakan analisis industri itu penting dan berikut: a) Faktor psikologis, seperti perilaku
perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan kinerja overconfidence, optimisme, pesimisme, dan
antar industri. Analisi industri membantu investor dan ketakutan akan penyesalan. Investor yang
para analis untuk mengidentifikasi peluang-peluang overconfidence dapat meningkatkan volume
yang menjanjikan atau sebaliknya.Sekar (2006) yang perdagangan yang diharapkan, meningkatkan
menemukan bahwa profil resiko setiap sektor industri kedalam pasar, serta menurunkan utilitas harapan dari
memiliki karakteristik tersendiri sehingga digunakan investor yang terlalu percaya diri. Investor yang
sebagai pertimbangan investor dalam membuat optimisme dan pesimisme menganggap bahwa
keputusan investasi. Pengelompokan industri di Bursa mereka lebih mungkin mendapatkan kerugian
Efek Indonesia (BEI) dilakukan berdasarkan standar daripada keuntungan dibandingkan orang lain.
klasifikasi industri tertentu. Salah satu standar dipakai Keyakinan menyebabkan meningkatkan perdagangan
mengkelompokkan industri di BEI adalah Jakarta yang didorong oleh sikap optimis investor sedangkan
Stock Exchange Sectoral Industry Classification apabila sebaliknya akan menurunkan pergadangan
(JASICA). Klasifikasi JASICA terdiri dari 3 sektor yang didorong oleh sikap pesimis investor. Ketakutan
(serktor utama atau industri penghasil bahan baku, akan penyesalan dapat menyebabkan investor ragu-
sektor kedua industri pengolahan atau manufaktur, ragu dan bertindak tidak rasional dalam melakukan
dan sektor ketiga industri jasa) dan 9 divisi yang investasi (Dhaoui et. al., 2013). b) Dilema tahanan
dikelompokkan menjadi sub industri dan diberi kode (prisoner dilemma), dimana terjadinya determinasi
dua digit. keputusan transaksi saham. Dalam sebuah keputusan
Penelitian termotivasi oleh fenomena market jual beli saham, seorang investor mengalami dilema
crash di pasar modal Indonesia selama tahun 2010- atas ketidakinginan disebut sebagai “loser” saat
2013 akibat perilaku tidak rasional investor. melawan arus pasar, sehingga ketika permasalahan
Sertaberdasarkan hasil penelitian Gunawan dkk., yang dihadapi sama, maka harga pasar akan bergerak
(2011), Aprillianto dkk., (2014) dan Tim Studi sesuai dengan hasil keputusan yang ditunjukkan oleh
Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan Perekonomian kondisi pasar (Suryawijaya, 2003). c)Perilaku Animal
Dunia (2011) yang menduga kemungkinan keputusan Spirits, mengatakan bahwa terjadinya disfungsional
tidak rasional investor Indonesia dengan berperilaku ekonomi dan pasar keuangan adalah karena kegagalan
sebagai follower dapat menggangu volatilitas saham investor untuk mengharapkan pendapatan masa
pada pasar modal Indonesia. depan secara rasional (Keynes, 1935). Perilaku tidak
Berdasarkan latar belakang, peneliti memiliki rasional ini menjadi salah satu penyebab volatilitas saham.
pertanyaan yaitu apakah perilaku follower investor Volatilitas dapat direpresentasikan dengan
berpengaruh pada volatilitas saham di Bursa Efek simpangan baku (standard deviation). Terjadinya
Indonesia dan apakah terdapat perbedaan perilaku volatilitas menunjukkan adanya kecenderungan
Untari. Pengaruh Perilaku .... 47

