Anda di halaman 1dari 8

NAMA : MELVIN ALROY LUMBANTOBING

NIM : 7183240032

KELAS : ILMU EKONOMI (B)

MAT.KUL : EKONOMI MONETER

KEBIJAKAN MONETER

Pasar Uang

Pasar uang merupakan pertemuan dalam suatu pasar yang abstrak untuk memperoleh demand dan supply dana
jangka pendek. Dalam pasar uang, valuta asing diperlukan untuk membayar kegiatan ekspor impor dan utang
luar negeri.
Ciri-ciri Pasar Uang:

1. Menekankan pada pemenuhan dana jangka pendek.


2. Mekanisme pasar uang ditekankan untuk mempertemukan pihak yang mempunyai kelebihan dana dan
yang membutuhkan dana.
3. Tidak terikat pada tempat tertentu seperti halnya Pasar Modal.

Pelaku Pasar Uang:

1. Bank
2. Yayasan
3. Dana pensiun
4. Perusahaan asuransi
5. Perusahaan-perusahaan besar
6. Lembaga pemerintah
7. Lembaga keuangan lain
8. Individu masyarakat
Contoh Pasar Uang adalah:

1. SBI
2. SBPU
3. Sertifikat Deposito
4. Interbank call money.
5. Commercial paper
6. Treasury bills
Tujuan Pasar Uang
Dari pihak yang membutuhkan dana:

1. Untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek.


2. Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.
3. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja.
4. Sedang mengalami kalah keliring.
Dari pihak yang menanamkan dana:

1. Untuk memperoleh penghasilan dengan tingkat suku bunga tertentu.


2. Membantu pihak-pihak yang mengalami kesulitan keuangan.
3. Spekulasi.

Analisis pasar uang akan menghasilkaan sebuah kurva yang menghubungkan tingkat pendapatan
nasional dan tingkat suku bunga yang memenuhi syarat keseimbangan pasar uang yang akan menghasilkan
kurva LM (Liquidity Money). Pasar uang adalah interaksi antara permintaan dan penawaran uang.
Keseimbaangan pasar uang tercapai apabila permintaan uang sama dengan penawaran uang.

 Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga adalah fungsi uang dari pendekatan
L=kY
 Permintaan uang untuk motif spekulasi adalah fungsi dari tingkat suku bunga
L = f(i)
 Permintaan total dari pada uang adalah
L=kY–h
Penawaran uang pada perekonomian nasional meliputi semua resmi dan simpanan lancar di bank yang
terdiri dari milik orang-perorangan, rumah tangga dan badan-badan bukan bank. Bank sentral dalam hal ini
bank Indonesia adalah satu-satunya badan yang diserahi tugas untuk mengawasi dan mengendalikan penawaran
uang. Sesuai dengan itu maka penawaran uang nominal dalam masyarakat adalah merupakan variabel eksogen
dengan nilai 𝑀̅ ditentukan dan diubah oleh bank sentral. Disamping itu bahwa tingkat harga umum diasumsikan
tidak berobah atau tetap, selama analisis dilakukan yang selalu berada pada tingkat 𝑃̅, misalnya. Asumsi dapat
dibatalkan kalau analisis semua dilakukan. Dengan demikian penawaran uang rill dapat ditulis dengan 𝑀 ̅ / 𝑃̅
̅
𝑀
atau uang 𝑃̅

Keseimbangan pasar uang

Proses terjadinya keseimbangan dalam pasar dapat berawal dari sisi mana saja baik pemerintaan ataupun
penawaran, semisal kita anggap proses awal beasal dari sisi permintaan, permintaan tinggi yang tidak bisa
dipenuhi oleh pasokan akan menyebabkan adanya kelangkaan, padahal menurut hukum kelangkaan suatu
barang yang langka maka akan menyebabkan harga barang tersebut akan meningkat.

