Anda di halaman 1dari 22

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :
1. Narista Shifaa Amalia (134191014)
2.retno sasti intan p (134191017)
3.liza agustina (134191012)
4.sintha(134191020)
5.risky amalia k (134191018)
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan karunianya
sehingga dapaat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu,yang berjudul “JUDUL”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan.

Adapun tujuan penulis membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan yang dibimbing oleh (nama dosen). Semoga makalah yang telah
disusun ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.

Demikian makalah ini dibuat kami menyadari didalam penyusunan dan pembuatan makalah
ini banyak kekurangan, maka daripada itu krituk dan saran kami harapkan dari pembaca
untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi, atas kritik dan saran kami
ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr Wb
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Peserta didik .............................................................................................. 3


2.1.1 Makna hakikat peserta didik .......................................................... 3
2.1.2 Karakteristik peserta didik ............................................................ 3
2.1.3 Potensi peserta didik........................................................................3
2.2 Pendidik ................................................................................................... 4
2.2.1 Pengertian dan peran pendidik ...................................................... 4
2.2.2 Kode etik dan pendidik profesional ............................................... 10
2.2.3 Tugas dan tanggung jawab pendidik..............................................10
2.3 Interaksi edukatif ...................................................................................... 12
2.3.1 Pengertian interaksi edukatif ......................................................... 12
2.3.2 Ciri-ciri interaksi edukatif ............................................................. 14
2.3.3 Komponen –komponen interaksi edukatif.....................................14
2.3.4 Prinsip-prinsip interaksi edukatif...................................................14
2.3.5 Tahap-tahap dalam interaksi edukatif............................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 21
3.2 Saran ......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSAKA ....................................................................................... 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Didasari pada perbedaan individu peserta didik satu sama lain,yang sangat memiliki
beragam minat,kemampuan,kesenangan,pengalaman,dan cara belajar yang berbeda. Oleh
karena itu kegiatan pembelajaran,organisasi kelas,materi pembelajaran,waktu belajar,alat
belajar,dan cara penilaian perlu beragam disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.
Seorang guru tidak bisa berpatok hanya pada satu metode pengajaran saja,karena setiap
peserta didik memiliki aneka ragam perbedaan dalam hal pembelajaran satu sama lain
yang perlu dipahami secara mendalam.
Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif,yang artinya didalam
prosesnya anak didik berpegang dalam ukuran,norma dan nilai yang diyakininya. Setial
interaksi belajar mengajar pasti bertujuan. Tujuan ini menentukan cara dan bentuk
interaksi. Dalam mengajar terjadi suatu proses menguji strategi dan rencana yang
memunginkan timbulnya perbuatan belajar pada siswa. Interaksi edukatif harus
menggambarkan hubungan aktif dan arah dengan tujuan pengetahuan sebagai
mediumnya,sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif.
Semua unsur edukatif harus berpotensi dalam ikatan tujuan pendidikan. Karena itu,
interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dan arah antara guru dan
peserta didik yang berlangsung dalam ikatan pendidikan.
Untuk itu dalam hal ini, diperlukannya pemahamandari guru untuk mengetahui
keberagaman masing-masing peserta didik dapat terwadahi secara tepat dan maksimal.
Sehingga terciptalah generasi-generasi penerus bangsa yang berkarakter dan beriman
yang akan menjadi dasar Negara ini untuk maju dan Berjaya dimasa depan

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Siapa itu peserta didik ?
2. Siapa itu pendidik ?
3. Apa itu interaksi edukatif ?
1.3 TUJUAN MAKALAH
1. Memahami lebih dalam tentang peserta didik
2. Untuk mengetahui siapa itu pendidik
3. Untuk mengetahui apa itu interaksi edukatif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peserta didik
2.1.1 Makna hakikat peserta didik

Menurut Ibnu Khaldun seorang sejarawan islam yang telah diakui kemampuan dan
kehebatannya oleh bangsa barat dalam perkembangan ilmu di dunia. Peserta didik merupakan
orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih
perlu dikembangkan. Di sini peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah
jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun
perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, kehendak,
perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan. Menurut Toto Suharto (2006:
123) peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang
belum tercaapi taraf kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologinya. Oleh
karena itu, ia senantiasa memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan pendidik agar dapat
mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan.
Potensi dasar yang dimiliki peserta didik, kiranya tidak akan berkembang secara maksimal
tanpa melalui proses pendidikan. Adapun peserta didik dalam pendidikan islam menurut Hery
Noer Aly (1999: 113) ialah setiap manusia yang sepanjang hayatnya selalu berada dalam
perkembangan. Jadi, bukan hanya ank-anak yang sedang dalam pengasuhan dan pengasihan
orangtuanya, bukan pula anak-anak dalam usia sekolah. Menurut Samsul Nizar (2002) yang
dikutip dari Pada dasarnya peserta didik adalah:

a) Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa, akan tetapi memiliki
dunianya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar perlakuan terhadap
mereka dalam proses kependidikan tidak disamakan dengan pendidikan orang
dewasa, bahkan dalam aspek metode, mengajar, materi yang akan diajarkan,
sumber bahan yang digunakan dan sebagainya.
b) Peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi
perkembangan dan pertumbuhan. Aktivitas kependidikan Islam disesuaikan
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang pada umumnya dilalui oleh
setiap peserta didik. Karena kadar kemampuan peserta didik ditentukan oleh
faktor-faktor usia dan periode perkembangan atau pertumbuhan potensi yang
dimilikinya.
c) Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik menyangkut
kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani yang harus dipenuhi.
d) Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual
(diferensiasi individual), baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun
lingkungan di mana ia berada.
e) Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur alam, yaitu jasmani dan rohani.
Unsur jasmani memiliki daya fisik yang menghendaki latihan dan pembiasaan
yang dilakukan melalui proses pendidikan. Sementara unsur rohani memiliki dua
daya, yaitu daya akal dan daya rasa. Untuk mempertajam daya akal maka proses
pendidikan hendaknya melalui ilmu-ilmu rasional. Adapun untuk mempertajam
daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan akhlak dan ibadah.
f) Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis. Berdasrkan uraian di atas, kami
dapat menjelaskan bahwa peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan
yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik) untuk membantu
mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta
membimbingnya menuju kecerdasan dan kemampuannya secara optimal.

2.1.2 Karakteristik peserta didik

Setiap peserta didik memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang sangat beraneka
ragam yang terbentuk berdasarkan lingkungan peserta didik masing-masing . Agar
pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal guru perlu memahami karakteristik peserta
didik. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik yang dimiliki sejak lahir baik
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis Untuk mengetahui siapa peserta
didik perlu dipahami bahwa sebagai manusia yang sedang berkembnag menuju kearah ke
dewasaan memiliki beberapa karakteristik. Menurut Tirtaraharja, 2000 (Uyoh Sadullah,
2010) mengemukakan 4 karakeristik yang dimaksudkan yaitu :

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga
merupakan makhluk yang unik
b. Individu yang sedang berkembang. Anak mengalami perubahan dalam dirinya
secara wajar.
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri dalam perkembangannya
peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang kearah kedewasaan.
Edi Suardi mengemukakan 3 karakteristik Peserta didik, yaitu:
1. Kelemahan dan ketidakberdayaan. Anak ketika dilahirkan dalam keadaan
lemah yang tidak berdaya untuk dapat bergerak harus melalui berbagai tahapan.
Kelemahan yang dimiliki anak adalah kelemahan rohaniah dan jasmaniah misalnya
tidak kuat gangguan cuaca juga rohaniahnya tidak mampu membedakan keadaan yang
berbahaya ataupun menyenangkan. Kelemahan dan ketidakberdayaan anak makin
lama makin hilang karena berkat bantuan dan bimbingan pendidik atau yang disebut
dengan pendidikan. Pendidikan akan berhenti manakala kelemahan dan
ketidakberdayaan sudah berubah menjadi kekuatan dan keberdayaan, yaitu suatu
keadaan yang dimiliki oleh orang dewasa. Pendidikan justru ada karena adanya ciri
kelemahan dan ketidakberdayaan tersebut.
2. Anak didik adalah makhluk yang ingin berkembang Keinginan berkembang
yang menggantikan ketidakmampuan pada saat anak lahir merupakan karunia yang
besar untuk membawa mereka ketingkat kehidupan jasmaniah dan rohaniah yang
tinggi lebih tinggi lebih tinggi dari makhluk lainnya. Keinginan berkembang
mendorong anak untuk giat, itulah yang menyebabkan adanya kemungkinan atau
pergaln yang disebut pendidikan. Tanpa keinginan berkembang pada anak, akan
menjadikan tidak ada kemauan tidak mempunyai vitalitas, tidak giat bahkan barang
kali menjadi malas dam acuh tak acuh.
3. Anak didik yang ingin menjadi diri sendiri. Sepeti pernah dikemukakan bahwa
anak didik itu ingin menjadi diri sendiri. Hal tersebut penting baginya karena untuk
dapat bergaul dalam masyarakat. Seseorang harus merupakan diri sendiri, orang
seorang atau pribadi. Tanpa itu manusia akan menjadi manusia penurut, dan manusia
yang tidak punya pribadi. Pendidikan yang bersifatotoriter bahkan mematikan pribadi
anak yang sedang tumbuh.
Secara garis besar karakteristik peserta didik dibentuk oleh dua faktor yaitu.

