Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI

UNIT 1 PDAM GRESIK

EVALUATION of WATER TREATMENT PLANT in LEGUNDI


UNIT 1 PDAM GRESIK

Stephanus Kristianto dan Hariwiko Indaryanto


Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya

IPAM Legundi merupakan salah satu IPAM yang dimiliki oleh PDAM Gresik. Pada tahun
2004 IPAM Legundi unit 1 telah mengalami renovasi pada bagaian clarifier sehingga kapasitasnya
yang semula 50 L/detik menjadi 100 L/detik. Namun perubahan itu tidak diikuti dengan perubahan
pada unit filter yang merupakan satu rangkaian dalam IPAM Legundi unit1.
Dari permasalahan tersebut maka evaluasi pada IPAM Legundi ini bertujuan untuk
mengetahui kebutuhan pembenahan filter sehingga dapat difungsikan untuk menampung kapasitas
100 L/detik serta mencari dosis optimum dari koagulan yang digunakan untuk me-removal partikel
koloid, sehingga nantinya mampu didapatkan hasil air produksi yang lebih baik. Tahapan evaluasi
yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah evaluasi kapasitas, kualitas, detail operasional dan
biaya.
Evaluasi secara keseluruhan mendapatkan beberapa perbaikan pada beberapa unit. Di
Intake, 3 pompa parallel berkapasitas 50 l/detik diganti dengan satu pompa dengan kapasitas 200
l/detik. Dari unit filter, didapatkan perbaikan media yaitu dipertebal menjadin 60 cm untuk pasir
silica dan 45 cm untuk kerikil. Perbaikan tersebut diharapkan mampu membuat operasional IPAM
Legundi menjadi lebih baik

Kata kunci : evaluasi, air minum, kapasitas, clarifier, filter

Abstract

Water Treatment plant in Legundi, Gresik is one of WTP that haved by PDAM Gresik. In 2004,
Water Treatment Plant Legundi unit 1 have renovated in part of Clarifier. The purpose of that renovation is
to make increased capacity from 50 l/second to be 100 l/second. But, the cange not tobe continued in Filter,
so that is the problem in This Water Treatment Plant.
From That problem, so the main purpose of this of this final project are to know anything that need
to make the capacity of Filter increased from 25 l/second tobe 50 l/second. And also to find the optimum
concentrate of coagulant to remove the colloid particle, so it can produce drinking water well. Steo by step
of this evaluation are capacity, quality, final cost and operation.
The evaluation can detect may kind of unit that must be renovated. In Intake, the submersible pump
must be change into the bigger capacity (200 l/second). Except the intake, the renovation also take the unit
filter. The dept of filter bed change into 60 cm for silica sand dan 45 cm for gravel. All of the renovation
hopely can make The operationl Of Water Treatment Plant in Legundi better than before.

Key word : evaluation, drinking water, capacity, clarifier, filter

1
1. PENDAHULUAN
Air minum merupakan air yang telah melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Permenkes no. 492
tahun 2010). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan air minum perlu
adanya peningkatan kualitas dari sumber-sumber air yang ada. Sehingga diperlukan sebuah sistem
pengolohan air minum yang dewasa ini dikenal dengan nama Instalasi Pengolahan Air Minum.
Di Indonesia sendiri kebutuhan air minum difasilitasi oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air
Minum) yang berada di tiap-tiap kota, salah satunya di wilayah Gresik yang dikenal dengan PDAM
Gresik.
Selama perjalanan operasional Instalasi Pengolahan Air Minum tentunya tidak selamanya
menemukan titik ideal mengingat adanya fluktuatif kualitas air baku, pengembangan yang tidak
merata pada seluruh unit serta keterbatasan kapasitas peralatan yang berkaitan dengan umur alat.
Hal tersebut terjadi juga pada Instalasi Pengolahan Air Minum Legundi unit 1 PDAM
Gresik. Pada unit tersebut telah mengalami beberapa tahap pengembangan kapasitas di tahun 2004.
Tepatnya pada bagian clarifier yang semula berkapasitas 50 l/detik diperbesar menjadi 100 l/detik.
Namun pengembangan tersebut tidak diikuti pada unit filter yang menjadi rangkaian pada IPAM
Legundi unit 1 sehingga kapasitas yang diinginkan tidak tercapai.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka perlu adanya evaluasi terhadap kinerja IPAM
Legundi unit 1 PDAM Gresik. Evaluasi tersebut meliputi segi kapasitas, detail operasional, serta
kualitas air baku dan produksi.
Dari hasil evaluasi tersebut jika ada yang tidak sesuai maka dapat diberikan penyelesaian
yang tepat disertai dengan perhitungan dari segi aspek ekonomi (rencana aggaran biaya). Sehingga
diharapkan mampu memberikan arahan terhadap pengembangan Intalasi Pengolahan Air minum
Legundi PDAM Gresik selanjutnya.