 Kondisi keseimbangan pasar uang dapat dinyatakan sebagai berikut:


Ms = L
L = L (Y,i)
Ms = L(Y,i)
 Keseimbangan pasar uang terjadi ketika jumlah penawaran uang sama dengan jumlah permntaan uang.
 Keseimbangan pasar uang menentukan tingkat bunga keseimbangan. Ketika jumlah penawaran uang jumlah
uang beredar bertambah, keseimbangan berubah dan karena itu tingkat bunga keseimbangan berubah dan
karena itu tingkat bunga keseimbangan juga berubah.
 Fungsi keseimbangan uang total :
L = kY + Lo – hi
 Keseimbangan pasar uang :
Ms = kY + Lo – hi
Pasar Barang
Pasar barang atau pasar komoditas adalah interaksi antara permintaan dan penawaran terhadap barang
dan jasa. Dalam perekonomian tertutup, permintaan utama berasal dari sektor rumah tangga dan pemerintah.
Pasar barang atau pasar komoditas adalah interaksi antara permintaan dan penawaran terhadap barang dan
jasa. Dalam perekonomian tertutup, permintaan utama berasal dari sektor rumah tangga dan pemerintah.
Permintaan tersebut umumnya merupakan permintaan akan barang dan jasa akhir. Penawaran barang dan
jasa berasal dari sektor perusahaan. Membicarakan pasar barang, kita menambahkan satu perubahan
penting, yaitu suku bunga, kepada pertimbangan, sebuah investasi terkenal. Teor investasi sudah
dibicarakan pada ekonomi makro, dimana tingkat investasi adalah sebagai fungsi dari suku bunga. Dengan
demikian investasi bukan lagi hanya sebagai perubahan eksogen, yaitu perubahan yang nilainya turut
dijelaskan di dalam model ekonomi.
Adapun yang menjadi persamaan daripada investasi tersebut adalah:
I = 𝐼 – bi
Dimana :
𝐼 adalah investasi otonom, b adalah kepekaan investasi terhadap suku bunga (MPI), negatif adalah
kepekaan invetasi terhadap suku bunga dan i adalah tingkat suku bunga. Boleh digambarkan fungsi investasi
tersebut:

I=𝐼–bi

Kesimbangan Pasar Barang

Keseimbangan antara penawaran dan permintaan barang dan jasa dalam pasar barang dinyatakan ;

Y = C + I + G (X – M)
AS = AD
Permintaan agregat dirumuskan sebagai berikut:

AD = C + I + G (X – M)

Pengertian Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah menyangkut perilaku bank sentral dalam penawaran
uang dan pengaturan uang yang beredar pada suatu negara. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu
kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas
harga serta pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) juga
tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Jenis-Jenis Kebijakan Moneter
1. Kebijakan Moneter Ekspansif (Monetary Expansive Policy)
Kebijakan moneter ekspansif adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan
masyarakat). Kebijakan ini diterapkan pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi.
Kebijakan moneter ekspansif ini disebut juga sebagai kebijakan moneter longgar (easy monetary policy).
Penerapan kebijakan ini seperti :
a. Politik diskonto (penurunan tingkat suku bunga)
b. Politik pasar terbuka (pembelian surat-surat berharga, misalnya saham dan obligasi).
c. Politik cash ratio (penurunan cadangan kas)
d. Politik kredit selektif (pemberian kredit longgar)
2. Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary Kontractive Policy)

Kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan yang dilakukan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Kebijakan moneter kontraktif
disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Kebijakan ini dapat diterapkan berupa :
a. Politik diskonto (peningkatan suku bunga)
b. Politik pasar terbuka (penjualan surat berharga)
c. Politik cash ratio (peningkatan cadangan kas)
d. Politik kredit selektif (pengetatan pemberian kredit)