 Faktor bawaan merupakan faktor yang diwariskan dari kedua orang tua
individu yang
 Menentukan karakteristik fisik dan terkadang intelejensi, Faktor lingkungan
merupakan faktor yang menentukan karakteristik spiritual, mental, psikis, dan
juga terkadang fisik dan intelejensi. Faktor lingkungan dibagi menjadi tiga
yaitu :
a. Lingkungan keluarga, Pada lingkungan keluarga seperti motivasi dari kedua
orang tua agar menjadi orang yang sukses kedepannya dan tidak boleh kalah
dengan kesuksesan orang tuanya, kesuksesan teman orang tuanya, kesuksesan
anak teman orang tuanya, ingin merubah nasib keluarga yang melarat,
motivasi sebagai kakak yang merupakan contoh bagi adik-adiknya, motivasi
sebagai adik yang tidak boleh kalah dengan kesuksesan kakaknya.
b. Lingkungan sekolah, Dari lingkungan sekolah seperti motivasi ingin menjadi
juara kelas, motivasi ingin kaya karena melihat orang tua temannya yang
kaya, ataupun motivasi dari gurunya.
c. Lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat misalnya motivasi dari
tetangganya yang sukses, motivasi karena keluarganya selalu diremehkan
masyarakat, ataupun motivasi karena masyarakatnya diremehkan masyarakat
lain.

Setelah mengetahui faktor-faktor tersebut guru dapat memahami bahwa peserta


didiknya digolongkan sebagai individu yang unik dan beragam karena peserta didik pada
hakikatnya terdiri dari individu-individu yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Terdapatnya perbedaan individual dalam diri masing-masing peserta didik membuat guru
harus pandai-pandai menempatkan porsi keadilan dengan tepat pada setiap peserta didiknya.
Misalnya saja dalam pelajaran matematika, tentunya tidak semua siswa berminat dalam
pelajaran matematika, mungkin ada siswayang berminat pada musik, sehingga guru tidak
harus memaksanya untuk dapat menyukai matematika apalagi dengan memaksa peserta didik
agar lebih memahami matematika lebih dalam dengan memberikan soal dan tugas yang
banyak dan sulit ditambah lagi sanksinya yang berat bila tidak dapat mengerjakan soal atau
tugas tersebut. Hal inilah yang nantinya menciptakan potensi buruk pada diri peserta didik
sebagai hasil ketidakpuasannya terhadap lingkungan yang diterimanya.
Pada prinsipnya perkembangan psikis peserta didik selalu ke arah yang lebih baik
seiring dengan tingkat materi pelajaran yang diberikan juga semakin tinggi sehingga
membuat peserta didik terbiasa berpikir secara realistis dan sistematis. Tapi guru hendaknya
mendukung dan membantunya mengembangkan potensi tersebut agar lebih optimal. Peserta
didik yang demikian tidak perlu diajarkan matematika sampai mendalam karena itu hanya
akan membuatnya menjadi jenuh pada setiap pertemuan dan sudah menjadi kewajiban guru
untuk dapat menyadari hal ini, tapi bisa juga divariasikan konsep-konsep matematika yang
berhubungan dengan bidang yang diminatinya, seandainya peserta didik tersebut tidak
mengerti paling tidak pasti ia akan menikmati proses pembelajaran di kelasnya. Selain
dengan cara itu guru juga bisa melakukan pendekatan-pendekatan dalam proses pembelajaran
terhadap peserta didiknya dengan terlebih dahulu membaca situasi. Misalnya saja dengan
memberikan kesempatan kepada siswa yang pintar untuk mengajarkan kepada temannya
yang kurang mengerti. Seperti itulah guru yang professional, yang diharapkan bisa
menghasilkan peserta didik yang berkarakter sesuai harapan bangsa. Kita sebagai calon-calon
pendidik, harus memperhatikan karakteristik peserta didik dengan sangat baik, jangan hanya
menuntut nilai yang bagus, tapi mengesampingkan aspek psikis dan kenyamanan peserta
didik yang akan menghambat perkembangan mereka.

2.1.3 Potensi peserta didik

Setiap peserta didik mempunyai potensi masing-masing yang berbeda satu sama lain,
Potensi disini adalah kapasitas atau kemampuan peserta didik yang berhubungan dengan
sumber daya manusia yang memiliki kemungkinan dikembangkan atau menunjang
pengembangan potensi lain yang ada pada diri peserta didik.

Adapun potensi itu meliputi potensi fisik, intelektual, kepribadian, minat, potensi moral
dan religius.