perubahan harga saham. Jika terjadi perubahan Follower investor adalah “penerima sinyal yang
harga, maka kemungkinan akan terjadinya pergerakan tidak langsung dari perusahaan”. Terdapat tiga jenis
harga saham yang membentuk pola tertentu tren follower investor yaitu follower teman, follower asing,
harga saham (naik atau turun) (Rijanto, 2010). dan follower tren (Aprillianto dkk., 2014). Dewi dan
Akerlof dan Shiller (2009) menggantikan bias perilaku Artini (2014) menemukan beberapa kondisi investor
investor dengan hipotesis rasionalitas untuk di pasar modal Indonesia yang mengakibatkan
menjelaskan volatilitas saham dan volume perdagangan. lemahnya efisiensi pasar, yaitu Investor terdiri dari
Dimana disfungsional ekonomi dan pasar keuangan individual-individual yang lugas (naïve investors) dan
terjadi karena kegagalan investor untuk mengharapkan tidak canggih (unsophisticated investors). Menurut
pendapatan masa depan secara rasional dan perilaku Teori Ekspektasi Rasional investor yang tidak
return saham. memiliki informasi akan melakukan transaksi dengan
Volatilitas berbeda pada saat pasar sedang dalam mengikuti transaksi yang dilakukan oleh investor yang
keadaan bullish dan bearish. Ketika pasar dalam mempunyai informasi (Jogiyanto, 2010). Oleh karena
trendbullish investor puas dengan posisi investasi mereka tidak canggih, maka seringkali mereka
sebelumnya dan ingin merealisasikan profit (Nastiti melakukan keputusan yang salah yang akibatnya
dkk., 2012). Hal inilah yang menyebabkan tingginya sekuritas tersebut dinilai secara tidak tepat, serta
volatilitas pada saat indeks harga saham bergerak seringkali bereaksi berlebihan terhadap suatu
naik tidak terlalu tinggi. Meskipun demikian tidak perkembangan terbaru (Dewi dan Artini, 2014).
menutup kemungkinan terjadi transaksi yang besar Behavioral finance adalah konsep yang memahami
juga. Sebaliknya jika terjadi trendbearish ketika dan memprediksi implikasi pasar keuangan yang
Investor merasa tidak nyaman dengan investasinya sistematis dari proses-proses keputusan psikologis
maka mereka akan segera keluar dari pasar dan tidak (Olsen, 1998). Konsep behavioral finance
ada pihak yang ingin mempertahankan harga mengatakan bahwa keputusan investasi yang
tersebut. Sehingga, tingkat kecenderungan perilaku dilakukan oleh investor lebih banyak dipengaruhi oleh
kawanan (follower) lebih tinggi pada saat kondisi unsur subyektifitas, emosi, dan berbagai faktor
pasar sedang turun dibandingkan dengan pada saat psikologis lainnya yang bertentangan dengan asumsi
kondisi pasar sedang naik (Chandra, 2012). rasionalitas dalam Teori Hipotesis Pasar Efisien
Baddeley et. al., (2012) memperkirakan bahwa (Suryawijaya, 2003).
ada ukuran yang dapat menyebabkan keputusan Shiller (1990) mengungkapkan bahwa
keuangan suatu individu akan mengikuti keputusan antusiasme yang berlebihan memainkan peran dalam
kawanan. Pada pasar saham Indonesia, indikasi memproduksi naik turunnya pasar saham. Sejumlah
perilaku mengikuti keputusan kawananterlihat pada penelitian telah menganggap perilaku kawanan sebagai
kondisi panic selling. Sedangkan pada kondisi penjelasan yang mungkin untuk volatilitas yang
normal dan imbal hasil yang sangat tinggi, tidak berlebihan yang diamati di pasar keuangan seperti
terdapat indikasi perilaku tersebut. Riaz et. al., (2012) penelitian Shiller (1990), dan Cont dan Bouchaud
yang menguji apakah ada pengaruh faktor psikologi (2000). Pemikiran dibalik pendekatan ini bahwa
terhadap keputusan investor. Hasil penelitian ini interaksi pelaku pasar melalui penggiring dapat
adalah persepsi terhadap risiko sangat berpengaruh menyebabkan fluktuasi pasar dalam permintaan
dalam membuat keputusan investasi. Penelitian ini agregat, yang menyebabkan banyaknya follower
menyimpulkan bahwa perilaku investor tergantung investor dalam distribusi hasil. Dalam literatur efek
pada bagaimana informasi yang tersedia sedang kerumunan sering dikaitkan dengan fluktuasi besar
disajikan kepada mereka dan berapa banyak mereka dalam harga saham (volatilitas) (Xiong, 2012).
cenderung mengambil risiko sementara membuat Berkaitan dengan klasifikasi tiga sektor di Bursa Efek
keputusan, sehingga memainkan peran penting dalam Indonesia (BEI), setiap sektor memiliki karakteristik-
menentukan gaya investasi dari investor. Model karakteristik tersendiri meliputi return dan resikonya
ekspektasi rasional menunjukkan bahwa informed (Sekar, 2006).
investor dapat meningkatkan profitnya dengan cara H2: Terdapat perbedaan perilaku follower investor
memberikan informasi yang tidak akurat untuk antara sektor industri penghasil bahan baku, sektor
menggalang pengikut (follower) dengan tujuan industri manufaktur, dan sektor jasa.
menggerakan harga pasar (Van, 2003).
Gambar 2 menjelaskan konsep penelitian secara
H1: Perilaku follower investor berpengaruh positif
sederhana dan menggambarkan secara keseluruhan
pada volatilitas saham hipotesis penelitian.
48 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 12, No. 1, Januari 2017

