KONVERSI ENERGI
Bab 9.
EVALUASI Performance Pembangkit
Tenaga Uap (PLTU)
Kode MK dan
Fakultas Program Studi E - Learning Disusun Oleh
Kelas
Teknik S1 Teknik
Mesin 09 U001700010
(1A2131CA)
Agung Wahyudi B., ST, MT, MM
(LEKTOR, DOSEN MADYA
TEKNIK MESIN UMB)
Abstract Kompetensi
Modul ini menjelaskan evaluasi Mahasiswa diharapkan dapat
Kinerja pembangkit listrik menganalisis evaluasi kinerja
tenaga uap (PLTU) Pembangkit Tenaga Uap
Mesin tenaga uap merupakan jenis mesin pembakaran luar. Fluida kerja dengan sumber
energi terpisah. Sumber energi kalor dari proses pembakaran digunakan untuk
membangkitkan uap panas. Uap panas dibangkitkan didalam boiler atau sering disebut
ketel uap. Untuk memperoleh uap dengan temperatur yang tinggi digunakan reheater.
Pada reheater uap dipanaskan lagi menjadi uap panas lanjut sehingga temperaturnya
naik. Selanjutnya uap panas dimasukan ke Turbin Uap.
Didalam turbin uap energi uap panas dikonversi menjadi energi mekanik didalam sudu-
sudu turbin uap. Energi mekanik yang berupa putaran poros turbin uap akan menggerakan
generator pada instalasi pembangkit listrik tenaga uap. Uap panas yang kelur dari turbin
yang sudah dipakai sebagain besar energinya dilewatkan melalui eqonomiser. Pada
eqonomiser uap sisa diambil energi panasnya untuk memanaskan air yang akan masuk
boiler.
wturbin, keluar
qmasuk
qkeluar
wpompa masuk
Boiler
wturbin, keluar
Pompa
q, keluar
Kondensor
Irreversibility
dalam turbin
Siklus Aktual
Penyimpangan siklus aktual dari siklus ideal dikarenakan karena beberapa faktor seperti
gesekan fluida, kerugian panas, dan kebocoran uap [gambar 7.3 dan 7.4] Gesekan
fluida mengakibatkan tekanan jatuh pada banyak perlatan seperti boiler, kondensor dan di
pipa-pipa yang menghubungkan banyak peralatan. Tekanan jatuh yang besar pada boiler
mengkibatkan pompa membutuhkan tenaga yang lebih untuk mempompa air ke boiler.
Tekanan jatuh juga mengakibatkan tekanan uap dari boiler ke turbin menjadi lebih rendah
sehingga kerja turbin tidak maksimal.
Kerugian energi panas banyak terjadi pada peralatan. Pada turbin karena proses ekspansi
uap air pada sudu-sudu dan rumah turbin banyak kehilangan panas. Kebocoran uap juga
mengibatkan kerugian yang tidak bisa diremehkan, biasanya terjadi didalam turbin.
Karena sebab-sebab tersebut mengakibatkan efisiensi menjadi turun.
3.Deviasi Yang Terjadi Pada Kondisi Aktual Dari Siklus Rankine Ideal
Sebagai hasil dari Irreversibilitas dari beberapa faktor lain, seperti: gesekan fluida dan
heat loss pada sekitar, maka terjadi deviasi pada kondisi aktual pada siklus tersebut.
Deviasi pada pompa dan turbin dari keadaan awal yang isentropis dapat di-kalkulasikan
kembali menggunakan efisiensi isentropik yang didefinisikan sebagi berikut:
Pembangkit uap / termal menggunakan energi panas yang dihasilkan dari pembakaran
batubara untuk menghasilkan energi listrik. Jenis pembangkit listrik ini banyak digunakan di
seluruh dunia.
Pembangkit listrik ini menggunakan siklus Rankine. Ini adalah siklus uap yang dihasilkan di
boiler, lalu dibawa ke turbin uap (prime mover). Dari turbin uap didinginkan kembali ke air di
Kondensor, air yang dihasilkan dimasukkan kembali ke dalam boiler untuk mengulangi
siklusnya.