1. Potensi Fisik
Kondisi kesehatan fisik dan keberfungsian anggota tubuh diperoleh melalui
pemeriksaan medis yang dilakukan oleh tenaga medis dan observasi perilaku dalam
mengikuti aktivitas pembelajaran oleh guru.
2. Potensi Intelektual.
Potensi intelektual terbagi lima kelompok, yaitu:
1. Prestasi Akademik.
2. Kecerdasan Umum Kecerdasan umum meliputi hal-hal berikut:
a. kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru
secara cepat dan tepat.
b. memecahkan masalah;
c. kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan tujuan
tertentu; dan
d. kemampuan mengkritik diri sendiri.
3. Kemampuan Khusus / Bakat
Kemampuan khusus atau bakat meliputi hal-hal berikut:
a. Kemampuan verbal (kebahasaan)
b. Kemampuan logis (matematis)
c. Kemampuan seni
d. Kemampuan tilikan ruang
e. Kemampuan jasmani (kinestetik)
f. Kemampuan musik
g. Kemampuan antar pibadi
h. Kemampuan kealaman
4. Kreativitas Kreativitas meliputi beberapa hal, yaitu:
a. memiliki dorongan ingin tahu yang sangat besar
b. sering mengajukan pertanyaan
c. memiliki banyak gagasan
d. bebas dalam menyatakan pendapat
e. memiliki rasa keindahan
f. menonjol dalam salah satu bidang seni
g. memiliki pendapat sendiri dan mampu mengungkapkannya
h. memiliki rasa humor tinggi
i. daya imajinasi yang kuat
j. orisinalitas
k. dapat bekerja sendiri
l. senang mencoba hal-hal baru
5. Kepribadian Sedangkan kepribadian meliputi hal-hal berikut, diantaranya:
a. kemampuan mengelola emosi,
b. Kemampuan mengembangkan dan menjaga motivasi belajar /
berprestasi,
c. Kepemimpinan,
d. Kemampuan menyesuaikan diri,
e. Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi,
f. Responsibilitas,
g. Orientasi nilai, moral dan religi,
h. Kecenderungan kebutuhan,
i. Sikap,
j. Kebiasaan, dan sebagainya

2.2 Pendidik

2.2.1 Pengertian dan peran pendidik

Pendidik apabila ditinjau dari segi bahasa (etimologi), sebagaimana yang


dijelaskan oleh WJS. Poerwadarminta adalah orang yang mendidik.Di dalam bahasa
Inggris dikenal dengan teacher yang diartikan guru atau pengajar, atau tutor yang
berarti guru pribadi (private). Dalam bahasa Arab disebut Ustadz atau ustadzah,
Mudarris, Mu`allim, Mu`addib, selanjutnya dalam bahasa Arab kata Ustadz adalah
jamak dari asatidz yang berarti guru (teacher), profesor (gelar akademik), jenjang
dalam bidang intelektual, pelatih, penulis, dan penyair. adapun kata Mudarris berarti
teacher (guru), instruktor (pelatih), trainer (pemandu). Sedangkan kata Muaddib
berarti educator atau pendidik atau Teacher In Coranic School (guru dalam lembaga
pendidikan al-Qur`an).
Dalam tinjauan terminology, Ahmad D. Marimba mengatakan, bahwa
pendidik adalah orang yang memikul pertanggung jawaban untuk mendidik.
Selanjutnya menurut Made Pidarta bahwa pendidik terbagi dua dalam segi luas dan
sempit. Pendidik dalam arti luas adalah semua orang berkewajiban untuk membina
anak – anak. Pendidik dalam arti sempit adalah orang – orang yang disiapkan dengan
sengaja untuk menjadikan guru dan dosen.
Selanjutnya, Dwi Nugroho Hidayanto menginvestarisasi pendidik meliputi
orang dewasa, orang tua, guru, pemimpin masyarakat, dan pemimpin agama.
Dari beberapa definisi pendidik di atas disimpulkan bahwa pendidik
merupakan orang dewasa secara jasmani dan rohani, memiliki kompetensi untuk
mendewasakan peserta didik ke arah kesempurnaan dengan menggunakan cara – cara
dan pendekatan kependidikan. Pendidik adalah orang yang memiliki kepribadian yang
luhur sehingga berhak mendidik orang lain agar memiliki kedewasaan berpikir.
2.2.2 Kode etik dan pendidik profesional

A. Kode Etik Guru

Kode etik pendidik adalah salah satu bagian dari profesi pendidik. Artinya setiap
pendidik yang (professional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai pendidik). Kata
‘etik’ berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘ethos’ yang berarti watak, adat atau cara hidup. Kata
etik diartikan dengan cara berbuat dan berpelrilaku yang telah disepakati sekelompok
manusia.

Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh etik seperti yang diharapkan masyarakat,
yaitu kata dan sifat pekerjaanya. Untuk menciptakan harmonisasi profesi guru dengan
lingkungan masyarakat mesti ada kode etik yang dapat menjadi acuan dalam menciptakan
hubungan harmonic tersebut dengan berbagai kalangan.

Pada dasarnya kode etik merupakan sejumlah nilai – nilai atau norma – norma sebagai
suatu kesatuan yang menjadi pedoman sikap dan tingkah laku para pejabat yang memangku
keahlian tertentu dalam menjalankan tugas atau pekerjaanya sehari – hari. Kode etik pendidik
ini bertalian erat dengan unsur – unsur dinilai DP3 menurut PP Republik Indonesia Nomor 10
tahu 1979.