Volatilitas Saham
(VS)
Sektor Industri
Penghasil Bahan
Baku
H1

Perilaku Follower
Sektor Industri
Investor Uji Beda F
Manufaktur H2
(PFI)

Sektor Jasa

Gambar 2. Model Penelitian


Sumber: Data diolah, 2016

METODE PENELITIAN
.......……………. (1)
Penelitian dilakukan pada seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama Keterangan:
tahun 2010-2013 pada saat terjadi market crash. S = Deviasi standar
Pemilihan sampel menggunakan metode purposive n = Jumlah titik pengamatan
sampling. Kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan ui = return saham i
dalam penetapan sampel adalah (1) perusahaan yang u = rata-rata return
tergolong kedalam sektor industri penghasil bahan Perilaku follower investor (PFI) adalah perilaku
baku, sektor industri manufaktur, dan sektor jasa, (2) mengikuti keputusan berdasarkan sinyal tidak
perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek langsung yang diterima dari perusahaan melalui
Indonesia (BEI) mulai dari tahun 2009 dan masih teman, pihak asing, atau tren sebagai penerima sinyal
terdaftar sampai 31 Desember 2013, (3) perusahaan langsung dari perusahaan (Aprillianto dkk., 2014).
yang aktif menginformasikan harga saham harian Metode yang digunakan untuk mendeteksi perilaku
secara konsisten dalam tahun 2009-2013, (4) follower investor adalah metode herding behavior
perusahaan yang menghasilkan nilai koefisien γ2 yang oleh Chang et. al., (2000). Pendekatan metode Chang
negatif berdasarkan perhitungan dengan metode et al. (2000) kuat untuk mendeteksi herding karena
pendeteksian perilaku follower investor. menggunakan return equity behavior dengan
Penelitian menggunakan data sekunder meliputi metode non-linier regression sebagai dasar
Laporan keuangan perusahaan yang terdaftar pada pengukuran imbal balik equity dengan menggunakan
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 dengan Cross-sectional Absolute Deviation atau (CSAD)
mengakses website www.idx.co.id, data harga dengan rata-rata imbal balik pasar, sebagai berikut.
saham dan daftar indeks harga saham gabungan
(IHSG) didapat dari www.finance.yahoo.com.dan 1 ...........…………(2)
= , − ,
penggolongan sektor perusahaan di BEI diperoleh =1
melalui www.ksei.co.id.
Volatilitas saham diukur dengan deviasi standar Keterangan:
dari continuosly compound return pada saham. Ri,t = imbal balik saham individual pada periode t
Dalam perhitungan volatilitas digunakan data histori Rm,t = imbal balik pasar pada periode t
dari harga saham pada interval waktu tahunan sesuai N = jumlah perusahaan dalam sampel
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sova (2013).
Volatilitas Saham dihitung dengan rumus sebagai Kondisi non-linier dari metode ini
berikut : menggambarkan kondisi dimana investor mengikuti
Untari. Pengaruh Perilaku .... 49

konsensus perilaku pasar dan mengabaikan pendapat VS = α + β (PFI) + ε……………....….... (4)


