Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan


Dosen pengampu: Romli,M.Pd.

Kelompok / Kelas A
Nama NPM
Lia Agustina 1703020014

Nanda Azizah 18

FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH


JURUSAN BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM (BPI)
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan panulisan makalah ini yang berjudul “Hak Asasi Manusia (HAM)”.
Selawat beriringkan salam juga tidak lupa kami sampaikan kepada Nabi kita
Muhammad SAW, karena dengan berkat kegigihan dan kesabaran beliaulah kita dapat
menuntut ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan maupun isi yang terkandung di
dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga kami dapat berkarya dengan lebih baik di masa yang akan
datang.
Akhirnya dengan satu harapan dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan bagi rekan-rekan pembaca umumnya.
Amiin Yarabbal ‘alamin.

Metro,30 April 2019


Hormat saya

Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................................
B. Rumusan masalah .............................................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................................
BAB II :PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Hakekat HAM ..........................................................................
B. Perkembangan Pemikiran HAM .......................................................................
C. Perkembangan Penegakan HAM di Indonesia .................................................
BAB III: PENUTUP
A. Simpulan ...........................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang dimiliki dan melekat dalam diri setiap
individu dalam suatu negara. Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia, disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hal yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa daan
merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia. Artinya, dengan adanya ketentuan mengenai hak asasi manusia
tersebut, negara wajib hadir untuk melindungi setiap hak individu warga negaranya,
sehingga dapat secara bebas untuk memperoleh kehidupan yang layak, mengembangkan
diri, mengekspresikan gagasan dan kreativitasnya serta mengoptimalkan peran dan
sumbangsihnya terhadap kesejahteraan dalam hidup manusia secara luas.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut: Pengertian
HAM, Perkembangan pemikiran HAM dan Perkembangan Penegakan HAM

C. Tujuan Penulisan
Diharapkan dengan hadirnya makalah ini agar mahasiswa dapat memahami lebih baik
ham, agar nantinya tidak terjadi kesalahpahaman
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAM dan Perkembangannya di Indonesia
1. Pengertian dan Hakekat HAM
Hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku,
melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia
dalam menjaga harkat dan martabatnya. Hak memiliki unsur-unsur sebagai
berikut: pemilik hak, ruang lingkup penerapan hak, dan pihak yang bersedia
dalam penerapan hak. Dengan demikian hak merupakan unsur normatif yang
melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang
lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksi antara
individu atau dengan instansi. Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh.
Dalam kaitan dengan pemerolehan hak paling tidak ada 2 teori yaitu teori
McCloskey dan teori Joel Feinberg.
Menurut pendapat Jan Materson dalam Teaching Human Right, sebagaimana
dikutip Baharudin Lopa menegaskan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak
yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup
sebagai manusia. Selanjutnya menurut Jhon Locke menyatakan bahwa hak asasi
manusia adalah hak yang diberikan langsung oleh tuhan yang maha pencipta
sebagai hak yang kodrati. Oleh karena itu, tidak ada kekuasaan apapun didunia
yang dapat mencabutnya. Hak ini sifatnya fundamental atau sangat mendasar bagi
hidup dan kehidupan manusia dan merupakan hal kodrati yang tidak bisa terlepas
dari dalam kehidupan manusia.
Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1
disebutkan bahwa ”Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa dan
merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