Atas dasar itu kode etik guru di Indonesia pada garis besarnya mengatur hal – hal
sebagai berikut:

a. Mengatur hubungan guru dengan murid


b. Mengatur hubungan guru dengan teman sekerjanya.
c. Mengatur hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat.
d. Mengatur hubungan guru dengan jabatan atau profesinya.
e. Mengatur hubungan guru dengan pemerintah.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa sebahagian butir – butir kode etik sudah
terlaksana, dan sebagian belum. Sebab itu perlu dipikirkan upayanya mengatasi hambatan
tersebut. Dengan adanya upaya seperti para pendidik diberikan kesempatan melanjutkan
studinya, membangun perpustakaan pendidik di lembaga, meningkatkan kesejahteraan
pendidik, fungsi DP3 perlu ditingkatkan kembali, adanya pengawasan sejalannya DP3,
siapapun yang melanggar kode etik maka akan mendapatkan sanksi sesuai peraturan lembaga
yang berlaku.
Oleh karena itu, kode etik adalah sebuah keharusan yang mesti dipegang dan tertanam
pada setiap guru. Penyimpangan dari kelakuan yang etis oleh guru mendapat sorotan dan
kecaman yang lebih tajam.

B. Pendidik Profesional

Secara etimologi, profesi berasal dari bahasa inggris, profession atau bahasa
Latin profecus, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu atau ahli
dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.

Sudarwam Danim memberikan definisi profesi secara terminology, sebagai


suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi, bagi pelakunya yang
ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual.

Adapun professional artinya pemain bayaran; pekerjaan yang benar – benar


dilakukan sesuai dengan keterampilan. Guru professional adalah guru yang memiliki
kompetensi tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan.
Sedangkan, profesionalisme berasal dari bahasa Inggris, professionalism yang secara
leksikal berarti sifat professional. Orang yang professional memiliki sikap – sikap
yang berbeda dengan orang yang tidak professional meskipun dalam pekerjaan yang
sama atau berada pada suatu ruangan kerja .

Dalam rangka mewujudkan sifat profesionalisme tersebut kepada seorang guru


perlu diadakan peningkatan kualitas atau kemampuan untuk mencapai kriteria standar
ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinyaitu inilah yang
dinamakan dengan profesionalisme. Profesionalisme mengandung dua dimensi utama,
yaitu peningakatan status dan peningkatan kemampuan praktis.

Menurut Moh. Uzer Usman mengemukakan kompetensi yang mesti dikuasi


guru professional yaitu:

a. Kompetensi pribadi
Dalam kompetensi pribadi meliputi hal – hal berikut:
1) Mengembangkan kepribadian
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa
Pancasila
c. Mengembangkan sifat – sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi
jabatan guru
2) Berinteraksi dan berkomunikasi
a. Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan
professional
b. Berintegrasi dengan masyarakt untuk penilaian mini pendidikan.
3) Melaksanakan bimbingan dan kounseling
4) Melaksanakan administrasi sekolah
5) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.

b. Kompetensi professional

1) Menguasai landasan kependidikan


2) Menguasai bahan pengajaran
3) Menyusun program pengajaran
4) Melaksanakan program pengajaran
5) Menilai hasil dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan

Guru professional bukan hanya mengetahui kompetensi profesionalitas yang harus


dikuasai akan tetapi mampu mengaplikasikan dalam praktek proses pembelajaran. Guru
professional senantiasa mengembangkan kualitas dirinya setiap saat karena kondisi
lingkungan senantiasa terus berkembang.

2.2.3 Tugas dan tanggung jawab pendidik


Tugas dan tanggung jawab guru tersebut bukan hanya hubungannya dengan para peserta
didik di kelas akan tetapi menyangkut semua aspek yang bisa dilakukannya untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dan harmonis.
Ada tiga atanggung jawab guru dari wacana yang dikemukakan oleh Kenneth G
Ryder yaitu, mengembangkan ilmu pengetahuan pada disiplin akademik melalui pengenalan
dengan publikasi, jurnal dan pertemuan – pertemuan tertentu; untuk mencarikan kunci
efektivitas sebagai seorang guru, mengeksplorasikan kunci – kunci baru, mateeri akademik,
motivasi siswa, perbaikan metode – metode evaluasi siswa; serta dalam pengembangan
pengetahuan pada disiplin akademik melalui riset individual, tulisan atau pertemuan
profesional.
Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntutan dan
panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga dan meningkatkan tugas dan
tanggung jawab profesinya. Oleh karena itu guru dituntut agar selalu meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dalam rangka pelaksanaan tugas profesinya. Ia juga harus peka
terhadap perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang pendidikan yang mana ia harus
lebih tau ketimbang dari peserta didik dan masyarakat.
Adapun tanggung jawab guru ialah:
a. Tanggung jawab intelektual
Guru diwujudkan melalui penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah
dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur
dan metodologi keilmuannya
b. Tanggung jawab profesi atau pendidikan
Guru diwujudkan melalui pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
c. Tanggung jawab sosial
Guru diwujudkan melalui kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.
d. Tanggung jawab moral dan spiritual
Guru diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang
perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma agama dan moral
e. Tanggung jawab pribadi
Guru diwujudkan melalui kemampuan untuk memahami dirinya, mengelola dirinya,
mengendalikan dirinya, dan menghargai serta mengembangkan dirinya.
2.3 Interaksi edukatif