pribadi mereka ( follower investor), sehingga Keterangan rumus:
hubungan linier tidak berlaku lagi. Untuk mengetahui VS = Volatilitas Saham, yang diukur dengan
apakah terdapat perilaku herding maka dilakukan Standar Deviasi
analisis regresi sebagai berikut: α = Konstanta
CSADt = α + γ1 | Rm,t| + γ2R2m,t + εt ....……. (3) β = Koefisien garis regresi
Keterangan: PFI = Perilaku Follower Investor yang merpakan
α = variabel intersep koefisien non-linier antara CSAD dan imbal
γ 1 = koefisien linier antara CSAD dan imbal balik balik portofolio pasar
portofolio pasar ε = standard error
γ 2 = koefisien non-linier antara CSAD dan imbal Pengujian One Way ANOVA dalam penelitian
balik portofolio pasar ini digunakan untuk melihat perbedaan perilaku
Rm,t = imbal balik portofolio pasar pada periode t follower investor antara sektor industri penghasil
εt = standard error bahan baku, sektor industri manufaktur, dan sektor
Nilai Rm,t diperlukan untuk membandingkan jasa. Probabilitas value  derajat keyakinan (0,05)
koefisien linier. Jika relatif pada periode pergerakan maka Ho diterima atau Hi ditolak. Artinya tidak
harga yang besar investor melakukan herding atas terdapat perbedaan perilaku follower investor antara
dasar rata-rata konsensus pasar, maka hubungan sektor industri penghasil bahan baku, sektor industri
non-linier antara CSAD dan rata-rata imbal balik manufaktur, dan sektor jasa. Probabilitas value 
pasar akan terbentuk. Hubungan non-linier dapat derajat keyakinan (0,05) maka Ho ditolak dan Hi
diketahui dari nilai koefisien γ2 yang negatif dan diterima. Artinya terdapat perbedaan perilaku follower
signifikan secara statistik. Apabila koefisien non-linier investor antara sektor industri penghasil bahan baku,
(γ2) tidak negatif secara signifikan, CSAD tidak sektor industri manufaktur, dan sektor jasa.
mengalami penurunan pada saat rata-rata pergerakan Pengujian dengan Post Hoc Test / Post Hoc
harga naik maka hasil ini sesuai dengan prediksi dilakukan dengan Least Significant Difference
rational asset pricing model (Chang et. al.,2000). (LSD) yaitu metode yang digunakan untuk
Analisis data dilakukan dengan menggunakan mengetahui variabel dengan perbedaan yang
regresi linier sederhana yang bertujuan untuk menguji signifikan dan mempunyai asumsi homogenitas
pengaruh perilaku follower investor pada volatilitas varian terpenuhi.
saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2010-2013 dan menggunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
uji One Way ANOVAuntuk melihat perbadaan
Sampel penelitian terdiri dari 247 perusahaan
perilaku follower investor antara sektor industri
yang diperoleh dari purposive sampling yang telah
penghasil bahan baku, sektor industri manufaktur, dan
ditentukan. Perusahaan yang termasuk Sektor
sektor jasa di Bursa Efek Indonesia yang diolah
Utama (1) Industri penghasil Bahan Baku terdiri dari
dengan program statistical package for science (SPSS).
25 perusahaan. Perusahaan yang termasuk Sektor
Model untuk menguji pengaruh perilaku follower
Kedua (2) Industri Manufaktur terdiri dari 81
investor pada volatilitas saham adalah dengan cara
perusahaan. Perusahaan yang termasuk Sektor
melakukan uji regresi linier sederhana. Berdasarkan
Ketiga (3) Jasa terdiri dari 141 perusahaan.
uji regresi linier sederhana, pengaruh perilaku
Pengujian kelayakan model menggunakan uji
follower investor pada volatilitas saham ditunjukkan
asumsi klasik, yang meliputi uji normalitas data, uji
oleh koefisien β. Persamaan regresi tersebut adalah
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Hasil
sebagai berikut.
pengujian asumsi klasik ditunjukkan pada Tabel 1

Tabel 1.
Pengujian Asumsi Klasik
Nama Pengujian Asumsi Hasil Keputusan terhadap
No.
Klasik Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200 Terpenuhi
2. Uji Heteroskedastisitas Sig. PFI 0,484 Terpenuhi
3. Uji Autokorelasi Lag2 (res_2) 0,242 Terpenuhi
Sumber: Data diolah, 2016
50 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 12, No. 1, Januari 2017

