PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
TB dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik di paru maupun di luar paru. Insidensi TBC
dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di
Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian
(mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk
lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal
jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan
penyakit kedua penyebab kematian. Sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian
keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000
penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira
130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000
penduduk tiap tahun. (Depkes RI tahun 1992)
Daya penularan dari seorang penderita TB di tentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat
dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta yang di keluarkan
bersama dahak berupa droplet dan berada di udara di sekitar penderita TB. Kuman ini berbentuk
batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Kuman TBC cepat mati
dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab.
Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya untuk menambahkan
pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman anatomi sistem respirasi yang terkait erat dengan
penyakit TB paru, pengertian tentang, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan
penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan (medis, keperawatan, diet) serta mengetahui komplikasi
penyakit TB dan WOC penyakit TB.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Dari makalah ini, kami berharap banyak memberikan manfaat. Manfaat dari makalah ini
di bagi menjadi dua, yaitu manfaat teoritis dan praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Makalah ini dapat di gunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang
TBC.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Memberikan gambaran tentang gejala TBC
b. Mampu memberikan suatu wacana pada penderita TB sehingga mereka dapat
memperoleh pengetahuan tentang TB
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium
tuberkulosis. Mayoritas kuman TB akan meyerang paru, akan tetapi kuman TB bisa juga
menyerang organ tubuh yang lainnya. (Depkes:2007)
Pendapat lain, TB adalah penyakit infeksius yang menyerang parenkim paru. Agen infeksiusnya
adalah Mycobakterium tuberkulosis yang merupakan barang aerobik yang tahan asam, tumbuhnya
lambat dan agak sensitif dengan panas dan sinar ultraviolet. Penyakit tuberkulosis bisa ditularkan
ke bagian tubuh lainnya seperti meninges, tulang, ginjal, dan nodus limfe. (Brunner & Suddarth :
2001)
Penyakit ini timbul karena infeksi bakteri mycobakteria tuberkulosis pada saluran pernapasan
yang tersebar atau ditularkan melalui udara lewat air liur yang disemburkan penderita TBC ketika
batuk atau bersin.
Tuberkulosis Paru (TB) merupakan penyebab utama kematian secara global, walaupun
ditemukan penurunan yang hebat di inggris. Penurunan ini mungkin di sebabkan oleh faktor sosio-
ekonomi seperti nutrisi yang lebih baik, perumahan yang lebih baik, dan berkurangnya kepadatan
penduduk.
2.2 Klasifikasi
4
Kategori 2 : - Terinfeksi TB tapi tidak sakit
Di indonesia klasifikasi yang banyak dipakai berdasarkan kelainan klinis. Radiologis dan
mikrobiologis :
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis tersangka
a. Tuberkulosis tersangka yang di obati
b. Tuberkulosis tersangka yang tidak di obati
Dalam 2-3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termasuk TB paru ( aktif) atau
Bekas TB paru. WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 Kategori yakni :
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
- TB kronik
5
2.3 Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak bersepora sehingga
mudah di basmi dengan pemanasan, sinar matahari, sinar ultraviolet. Ada 2 macam mikrobakteria
tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita
mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada dibercak ludah (droplet) dan diudara yang
berasal dari penderita TBC dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. (wim de Jong)
Setelah organisme terinhalasi dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan hidup dan menyebar ke
nodus limfatikus local. Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada organ lain,
dimana infeksi latin dapat bertahan sampai bertahun-tahun. (Patrick Davey)
2.4 Patofisiologi
Penularan TB paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet
nuclei dalam udara. partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung
ada tidaknya sinar ultraviolet , ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap
kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan–bulan. Bila partikel terinfeksi ini terhisap oleh
orang sehat akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Partikel dapat masuk alveolar bila
ukurannya kurang dari 5 mikro milimeter.
TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah
makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini
biasanya lokal, melibatkan makrofag yang aktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.
Respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan
6
alveolus biasanya di inhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar
cenderung tertahan di hidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg
1981). Setelah berada di ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atas paru–paru atau dibagian
atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak di daerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak
membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsilidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan
terus difgosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltras menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang di kelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
membutuhkan waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambaran seperti keju yang biasa disebut nekrosis
kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel
epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa
membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakan fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan komleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi di daerah nekrosis
adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel
yang di lepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakeabronkial. Proses ini
dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus . Kavitas
yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila
peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat
dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat
mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip
dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan bronkus sehingga menjadi peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi
pada organ lain. Jenis penyebab ini disebut limfohematogen yang bisanya sembuh dengan sendiri.
Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapt menyebabkan tuberkulosis
milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang
masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar keorgan-organ lainnya.
7
Paru yang terinfeksi menjadi lebih bengkak,mengakibatnya terjadinya bronko pneumonia lebih
lanjut, pembentukan tuberkel dan selanjutnya. Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya
dengan lambat mengarah kebawah kehilum paru-paru dan kemudian meluas kelobus yang berdekatan.