2.3.1 Pengertian interaksi edukatif

Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan
pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara
pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni
untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).

Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai
tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya.Kegiatan
komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupannya. Kalau
dihubungkan dengan istilah interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara
pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, tidak
semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam suatu kehidupan berlangsung dalam suasana
interaksi edukatif, yang didesain untuk suatu tujuan tertentu.

Demikian juga tentunya hubungan antara guru dan siswa, anak buah dengan
pimpinannya, antara buruh dengan pimpinannya serta lain-lain. Proses belajar-mengajar akan
senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa
sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai
subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen-
komponen, komponen-komponen tersebut dalam berlangsungnya proses belajar tidak dapat
dipisah-pisahkan. Dan perlu ditegaskan bahwa proses teknis ini juga tidak dapat dilepaskan
dari segi normatifnya, segi normatif inilah yang mendasari proses belajar mengajar. Interaksi
edukatif yang secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar mengajar itu, memiliki
ciri-ciri yang membedakan dengan bentuk interaksi yang lain.

Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang
dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik.
Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para pelajar atau siswa didalam
kehidupan, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan
yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup
kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan
Tuhan.
2.3.2 Ciri-ciri interaksi edukatif
3. Ciri-ciri interaksi edukatif adalah sebagai berikut :
4. a) Ada tujuan yang ingin dicapai
5. b) Ada bahan atau pesan yang menjadi isi interaksi
6. c) Ada pelajar yang aktif mengalami
7. d) Ada guru yang melaksanakan
8. e) Ada metode untuk mencapai tujuan
9. f) Ada situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar dengan baik
10. g) Ada penilaian terhadaap hasil interaksi
11.
12. Untuk memahami pengetahuan tentang interaksi edukatif atau dalam kegiatan
pengajaran secara khusus dikenal dengan “interaksi Belajar-Mengajar” yang titik
penekanannya pada unsur motivasi, maka terlebih dulu perlu dipahami hal-hal yang
mendasarinya. Sekurang-kurangnya harus memahami kapan suatu interaksi itu
dikatakan sebagai interaksi edukatif, termasuk pemahaman terhadap konsep belajar
dan mengajar. Setelah itu perlu dikaji tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai
dasar motivasi dengan segala jenisnya serta apa pula yang dimaksud dengan motivasi
dan kegiatan dalam belajar. Dan persoalan dasar yang tidak dapat ditinggalkan dalam
pembicaraan interaksi belajar-mengajar ini, adalah pemahaman terhadap siapa guru
yang dikatakan sebagai tenaga profesional kependidikan itu dan siapa pula siswa
yang dikatakan sebagai subjek belajar itu. Bagi guru yang memahami akan
keprofesiannya dan mengerti tentang diri anak didiknya, maka dapat melakukan
kegiatan interaksi dan motivasi secara mantap. Kemudian operasionalisasinya, guru
harus juga memahami dan melaksanakan pengelolaan interaksi belajar-mengajar.
13.
14. Edi Suardi dalam bukunya Pedagogik (1980) merinci ciri-ciri interaksi belajar
mengajar sebagai berikut :
15.
16. · Interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam
suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajar-mengajar itu
sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian.Siswa mempunyai
tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
17.
18. · Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka
dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematis
dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain,
mungkin akan dibutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula.
19.
20. · Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai
tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu diperhatikan komponen-komponen
yang lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah
didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi belajar-mengajar.
21.
22. · Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Sebagai konsekuensi, bahwa siswa
merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya belajar mengajar.Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara fisik
maupun secara mental aktif.Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA.Jadi tidak ada
gunanya guru melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar, kalau siswa hanya
fasip saja.Sebab para siswalah yang belajar, maka merekalah yang harus
melakukannya.
23.
24. · Dalam interaksi belajar-mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam
peranannya sebagai pembimbing ini, guru harus berusaha menghidupkan dan
memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap
sebagai mediator dalam segala situasi proses balajar-mengajar, sehingga guru akan
merupakan tokoh yang akan dilihat dan akan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik.
Guru (“akan lebih baik bersama siswa”) sebagai desaigner akan memimpin terjadinya
interaksi belajar-mengajar.
25.
26. · Didalam interaksi belajar-mengajar dibutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi
belajar-mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur
sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan
secara sadar, baik pihak guru maupun pihak siswa. Mekanisme konkret dari ketaatan
pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi
langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah
digariskan.Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
27.
28. · Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam system
berkelas (kelompok siswa), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak biasa
ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah
dicapai.
29.
30. Disamping beberapa ciri seperti penilaian diatas, unsur penilaian adalah unsur yang
sangat penting.Dalam kaitannya dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka untuk
mengetahui apakah tujuan itu sudah tercapai lewat interaksi belajar mengajar atau
belum, perlu diketahui dengan kegiatan penilaian.Dengan demikian, cirri-ciri
interaksi belajar-mengajar itu sebenarnya senada dengan ciri-ciri interaksi edukatif,
sebagaimana disebutkan terdahulu. Memang kalau dilihat secara spesifik dalam
kegiatan pengajaran, apa yang dikatakan interaksi edukatif itu akan berlangsung
dengan kegiatan interaksi belajar-mengajar. Bila terjadi proses belajar-mengajar,
maka bersama ini pula terjadi proses mengajar.
31.
32. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada
yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada
yang belajar.Kalau sudah terjadi suatu proses/saling berinteraksi, antara yang
mengajar dengan yang belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik,
sebab secara sengaja atau tidak sengaja, masing-masing pihak berada dalam suasana
belajar.Jadi guru walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak
langsung juga melakukan belajar.