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui ada
data yang digunakan dalam penelitian telah tidaknya kesalahan penggangu antara variabel pada
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas periode tertentu dengan variabel periode sebelumnya.
data dilakukan dengan menggunakan kolmogorov- Untuk mendeteksi adanya data autokorelasi dilakukan
smirnov dengan level of significant 0,05. Jika dengan uji Langrange Multiplier (LM test), karena
Asymp. Sig. (2-tailed) > tingkat signifikan (α = 0,05) sampel dalam penelitian yang digunakan relatif besar
maka data dikatakan berdistribusi nor mal. yaitu sebanyak 247 observasi. Deteksi Autokorelasi
Berdasarkan Tabel 1dapat diketahui nilai signifikan dilihat dari nilai Lag2 (res_2) yang dihasilkan. Jika
dengan uji Kolmogorof-Smirnov sebesar 0,200 > 0,05 nilai Lag2 (res_2) lebih besar dari alpha (α = 0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam maka model uji ter bebas dari autokorelasi.
penelitian ini terdistribusi normal. Berdasarkan Tabel 1diketahui nilai Lag2 (res_2) 0,242
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan > 0,05 maka dapat dikatakan tidak terdapat
menggunakan uji statistik Glejser. Model regresi autokorelasi, sehingga model regresi yang dibuat layak
tidak mengandung adanya heteroskedastisitas apabila digunakan untuk analisis lebih lanjut.
nilai signifikansi variabel bebasnya terhadap nilai Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan model
absolute residual statistik lebih besar dari 0,05. regresi sederhana, yaitu untuk menguji pengaruh
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa variabel perilaku follower investor terhadap volatilitas saham.
bebas dalam penelitian ini yaitu PFI memiliki nilai Hasil dari regresi sederhana dapat dilihat pada Tabel 2.
signifikansi 0,484> 0,05 maka dapat dikatakan tidak Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa nilai Sig.
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi yang yang ditunjukkan PFI adalah 0,000<0,05 sehingga
digunakan. menunjukkan bahwa perilaku follower investor

Tabel 2.
Uji Regresi Linier Sederhana
Variabel Koefisien T sig.
(Constant) 0,689 30,420 0,000
PFI 1,328 15,766 0,000
F hitung 248,579 0,000
R 0,710
Adjusted R Square 0,504
Sumber: Data diolah, 2016
berpengaruh pada volatilitas saham. Dengan melihat Sehingga hasil ini dapat membuktikan hasil penelitian
persamaan regresi yang dibuat berdasarkan uji Van (2003) dan Gunawan dkk., (2011) dimana
regresi sederhana nilai beta koefisien PFI adalah berdasarkan model teori ekspektasi rasional
1,328 sehingga perilaku follower investor menunjukkan bahwa informed investor dapat
berpengaruh positif pada volatilitas saham. Besarnya meningkatkan profitnya dengan cara memberikan
nilai Adjusted R Square adalah 0,504 yang berarti informasi yang tidak akurat untuk menggalang
sebesar 0,504 atau (50,4 persen) variabel terikat yaitu pengikut (follower) dengan tujuan menggerakan
volatilitas saham dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu harga pasar, sehingga tingginya tingkat follower akan
perilaku follow investor. Sedangkan sisanya sebesar meningkatnya fluktuasi pergerakan harga saham atau
49,6 persen dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel volatilitas saham.
lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku
Pada penelitian ini menemukan bahwa perilaku follower investor terjadi sangat tinggi di Pasar
follower investor berpengaruh positif pada volatilitas Modal Indonesia pada saat market crash, yaitu dari
saham. Sehingga penelitian ini berhasil menemukan 350 amatan terdapat 247 amatan yang terindikasi
bukti atas dugaan Tim Studi Volatilitas Pasar Modal follower. Hasil penelitian ini mendukung dugaan
Indonesia dan Perekonomian Dunia pada tahun 2011, Gunawan dkk., (2011) yang mengindikasikan
yang menduga kemungkinan keputusan tidak rasional terjadinya perilaku herding diantara investor pada
investor Indonesia dengan berperilaku sebagai saat kondisi market crash. Penelitian ini juga
follower investor (herding) dapat menggangu menegaskan hasil penelitian Suryawijaya (2003) dan
volatilitas saham pada pasar modal Indonesia. Shiller (1990) yang menunjukkan bahwa investor
Untari. Pengaruh Perilaku .... 51

