Anda di halaman 1dari 11

PORTOFOLIO

Topik: Kejang Demam


Tanggal (kasus) : 8 September 2017 Presenter : dr. Ariza Esakti Rahmi
Tangal presentasi : Pembimbing: dr. Jerry Jim Hutagalung
dr. Linda S
Obyektif presentasi:
□ Keilmuan
√ □ Keterampilan √ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen
√ □ Masalah □ Istimewa
□Neonatus □ Bayi √ Anak □ Remaja □ Dewasa □Lansia □ Bumil
□ Deskripsi:
An.D (1 tahun) datang dengan keluhan kejang sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit.
Demam (+).
□ Tujuan:
 Mengetahui cara penanganan kejang demam
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset √ Kasus □ Audit
Cara membahas: √ Diskusi □Presentasi dan diskusi □ E‐mail □ Pos

Data pasien: Nama: An.D No registrasi: 0122430


Nama RS: RSUD H. Hanafie Muara Usia: 1 tahun Terdaftar sejak: 8-9-17
Bungo
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Pasien datang dengan keluhan kejang + 2 jam sebelum masuk rumah sakit, kejang
diawali dengan mata mendelik ke atas kemudian diikuti kaku pada tangan dan
kaki. Kejang berlangsung 1 kali selama + 5 menit. Setelah kejang berhenti, pasien
menangis. Pasien tidak lagi kejang tetapi masih demam. Sebelumnya pasien
mengalami demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, demam dirasakan
terus menerus dan disertai batuk pilek, mual muntah tidak ada, BAK dan BAB
dalam batas normal.

1
2. Riwayat Pengobatan:
Paracetamol sirup dibeli sendiri oleh ibu pasien di apotik.
3. Riwayat kesehatan/ Penyakit:
Pasien menyangkal tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
4. Riwayat keluarga :
Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan serupa.
5. Riwayat Persalinan :
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 2800 gram dan panjang 47 cm,
lahir spontan, langsung menangis kuat segera setelah lahir, usia kehamilan 9
bulan. Pasien merupakan anak ke 2 dari dua bersaudara.

6. Lain-lain :
Riwayat imunisasi:
Pasien hanya imunisasi 2 kali namun ibu pasien lupa jenis imunisasinya.
Riwayat makan minum anak :
1. Usia 0-6 bulan : ASI
2. Usia 6-sekarang : ASI + MP ASI
Daftar Pustaka:
1. Anidar,dr.sp.A. 2015. Kejang Demam: Diagnosis dan Tatalaksana. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUDZA. Banda Aceh.
2. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran. Media
Aesculapius FKUI. Jakarta.
3. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB
Sauders.Philadelpia.
4. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta
5. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2005. Kejang Demam di Standar Pelayanan Medis
Kesehatan Anak.Badan penerbit IDAI. Jakarta
6. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI.
Jakarta.

2
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Kejang Demam
2. Tatalaksana Kejang Demam

RANGKUMAN
Subyektif
Pasien datang dengan keluhan kejang + 2 jam sebelum masuk rumah sakit, kejang
diawali dengan mata mendelik ke atas kemudian diikuti kaku pada tangan dan kaki. Kejang
berlangsung 1 kali selama + 5 menit. Setelah kejang berhenti, pasien menangis. Pasien tidak
lagi kejang tetapi masih demam. Sebelumnya pasien mengalami demam sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit, demam dirasakan terus menerus dan disertai batuk pilek, mual muntah
tidak ada, BAK dan BAB dalam batas normal.

Obyektif
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan Umum
 Keadaan umum : sedang
 Kesadaran : kompos mentis
 Status gizi : kesan gizi baik
Tanda vital
 BB : 10 kg
 TB : 76 cm
 Nadi : 150 x/menit, reguler, isi tegangan cukup
 Pernafasan : 24x/menit, tipe thorakoabdominal
 Suhu : 39,5º C (per axilla)
Kulit : Warna sawo matang, kelembaban cukup, turgor kembali cepat
Kepala : Bentuk normocephal, rambut hitam sukar dicabut, distribusi merata,
UUB sudah menutup, LK= 49 cm(-2 SD < LK < 0 SD)
Mata : Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-),sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(2mm/2mm), reflek cahaya (+/+)
Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

3
Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa basah (+)
Telinga : Bentuk normal, sekret(-).
Tenggorok : Uvula ditengah, tonsil hiperemis (-), T1-T1 , faring hiperemis (+)
Leher : Trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar
Thorax : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
Cor
 Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
 Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
 Auskultasi : BJ I > BJ II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo
 Inspeksi : Simetris dada kanan = kiri
 Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
 Auskultasi : vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-), WH (-/-)
Abdomen
 Inspeksi : dinding dada setinggi dinding perut
 Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal
 Palpasi : nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali
cepat.
Urogenital : dalam batas normal
Ekstremitas :
 Akral dingin - - Sianosis - -
- - - -
 Oedem
- -
- -

 ADP teraba kuat


 CRT <2”

Pemeriksaan Neurologis
 Motorik : Koordinasi baik, kekuatan 5 5
5 5
 Sensorik : Belum dapat dinilai
4
 Reflek Fisiologis : R. Biseps : (+2/+2)
 R. Triseps : (+2/+2)
 R. Patella : (+2/+2)
 R. Archilles : (+2/+2)
 Reflek Patologis : R. Babinsky : (-/-)
 R. Chaddock : (-/-)
 R. Oppeinheim : (-/-)
 Meningeal Sign : Kaku kuduk : (-)
 Brudzinsky I : (-)
 Brudzinsky II : (-)
 Kernig sign : (-)

Perhitungan Status Gizi (secara antropometris)


 BB : 10 kg
 TB : 76 cm
 Status gizi :
 BB/U : 10/10,7 x 100 % = 93,45 % (-2 <BB/U < 0 SD)
 TB/U : 76/81 x 100 % = 93,82 % (TB/U= -2SD)
 BB/TB : 10/9,5 x 100 % = 105,2 % (0SD<BB/TB<1SD)
 Kesan : Gizi baik secara antropometri (WHO, 2010)

Assessment
 Pasien kejang + 2 jam sebelum masuk rumah sakit, kejang diawali dengan mata mendelik
ke atas kemudian diikuti kaku pada tangan dan kaki. Kejang berlangsung 1 kali selama +
5 menit. Setelah kejang berhenti, pasien menangis. Pasien tidak lagi kejang tetapi masih
demam. Sebelumnya pasien mengalami demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
demam dirasakan terus menerus dan disertai batuk pilek. Pada pemeriksaan fisik yang
dilakukan : kesadaran : compos mentis, nadi : 150 x/menit, reguler, isi tegangan cukup,
pernafasan: 24x/menit, tipe thorakoabdominal, suhu: 39,5º C (per axilla).

5
Berdasarkan hasil anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik tersebut dapat disiumpulkan
bahwa pasien menderita kejang demam simplek. Penanganan pada pasien kejang demam terdiri
dari penanganan medikamentosa dan non medikamentosa. Pengobatan medikamentosa bisa
berupa obat antikonvulsan dan antipiretik. Terapi non medikamentosa kompres anak dengan air
hangat untuk membantu penurunan suhu anak dan longgarkan pakaian anak.

Plan
Diagnosis :
Kejang Demam Simplek
Pengobatan :
a. Penatalaksanaan saat kejang
Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan
kejang adalah diazepam intravena adalah 0,3 -0,5 mg/kg perlahan –lahan dengan kecepatan
1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis
dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam rektal. Diazepam rektal
adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang
dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau Diazepam rektal dengan dosis
5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun.
Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali
pemberian Diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit
dapat diberikan Diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum
berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan
kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin
kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang
berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang
demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.
b. Pemberian obat pada saat demam
1. Antipiretik
Paracetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak
lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.

6
2. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
resiko berulangnya kejang pada 30% -60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis
0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC.
Edukasi :
Edukasi unuk orang tua:
a. Tetap tenang dan tidak panik.
b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.
c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah
tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
d. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
e. Kompres hangat untuk menurunkan panas dan tetap waspada untuk kejadian
kejang berulang
f. Tetap bersama pasien selama kejang.
g. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
h. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih

7
TINJAUAN PUSTAKA

a. Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh di atas 38.4C
tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit pada anak di atas usia 1 bulan tanpa riwayat
kejang tanpa demam sebelumnya, Umumnya berusia 6 bulan – 5 tahun.
Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu
kejadian pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan
dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.
Anak yang pernah kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam
kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 4 minggu (1 bulan) tidak
termasuk kejang demam. Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan
kejang berulang tanpa demam. Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit
saraf seperti meningitis, ensefalitis atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai
prognosis yang berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai
susunan saraf pusat. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun menaglami
kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP atau epilepsi yang
kebetulan terjadi bersama demam.

b. Epidemiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan dan
Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam
kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang
demam sedikit lebih sering pada laki-laki.4 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6
bulan samapi 5 tahun.2Menurut IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5
tahun hampir 2 - 5%.

c. Gejala Klinis dan Diagnosis


Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua :
a. Kejang Demam Sederhana ( Simple Febrile Seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.

8
Kejang tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80 %
diantara seluruh kejang demam.
b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)
Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini :
1.) Kejang lama > 15 menit
2.) Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial
3.) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat,
misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Postur tonik (kontraksi
dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik
(kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit),
lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air
kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya
kebiruan.
Anamnesis:
1.) Adanya kejang , jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang,
frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam diluar susunan saraf pusat.
2.) Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga.
3.) Singkirkan penyebab kejang lainnya.
Pemeriksaan fisik : kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsal meningeal, tanda peningkatan tekanan
intrakranial, tanda infeksi di luar SSP.

d. Tatalaksana dan Prognosis


a. Penatalaksanaan saat kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang
sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam intravena adalah 0,3 -0,5 mg/kg perlahan –lahan
dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam rektal.
Diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat

9
badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau Diazepam
rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak
diatas usia 3 tahun.
Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali
pemberian Diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit
dapat diberikan Diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum
berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan
kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis
selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin
kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang
berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah kejang
demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.
b. Pemberian obat pada saat demam
1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya
kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat
diberikan. Dosis Paracetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali
sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama pada anak
kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan.
3. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan
resiko berulangnya kejang pada 30% -60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis
0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan
ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital,
karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam.6
c. Pemberian Obat Rumat
1. Indikasi Pemberian obat Rumat
Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut (salah
satu) ;

10
- Kejang lama > 15 menit
- Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrocephalus.
- Kejang fokal
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila ; kejang berulang dua kali atau lebih dalam
24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, kejang demam ≥ 4 kali
per tahun.
2. Jenis Antikonvulsan untuk Pengobatan Rumat
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan
risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya
dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya
diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian fenobarbital setiap
hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat
pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur
kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam
valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2
dosis. Pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.

Prognosis
Kejang demam umumnya tidak menimbulkan masalah yang serius jika ditangani dengan
cepat dan benar. Namun kejang yang sudah >15 menit dapat menimbulkan kerusakan otak
permanen dan kegagalan pernafasan.

11

Anda mungkin juga menyukai