2. Perkembangan pemikiran HAM


Pembicaraan tentang keberadaan ham tidak terlepas dari pengakuan terhadap
adanya hukum alam yang menjadi cikal bakal bagi kelahiran ham. Perkembangan
pemikiran ham bermula dari:
a. Magna Charta telah menghilangkan hak absokutisme raja. Sejak saat itu
dipraktikkan kalau raja mekanggar hukum harus diadili dan
dipertanggungjawabkan kebijakan pemerintahannya kepada parlemen.
Pasal 21 Magna Charta menggariskan “para pangeran dan baron akan
dihukum atau didenda berdasarkan atas kesamaan dan sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukan”. Selanjutnya dipertegas pada pasal 40 ”tidak
seorangpun menghendaki kita mengingkari atau menunda tegaknya hak
atau keadilan”. Lahirnya Magna Charta ini kemudian diikuti oleh lahirnya
Bill Of Right di Inggris pada tahun 1689. Pada masa itu mulai timbul
pandangan (Adagium) yang intinya bahwa manusia sama dimuka hukum.
Adagium ini diperkuat dorongan timbulnya negara hukum dan negara
demokrasi.
b. The American Declaration of independence yang lahir dari paham
rousseau dan montesquieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah
merdeka sejak didalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sudah
lahir, ia harus dibelenggu.
c. The French Declaration (Deklarasi Prancis) lahir pada tahun 1789 dimana
ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The
Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan dan
penahanan yang semena-mena, termasuk penangkapan tanpa alasan yang
sah dan penahanan tanpa surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat
yang sah. Dalam kaitan ini berlaku prinsip Presumption Of Innocent,
artinya orang-orang yang ditangkap kemudian ditahan dan dituduh, berhak
dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap yang meyatakan ia bersalah. Kemudia prinsip itu
dioertgas oleh prinsip Freedom Of Expression (kebebasan mengeluarkan
pendapat), Freedom Of Religion (bebas menganut keyakina atau agama
yang dikehendaki) The Right Of Property (perlindungan hak milik) dan
hak dasar lainnya. Jadi, dalam French Declaration sudah tercakup hak-hak
yang menjamin tumbuh demokrasi maupun negara hukum.
d. The Four Freedom
Perkembangan yang lebih signifikan adalah munculnya The Four
Freeddom dari presiden Rooselvelt pada tanggal 6 januari 1941 dan
berdasarkan rumusan tersebut, didapat 4 hak yaitu hak kebebasan
berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan memeluk agama dan
beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya atau diyakini, hak
kebebasan dari kemiskinan dalam pengertian setiap bangsa berusaha
mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya
dan hak kebebasan dari ketakutan.
Selanjutnya pada tahun 1944 diadakan konferensi buruh internasional di
Philadelphia yang kemudian menghasilkan Deklarasi Philedelphia. Isi dari
konferensi tersebut tentang kebutuhan penting untuk menciptakan perdamaian
dunia berdasarkan keadilan sosial dan perlindungan seluruh manusia apapun ras,
kepercayaan atau jenis kelamin, memiliki hak untuk mengejar perkembangan
material dan spiritual dengan beban dan bermartabat, keamanan ekonomi dan
kesempatan yang sama.
Pemikiran HAM akan terus berlangsung dalam rangka mencari rumusan ham
yang sesuai dengan konteks ruang dan zamannya. Secara garis besar
perkembangan pemikiran ham dibagi pada 4 generasi:
Generasi pertama, berpendapat bahwa pengertian ham hanya berpusat pada
bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi oertama pada bidangh
hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia
II,totaliterisme dan adnya keinginan negara0negara yang baru merdeka untuk
menciptakan generasi.
Generasi kedua, pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yudiris melainkan
juga hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi
kedua menunjukkan perluasan pengertian konsep dan mencakup hak asasi
manusia. Padda generasi kedua ini lahir 2 covenant yaitu International Covenant
On Economic, Social And Culture Right And International Covenant On Civil
And Political Right.
Generasi ketiga, menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial,
budaya, politik dan hukum dalam satu keranjang yang disebut dengan hak-hak
melaksanakan pembangunan sebagai istilah yang diberikan Oleh International
Comission Of Justice. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi
ketiga juga mengalami ketidaksembingan dimana terjadi penekanan terhadap hak
ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan
hak lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, kerena banyak
hak-hak rakyat lainnya yang dilanggar.
Generasi keempat, yang mengkritik peranan negara yang sangat dominan
dalam proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan
menimbulkan dampak negatif diabaikannnya aspek kesejahteraan rakyat.
Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh negara-negara kawasan asia
yang pada tahun 1983 melahirkan deklarassi hak asasi manusia yang disebut
Declaration Of The Basic Duties Of Asia People And Government. Deklarasi ini
lebih maju dari rumusan generasi ketiga, karena tidak saja mencakup tuntutan
struktural tetapi juga berpihak kepada terciptanya tatanan sosial yang berkeadilan.