memiliki sifat keserakahan (greed), ketakutan (fear) saat ini cenderung berperilaku tidak rasional
dan kepanikan (madnes), sehingga karakteristik sifat sebagaimana yang telah dibuktikan terlebih dahulu
investor tersebut menjelaskan perilaku individu yang oleh Widioatmodja (2010) dan Adhikara (2008), hal
cenderung bergerak atau bertindak sesuai dengan ini berarti bahwa minat investor untuk berinvestasi
yang mayoritas lakukan. lebih banyak melakukan adopsi meniru.
Penelitian ini juga memberikan tambahan bukti Pengujian hipotesis kedua dilakukan beberapa
atas hasil penelitian Aprillianto dkk. (2014), yang tahap. Pengujian yang pertama dilakukan untuk melihat
menduga kuat bahwa investor di Indonesia sektor yang memiliki perilaku follower investor
cenderung ditemukan sebagai follower. Selain itu tertinggi dan terendah, dengan melakukan pengujian
tingginya tingkat follower berdasarkan hasil statistik deskriptif pada tiga sektor sampel yang diuji. Hasil
penelitian ini, juga dapat membuktikan bahwa investor pengujian statistik deskriptif ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3.
Uji Statistik Deskriptif Perilaku Follower Investor
Nama Sektor N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sektor Penghasil Bahan 25 -0,393 -0,032 -0,250 0,088
Baku
Sektor Industri 81 -0,445 -0,006 -0,245 0,125
Manufaktur
Sektor Jasa 141 -0,503 -0,002 -0,236 0,121
Sumber: Data diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 3 nilai tingkat perilaku penghasil bahan baku sebesar 8,86 persen. Uji beda
follower investor tertinggi dan terendah berada pada secara serempak dilakukan dengan uji One Way
sektor ketiga yaitu sektor Jasa sebesar -0,0025 untuk ANOVA (ditunjukkan pada Lampiran uji One Way
perilaku follower investor tertinggi dan -0,5036 untuk ANOVA). Berdasarkan nilai Sig. sebesar 0,780 >
perilaku follower investor terendah. Sedangkan 0,05, maka H0 diterima, yang berarti tidak terdapat
dilihat dari nilai rata-rata, maka tingkat perilaku perbedaan perilaku follower investor antara sektor
follower investor paling tinggi terjadi pada sektor industri penghasil bahan baku, sektor industri
kedua yaitu sektor manufaktur sebesar 21,52 persen manufaktur, dan sektor jasa.
dan tingkat perilaku follower investor paling rendah Uji secara persial dilakukan dengan Post Hoc
terjadi pada sektor utama yaitu sektor industri Test dengan LSD yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4.
Uji Post Hoc LSD
Post Hoc LSD
Perbandingan Sig. Mean Difference
Sektor Penghasil Bahan Baku Sektor Industri Manufaktur 0,867 -0,004
Sektor Industri Manufaktur Sektor Jasa 0,572 -0,009
SektorJasa Sektor Penghasil Bahan Baku 0,589 -0,014
Sumber: Data diolah, 2016
Hasil Post Hoc Test dengan LSD menunjukkan Perbedaan perilaku follower investor antara sektor
bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku follower utama yaitu sektor penghasil bahan baku dengan
investor antara sektor utama yaitu sektor penghasil sektor ketiga yaitu sektor jasa dengan rata-rata
bahan baku dengan sektor kedua yaitu sektor perbedaan yang kecil yaitu sebesar -0,0141188 dan
manufaktur dengan rata-rata perbedaan yang secara statistik tidak signifikan (p = 0,589 jauh diatas
kecil yaitu sebesar-0,0046243 dan secara statistik 0,05). Perbedaan perilaku follower investor antara
tidak signifikan (p = 0,867 jauh diatas 0,05). Sektor kedua yaitu sektor manufaktur dengan
52 Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 12, No. 1, Januari 2017