Instrumen Kebijakan Moneter


Terdapat 4 instrumen pokok kebijakan moneter :
1. Politik Pasar Terbuka
Politik pasar terbuka merupakan kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral dalam rangka menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga pemerintah
(government securities). Surat-surat berharga pemerintah diantaranya adalah SBI (Sertifikat Bank Indonesia),
SBPU (Surat Berharga Pasar Uang), saham, dan obligasi.
Jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan menjual surat
berharga pemerintah kepada masyarakat. Dengan menjual SBI, uang dari masyarakat akan tertarik masuk ke
bank sehingga diharapkan jumlah uang beredar berkurang. SBI hanya dijual oleh bank sentral.
Namun, jika pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar maka pemerintah akan membeli surat
berharga. Dengan membeli SBI, pemerintah akan mengeluarkan uang kepada masyarakat dalam pembeliannya
sehingga terjadilah penambahan jumlah uang yang beredar di masyarakat.
2. Politik Diskonto (Discount Rate)
Politik diskonto adalah kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral dalam pengaturan jumlah uang yang
beredar dengan memainkan tingkat suku bunga. Tingkat bunga pada tiap-tiap bank umum akan dipengaruhi
oleh tingkat bunga bank sentral. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus
meminjam ke bank sentral.
Jika pemerintah akan menambah jumlah uang yang beredar maka pemerintah menurunkan tingkat suku
bunga bank sentral. Dengan begitu, minat masyarakat untuk menabung di bank pun berkurang. Sehingga,
jumlah uang yang beredar bertambah. Selain itu, juga mengakibatkan suku bunga kredit turun dan
mengakibatkan masyarakat banyak tertarik untuk mengajukan pinjaman ke bank.
Serta sebaliknya, jika pemerintah akan mengurangi jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan
menaikkan tingkat bunga. Sehingga, hasrat masyarakat untuk menabung di bank pun tinggi yang
mengakibatkan jumlah uang yang beredar di masyarakat berkurang. Selain itu, kenaikan suku bunga tabungan
akan meningkatkan suku bunga kredit. Dengan naiknya suku bunga kredit, masyarakat akan enggan untuk
mengajukan kredit.

3. Politik Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)


Rasio cadangan wajib adalah kebijakan bank sentral untuk menambah atau mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara menaikan atau menurunkan cadangan minimum yang harus dipenuhi oleh bank umum
dalam mengedarkan atau memberikan kredit kepada masyarakat.
Ketika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar maka pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Jika bank sentral menurunkan cadangan kas, berarti bank sentral ingin menambah jumlah uang
yang beredar. Dalam hal ini bank-bank umum diberi kesempatan untuk dapat mengedarkan uang lebih banyak.
Sebaliknya, ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar maka pemerintah menaikkan
rasio cadangan wajib. Hal ini terjadi karena dengan naiknya cadangan kas berarti bank umum harus lebih
banyak menahan uang tunai untuk tidak diedarkan.

4. Kebijakan Kredit Selektif


Kebijakan kredit selektif adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam pemberian atau tidaknya
suatu kredit. Kredit selektif ini dilakukan dengan cara menentukan syarat-syarat kredit yang dikenal dengan 5C.
Pada saat pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan melonggarkan
pemberian kredit. Namun, jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar maka pemerintah akan
mengetatkan pemberian kredit.
Selain instrumen di atas, ada beberapa instrumen lain yang dipergunakan oleh pemerintah dalam
melaksanakan kebijakan moneter, diantaranya :
1. Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Imbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan cara memberi
imbauan kepada para pelaku ekonomi. Contohnya, menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati
dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar.

2. Politik Saneering
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini
sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Kebijakan moneter yang
dilakukan oleh bank sentral dengan cara pengguntingan (pemotongan) uang disebut dengan politik saneering.
Politik saneering diterapkan ketika terjadi hiperinflasi. Instrumen ini pernah dilakukan BI pada tanggal 13
Desember 1965. Pada saat itu, dilakukan pemotongan uang dari Rp.1.000 menjadi Rp.1. Hal ini dilakukan
untuk menyehatkan kembali nilai uang yang sudah jatuh.

3. Devaluasi
Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai rupiah terhadap mata uang asing.

4. Revaluasi
Revaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menaikkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang
asing.