2.3.3 Komponen-komponen interaksi edukatif

Dalam proses belajar- mengajar sebagai suatu sistem interaksi, maka kita akan
dihadapkan kepada sejumlah komponen-komponen. Tanpa adanya komponen-komponen
tersebut sebenarnya tidak akan terjadi proses interaksi edukatif antara guru dengan anak
didik. Berikut adalah komponen-komponen tersebut :

a) Tujuan
Tujuan merupakan hal yang pertama kali harus dirumuskan dalam kegiatan interaksi
edukatif.Sebab, tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana kegiatan
pembelajaran dibawa oleh guru.Dengan berpedoman pada tujuan guru dapat menyeleksi
tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang harus ditinggalkan.

b) Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif sebab tanpa
bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan, dalam pemilihan pelajaran
harus disesuaikan dengan kondisi tingkatan murid yang akan menerima pelajaran. Selain itu
bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan baik.

c) Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Karakteristik metode yang memiliki kelebihan dan kelemahan maka guru
menggunakan metode yang bervariasi. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk
memilih metode mengajar sebagai berikut (Djamarah, 1996:184):
1. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya.
2. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya.
3. Situasi dengan berbagai keadaannya.
4. Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya.
5. Pribadi guru dan kemampuan profesinya yang berbeda-beda.

d) Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.Alat nonmaterial dan ala material biasanya dipergunakan dalam kekuatan
interaksi edukatif.Alat non material berupa suruhan, perintah, larangan, dan nasehat.Alat
material berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan dan video.

e) Sumber
Sumber belajar dapat diperoleh di sekolah, di halaman, dipusat kota, di pedesaan dan
sebagainya. Pemanfaatan sumber pengajaran tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya,
dan kebijakan-kebijakan lainnya.

f) Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang
sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam
mengajar.Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat
instrument penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.

2.3.4 Prinsi-prinsip interaksi edukatif

Dalam rangka menjangkau dan memenuhi sebagian besar kebutuhan anak didik,
dikembangkan beberapa prinsip dalam interaksi edukatif , dengan harapan mampu
menjembatani dan memecahkan masalah yang sedang guru hadapai dalam kegiatan interaksi
edukatif. Prinsip tersebut harus dikuasai oleh guru agar dapat tercapai tujuan pengajaran.
Prinsip - prinsip tersebut adalah :

1) Prinsip Motivasi : Agar setiap anak dapat memiliki motivasi dalam belajar. Apabila anak
didik telah memiliki motivasi dalam dirinya disebut motivasi intrinsik, sangat memudahkan
guru memberikan pelajaran , namun apabila anak tersebut tidak meilikinya, guru akan
memberikan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yangbersumber dari luar diri anak didik
tersebut dan dapat berbentuk ganjaran, pujian , hadiah dan sebaginya.

2) Prinsip Berangkat dari Persepsi yang Dimiliki : Bila ingin bahan pelajaran mudah dikuasai
oleh sebagian atau seluruh anak, guru harus memperhatikan bahan apersepsi yang dibawa
anak didik dari lingkungan kehidupan mereka. Penjelasan yang diberikan mengaitkan
dengan pengalaman dan pengetahuan anak didik akan memudahkan mereka menanggapi
dan memahami pengalaman yang baru dan bahkan membuat anak didik memusatkan
perhatiannya.

