PENGOLAHAN LIMBAH B3
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
1. Lutfi Yasinta Y P27833116007
2. Riska Safitri P27833116012
3. Firly Oktaviani P27833116013
4. Silvi Maharani P27833116015
5. Wahyu Lailatul F P27833116021
6. Atiyatus Eka P P27833116023
7. Lailul Fitriani P27833116027
8. Lovina Cahyaningtyas P27833116028
9. Faikoh Kurratun F P27833116038
10. Lisa Afida R P27833116046
11. Ayu Ika N F P27833116048
SEMESTER IV
2018
Page | i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan hidayah-Nya,
sehingga makalah mengenai Pengolahan Limbah B3 ini dapat terselesaikan. Ucapan terimakasih
kami sampaikan kepada Ibu Fitri Rokhmalia, SST., M.KL selaku dosen mata kuliah Pengelolaan
B3 yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa kami juga
berterimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami susun dengan dasar tugas Pengelolaan B3 untuk membuat makalah dan
mempresentasikan materi mengenai Pengolahan Limbah B3. Dengan makalah ini diharapkan
mahasiswa dapat mengenali dan memanfatkan pengetahuan sesuai dengan kekhasannya masing-
masing.
Akhir kata, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, namun tetap
besar harapan kami materi yang akan kami berikan dapat bermanfaat, dan memberi wawasan serta
pengetahuan baru bagi pembacakhususnya para mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Surabaya. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
Page | ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Limbah B3 ....................................................................................... 3
Page | iii
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
Page | 2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut PP No.101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.
Bahan berbahaya beracun (B3) adalah Zat, energi,dan atau komponen lain yang karena sifat
,konsentrasi dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan
hidup,kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Page | 3
2.2 Teknologi Pengolahan Limbah B3
Menurut PPRI No. 101 Tahun 2014 yang dimaksud Pengolahan Limbah B3 adalah proses
untuk mengurangi dan/atau menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat racun. Proses pengolahan
limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses pengolahan limbah B3 secara
kimia atau fisik yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi. Sedangkan pengolahan
secara biologi umumnya dilakukan dengan Bioremediasi.
1. Pembakaran (Inceneration)
Dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun saat melakukan
pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak
mencemari udara. Insinerasi memiliki banyak manfaat untuk mengolah berbagai jenis
sampah seperti sampah medis dan beberapa jenis sampah berbahaya dimana pathogen dan
racun kimia bisa hancur dengan temperature tinggi (Nezla, 2016)
Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat
karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke
bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk
panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan dimana sebagian besar dari
komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu,
insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil (Nezla, 2016).
Menurut Nezla Anisa (2016), abu yang dihasilkan dari proses pembakaran bisa
digunakan untuk bahan bangunan, dibuat bahan campuran kompos, atau dibuang ke
landfill. Proses ini berlngsung melalui 3 tahap, yaitu:
a. Mula-mula membuat air dalam sampah menjadi uap air, hasilnya limbah
menjadi kering yang akan siap terbakar.
b. Selanjutnya, terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna , dimana
temperatur belum terlalu tinggi.
c. Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna.
Page | 4
Terdapat 3 parameter utama dalam operasi incinerator yang harus diperhatikan,
yaitu:
a. Temperature (suhu) : temperature yang ideal untuk limbah B3 tidak kurang dari
800oC
b. Time (waktu) : biasanya sekitar 2 detik pada fase gas, sehingga terjadi
pembakaran sempurna
c. Turbulensi : limbah harus kontak sempurna dengan oksigen. Incinerator besar
diatur dengan kisi-kisi atau tungku yang dapat bergerak, sedang incinerator
kecil (modular) tungkunya adalah statis.
Aspek penting dalam insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value)
limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses
pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari
sistem insinerasi. Jenis incinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah
padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple
chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis incinerator
tersebut, rotary kiln memiliki kelebihan. Karena alat tersebut dapat mengolah limbah
padat, cair, dan gas secara simultan (Nezla, 2016).
Page | 5
Menurut Latar Muhammad Arief (2013), Chemical conditioning terdiri dari beberapa
tahapan sebagai berikut:
Page | 6
d. Pemusnahan (Disposal)
Ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi sebelum
limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, we air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan
akhir limbah B3 umunya adalah sanitary landfill, crop land, atau injection well.