3. Perkembangan Penegakan Hak Asasi Manusia Di Indonesia


Pemahaman HAM di Indonesia sebagai tatanan adil, norma dan konsep yang
hidup dimasyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya telah berlangsung cukup
lama. Secara garis besar Prof. Bagir Manan dalam bukunya perkembangan
pemikiran dan pengaturan ham di indonesia membagi perkembangan pemikiran
ham di Indonesia dalam dua periode yaitu periode sebelum kemerdekaan ( 1908-
1945 ) dan periode setelah kemerdekaan ( 1945-sampai sekarang ). Pemikiran
ham dalam periode sebelum kemerekaan dapat di jumpai dalam organisasi
pergerakan seperti pada pergerakan Beodi Oetomo, Perhimpunan Indonesia,
Sarekat Islam, Partai Komunis Indonesia, Indiche Partij, Partai Nasional
Indonesia, dan Perdebatan Dalam BPUPKI. Sedangkan dalam pemikiran ham
dalam periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang) dibagi dalam periode 1945-
1950,periode 1950-1959, periode 1959-1966, periode 1966-1998 dan periode
1998-sampai sekarang.
1. Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908-1945 )
Sebagai organisasi pergerakan, beodi oetomo telah menaruh perhatian
terhadap masalah HAM dalam konteks pemikiran HAM para pemimpin
Beodi Oetomo telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan
mengeluarkan pendapat melalui petisi yang di tunjukan kepada
pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang di muat surat kabar
georoe desa. Bentuk pemikiran HAM Beodi Oetomo dalam bidang hak
kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.
Pemikiran HAM pada perhimpunan indonesia banyak dipengaruhi oleh
para tokoh organisasi seperti Mohammad Hatta, Nazir Pamontjak, Ahmad
Soebardjo, A. A Maramis dan lainnya. Pemikiran HAM tokoh tersebut
lebih menitik beratkan pada hak untuk memilih nasib sendiri.
Serekat islam, organisasi kaum santri yang dimotori oleh H. Agus Salim
dan Abdul Muis, menekankan pada usaha-usaha untuk memperoleh
penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi
rasial.
Sedangkan Pemikiran HAM Dalam Partai Komunis Indonesia sebagai
partai yang berlandaskan paham marxisme lebih condong pada hal-hak
yang bersifat sosial dan menyentuh isu-isu yang berkenaan dengan alat
produksi.
Konsen terhadap HAM juga ada pada indische partij. Pemikiran HAM
yang paling menonjol pada indiche partij adalah hak untuk mendapatkan
kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan kemerdekaan.
Sedangkan pemikiran HAM pada partai nasional indonesia
mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan. Adapun
pemikiran ham dalam organisasi pendidikan nasional indonesia, organisasi
yang didirikan oleh Mohammad Hatta setelah partai nasional indonesia
dibubarkan dan merupakan wadah perjuangan yang menerapkan taktik
non-kooperatif melalui program pendidikan politik, ekonomi, sosial dan
menekankan pada hak politik yaitu hak untuk menentukan nasib sendiri,
hak untuk mengeluarkan pendapat, hak berserikat dan berkumpul dan hak
persaamaan dimuka hukum serta hak untuk turut dalam
menyelenggarakan negara. Pemikiran ham sebelum indonesia merdeka
juga terjadi dalam perdebatan disidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) antara Soekarno dan Soepomo disatu
pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak lain.
Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan
dengan masalah hak persamaan kedudukan dimuka hukum, hak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan
kepercayaan, hak berserikat dan berkumpul dan hak untuk mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tertulis. Dengan demikian gagasan dan pemikiran
HAM di Indonesia telah menjadi perhatian besar dari tokoh pergerakan
bangsa dalam rangka penghormatan dan penegakan HAM, karena itu
HAM di Indonesia mempunyai akar sejarah yang sangat kuat.
2. Periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang)
a. Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih menekankan
pada hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui
organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk
menyampaikan pendapat terutama parlemen. Pemikiran HAM telah
mendapat legimitasi secara formal karena telah memperoleh
pengaturan dan masuk kedalam hukum dasar negara (konstitusi) yaitu
UUD 1945. Bersamaan dengan prinsip kedaulatan rakyat dan negara
berdasarkan atas hukum dijadikan sebagai sendi bagi penyelenggaraan
negara indonesia merdeka.
Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk
mendirikan partai politik. Sebagai mana tertera dalam maklumat
pemerintah 3 November 1945 yang antara lain menyatakan:
a) Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena
dengan adanya partai politik itulah dapat dipimpin kejalan
yang teratur segala aliran paham yang ada dalam masyarakat
b) Pemerintah berharap partai-partai itu telah tersusun sebelum
dilangsungkannya pemulihan anggota badan perwakilan rakyat
pada bulan januari 1946
Hal ini sangat penting dalam kaitan HAM adalah adanya
perubahan dan mendasar dan signifikan terhadap sistem
pemerintahan dari sistem presidensil menjadi parlementer.
b. Periode 1950-1959
Pada periode 1945-1950 dalam perjalanan negara Indonesia
dikenalkan dengan sebutan periode demokrasi parlementer.
Pemikiraan HAM pada periode ini mendapatkan momentum yang
sangat membanggakan, karena suasana kebebasan yang terjadi sangat
demokrasi liberal atau demokrasi parlementer mendapatkan tempat
dikalangan politik.
c. Periode 1959-1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem
demokrasi terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhadap
sistem demokrasi parlementer. Pada sistem ini ( demokrasi terpimpin),
kekuasaan terpusat dan berada ditangan presiden. Akibat dari sistem
demokrasi terpimpin presiden melakukan tindakan inkonstitusional
baik pada tataran suprastruktur politik. Dalam kaitan dengan ham,
telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan hak
politik seperti hak untuk berserikat dan mengeluarkan pikiran dengan
tulisan. Dengan kata lain telah terjadi sikap restriktif (pembatasan
yang ketat oleh kekuasaan) terhadap hak sipil dan hak politik warga
negara.