Karena banyaknya bahan bakar (batu bara), pembangkit listrik semacam ini bisa digunakan
untuk menghasilkan sejumlah besar energi listrik. Di kebanyakan negara, pembangkit listrik
ini digunakan sebagai pembangkit listrik beban dasar. Ini karena pembangkit tenaga uap
lambat untuk memulai dan tidak dapat digunakan untuk memenuhi beban puncak yang
umumnya terjadi dalam waktu singkat.
Pembangkit listrik ini (bersama dengan PLTN) terus berjalan sangat dekat dengan efisiensi
penuh selama 24 jam sehari (kecuali jika dipelihara). Mereka memiliki kehidupan khas 30
sampai 40 tahun (walaupun kebanyakan pemerintah telah mengurangi angka ini menjadi 35
tahun).
Jenis pembangkit listrik lainnya mengikuti keterbatasan efisiensi yang berbeda, sebagian
besar stasiun tenaga air di Amerika Serikat sekitar 90% telah mencapai efisiensi dalam
mengubah energi air yang jatuh menjadi listrik, sementara efisiensi turbin angin dibatasi oleh
hukum Betz hingga sekitar 59,3%.
Hukum Betz sendiri adalah hukum yang menunjukkan daya maksimum yang bisa diekstraksi
dari angin, terlepas dari desain turbin angin dalam arus terbuka. Metode ini diterbitkan pada
tahun 1919, oleh fisikawan Jerman Albert Betz.
Hukum ini didasari pada prinsip konservasi massa dan momentum aliran udara yang
mengalir melalui “cakram aktuator ideal” yang mengekstrak energi dari aliran angin. Menurut
hukum Betz, tidak ada turbin yang bisa menangkap lebih dari 16/27 (59,3%) energi kinetik
dalam angin. Faktor 16/27 (0,593) dikenal sebagai koefisien Betz. Turbin angin berskala
utilitas praktis mencapai puncak 75% sampai 80% dari batas Betz.
Energi pembangkit listrik termal yang tidak dimanfaatkan dalam produksi tenaga harus
meninggalkan tanaman dalam bentuk panas ke lingkungan. Panas limbah ini bisa diproses
Kelas pembangkit tenaga panas yang penting dikaitkan dengan fasilitas desalinasi Ini
biasanya ditemukan di negara-negara gurun dengan pasokan gas alam yang besar dan di
pabrik ini, produksi air tawar dan listrik sama-sama penting untuk produk bersama.
Efisiensi Carnot menentukan bahwa efisiensi yang lebih tinggi dapat dicapai dengan
menaikkan suhu uap. Pembangkit listrik bahan bakar fosil sub-kritis dapat mencapai
efisiensi 36-40%.
Desain super kritis memiliki efisiensi di kisaran rendah hingga pertengahan 40%, dengan
desain “ultra kritis” yang menggunakan tekanan 4400 psi (30,3 MPa) dan pemanasan
beberapa tahap mencapai efisiensi sekitar 48%. Di atas titik kritis untuk air 705 ° F (374 ° C)
dan 3212 psi (22,06 MPa), tidak ada transisi fase dari air ke uap, namun hanya penurunan
kerapatan secara bertahap.
Saat ini sebagian besar pembangkit listrik tenaga nuklir harus beroperasi di bawah suhu dan
tekanan yang dilakukan pembangkit tenaga batubara, untuk memberikan tingkat keamanan
yang lebih konservatif dalam sistem yang menghilangkan panas dari batang bahan bakar
nuklir.
1. Pengantar
PLTU atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah sebuah pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga uap atau energi uap untuk menghasilkan pasokan tenaga listrik.
Bentuk utama pemanfaatan energi ini sebenarnya hampir mirip dengan prinsip kerja dari
pembangkit listrik tenaga panas bumi dimana sebagai tenaga penggeraknya menggunakan
sebuah generator yang akan dihubungkan ke sebuah turbin pembangkit yang kemudian
akan di olah menjadi tenaga listrik.