3. Solidifikasi/Stabilisasi (Solidification/Stabilization)
Page | 7
4. Biodegradasi pencemar
Page | 8
9. Dokumen mengenai desain, teknologi, metode, proses, kapasitas, dan/atau fasilitas
Pengolahan Limbah B3;
10. Dokumen mengenai nama dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong berupa
Limbah B3 untuk campuran Pengolahan Limbah B3;
11. Prosedur Pengolahan Limbah B3;
12. Bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi Lingkungan
Hidup; dan
13. Dokumen lain sesuai peraturan perundang undangan.
Penerbitan izin diumumkan melalui media cetak dan/atau media elektronik paling lama 1 (satu)
hari kerja sejak izin diterbitkan. Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah
B3 berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dan permohonan perpanjangan izin
pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan pengolahan limbah B3 diajukan secara tertulis kepada
Menteri paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum jangka waktu izin berakhir. Adapun
Permohonan perpanjangan izin dilengkapi dengan:
1. Laporan pelaksanaan Pengolahan Limbah B3;
2. Salinan Izin Lingkungan;
3. Salinan persetujuan pelaksanaan uji coba Pengolahan Limbah B3;
Page | 9
4. Identitas pemohon;
5. Akta pendirian badan hukum; f. Dokumen pelaksanaan hasil uji coba Pengolahan
Limbah B3;
6. Dokumen mengenai nama, sumber, karakteristik, dan jumlah Limbah B3 yang akan
diolah;
7. Dokumen mengenai tempat Penyimpanan Limbah;
8. Dokumen mengenai pengemasan Limbah B3
9. Dokumen mengenai desain teknologi, metode, proses, kapasitas, dan/atau fasilitas
Pengolahan Limbah B3
10. Dokumen mengenai nama dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong berupa
Limbah B3 untuk campuran Pengolahan Limbah B3;
11. Prosedur Pengolahan Limbah B3; dan
12. Bukti kepemilikan atas dana Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup dan dana penjaminan Pemulihan Fungsi Lingkungan
Hidup.
Page | 10
4. Pada jarak paling dekat 300 meter dari garis pasang naik laut, sungai, daerah pasang
surut, kolam, danau, rawan, mata air dan sumur penduduk;
5. Pada jarak paling dekat 300 meter dari daerah yang dilindungi (cagar alam, hutan
lindung dan lain-lainnya) (Tyo, 2017).
Page | 11
(a) Alat deteksi peka asam (smoke sensing alarm), dan
(b) Alat deteksi peka panas (heat sensing alarm).
4. Tersediannya sistem pemadam kebakaran yang berupa :
(a) Sistem permanen dan otomatis, dengan menggunakan bahan pemadam air,
busa, gas atau bahan kimia kering, dengan jumlah mutu sesuai kebutuhan;
(b) Pemadam kebakaran portable dengan kapasitas minimum 10 kg untuk setiap
100 m2 dalam ruangan.
5. Menata jarak atau lorong antara kontainer – kontainer yang berisi limbah B3
minimum 60 cm sehingga tidak mengganggu gerakan orang, peralatan
pemadam kebakaran, peralatan pengendali/pencegah tumpahan limbah, dan
peralatan untuk menghilangkan kontaminasi ke semua arah di dalam lokasi.
6. Menata jarak antara bangunan-bangunan yang memadai sehingga mobil
pemadam kebakaran mempunyai akses menuju lokasi kebakaran (Tyo, 2017).
Page | 12
d. Sistem Penangulangan Keadaan Darurat
Menurut PP No. 18 Tahun 1999, fasilitas pengolahan limbah B3 harus
mempunyai sistem untuk mengatasi keadaan darurat yang mungkin terjadi.
Persyaratan minimum untuk sistem tanggap darurat antara lain:
1. Ada koordinator penanggulangan keadaan darurat, yang bertanggungjawab
melaksanakan tindakan-tindakan yang harus diakukan sesuai dengan prosedur
penanganan kondisi darurat yang terjadi;
2. Jaringan komunikasi atau pemberitahuan kepada :
(a) Tim penangulangan keadaan darurat
(b) Dinas pemadam kebakaran
(c) Pihak kepolisian
(d) Ambulan dan pelayanan kesehatan
(e) Sekolah, rumah sakit dan penduduk setempat
(f) Aparat pemerintah terkait setempat;
3. Memiliki prosedur evakuasi bagi seluruh pekerja fasilitas pengolahan limbah
B3.