d. Periode 1966-1998
Setelah peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada
semangat untuk menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah
diadakan berbagai seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang
HAM dilaksanakan pada tahun 1967 yang merekomendasikan
gagasan tentang perlunya pembentukan pengadilan HAM,
pembentukan komisi dan pengadilan HAM untuk wilayah asia.
Selanjutnya pada tahun 1968 diadakan seminar nasional hukum II
yang merekomendasikan perlunya uji materil untuk dilakukan guna
untuk melindungi HAM. Seperti yang dikemukakan oleh Archibald
Cox bahwa hak uji materil tidak lain diadakan dalam rangka
melindungi kebebasan dasar manusia.
Sementara itu pada awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an
persoalan HAM di Indonesia mengalami kemunduran, karena HAM
tidak lagi dihormati, dilindungi dan ditegaskan. Pemikiran elit
penguasa pada masa ini sangat diwarnai oleh sikap penolakannya
terhadap HAM sebagai produk barat dan individualistik serta
bertentangan dengan paham kekeluargaan yang dianut bangsa
Indonesia. Pemerintah periode ini bersifat defensif dan represif yang
dicerminkan dari produk hukum yang umumnya restriktif terhadap
HAM. Sikap defensif pemerintah tercermin dalam ungkapan bahwa
HAM adalah produk pemikiran barat yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam pancasila serta bangsa
indonesia sudah terkebih dahulu mengenal ham sebagaimana tertuang
dalam rumusan UUD 1945 yang lahir lebih dulu dibandingkan dengan
Deklarasi Universal HAM. Selain itu, sikap defensif pemerintah ini
berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali digunakan
oleh negara-negara berat untuk memojokkan negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia.
Meskipun dari pihak pemerintah mengalami kemunduran, pemikiran
HAM nampaknya terus ada pada periode ini terutama dikalangan
masyarakat yang dimotori oleh LSM(Lembaga Swadaya Masyarakat)
dan masyarakat akademis yang concern tehadap penegakan HAM.

e. Periode 1998-sekarang
Pergantian rezim pemerintahan pada tahun1998 memberikan dampak
yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di
Indonesia. Pada saat mulai dilakuan pengkajian terhadap beberapa
kebijakan pemerintah orde baru yang berlawanan dengan pemajuan
dan perlindungan HAM. Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pemberlakuan HAM
dalam kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan Indonesia.
Demikian pula dilakukan pengkajian dan ratifikasi terhadap instrumen
HAM internasional semakin ditingkatkan. Hasil dari pengkajian
tersebut menunjukkan banyaknya norma dan ketentuan hukum
nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAM diadopsi
dari hukum dan instrumen internasional dalam bidang HAM.
Strategi penegak HAM pada periode ini dilakukan melalui 2 tahap
yaitu tahap status penentuan dan tahap penetapan aturan secara
konsisten.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hal yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk tuhan yang maha esa daan merupakan anugerah-
nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. Artinya, dengan adanya ketentuan mengenai hak asasi manusia tersebut,
negara wajib hadir untuk melindungi setiap hak individu warga negaranya, sehingga
dapat secara bebas untuk memperoleh kehidupan yang layak, mengembangkan diri,
mengekspresikan gagasan dan kreativitasnya serta mengoptimalkan peran dan
sumbangsihnya terhadap kesejahteraan dalam hidup manusia secara luas.

B. Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan
memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan
menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan
sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga
HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita dengan
HAM orang lain
DAFTAR PUSTAKA

Azymardi Azra,demokrasi hak asasi manusia mayarakat madani,Jakarta:IAIN


Jakarta,2000
Ubaidillah,pendidikan kewarganegaraan demokrasi HAM masyarakat
madani,Jakarta:IAIN Jakarta prees,2000

Anda mungkin juga menyukai