2. GAMBARAN UMUM IPAM LEGUNDI UNIT 1 PDAM GRESIK


Pada Tahun 1913 Wilayah Gresik telah mendapat pasokan air bersih terutama untuk wilayah
Kecamatan Gresik dan sebagian kecil Kecamatan Manyar. Air tersebut dipasok dari air bawah tanah
di Desa Suci.
Dalam perjalanan waktu, di tahun 1932 sumber air baku untuk IPA Suci dikembangkan lagi
dengan membangun 1 bron captering di Desa Suci sehingga air yang didistribusikan bisa mencapai
30 l/detik.
Setelah Indonesia merdeka pengelolaan air bersih diambil alih oleh Pemerintah Republik
Indonesia dimana badan pengelolanya masih di bawah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Surabaya. Namun pada tahun 1972 nama Kabupaten Surabaya mengalami perubahan menjadi
Kabupaten Gresik sehingga dibuat badan pengelolaan air bersih yang dinamakan PSA (Perusahaan
Saluran Air Minum) strukturnya masih dibawah Dinas Pekerjaan Umum.
Pada tahun 1978 nama PSA berubah menjadi Perusahaan Daerah Air minum (PDAM)
Kabupaten Gresik yang sampai saat ini dipakai.
Sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Gresik untuk memenuhi kebutuhan air
bersih dipasok dari:
1. Kali Surabaya
Terdapat 4 unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang mengambil air baku dari Kali
Surabaya, yaitu 3 unit IPAM Legundi dengan kapasitas terpasang mencapai 550 l/detik
kemudian satu unit IPAM Krikilan dengan kapasitas terpasang 100 l/detik.
2.Air tanah
Total untuk produksi air tanah sebesar 25 l/detik yang dipasok dari air tanah di Jl. Raya
Brantas sebesar 20 l/detik serta dari air tanah Desa Suci sebesar 5l/detik.

2
3.Air curah
Air bersih yang beredar di Gresik juga berasal dari pembelian pada PDAM Kota Surabaya
yang berasal dari tandon Wonokitri dan disalurkan ke PDAM Kabupaten Gresik (Tandon
Segoromadu) dengan debit air mencapai 30 l/detik.

IPAM Legundi merupakan satu dari dua Instalasi Pengolahan Air Minum yang dimiliki
PDAM Gresik. Sistem yang digunakan merupakan IPAM paket yang terdiri dari Intake, Clarifier,
Filter, dan Reservoir. Intake terletak di pinggir kali Surabaya yang berjarak kurang lebih 750 meter
dari bangunan IPAM yang berupa sumuran dengan diameter 5 meter dan kedalaman 9 meter dengan
dilengkapi 8 pompa submersible.
Pada Tahun 2004 dilaksanakan pembangunan tambahan satu sumur pompa baru yang
dilengkapi dengan dua buah pompa submersible. Pada IPAM Legundi unit I terdapat empat buah
clarifier dengan diameter 9,6 meter, diameter bawah 3,4 meter dengan tinggi 7,4 meter.
Karena kebutuhan air bersih semakin meningkat maka pada tahun 1998 dilakukan
peningkatan kapasitas untuk satu unit clarifier menjadi 100 l/detik, kemudian pada tahun 2000 dua
unit clarifier lainnya menyusul mengalami peningkatan kapasitas. Dan terakhir pada tahun 2004
satu clarifier telah mengalami renovasi sehingga kapasitasnya turut meningkat menjadi 100 l/detik.
Sehingga di tahun tersebut kapasitas dari IPAM Legundi unit 1 menjadi 400 l/detik.
Untuk penampungan air hasil pengolahan IPAM Legundi unit 1 disediakan dua unit
reservoir dengan volume masing-masing berkapasitas 100 m3. Kondisi eksisting dari IPAM
Legundi unit 1 memiliki dua clarifier dan empat buah filter. Gambar 1 lebih memperjelas kondisi
dari IPAM Legundi unit 1.