Tujuan Kebijakan moneter


Tujuan akhir sebuah kebijakan moneter adalah suatu kondisi ekonomi makro yang ingin dicapai. Tujuan
tersebut tidak sama dari satu negara dengan negara lainnya serta tidak sama dari waktu ke waktu. Tujuan
kebijakan moneter tidak statis, namun bersifat dinamis karena selalu disesuaikan dengan kebutuhan
perekonomian suatu negara. Akan tetapi, kebanyakan negara menetapkan empat hal yang menjadi tujuan dari
kebijakan moneter, yaitu:
1. Menjaga kestabilan ekonomi, artinya pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang dengan pertumbuhan arus
barang dan jasa yang tersedia.
2. Menjaga kestabilan harga, artinya harga suatu barang merupakan hasil interaksi antara jumlah uang yang
beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar
3. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dalam perekonomian.
4. Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan likuiditas perekonomian dan stabilitas tingkat harga.
5. Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan pada
berbagai sektor ekonomi.
6. Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang tidak dapat terealisasi melalui sumber penerimaan
yang normal.
7. Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat perekonomian stabil, pengusaha akan mengadakan investasi
untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya investasi akan membuka lapangan kerja baru
sehingga memperluas kesempatan kerja masyarakat.
8. Memperbaiki neraca perdagangan kerja masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan
ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.

Jalur Pembuatan Keputusan Kebijakan Moneter


Dalam menentukan suatu kebijakan moneter tentunya akan dimulai dari Gubernur Bank Indoensia. Ia
akan meminta pertimbangan kepada Dewan Moneter yang beranggotakan Menteri Keuangan, Menteri
Perindustrian dan Perdagangan, Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri. Kemudian, akan terjafi
perundingan tentang kebijakan apa yang akan diambil dalam mengatasi masalah yang di hadapi.

Peran Bank Indonesia dalam Kebijakan Moneter


Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini
sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud
dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang
tercermin pada inflasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan
moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan
menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam
mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan
nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada
level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter
melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama
menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran
moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah
maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit
atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip
Syariah.

Sejarah Kebijakan Moneter di Indonesia


Kebijakan moneter yang diterapkan pada tanggal 13 Desember 1965 adalah politik saneering. Mulai
tahun 1960, kebutuhan anggaran pemerintah untuk proyek-proyek politik semakin meningkat akibat isu
konfrontasi yang terus dilakukan dengan Belanda dan Malaysia. Hal ini juga disebabkan oleh besarnya
pengeluran pemerintah untuk membiayai proyek-proyek mercusuar, seperti Games of the New Emerging Forces
(Ganefo) dan Conference of the Emerging Forces (Conefo).
Dalam rangka mempersiapkan kesatuan moneter di seluruh wilayah Indonesia, pada tanggal 13
Desember 1965, pemerintah menerbitkan sebuah alat pembayaran yang sah yang berlaku bagi seluruh wilayah
Indonesia melalui Penetapan Presiden (Penpres) No. 27/1965. Ketentuan tersebut mencakup nilai perbandingan
antara uang rupiah baru dengan uang rupiah lama dan uang rupiah khusus untuk Irian Barat -Rp 1 (baru) = Rp
1.000 (lama) dan Rp 1 (baru) = IB Rp 1-, serta pencabutan uang kertas Bank Negara Indonesia, uang kertas, dan
uang logam pemerintah yang telah beredar sebelum diberlakukannya Penpres tersebut.
Sejak saat itu sampai bulan Agustus 1966, uang rupiah baru dan uang rupiah lama beredar bersama-
sama. Untuk menghilangkan dualisme tersebut, semua instansi swasta diwajibkan untuk menggunakan nilai
uang rupiah baru dalam perhitungan harga barang dan jasa serta keperluan administrasi keuangan. Meskipun
uang rupiah baru bernilai 1.000 kali uang rupiah lama, tidak berarti bahwa harga-harga menjadi seperseribu
harga lamanya. Kebijakan ini justru meningkatkan beban pemerintah, jumlah uang beredar, dan inflasi.

Indikator Stabilisasi ekonomi


Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan :
1. Kesempatan Kerja
Semakin besar gairah untuk berusaha maka akan mengakibatkan peningkatan produksi. Peningkatan
produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga kerja. Berarti akan terjadinya peningkatan kesempatan kerja
dan kesehjateraan karyawan.

2. Kestabilan Harga
Apabila kestablian harga tercapai maka akan menimbulkan kepercayaan di masyarakat. Masyarakat
percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan sama dengan harga di masa depan.

3. Neraca Pembayaran Internasional


Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi ekonomi di suatu negara. Agar
neraca pembayaran internasional seimbang maka pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah
uang yang beredar.

Anda mungkin juga menyukai