Anda di halaman 1dari 6

Islam sangat menjunjung keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas

merupakan sunnatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati
keberadaannya.

Seperti dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan” Wahai para manusia,
sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kamu saling
mengenal”. Dari ayat Al Qur’an tadi, itu menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang
telah menciptakan keberagaman, artinya keberagaman didunia ini mutlak adanya.

Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti menganggap kelompok, madzab,


ataupun keberagaman yang lain sejenisnya menganggap kelompoknyalah yang paling
benar. Yang harus kita ketahui disini adalah, keberagaman sudah ada sejak zaman para
sahabat, yaitu ketika Nabi wafat, para sahabat saling mengklaim dirinyalah yang
pantas untuk menjadi pengganti Nabi.

Ajaran islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwwah dalam menyikapi


keberagaman, istilah Ukhuwwah dijelaskan dalam Qs. Al-Hujurat, 49:10,

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah


antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat”

Ketegasan syariah islam memberikan gambaran betapa perhatiannya Islam terhadap


permasalahan keberagaman, dengan mengutamakan persaudaraan, keharmonisann,
dan perdamaian. Beberapa hadist memeberikan perumpaan bahwa sesama muslim
diibaratkan satu tubuh,

“perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan


menyayangi, seumpama tubuh, jika satu tubuh anggota sakit, maka anggota tubuh
yang lain akan susah tidur atau merasakan demam” (HR.Muslim)

Perumpamaan yang lain diibaratkan bangunan;

“orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian
menguatkan sebagian yang lain” (sahahih Muslim no.4684)
Islam memberikan beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan memahami
pruralisme ini.

1) Prinsip keberagamaan yang lapang

Salah satu masaah yang serius dalam menyikapi keberagamaan adalah masalah klaim
kebenaran. Padahal untuk mencapai kepasrahan yang tulus kepada tuhan (makna
generik dari kata islam) diperlukan suatu pemahaman yang sadar dan bukan hanya
ikut-ikutan. Oleh sebab itu sikap kelapangan dalam mencapai kebenaran ini bisa
dikatakan sebagai makna terdalam keislaman itu sendiri. Diceritakan dalam hadist
nabi bersabda kepada sahabat Utsman bin Mazhun “ Dan sesungguhnya sebaik-baik
agama disisi Allah adalah semangat pencarian kebenaran yang lapang (Al Hanifiyah Al
Samhah) “.

2) Keadilan yang obyektif

Dalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup pandangan maupun tindakan kita


terhadap pemeluk agama lain. Kedangkalan dalam tindakan seringkali karena kita
tidak suka dan menganggap orang lain sebagai bukan bagian dari kelompok kita
(outsider) maka kita bisa berbuat tidak adil terhadap mereka dalam memutuskan
hukum, interkasi sosial maupun hal-hal lain.

Islam mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadilan dalam sikap dan
pandangan ini dengan obyektif terlepas dari rasa suka atau tidak suka (like and dislike).
Seperti yang diterangkan dalam QS. Al-Maidah ayat 8,

“hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah kebencianmu pada
suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena adil itu
lebih dekat kepada taqwa”

3) Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain termasuk


ketika melakukan dakwah

“Serahkanlah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan jalan bijaksana dan pelajaran
yang baik dan bantahlahlah mereka dengan lebih baik” QS. An Nahl ayat 12
“Tidak ada paksaan dalam (memeluk) agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat” QS. Al Baqoroh ayat 256

Dalam berdawah kita harus mengutamakan dialog, kebijaksanaan dan cara-cara


argumentatif lainnya (interfaith dialogue). Tiap agama mempunyai logikanya sendiri
dalm memahami tuhan dan firmannya, kedua bahwa dialog bukanlah dimaksudkan
untuk saling menyerang tetapi adalah upaya untuk mencapai kesepahaman, dan
mempertahankan keyakinan kita

“Katakanlah olehmu (wahai Muhammad) wahai Ahli kitab marilah menuju ketitik
pertemuan antara kami dan kamu” QS. Ali Imran ayat 64

4) Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif dalam kebaikan

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang mereka menghadap kepadanya, maka
berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan” QS. Al Baqarah ayat 148

Ketika ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial dengan semisal melakukan
advokasi terhadap masyrakat tertindas seperti kaum buruh, pelecehan seksual dan
sebagainya maka kita tidak boleh begitu mencurigainya sebagai gerakan pemurtadan
atau bahkan berusaha menggagalkannya tetapi hal tersebut haruslah menjadi pemacu
bagi kita kaum muslimin untuk berusaha menjadi lebih baik dari mereka dalam hal
amal sosial.