sektor ketiga yaitu sektor jasa dengan rata-rata melakukan perbandingan perilaku follower investor
perbedaan yang kecil yaitu sebesar 0,0094945 dan yang lebih beragam.Penelitian selanjutnya dapat
secara statistik tidak signifikan (p = 0,572, diatas 0,05). memperluas amatan dengan membandingkan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwatidak volatilitas saham pada saat kondisi pasar normal dan
terdapat perbedaan antara perilaku follower investor saat kondisi pasar crash. Penelitian selanjutnya
pada sektor industri penghasil bahan baku, sektor diharapkan dapat menggolongkan perilaku follower
industri manufaktur, dan sektor jasa dengan tingkat investor berdasarkan follower teman, follower
rata-rata perbedaan yang sangat kecil. Sehingga asing, dan follower tren.
hipotesis kedua dalam penelitian ini tidak didukung.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri tidak REFERENSI
menjadi dasar pilihan bagi investor untuk melakukan
investasi pada saat terjadinya market crash karena
Adhikara, M.F. Arrozi. (2008). Mental Accounting
investor cenderung berperilaku tidak rasional.
Investor di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Sehingga hasil penelitian ini tidak mendukung hasil
Ekonomi Universitas Esa Unggul, 13(2).
penelitian Sekar (2006) yang menemukan bahwa
Aprillianto, Bayu., Novi Wulandari, & Taufik
profil resiko setiap sektor industri memiliki karakteristik
tersendiri sehingga digunakan sebagai pertimbangan Kurrohman. (2014). Perilaku Investor Saham
investor dalam membuat keputusan investasi. Individual dalam Pengambilan Keputusan
Investasi: Studi Hermeneutika-Kritis. E-Journal
SIMPULAN Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 1(1), 16-31.
Akerlof, A. George, & Shiller, J. Robert. (2009).
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang Animal Spirits How Human Psycology Drives
dilakukan, dapat diambil kesimpulan, perilaku the Economy and Why It Matters for Global
follower investor berpengaruh postif pada volatilitas Capitalism. Princeton University Press.
saham. Tingginya tingkat follower investorkan Baddeley, M., C. Burke, W., Schultz, & P. Tobler.
mengakibatkan volatilitas saham meningkat.
(2012). Herding in Financial Behaviour: A
Berdasarkan teori sinyal dan teori ekspektasi rasional
Behavioural and Neuroeconomic Analysis of
bahwa informed investor dapat meningkatkan
Individual Differences.
ekspektasinya dengan cara memberikan informasi
Chang EC, Cheng J. W., & Khorana A. (2000). An
yang dimiliki, kepada investor lain untuk menggalang
examination of herd behavior in equity markets:
pengikut (follower) dengan tujuan menggerakan
harga saham. Sehingga pada saat market crash, an international perspective. Journal of
investor yang panic cenderung bertindak sebagai Banking and Finance, 24, 1651-1679.
follower investor. Tingginya tingkat follower Chandra, Maximilian. (2012). Pengukuran dan
investor akan mengakibatkan volatilitas saham Analisis Perilaku Herding Pada Saham IPO
meningkat. Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011. Tesis.
Tidak terdapat perbedaan perilaku follower Universitas Indonesia.
investor diantara sektor industri penghasil bahan baku, Cont, R., & Bouchaud, J. Philipe. (2000). Herd
sektor industri manufaktur, dan sektor jasa di Pasar Behavior and Aggregate Fluctuations in Financial
Modal Indonesia selama tahun 2010-2013. Hasil Markets. Journal of Macroeconomic
penelitian ini memberikan bukti baru bahwa Dynamis, 4, 170-196.
karakteristik dari masing-masing sektor industri tidak Dewi, Luh Putu Kartika dan Artini, Luh Gede Sri.
menjadi dasar pilihan bagi investor untuk melakukan 2014. Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk
pilihan investasi ketika investor berperilaku tidak Setengah Kuat di Bursa Efek Indonesia.E-
rasional sebagai follower investor atauketika terjadi jurnal Manajemen Universitas Udayana, 3
market crash. (12).
Penelitian ini hanya dilakukan pada saat Dhaoui, Abderrazak et al. (2013). The Impact of
terjadinya market crash di Pasar Modal Indonesia, Investor Psychology on Stock Market: Evidence
sehingga penelitian ini tidak dapat membandingkan From France. Journal of Academic Researh
tingkat volatilitas saham pada saat pasar dalam in Economics, 5(1).
kondisi normal dengan pasar pada saat kondisi Fama, Eugene F. (1970). Efficient Capital Markets:
crash. Penelitian ini hanya melihat perilaku follower A Review of Theory and Empirical Work. The
investor secara umum, sehingga tidak dapat
Journal of Finance, 25(2), 383-417.
Untari. Pengaruh Perilaku .... 53