Proses infeksi umumnya secara laten tidak menunjukkan gejala sepanjang hidup, sekitar 10% individu
yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif dan menjadi sakit TB. Dengan integritas kekebalan
yang menurun karena malnutrisi, infeksi HIV, supresi kekebalan immunoterapi, atau bertambahnya
usia.
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik,
bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ
yang terlibat).
a. Batuk-batuk darah
Gejala ini dapat ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang radang yang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidaksama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat terjadi pada ulkus dinding bronkus.
b. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan belum dirasakan sesak napas. Sesak napas bahkan ditemukan
pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-
paru.
c. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang di temukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pluritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu
pasien menarik/melepas napasnya
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang
cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdi agnosis pada saat medical check
up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada
8
gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2.5.2 Gejala Sistemik
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas
badan dapat mencapai 40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetap
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya, sehingga merasa tidak pernah
terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh dayatahan
tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
b. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering di
temukan berupa anoreksia tidak ada nafsumakan, badan makin kurus, sakit kepala,
merinang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala malaise ini semakin lama semakin berat
dan terjadi hilang secara tidak teratur.
c. Gejala sistemik lain
Keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru meliputi pemerikasaan fisik umum per
system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone) serta pemeriksaan yang
fokus pada B2 dengan pemeriksaan menyeluruh system pernapasan.
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas pandang
dengan menilai keadaaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu di nilai secara umum
9
tentang kesadaran klien yang terdiri atas compos mentis, apatis, somnolen, sopor,
soporokoma, atau koma.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB paru biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak
napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan
frekuensi pernapasan, dan tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyulit seperti
hipertensi.
B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru merupakan pemeriksaan fokus yang
terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
1. Inspeksi
Bentuk dada dan pergerakan pernapasan. Sekilas pandang klien dengan TB paru
biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada
antero-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila ada penyulit dari TB paru
seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihat adanya ketidaksimetrisan rongga
dada, pelebar intercostals space (ICS) pada sisi yang sakit. TB paru yang disertai atelektasis
paru membuat bentuk dada menjadi tidak simetris, yang membuat penderitanya mengalami
penyempitan intercostals space (ICS) pada sisi yang sakit. Pada klien dengan TB paru
minimal dan tanpa komplikasi, biasanya gerakan pernapasan tidak mengalami perubahan.
Meskipun demikian, jika terdapat komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada
parenkim paru biasanya klien akan terlihat mengalami sesak napas, peningkatan frekuensi
napas, dan menggunakan otot bantu napas.
Batuk dan sputum. Saat melakukan pengkajian batuk pada klien dengan TB paru,
biasanya didapatkan batuk produktif yang disertai adanya peningkatan produksi secret dan
sekresi sputum yang purulen. Periksa jumlah produksi sputum, terutama apabila TB paru
disertai adanya brokhiektasis yang membuat klien akan mengalami peningkatan produksi
sputum yang sangat banyak. Perawat perlu mengukur jumlah produksi sputum per hari
sebagai penunjang evaluasi terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan.
2. Palpasi
10
bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan dinding pernapasan biasanya ditemukan
pada klien TB paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas.
Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika perawat meletakkan
tangannya di dada klien saat klien berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh
penjalaran dalam laring arah distal sepanjang pohon bronchial untuk membuat dinding dada
dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi konsonan. Kapasitas untuk merasakan bunyi
pada dinding dada disebut taktil fremitus.
3. Perkusi
Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan
resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien dengan TB paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang
sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks, maka
didapatkan bunyi hiper resonan terutama jika pneumothoraks ventil yang mendorong posisi
paru ke sisi yang sehat.
4. Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada sisi
yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di
daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika
klien berbicara disebut sebagai resonan vokal. Klien dengan TB paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura dan pneumothoraks akan didapatkan penurunan resonan
vokal pada sisi yang sakit.
11
- Hasil pemeriksaan satu spesimen menunjukkan BTA positif dan tidak
positif
b. Tuberkulosis paru BTA negative :
- Hasil pemeriksaan menunjukkan BTA negative, gambaran klinik dan
kelainan radiologi menunjukkan TB aktif
3. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidae)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
4. Tes Mantoux / Tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering
digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC
dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang dari 1
tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 1–2 tahun
92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari persentase
tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin
semakin kurang spesifik terhadap basil TB.
5. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya
satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
6. Becton Dickson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dishasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh mikroorganisme tuberculosis.
7. Uji Mycodot
Mendeteksi anti body anti mikrobakterial dalam tubuh manusia. Deteksi
antibody tersebut memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu
alat berbentuk sperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai
memakai warna sisir akan berubah.
8. Pemeriksaan radiology: Rontgen thorax PA dan lateral Gambaran foto thorax yang
menunjang diagnosis TB, yaitu :
- Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah
- Bayangan berwarna ( patchy) atau bercak ( nodular )
- Adanya kavitas, tunggal atau ganda
- Kelainan bilateral terutama di lapan atas paru
- Adanya klasifikasi
12
- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
- Bayangan milie
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan
mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap
intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu
(tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
Penderita kambuh.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada: Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:
13
2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama 2 bulan pertama,
kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan
Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis
maksimal perhari INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.