Tenaga penggerak utama dalam proses pembentukan energi ini adalah sebuah energi
kinetik yang berasal dari uap panas dan juga kering. Untuk pembangkit listrik tenaga uap
sendiri sebenarnya mengguanakan bahan bakar yang berasal dari batu bara atau minyak
bakar yang berasal dari energi fosil.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan mesin konversi energi yang merubah
energi kimia dalam bahan bakar batu bara menjadi energi listrik. Proses konversi energi
pada PLTU berlangsung melalui tiga tahapan, Pertama, energi kimia dalam bahan bakar
diubah menjadi energi panas dalam bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi. Kedua,
energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran. Ketiga, energi
mekanik diubah menjadi energi listrik.
PLTU modern merupakan pengembangan dari siklus Rankine sederhana. Di dalam sebuah
siklus Rankine sederhana, peralatan utamanya terdiri dari ketel uap (boiler) untuk memasak
air menjadi uap jenuh, turbin uap untuk mengubah energi yang terkandung di dalam uap
menjadi energi kinetik dalam bentuk putaran poros sebagai penggerak mula dari berbagai
peralatan lain seperti generator uap, pompa dan lain sebagainya, kondensor merupakan
Siklus Rankine sederhana memiliki efisiensi konversi energi di dalam siklus yang relatif
rendah. Untuk meningkatkan nilai efisiensi tersebut, dikembangkanlah berbagai perbaikan
sehingga biasanya untuk PLTU modern dipakailah siklus Rankine Regenerative seperti
diperlihatkan skemanya pada gambar 7.6.
Gambar 7.6– Skema peralatan dan aliran air/uap dalam siklus rankine regenerative
Untuk siklus seperti gambar 1 tersebut, cara mengevaluasi efisiensi sklus dapat diturunkan
sebagai berikut:
a. Laju panas yang dibutuhkan untuk memproduksi uap di dalam generator uap adalah
sebesar:
Qb m1 h1 h8
d. Dengan demikian daya netto yang dihasilkan oleh turbin adalah sebesar:
Wtnet Wt Wp
m1 h1 h2 m1 m2 h2 h3 m1 m2 m3 h3 h4 h6 h5
m1 h1 h2 m1 m2 h2 h3 m1 m2 m3 h3 h4 h6 h5
100% Semakin
m1 h1 h8
kompleks siklus yang dipakai dalam sebuah PLTU akan semakin kompleks pula perhitungan
yang harus dilakukan.
Turbin uap sebagai penggerak generator harus dapat dikendalikan pada putaran yang
konstan walaupun beban generator berubah-ubah. Putaran turbin yang berubah-ubah akan
menghasilkan frekuensi listrik dari generator bervariasi. Salah satu indikator kualitas energi
listrik yang baik adalah frekuensi yang stabil, untuk itu diperlukan pengaturan pada turbin
agar putaran tetap konstan. Hingga saat ini, terdapat dua metode dalam pengaturan
putaran turbin yaitu mode normal pressure control dan sliding pressure control. Berikut
adalah cara pengaturan putaran pada turbin uap :
a. Mode normal/ constant pressure control
Katup governor berfungsi untuk mengatur jumlah uap masuk kedalam turbin13.
Jumlah uap yang masuk turbin sebanding dengan daya listrik yang dihasilkan
generator apabila turbin bekerja pada tekanan dan temperatur yang konstan. Prinsip
pengaturan putaran turbin dengan katup governor adalah dengan mengatur jumlah
aliran uap yang masuk ke turbin. Hal ini dilakukan dengan mengatur besar bukaan
katup governor.
Laju aliran steam melalui beberapa katup yang terbuka secara bersamaan.