Gunawan, Hari Wijayanto, Noer Azam Achsani, dan Saastamoinen, Jani. (2008). Quantile Resression
La Ode Abdul Rahman. 2011. Pendeteksi Analysis of Dispersion of stock returns-
Perilaku Herding pada Pasar Saham Indonesia evidence of herding?
dan Asia Pasifik. Forum Statistika dan Sekar, M. Rayun. (2006). Perbedaan Pengaruh
Komputas, 16-23. Inflasi, Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar
Hwang, Soosung, & Salmon, Mark. (2004). Market Rupiah/US Dollar Terhadap Return Saham
Stress and Herding. Journal of Empirical (Studi Pada Saham Properti dan Manufaktur).
Finance, 11, 585-161. Shiller, Robert J. (1990). Market Volatility and
Jogiyanto, Hartono. (2010). Teori Portofolio dan Investor Behavior. The American Economic
Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Review. 80(2), 58-62.
BPFE-YOGYAKARTA. Suryawijaya, A. Marwan. (2003). Ketidakrasionalan
Khajar, Ibnu. (2008). Pengujian Efisiensi dan Investor di Pasar Modal. Pidato Pengukuhan
Peningkatan Efisiensi Bentuk Lemah Bursa Efek Jabatan Guru Besar pada Fakultas Ekonomi
Indonesia pada saat dan sesudah Krisis Moneter Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
pada Saham-Saham LQ-45. National Spence, M. (1973). Job Market Signaling. The
Conference on Management Research. Quarterly Journal of Economics, 87(3), 355-374.
Keynes, J. Maynard. (1935). The General Theory Sova, Maya. (2013). Pengaruh Ratio Leverage
of Employment Interest and Money. Terhadap Volatilitas Saham Pada Industri
Nastiti, Ayu, & Suharsono Agus. (2012). Analisis
Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia
Volatilitas Saham Perusahaan Go Public dengan
Tahun 2004-2008. E-Journal W IDYA
Metode ARCH-GARCH. Jurnal Sains dan
Ekonomika, 1.
Seni ITS, 1(1).
Tim Studi Volatilitas Pasar Modal Indonesia dan
Olsen, A. Robert. (1998). Behavioral Finance and
Perekonomian Dunia. 2011. Volatilitas Pasar
Its Implications For Stock-Price Volatility.
Modal Indonesia dan Perekonomian Dunia.
Financial Analysts Journal, 54(2), 10-18.
Reilly, F.K., & Keith C.Brown. (1997). Investment Jakarta: Bapepam-LK.
Analysis and Portofolio Management. 5 th Van, Bommel Jos. (2003). Rumors. The Journal of
Ed. Massachusetts: Adison-Wesley Educational finance, 58(4).
Publisher Inc. Widoatmodjo, Sawidji. (2010). Irasionalitas Investor
Riaz, L., Al Hunjra, & Rauf I. Azam. (2012). Impact dan Potensi Krisis Ekonomi. Simposium Riset
of Psychological Factors on Investment Ekonomi IV.
Decision Making Mediating by Risk Perception: Xiong, James X. (2012). The Chinese Art Market
A Conceptual Study. Middle East Journal of and the Or iginof Bubbles. Morningstar
Scientific Research, 789-795. Municipal Research.www.indoalpha.com.
Rijanto, Y. Arief. (2010). Dampak Rumor Terhadap URL:http://www.indoalpha.com/anatomy-
Volatilitas Harga Saham. Jurnal Manajemen market-crashes/ (Diakses pada 16 Mei 2015,
Bisnis, 3, 261-285. jam 14.00)

Anda mungkin juga menyukai