4. Mempunyai peralatan penanggulangan keadaan darurat;
5. Tersedianya peralatan dan baju pelindung bagi seluruh stafpenanggulangan
keadaan darurat di lokasi, dan sesuai dengan jenis limbah B3 yang ditangani di
lokasi tersebut;
6. Memiliki prosedur tindakan darurat pengangkutan;
7. Menetapkan prosedur untuk penutupan sementara fasilitas pengolahan;
8. Melakukan pelatihan bagi karyawan dalam penanggulangan keadaan darurat
yang dilakukan minimal dua kali dalam setahun.
Page | 13
f. Pelatihan Karyawan
Perusahaan wajib memberikan pelatihan secara berkala kepad karyawan yang
meliputi :
1) Pelatihan dasar, diantaranya:
a. Pengenalan limbah; meliputi jenis limbah, sifat dan karakteristik serta
bahayannya terhadap lingkungan dan manusia, serta tindakan
pencegahannya;
b. Peralatan pelindung: menyangkut kegunaan dan penggunaannya;
c. Pelatihan untuk keadaan darurat: meliputi kebakaran, ledakan, tumpahan,
matinya listrik, evakuasi, dan sebagainnya;
d. Prosedur inspeksi;
e. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K);
f. Peralatan keselamatan kerja (K3);
g. Peraturan perundangan-undangan tentang pengolahan limbah B3.
2) Pelatihan khusus
a. Pemeliharaan peralatan pengolahan dan peralatan penunjangnya;
b. Pengoperasian alat pengolahan dan peralatan penujangnya;
c. Laboratorium;
d. Dokumentasi dan pelaporan;
e. Prosedur penyimpanan dokumentasi dan pelaporan.
Page | 14
2.5 Standar Pelaksanaan Pengolahan
Dalam PPRI No. 101 Tahun 2014 telah dijelaskan bahwa Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah
B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum
ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses
pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi,
dan insenerasi.
Proses pengolahan secara fisika dan kimia bertujuan untuk mengurangi daya racun limbah B3
dan/atau menghilangkan sifat/karakteristik limbah B3 dari berbahaya menjadi tidak berbahaya.
Proses pengolahan secara stabilisasi/solidifikasi bertujuan untuk mengubah watak fisik dan
kimiawi limbah B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat B3 agar pergerakan senyawa B3
ini terhambat atau terbatasi dan membentuk massa monolit dengan struktur yang kekar. Sedangkan
proses pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung
di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3.
Pemilihan proses pengolahan limbah B3, teknologi dan penerapannya didasari atas evaluasi
kriteria yang menyangkut kinerja, keluwesan, kehadalan, keamanan, operasi dari teknologi yang
digunakan, dan pertimbangan lingkungan. Timbunan limbah B3 yang sudah tidak dapat diolah
atau dimanfaatkan lagi harus ditimbun pada lokasi penimbunan (landfill) yang memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan.
Page | 15
Hal tersebut tentunya didasari oleh beberapa peraturan yang bertujuan untuk memenuhi kriteria
maupun persyaratan pengolahan limbah B3. Satandar-standar yang digunakan dalam hal mengatur
pelaksanaan pengolahan B3, antara lain:
Page | 16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2 Saran
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui pentingnya pengolahan limbah B3, oleh
sebab itu perlu adanya penanganan limbah B3 yang baik dan serius sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Serta perlu adanya sanksi bagi penghasil limbah B3 yang
membuang limbahnya tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu, dimana kegiatan tersebut
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan berdampak buruk bagi kesehatan.
Page | 17
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, Nezla. 2016. Insinerasi Sebagai Alat Alternative dalam Teknologi Pengolahan Limbah.
Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Arief, Latar Muhammad. 2013. Pengolahan Limbah B3. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Esa Unggul.
Gusdini, Ninin. 2012. Pengelolaan Limbah B3. Fakultas Teknik Universitas Sahid Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Page | iv