3) Prinsip Mengarah kepada Titik Pusat Perhatian Tertentu atau Fokus Tertentu : Pelajaran
yang direncanakan dalam suatu pola tertentu akan mampu mengaitkan bagian-bagian yang
terpisah dalam suatu pelajaran. Tanpa suatu pola, pelajaran dapat terpecah-pecah dan para
anak didik akan sulit memusatkan perhatian . Titik pusat akan tercipta melalui upaya
sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah yang hendak dipecahkan
b. Merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab
c. Merumuskan konsep yang hendak ditemukan
d. Membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajar serta
e. Memberikan arah kepada tujuannya

3) Prinsip Keterpaduan : Keterpaduan dalam pembahasan dan peninjauan akan membantu


anak didik dalam memadukan perolehan belajar dalam kegiatan interaksi edukatif.

4) Prinsip Pemecahan Masalah yang Dihadapi : Salah satu indikator keandaian anak didik
banyak ditemukan oleh kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pemecahan masalah dapat mendorong anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi
berbagai masalah belajar dan anak didik akan cepat tanggap dan kreatif.

5) Prinsip Mencari, Menemukan dan Mengembangkan Sendiri : Guru yang bijaksana akan
membiatkan dan memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencari dan menemukan
sendiri informasi. Kepercayaan anak didik untuk selalu mencari dan menemukan sendiri
informasi adalah pintu gerbang kearah CBSA yang merupakan konsep belajar mandiri yang
bertujuan melahirkan anak didik yang aktif – kreatif.

6) Prinsip Belajar Sambil Bekerja : Artinya belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak
mendatangkan hasil untuk anak didik sebab kesan yang didapatkan anak didik lebih tahan
lama tersimpan di dalam benak anak didik.

7) Prinsip Hubungan Sosial : Hal ini untuk mendidik anak didik terbiasa bekerja sama dalam
kebaikan. Kerja sam memberikan kesan bahwa kondisi sosialisasi juga diciptakan di kelas
yang akan mengakrabkan hubungan anak didik denga anak didik lainnya dalam belajar.
8) Prinsip Perbedaan Individual : Sudut pandang untuk melihat aspek perbedaan anak didik
adalah segi bilologis, intelektual dan psikologis. Semua perbedaan ini memudahkan guru
melakukan pendekatan edukatif kepada setiap anak didik.Banyak kegagalan guru
menuntaskan penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran salah satunya disebabkan
karena guru gagal memahami sifat anak didik secara individual.

2.3.5 Tahap-tahap dalam interaksi edukatif

Menurut R.D. Conners, mengidentifikasi tugas mengajar guru yang bersifat suksesif
menjadi tiga tahap:

1. Tahap Sebelum Pengajaran


Dalam tahap ini guru harus menyusun program tahunan pelaksanaan kurikulum,
program semester atau catur wulan (cawu), program satuan pelajaran (satpel), dan
perencanaan program pengajaran. Dalam merencanakan program-program tersebut di atas
perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan :
a) Bekal bawaan anak didik
b) Perumusan tujuan pembelajaran
c) Pemilihan metode
d) Pemilihan pengalaman-pengalaman belajar
e) Pemilihan bahan dan peralatan belajar
f) Mempertimbangkan jumlah dan karakteristik anak didik
g) Mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
h) Mempertimbangkan pola pengelompokan
i) Mempertimbangkan prinsip – prinsip belajar.

2 Tahap Pengajaran
Dalam tahap ini berlangsung interaksi antara guru dengan anak didik, anak didik
dengan anak didik, anak didik dalam kelompok atau anak didik secara individual.Tahap ini
merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah direncanakan. Ada beberapa aspek yang perlu
di pertimbangkan dalam tahap pengajaran ini, yaitu :
a) Pengelolaan dan pengendalian kelas
b) Penyampaian informasi
c) Penggunaan tingkah laku verbal non verbal
d) Merangsang tanggapan balik dari anak didik
e) Mempertimbangkan prinsip – prinsip belajar
f) Mendiagnosis kesulitan belajar
g) Memperimbangkan perbedaan individual
h) Mengevaluasi kegiatan interaksi.

3. Tahap Sesudah Pengajaran


Tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan
anak didik. Beberapa perbuatan guru yang tampak pada tahap sesuadah mengajar, antara
lain :
a) Menilai Pekerjaan anak didik
b) Menilai pengajaran guru
c) Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://insanakrozi.blogspot.com/2010/02/makalah-hakikat-peserta-didik.html

Ramayulis, Dasar – Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Kalam
Mulia, 2015

Syaiful Bahri Djamarah,Guru dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta.E. Eriadi, 2000

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004

https://www.biologimu.com/2015/02/interaksi-edukatif.html

Anda mungkin juga menyukai