1. TB tidak berat
INH : 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari
INH : 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
2.7 Penanganan
Penanganan tuberculosis atau TBC adalahsalahsatubentukinfeksiparu yang menular
yang
penyebabnyaadalahakibatbakteri.Penyakitinibiasanyaditularkanlewatpercikanataudahakdaripend
eruta, apalagijikaseringterpapasolehsipenderita.Penyakit tuberculosis yang
menyefrangtubuhdengansistemdayatahantubuh yang rendah, sepertianak- anak,
lansiadanpenderita AIDS, jikatidakmendapatkanpenanganandengansegera,
makabisamenimbulkanreaksi yang gatal.
14
5. Janganminumminuman yang mengandung alcohol.
6. Melakukanolahragasecarateratur.
7. Memberitahuanggotakeluargaandadan orang – orang
terdekatjikaterkenapenyakitinidanlakukanlahpemeriksaankedokteruntukmendapatkan
penangananpenyakit tuberculosis yang tepat
2.8 Komplikasi
Penyakit Tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasin dibagi atas : komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini : Pleuritis, Efusi Pleura, Empiema, Laringitis, usus, Poncet’s Arthropathy.
2. Komplikasi lanjut : Obstruksi jalan napas->spot (sindron Obstruksi pasca Tuberkulosis,
Keruskan Parenkim berat->fibrosisi paru, kor pulmonal,amiloidosis, karsinoma paru,
sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB Milier dan Kavitas TB.
TBC
(TUBERCULOSIS)
15
Ingesti makanan tercemar Droplet Lesi kulit
Berkolonisasi di
saluran napas bawah KETIDAKEFEKTIFAN
KELETIHAN
BERSIHAN JALAN
Mengaktifasi NAFAS
Fatigue respon imun
KETIDAKSEIMBANGAN
Gas tidak dapat berdifusi dengan baik
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH
GANGGUAN
PERTUKARAN GAS
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuberkulosis (TBC atau TB) suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB yaitu Mycobacterium tuberkulosis. Mayoritas kuman TB akan meyerang paru, akan
tetapi kuman TB bisa juga menyerang organ tubuh yang lainnya.(Depkes : 2007)
16
Di indonesia klasifikasi yang banyak dipakai berdasarkan kelainan klinis. Radiologis dan
mikrobiologis : 1) Tuberkulosis paru, 2) Bekas tuberkulusis paru, 3) Tuberkolosis
tersangkadibagimenjadi 2 yaitu a) Tuberkulosisi tersangka yang di obatidan b) Tuberkulosis
tersangka yang tidak di obati.
Dalam 2- 3 bulan TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termasuk TB paru (
aktif) atau Bekas TB paru. WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 Kategori yakni :
Penularan TB paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet
nuclei dalam udara. partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung ada tidaknya sinar ultraviolet , ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana
lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan –bulan. Bila partikel
terinfeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Partikel
dapat masuk alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
17
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukanpadapenyakit TB
yaituPemeriksaanfisikdanPemeriksaanpenunjang.Pemeriksaanpenunjang yang dilakukanadalah: 1)
Laboratorium darah rutin, 2) Pemeriksaan sputum BTA, 3) Tes PAP (Peroksidase Anti
Peroksidae), 4) Tes Mantoux / Tuberkulin, 5) Tehnik Polymerase Chain Reaction , 6) Becton
Dickson diagnostic instrument Sistem (BACTEC), 7) UjiMycodot, 8) Pemeriksaan radiology.
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4
bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
a. Penderita kambuh.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada: Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
18
d. SARAN
Saran yang tepatuntukmencegahpenyakit TB
adalahpeningkatandayatahantubuhdenganmakananbergizi, TBC bukanmerupakanpenyakit yang
menakutkandantidakakanberlanjutmenjadipenyakit yang
dapatmembahayakankehidupanjikasajapenderitanyamendapatkanpengobatansedinimungkindan
melakukanpengobatansecarateratur
,untukitupenderitadituntutminumobatsecarateraturdanbenarsesuai yang
dianjurkanolehdoktersertateraturuntukmemeriksakandirikeklinikataurumahsakit.
Adapun saran
inikitadapatlebihlagimenjagakesehatankitadenganselalumenjagalingkungandankesehatandirikita
seandirisupayatetapbersih, mengingatbahwapenyakitiniadalahpenyakitmenular yang
sangatberbahayadanangkakematiannyacukuptinggi.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/313034278/Gejala-Klinis-TB
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/respirasi-kedokteran-klinis/tuberkulosis-diagnosis-dan-
tatalaksananya/
http://tuberkulosis.org/penanganan-penyakit-tuberkulosis/
KartikaNurul Sari.2016.BukuAjarRespiratorySistem2.STIKESNUTUBAN;Tuban
20