(7)
Pengontrolan tekanan steam pada boiler dijaga pada kondisi tetap . Mekanisme
pengontrolan putaran turbin dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut :
2019 12 Konversi Energi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., ST, MT, MM http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 7.7. Normal pressure control
Pada metode normal pressure control memiliki dua unit pengontrolan. Yang pertama
adalah kontrol daya turbin CN yang menyesuaikan tekanan aliran steam terhadap
permintaan beban (demand) dengan cara mengatur bukaan katup governur. Dan
yang kedua adalah kontrol Cp menahan tekanan tetap setelah boiler (po,st) dan
menyesuaikannya terhadap permintaan steam yang akan masuk ke turbin.
b. Metode Sliding Pressure control.
Metode lain yang digunakan untuk mengatur putaran turbin yaitu dengan metode
pengaturan dengan operasi tekanan bergeser (sliding pressure operation). Ada dua
metode yang berbeda dalam pengoperasian ini, yaitu :
1. Mengatur daya output turbin dengan cara mengatur tekanan uap masuk dan katup
governor terbuka pada posisi yang tetap.
2. Mengatur daya output turbin dengan cara mengatur tekanan uap yang masuk dan
mengatur bukaan katup governor.
Tekanan uap sebelum masuk sudu turbin (p1) berubah sesuai dengan prinsip
kapasitas aliran. Dalam unit metode sliding pressure control hanya mempunyai satu
kontrol yaitu CN, dengan tidak adanya pengontrolan tekanan maka tekanan steam
setelah boiler adalah sama seperti tekanan sebelum memasuki sudu turbin (kecuali
untuk kerugian yang disebabkan oleh hambatan di dalam pipa). Kontrol daya CN
mengukur daya turbin dan bekerja langsung dengan cara menyesuaikan aliran
bahan bakar. Turbin akan mengkonsumsi langsung jumlah uap yang diproduksi oleh
boiler.
Tekanan uap dalam boiler bervariasi sesuai dengan efisiensi steam yang
dihasilkannya. Pada saat yang sama kontrol temperatur akan menjaga temperatur
steam akan tetap stabil.
Metode pengoperasian ini mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
1. Kerugian akibat throtlle katup akan turun sehingga akan menaikkan efisiensi.
2019 13 Konversi Energi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., ST, MT, MM http://www.mercubuana.ac.id
2. Penurunan tekanan pada ketel akan berakibat meningkatkan kebutuhan panas
yang diperlukan untuk perubahan fasa (latent heat) pada drum boiler.
3. Pemakaian daya akan menurun apabila pompa air pengisi boiler (boiler feed
pump) dioperasikan dengan sistem pengaturan putaran variable speeds.
Agar suatu unit beroperasi lebih ekonomis, sistem unit diset dengan mode operasi normal
pressure maupun sliding pressure. Posisikan operasi sliding pressure dalam mode boiler
follow mode (BF), dimana posisi valve turbin tetap pada posisi tetentu. Tekanan uap
meningkat seiring peningkatan beban, ketika beban mencapai 90%, tekanan mencapai nilai
rate, pada saat ini sistem operasi harus dipindah pada constant/ normal pressure. Valve
turbin harus dibuka secara luas atau controller turbin harus dioperasikan untuk menerima
target load command.
Pada saat LDC, mode sliding pressure hanya dapat digunakan pada CCS dan BF. Sistem
akan beralih ke modus BF apabila operasi sliding pressure dilakukan. Di bawah kondisi auto
LDC, mode sliding pressure sebenarnya merupakan salah satu jenis mode operasi variabel-
tekanan gabungan selama beban rendah, unit beroperasi dengan nilai tetap di bawah
tekanan rendah, ketika beban antara 25% dan 90%,masuk pada kondisi sliding pressure,
dan pembukaan main stop valve tetap sekitar 91%, perubahan tekanan main steam
berbanding langsung dengan beban, bila tekanan main steam mencapai nilai rate, dan unit
kembali pada mode operasi constant pressure.
Indikator kinerja pembangkit daya adalah energi (input) yang diperlukan untuk menghasilkan
satu satuan output daya listrik.
Indikator kinerja tersebut dikenal antara lain :
Murtalim. 2019. Valuasi Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap Yang Menerapkan Mode
Normal Pressure Dan Sliding Pressure. Sumber : http://repository.unpas.ac.id/31386/