Definisi Pajak
Berdasarkan pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP), pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan jika pajak merupakan kontribusi yang harus dilaksanakan
wajib pajak. Namun, siapakah wajib pajak itu? Pasal 1 angka 2 UU KUP menjelaskan bahwa wajib pajak
adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Pengertian pajak di atas juga menekankan bahwa kontribusi wajib tersebut bersifat memaksa bagi
seluruh warga negara. Namun, perlu diingat juga bahwa tidak semua warga negara diharuskan untuk
membayar pajak.

Sementara, para pakar menyatakan terdapat lima pengertian pajak yakni:

1. Pajak harus diatur melalui undang-undang

2. Saat membayar pajak, tidak ada kontraprestasi terhadap wajib pajak

3. Pajak hanya dipungut oleh petugas yang diberikan wewenang oleh negara

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah

5. Pajak memiliki fungsi mengatur.

o Fungsi Redistribusi Pendapatan


Salah satu penjelasan yang sering dikaitkan dengan fungsi redistribusi adalah
pemanfaatan pajak untuk membuka lapangan pekerjaan. Dengan bertambahnya
lapangan pekerjaan, maka semakin banyak pula penyerapan tenaga kerja
sehingga pendapatan masyarakat pun dapat diperoleh secara merata.
Pajak juga berfungsi sebagai pemerataan dari pendapatan masyarakat dengan tujuan
kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat. Pajak dapat digunakan untuk membiayai
kepentingan umum dan pembangunan sehingga menciptakan lapangan kerja yang baru,
dimana ujung-ujungnya akan membantu pendapatan masyarakat.

Berdasarkan dengan definisi tersebut maka wajib pajak digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)

Yang dimaksud Wajib Pajak Orang pribadi jelas hanya satu orang saja (personal), seperti
karyawan, Dokter, Pengacara, Usahawan, PNS, TNI, POLRI dan lain sebagainya sesuai
dengan perturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku saat ini. Berdasarkan
contoh diatas yang sebut dengan Wajib Pajak orang Pribadi adalah

 Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Mempunyai Penghasilan Dari Usaha.


 Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Mempunyai Penghasilan Dari Pekerjaan Bebas.
 Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Mempunyai Penghasilan Dari Pekerjaan.

Sedangkan Wajib Pajak Orang Pribadi dibagi menjadi 5 Kategori yaitu:

1. Orang Pribadi (Induk) yaitu terdiri dari wajib pajak belum menikah dan suami sebagai
kepala keluarga.
2. Hidup Berpisah (HB) yaitu wanita kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena hidup
berpisah berdasarkan putusan hakim (cerai)
3. Pisah Harta (PH) yaitu suami istri yang dikenai pajak secara terpisah karea menghendaki
secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis.
4. Memilih Terpisah (MT) yaitu wanita kawin, selain kategori hidup berpisah dan pisah harta,
yang dikenai pajak secara terpisah karena memilih melaksanakan hak dan memenuhi
kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya.
5. Warisan Belum Terbagi (WBT) sebagai satu kesatuan merupakan subjeknpengganti,
menggantikan mereka yang berhak, yaitu ahli waris.

2. Wajib Pajak Badan (WP Badan)

Yang dimaksud badan adalah Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan
usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa
pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk
badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Wajib Pajak Badan dibagi menjadi 5 kategori yaitu:

1. Badan
2. Joint Operation (JO) yaitu bentuk kerjasama operasi yang melakukan penyerahan barang
kena pajak dan/atau jasa kena pajak atas nama bentuk kerja sama operasi.
3. Kantor Perwakilan Perusahaan Asing, yaitu wajib pajak perwakilan dagang asing atau
kantor perwakilan perusahaan asing di Indonesia yang bukan Bentuk Usaha Tetap (BUT)
4. Bendahara, bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan
dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, dan diwajibkan
melakukan pemotongan atau pemungutan pajak sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang dan jasa, serta pembayaran lainnya sesuai dengan peraturan
perundang undangan dibidang perpajakan.
5. Penyelenggara Kegiatan, yaitu yang melakukan pembayaran imbalan dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan dan diwajibkan
melakukan pemotongan atau pemungutan pajak sesuai dengan peraturan perundang
undangan dibidang perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai