Anda di halaman 1dari 17

II.

LANDASAN TEORI

A. English Proficiency Test (EPT)

EPT (English Proficiency Test) adalah tes menyeluruh yang mengukur semua

aspek dalam kemahiran berbahasa Inggris khususnya untuk keperluan

akademis. Keterampilan berbahasa yang diuji meliputi mendengar, berbicara,

membaca dan menulis. Komponen bahasa yang diuji meliputi kosakata, tata

bahasa, pengucapan, termasuk intonasi dan tekanan. Nilai tes EPT

menggambarkan prediksi nilai TOEFL®. Nilai tes EPT merupakan salah satu

persyaratan untuk mengikuti program sarjana dan pasca sarjana di beberapa

perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Nilai tes EPT dipakai sebagai salah

satu persyaratan rekrutmen oleh banyak perusahaan nasional dan multi

nasional di Indonesia. Nilai tes EPT dijadikan salah satu persyaratan oleh

banyak perusahaan bagi karyawan yang akan dikirim untuk mengikuti

seminar, kursus atau pelatihan yang menggunakan bahasa Inggris

(http://www.lia.ac.id).

Jika soal yang digunakan sejenis dengan soal TOEFL® Paper-based Test maka

teknik penilaian yang digunakan juga menyesuaikan dengan teknik penilaian

pada TOEFL® Paper-based Test berikut ini :


7

Tabel 2.1 Aturan konversi skor (Phillips, 2001)

Jumlah Dikonversi menjadi Dikonversi menjadi Dikonversi menjadi


jawaban (Section 1 Listening) (Section 2 Structure) (Section 3 Reading)
benar
50 68 - 67
49 67 - 66
48 66 - 65
47 65 - 63
46 63 - 61
45 62 - 60
44 61 - 59
43 60 - 58
42 59 - 57
41 58 - 56
40 57 68 55
39 57 67 54
38 56 65 54
37 55 63 53
36 54 61 52
35 54 60 52
34 53 58 51
33 52 57 50
32 52 56 49
31 51 55 48
30 51 54 48
29 50 53 47
28 49 52 46
27 49 51 46
26 48 50 45
25 48 49 44
24 47 48 43
23 47 47 43
22 46 46 42
21 45 45 41
20 45 44 40
19 44 43 39
18 43 43 38
17 42 41 37
8

16 41 40 36
15 41 40 35
14 37 38 34
13 38 37 32
12 37 36 31
11 35 35 30
10 33 33 29
9 32 31 28
8 32 29 28
7 31 27 27
6 30 26 26
5 29 25 25
4 28 23 24
3 27 22 23
2 26 21 23
1 25 20 22
0 24 20 21

Rumusnya:

Langkah 1: (jumlahkan hasil konversi) section 1 + section 2 + section 3

Langkah 2: hasil penjumlahan dibagi 3

Langkah 3: hasil pembagian dikali 10 ( itulah nilai ahirnya)

Tabel 2.2 Contoh hasil konversi (Phillips, 2001)

SECTION 1 SECTION 2 SECTION 3


Jumlah jawaban 30 28 43
benar
Hasil konversi 51 52 58

Langkah 1: 51 + 52 + 58 = 161

Langkah 2: 161/3 = 53,7

Langkah 3: 53,3 x 10 = 537 (nilai akhirnya)


9

B. Logika Fuzzy

Konsep Logika Fuzzy dicetuskan oleh Lotfi Zadeh, seorang profesor

University of California di Berkeley, dan dipresentasikan bukan sebagai

metodologi kontrol, namun sebagai suatu cara pemrosesan data yang

memperbolehkan anggota himpunan parsial daripada anggota himpunan

kosong atau non-anggota. Pendekatan ini pada teori himpunan tidak

diaplikasikan untuk mengontrol sistem sampai tahun 70-an karena kurangnya

kemampuan komputer-mini pada saat itu. Profesor Zadeh beralasan bahwa

masyarakat tidak butuh ketepatan, input informasi numeris, dan mereka belum

sanggup dengan kontrol adaptif yang tinggi. Jika kembalian dari kontroler

dapat diprogram untuk menerima noisy, input yang tidak teliti, mereka akan

lebih efektif dan lebih mudah diimplementasikan (Kusrini, 2008).

1. Pengertian Logika Fuzzy

Sebelum munculnya teori logika fuzzy (Fuzzy Logic), dikenal suatu logika

tegas (Crisp Logic) yang memiliki nilai benar atau salah secara tegas.

Sebaliknya logika fuzzy merupakan sebuah logika yang memiliki nilai

kekaburan atau kesamaran (fuzzyness) antara benar dan salah. Dalam teori

logika fuzzy suatu nilai bisa bernilai benar dan salah secara bersamaan

namun berapa besar kebenaran dan kesalahan suatu nilai tergantung kepada

bobot keanggotaan yang dimilikinya (Naba, 2009).


10

2. Kelebihan Logika Fuzzy

Terdapat beberapa hal yang menjadi kelebihan dari Logika Fuzzy (Naba,

2009):

1. Memiliki kemampuan dalam proses penalaran secara bahasa (linguistic

reasoning), sehingga dalam perancangannya tidak memerlukan

persamaan matematika dari objek yang akan dikendalikan.

2. Konsep logika fuzzy adalah sangat sederhana sehingga mudah dipahami.

Kelebihannya dibanding konsep yang lain bukan pada kompleksitasnya,

tetapi pada naturalness pendekatannya dalam memecahkan masalah.

3. Logika fuzzy adalah fleksibel, dalam arti dapat dibangun dan

dikembangkan dengan mudah tanpa harus memulainya dari “nol”.

4. Logika fuzzy memberikan toleransi terhadap ketidakpresisian data. Hal

ini sangat cocok dengan fakta sehari-hari. Segala sesuatu di alam ini

relatif tidak presisi, bahkan meskipun kita lihat atau amati secara lebih

“dekat” dan hati-hati. Logika fuzzy dibangun berdasar pada fakta ini.

5. Pemodelan atau pemetaan untuk mencari hubungan data input-output

dari sembarang sistem black-box bisa dilakukan dengan memakai sistem

fuzzy.

6. Pengetahuan atau pengalaman dari para pakar dapat dengan mudah

dipakai untuk membangun logika fuzzy. Hal ini merupakan kelebihan

utama logika fuzzy disbanding JST. Pemodelan sistem dengan JST

berdasar data input-output hanya akan menghasilkan model JST yang

masih juga sebagai black-box, karena kita sulit mengetahui bagaimana


11

cara kerja model JST yang dihasilkan. Dalam pemodelan sistem dengan

JST, tidak ada mekanisme untuk melibatkan pengetahuan manusia

(pakar) dalam proses pelatihan JST. Jika kita menggunakan logika

fuzzy, pengetahuan manusia bisa relatif lebih mudah dilibatkan dalam

pemodelan sistem fuzzy.

7. Logika fuzzy dapat diterapkan dalam desain sistem kontrol tanpa harus

menghilangkan teknik desain sistem kontrol konvensional yang sudah

terlebih dahulu ada.

8. Logika fuzzy berdasar pada bahasa manusia

3. Variabel Linguistik

Variabel linguistik adalah sebuah variabel yang memiliki nilai berupa kata-

kata dalam bahasa alamiah bukan angka. Penggunaan kata atau kalimat

lebih dipilih dibandingkan dengan penggunaan angka karena peranan

linguistik memang kurang spesifik dibandingkan angka, namun informasi

yang disampaikan lebih informatif. Sebagai contoh yaitu jika “Kecepatan”

adalah variabel linguistik, maka nilai linguistik untuk variabel “Kecepatan”

adalah, misalnya “Lambat”, “Sedang”, “Cepat”. Hal ini sesuai dengan

kebiasaan manusia sehari-hari dalam menilai sesuatu. Misalnya dalam

kalimat “Ia mengendarai mobil dengan cepat”, tanpa memberikan nilai

berapa kecepatannya. Setiap variabel linguistik berkaitan dengan sebuah

fungsi keanggotaan (Idhan, 2007).


12

Definisi formal dari variabel linguistik diberikan sebagai berikut (Idhan,

2007):

Sebuah variabel linguistik dikarakterisasi oleh (X, T(x), U, M), dimana:

 X = Nama variabel (variabel linguistik) yang menjadi objek.

 T(x) = Himpunan semua istilah (nilai-nilai) linguistik yang terkait

dengan (nama) variabel (X) yang menggambarkan objek tersebut.

 U = Dominan fisik aktual atau ruang lingkup dimana variabel

linguistik X mengambil nilai-nilai kuantitatifnya atau nilai numeris

(crisp)  himpunan semesta.

 M = Suatu aliran semantik yang menghubungkan setiap nilai

linguistik dalam T dengan suatu himpunan fuzzy dalam U.

4. Himpunan Fuzzy (Fuzzy Set)

Dalam teori logika fuzzy dikenal himpunan fuzzy (fuzzy set) yang

merupakan pengelompokkan sesuatu berdasarkan variabel bahasa

(linguistic variable) yang dinyatakan dalam fungsi keanggotaan. Di dalam

semesta pembicaraan (universe of discourse) U, fungsi keanggotaan dari

suatu himpunan fuzzy tersebut bernilai antara 0.0 sampai dengan 1.0

(Kusrini, 2008)
13

5. Fungsi Keanggotaan

Fungsi keanggotaan pada fuzzy set mendefinisikan bagaimana tiap titik

dalam ruang input dipetakan menjadi bobot atau derajat keanggotaan antara

0 dan 1 (Naba, 2009).

Menurut buku Artificial Intelligence (Negnevitsky, 2002), pada teori fuzzy,

himpunan fuzzy A (fuzzy set A) dari semesta 𝑋 didefinisikan oleh fungsi

µA(x) yang disebut fungsi keanggotaan dari himpunan A.

µA(x) : X  [0,1]

dimana:

µA(x) = 1 jika x secara total berada di A;

µA(x) = 0 jika x tidak berada di A;

0 < µA(x) < 1 jika x sebagian berada di A.

Fungsi keanggotaan adalah sebuah representasi grafis dari besarnya

partisipasi masing-masing input. Fungsi keanggotaan dihubungkan dengan

pembobotan masing-masing input yang diproses, definisi pencocokkan

fungsi antar-input dan penentuan respons keluaran. Sebagai contoh dalam

menentukan fungsi keanggotaan, diberikam himpunan semesta U adalah

umur manusia antara [0, 100]. Seseorang dikatakan tua jika dia berumur

lebih dari 50 tahun. Sedangkan orang yang berumur 30 tahun atau kurang,

dianggap tidak tua. Fungsi keanggotaannya ditunjukkan oleh rumus berikut

ini :
14

0, 𝑥 ≤ 30
𝑥−30
𝑓(𝑥) = , 30 < 𝑥 < 50
20

1, 𝑥 ≥ 50

Jika diketahui seseorang memiliki umur 35 tahun, maka dapat diketahui

derajat ketuaannya adalah sebesar (35-30)/20 yaitu 0,25. Fungsi

keanggotaan dari suatu himpunan fuzzy dinyatakan dengan derajat

keanggotaan suatu nilai terhadap nilai tegasnya yang berkisar antara 0,0

sampai dengan 1,0. Jika A: himpunan fuzzy, µA: fungsi keanggotaan dan

X: semesta, maka fungsi keanggotaan dalam suatu himpunan fuzzy dapat

dinyatakan dengan A= {(x, µA(x))|x€X} (Kusrini, 2008).

Berikut ini merupakan contoh grafik keanggotaan dan juga fungsi

keanggotaan menurut Modul Kecerdasan buatan v2.0 Bab V-VIII (Idhan,

2007)

Gambar 2.1. Contoh Grafik Keanggotaan (Idhan, 2007)


15

Contoh grafik di atas adalah suatu fungsi keanggotaan untuk variabel

umur yang dibagi menjadi 3 kategori atau 3 himpunan fuzzy yaitu muda,

parobaya, dan tua, dimana dapat direpresentasikan sebagai berikut:

1, jika 𝑥 ≤ 25

45−𝑥
 µmuda(x) = , jika 25 < 𝑥 < 45
45−25

0, jika 𝑥 ≥ 45

0, jika 𝑥 ≤ 35 atau 𝑥 ≥ 55
𝑥−35
, jika 35 < 𝑥 < 45
45−25
 µparobaya(x) =
55−𝑥
, jika 35 < 𝑥 < 45
55−45

1, jika 4 ≤ 𝑥 ≤ 6

0, jika 𝑥 ≤ 45

𝑥−45
 µtua(x) = , jika 45 < 𝑥 < 65
65−45

1, jika 𝑥 ≥ 65

C. PHP

Menurut dokumen resmi PHP, PHP merupakan singkatan dari PHP Hypertext

Preprocessor. PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan

dalam server dan diproses di server. Hasilnyalah yang dikirimkan ke client,

tempat pemakai menggunakan browser. Secara khusus, PHP dirancang untuk

membentuk aplikasi web dinamis. Artinya, PHP dapat membentuk suatu

tampilan berdasarkan permintaan terkini. Misalnya, pengguna bisa

menampilkan isi database ke halaman web. Pada prinsipnya PHP mempunyai


16

fungsi yang sama dengan skrip-skrip seperti ASP (Active Server Page), Cold

Fussion, ataupun Perl. Namun, perlu diketahui bahwa PHP sebenarnya bisa

dipakai secara command line. Artinya, skrip PHP dapat dijalankan tanpa

melibatkan web server maupun browser (Kadir, 2008).

Kelahiran PHP bermula saat Rasmus Lerdorf membuat sejumlah skrip Perl

yang dapat mengamati siapa saja yang melihat-lihat daftar riwayat hidupnya,

yakni pada tahun 1994. Skrip-skrip ini selanjutnya dikemas menjadi tool yang

disebut “Personal Home Page”. Paket inilah yang menjadi cikal bakal PHP.

Pada tahun 1995, Rasmus menciptakan PHP/FI Versi 2. Pada versi inilah

pemrogram dapat menempelkan kode terstruktur di dalam tag HTML. Yang

menarik, kode PHP juga bisa berkomunikasi dengan database dan melakukan

perhitungan-perhitungan yang kompleks sambil jalan (Kadir, 2008).

Pada saat ini PHP cukup populer sebagai peranti pemrograman web, terutama

di lingkungan Linux. Walaupun demikian, PHP sebenarnya juga dapat

berfungsi pada server-server yang berbasis UNIX, Windows, dan Macintosh.

Pada awalnya, PHP dirancang untuk diintegrasikan dengan web server

Apache. Namun belakangan PHP juga dapat bekerja dengan web server seperti

PWS (Personal Web Server), IIS (Internet Information Server), dan Xitami.

PHP bersifat bebas dipakai, sehingga tidak perlu membayar untuk

menggunakan perangkat lunak ini, alias free. PHP tersedia dalam bentuk kode

biner maupun kode sumber yang lengkap, dan untuk mendapatkannya dapat

mengunduhmya melalui situs http://www.php.net (Kadir, 2008).


17

Salah satu kelebihan dari PHP adalah mampu berkomunikasi dengan berbagai

database yang terkenal. Dengan demikian, menampilkan data yang bersifat

dinamis, yang diambil dari database, merupakan hal yang mudah untuk

diimplementasikan. Itulah sebabnya sering dikatakan bahwa PHP sangat cocok

untuk membangun halaman-halaman web yang dinamis. Pada saat ini PHP

sudah dapat berkomunikasi dengan berbagai database meskipun dengan

kelengkapan yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya yaitu DBM, FilePro

(Personix, Inc), Informix, Ingres, InterBase, Microsoft Access, MSQL,

MySQL, Oracle, PostgreSQL, Sybase (Kadir, 2008).

D. MySQL

MySQL adalah sebuah perangkat lunak sistem manajemen basis data SQL

(database management system) atau DBMS yang multithread, multi-user,

dengan sekitar 6 juta instalasi di seluruh dunia. MySQL AB membuat MySQL

tersedia sebagai perangkat lunak gratis di bawah lisensi GNU General Public

License (GPL), tetapi mereka juga menjual dibawah lisensi komersial untuk

kasus-kasus dimana penggunanya tidak cocok dengan penggunaan GPL. Tidak

seperti PHP atau Apache yang merupakan software yang dikembangkan oleh

komunitas umum, dan hak cipta untuk kode sumber dimiliki oleh penulisnya

masing-masing, MySQL dimiliki dan disponsori oleh sebuah perusahaan

komersial Swedia yaitu MySQL AB. MySQL AB memegang penuh hak cipta

atas hampir semua kode sumbernya. MySQL dapat diunduh di situs resminya

yaitu http://www.mysql.com (Solichin, 2010).


18

Fitur-fitur MySQL antara lain (Solichin, 2010):

1. Relational Database System. Seperti halnya software database lain yang

ada di pasaran, MySQL termasuk RDBMS.

2. Arsitektur Client-Server. MySQL memiliki arsitektur client-server dimana

server database MySQL terinstal di server. Client MySQL dapat berada di

komputer yang sama dengan server, dan dapat juga di komputer lain yang

berkomunikasi dengan server melalui jaringan bahkan internet.

3. Mengenal perintah SQL standar. SQL (Structured Query Language)

merupakan suatu bahasa standar yang berlaku di hampir semua software

database. MySQL mendukung SQL versi SQL:2003.

4. Mendukung Sub Select. Mulai versi 4.1 MySQL telah mendukung select

dalam select (sub select).

5. Mendukung Views. MySQL mendukung views sejak versi 5.0.

6. Mendukung Stored Prosedured (SP). MySQL mendukung SP sejak versi

5.0.

7. Mendukung Triggers. MySQL mendukung trigger pada versi 5.0 namun

masih terbatas. Pengembang MySQL berjanji akan meningkatkan

kemampuan trigger pada versi 5.1.

8. Mendukung replication.

9. Mendukung transaksi.

10. Mendukung foreign key.

11. Tersedia fungsi GIS.

12. Free (bebas diunduh.)

13. Stabil dan tangguh.


19

14. Fleksibel dengan berbagai pemrograman.

15. Security yang baik.

16. Dukungan dari banyak komunitas.

17. Perkembangan software yang cukup cepat.

E. UML (Unified Modelling Language)

Pada aplikasi-aplikasi bisnis, metodologi-metodologi pengembangan aplikasi

yang menggunakan bahasa pemrograman terstruktur (structured programming

language), DFD dan ERD kurang dapat beradaptasi dengan kebutuhan dan

harapan pengguna (user’s needs and expectations). Dengan alasan itu, para

pakar di bidang perancangan perangkat lunak pada sekitar tahun 1890-1990

mulai bekerja dengan bahasa pemrograman yang berorientasi objek (OOP

[Object Oriented Programming]) seperti C++ dan Java. Dengan demikian,

diperlukan metodologi dan perkakas-perkakas (tools) yang lebih sesuai. Dalam

hal ini, UML (Unified Modelling Language) yang merupakan metodologi

kolaborasi antara metoda-metoda Booch, OMT (Object Modelling Technique),

serta OOSE (Object Oriented Software Engineering) dan beberapa metoda

lainnya, merupakan metodologi yang paling sering digunakan saat ini untuk

mengadaptasi maraknya penggunaan bahasa pemrograman berorientasi objek

atau juga dikenal dengan OOP (Nugroho, 2009).


20

F. Black Box Testing

Black box testing adalah tipe testing yang memperlakukan perangkat lunak

yang tidak diketahui kinerja internalnya. Sehingga para tester memandang

perangkat lunak seperti layaknya “kotak hitam” yang tidak penting dilihat

isinya, tapi cukup dikenai proses testing di bagian luar. Jenis testing ini hanya

memandang perangkat lunak dari sisi spesifikasi, fungsi dan kebutuhan yang

telah didefinisikan pada saat awal perancangan. Sebagai contoh, jika terdapat

perangkat lunak yang merupakan sebuah sistem informasi inventory di sbuah

perusahaan. Maka pada jenis white box testing, perangkat lunak tersebut akan

berusaha dibongkar listing programnya untuk kemudian dites menggunakan

teknik-teknik yang telah dijelaskan sebelumnya. Sedangkan pada jenis black

box testing, perangkat lunak tersebut akan dieksekusi kemudian berusaha dites

apakah telah memenuhi kebutuhan pengguna yang didefinisikan pada saat

awal tanpa harus membongkar listing programnya (Rizky, 2011).

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari black box testing ini antara lain

(Rizky, 2011):

1. Anggota tim tester tidak harus dari seseorang yang memiliki kemampuan

teknis di bidang pemrograman.

2. Kesalahan dari perangkat lunak ataupun bug seringkali ditemukan oleh

komponen tester yang berasal dari pengguna.

3. Hasil dari black box testing dapat memperjelas kontradiksi ataupun

kerancuan yang mungkin timbul dari eksekusi sebuah perangkat lunak.

4. Proses testing dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan white box testing.
21

Beberapa teknik testing yang tergolong dalam tipe black box antara lain

(Rizky, 2011):

1. Equivalence Partitioning

Pada teknik ini tiap input data dikelompokkan ke dalam grup tertentu, yang

kemudian dibandingkan dengan output.

2. Boundary Value Analysis

Teknik ini adalah teknik yang sangat umum digunakan pada saat awal

suatu perangkat lunak selesai dikerjakan. Pada teknik ini, dilakukan input

yang melebihi dari batasan suatu data. Sebagai contoh, untuk suatu input

harga barang, maka dapat dilakukan testing dengan menggunakan angka

negatif (yang tidak diperbolehkan dalam sebuah harga). Jika perangkat

lunak berhasil mengatasi input yang salah tersebut, maka dapat dikatakan

teknik ini telah selesai dilakukan.

3. Cause Effect Graph

Dalam teknik ini, dilakukan proses testing yang menghubungkan sebab

dari suatu input dan akibatnya pada output yang dihasilkan. Sebagai

contoh, pada suatu inputan nilai siswa, jika diinputkan angka 100, maka

output nilai huruf seharusnya A. Tetapi bisa dilakukan testing, apakah

output nilai huruf yang dikeluarkan jika ternyata input nilai adalah 67,5.

4. Random Data Selection

Seperti namanya, teknik ini berusaha melakukan proses input data dengan

menggunakan nilai acak, dari hasil input tersebut kemudian dibuat suatu

tabel yang menyatakan validitas dari output yang dihasilkan


22

5. Feature Test

Pada teknik ini, dilakukan proses testing terhadap spesifikasi dari

perangkat lunak yang telah selesai dikerjakan. Misalkan, pada perangkat

lunak sistem informasi akademik dapat dicek apakah fitur untuk

melakukan entri nilai telah tersedia, begitu juga dengan fitur entri data

siswa maupun entri data guru yang akan melakukan entri nilai.

Anda mungkin juga menyukai