Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di Indonesia, gangguan muskuloskeletal yang paling sering terjadi

diantaranya nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah atau sering

disebut Low Back Pain (LBP) disebabkan cedera otot atau ligamen.

Beberapa faktor resiko yang berpotensi menyebabkan terjadinya nyeri

punggung bawah antara lain usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh,

pekerjaan, merokok, angkat beban berat berulang-ulang, membungkuk,

duduk lama, dan faktor psikologis (Sidharta, 2009). Dari penelitian

Purnamasari (2009) mendapatkan seseorang yang overweight lebih

beresiko 5 kali menderita nyeri punggung bawah dibandingkan dengan

orang yang memiliki berat badan ideal dengan persentase 65,6 % dari 90

responden. Beban yang berlebih tersebut dapat menyebabkan kelainan

postural dan kerusakan pada otot sehingga menyebabkan lesi kronik yang

lama kelamaan akan merusak selubung myelin. Hal tersebut akan

menghasilkan reaksi berlebihan pada saraf yang disebut hipersensitivitas.

Hipersensitivitas pada daerah lumbosakral inilah yang biasa dikeluhkan

sebagai nyeri punggung bawah (Lubis, 2013).

Pada periode bulan Januari - Juni tahun 2019 di provinsi Jawa

Timur terdapat kasus nyeri punggung bawah sebanyak 518 orang dengan

kasus baru sebanyak 39 orang, sedangkan pada periode bulan Juli -

Agustus tahun 2019 terdapat kasus nyeri punggung bawah sebanyak 17

1
2

orang dengan kasus baru sebanyak 10 orang (Data Rumah Sakit Gambiran

Kediri, 2019). Salah satu kasus Low Back Pain adalah Lumbar

Spondylosis. Lumbar Spondylosis menggambarkan perubahan anatomi

pada tubuh vertebral dan ruang diskus intervertebralis yang mungkin

terkait dengan sindrom nyeri klinis pada thorac T9-10 dan lumbar L3.

Secara mekanis, Lumbar Spondylosis dianggap sebagai respons hipertrofik

dari tulang vertebral yang berdekatan dengan degenerasi diskus

(Middleton & Fish, 2009).

Gangguan dari lumbar spondylosis ini adalah keterbatasan lingkup

gerak sendi (LGS), keterbatasan fungsional, peningkatan nyeri, penurunan

kekuatan otot. Faktor yang mendasari adalah umur, keturunan, dampak

aktivitas, dan pekerjaan (Sharma et al, 2015). Dari gangguan yang dialami

oleh penderita Lumbar Spondylosis dapat ditangani oleh Fisioterapi.

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada

individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan

memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan

menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan

(fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi

(Kemenkes Nomor 376 tahun 2007). Modalitas yang dipakai oleh

Fisioterapi diantaranya adalah terapi manipulasi, electrical stimulation,

terapi latihan, massage, dan lumbar support.

Modalitas yang akan dipakai untuk mengurangi Low Back Pain et

causa Lumbar Spondylosis adalah Transcutaneus Electrical Nerve


3

Stimulation (TENS), Maitland Mobilization dan Lumbar Stabilization.

Manfaat memakai modalitas Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation

(TENS) adalah dapat mengurangi rasa nyeri dan peradangan serta

mengurangi ketegangan daerah otot yang terkena Lumbar Spondylosis.

Dosis yang digunakan untuk penatalaksanaan fisioterapi menggunakan

TENS adalah 5x dalam seminggu selama 3 minggu dan frekuensi 100 Hz

(Rajfur et al, 2017). Menurut Sharma et al (2015), dosis yang

menggunakan Maitland Mobilization dan Lumbar Stabilization adalah 5x

dalam seminggu dengan durasi 4 minggu yang memiliki manfaat untuk

mengurangi nyeri, memperbaiki fungsional gerak, dan kekuatan otot untuk

pemeliharaan stabilitas trunk dan spinal.

Berdasarkan ulasan latar belakang masalah diatas, maka penulis

mengambil judul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Low Back Pain

et causa Lumbar Spondylosis dengan modalitas Transcutaneus Electrical

Nerve Stimulation (TENS), Maitland Mobilization dan Lumbar

Stabilization”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penatalaksanaan Transcutaneus Electrical Nerve

Stimulation (TENS) dan Maitland Mobilization pada nyeri Lumbar

Spondylosis ?

2. Bagaimana penatalaksanaan Lumbar Stabilization terhadap lingkup

gerak sendi (LGS), kekuatan otot dan aktifitas fungsional (ADL) ?


4

C. TUJUAN

a. Tujuan umum

Untuk mengetahui manfaat penatalaksanaan fisioterapi pada kasus

Low Back Pain et causa Lumbar Spondylosis menggunakan modalitas

Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), Maitland

Mobilization dan Lumbar Stabilization.

b. Tujuan khusus

1. Tujuan pemberian modalitas TENS adalah untuk memblokir

nyeri yang akan menghasilkan efek analgesia.

2. Tujuan pemberian modalitas Maitland Mobilization dan

Lumbar Stabilization adalah mengurangi nyeri, memperbaiki

fungsional gerak, dan kekuatan otot.

D. MANFAAT

1. Bagi masyarakat

Untuk menambah pengetahuan tentang Low Back Pain akibat

Lumbar Spondylosis dan mengetahui cara pencegahan agar tidak

terjadi Low Back Pain et causa Lumbar Spondylosis.

2. Bagi fisioterapi

Untuk menambah pengetahuan serta dijadikan pedoman untuk

melakukan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Low Back Pain et

causa Lumbar Spondylosis.

3. Bagi institusi
5

Dapat memberi wawasan dan bahan ajaran tentang

penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Low Back Pain et causa

Lumbar Spondylosis.

E. BATASAN MASALAH

Oleh karena banyak masalah yang timbul pada kasus Low Back Pain

et causa Lumbar Spondylosis, maka penulis membatasi masalah modalitas

Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Maitland

Mobilization pada gangguan nyeri dan Lumbar Stabilization pada

keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), kelemahan otot dan gangguan

aktifitas fungsional pada Low Back Pain et causa Lumbar Spondylosis.

Anda mungkin juga menyukai