Clarifier

Filter

Gambar 1
IPAM Legundi unit satu

Dengan adanya pengembangan tersebut maka terdapat beberapa titik yang tidak sesuai,
salah satunya di unit Filter. Kondisi unit tersebut masih seperti yang dulu, dalam arti tidak ikut

3
diuprating. Sehingga beban satu filter yang dulunya mencapai 25 liter/detik, saat ini tetap pada
angka itu. Sedangkan suplai dari clarifier meningkat 100 l/detik dan tiap filter seharusnya mendapat
beban 50 liter/detik. Dengan kondisi tersebut membuat unit Filter kerap mengalami overflow dan
air hasil clarifierpun langsung dibypass menuju reservoir. Sehingga pada unit Reservoir terjadi
pencampuran air antara hasil filter dan reservoir.
Selain itu kondisi beberapa fasilitas juga mengalami kerusakan, salah satunya flow meter
yang cukup berperan dalam mengetahui debit yang masuk. Karena tidak ada pengukur debit yang
optmal maka dalam pengukuran debit dilakukan dengan menghitung air yang masuk pada pelimpah
berbentuk orifice.

Gambar 2. Layout IPAM Legundi

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bab pembahasan kali ini akan dianalisa detail perhitungan tiap unit. Yang akan dimulai
dari awal dimana air baku berasal yaitu dari intake sampai menuju pada unit IPAM Legundi unit 1
yang akan dituju.
Setelah masuk pada pembubuh koagulan, dimana disinilah air pertama kali kontak dengan
koagulan. Kemudian dibawa menuju ke clarifier. Dalam clarifier terdapat unit flokulasi dan
sedimentasi. Kemudian air baku akan menuju ke filter.
Di Filter air akan mengalami penyaringan tingkan lanjut, dengan sistem filter cepat maka
analisa akan mengarah pada kecepatan filter saat beroperasi serta bagaimana system backwash dan
kecepatan backwash dari filter tersebut.
Untuk selanjutnya air akan dibawa menuju ke reservoir. Sebelum didistribusikan, air yang
usdah jadi akan diijensikan dengan pembubuh klor sebagai desinfektan. Dengan harapan selama
perjalanan sampai ke konsumen tidak ada lagi bakteri yang berada pada air tersebut.
Pada analisa tiap unit akan dilakukan perhitungan kembali, untuk mencocokkan dengan data
perencanaan mula-mula. Mulai dari debit sampai pada detail perhitungan operasional tiap unit.
Apabila terjadi ketidaksesuaian kemudian dilakukan pembenahan dan bagaimana
perhitungan yang sebenarnya. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan mengenai
biaya yang diperlukan untuk pengembangan tersebut.
Sebelum menganalisa detail operasional tiap unit maka perlu dilakukan perhitungan debit
agar dapat dijadikan acuan untuk melakukan perhitungan selanjutnya.

4
Debit
Pada Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM Legundi menggunakan dua buah intake
(persegi dan lingkaran) dengan pipa transmisi yang terhubung secara paralel dengan IPA unit 2 dan
3(Maswandi).
Intake pertama berbentuk lingkaran sedangkan intake kedua berbentuk persegi panjang.
Pada IPA unit 1 menggunakan intake lingkaran dengan pipa transmisi yang langsung terhubung
secara parallel dengan IPA unit 2. Dari banyaknya pipa transmisi dan pompa discharge namun ada
satu jalur pipa yang langsung mengarah pada clarifier satu IPA unit 1. Yaitu pipa transmisi dengan
dimensi 250 mm dan panjang 800 meter.
Pipa tersebut disuplai dengan 3 pompa submersible yang berkapasitas 50l/detik untuk tiap
pompanya. Yaitu pompa dengan nomer 3,4, dan 5. Untuk mengetahui laju aliran air yang masuk ke
clarifier sekaligus mengetahui kinerja dari pompa intake, maka dibutuhkans ebuah alat pengukur
debit yaitu flow meter.
Pada IPA Legundi terdapat satu titik flow meter yang terletak pada pipa air baku yang akan
masuk clarifier, namun kondisinya dari flow meter tersebut sudah tidak layak untuk operasi
(rusak,red). Sehingga untuk memperoleh laju aliran air terpasang diperlukan perhitungan sesuai
dengan kondisi yang ada.
Dengan adanya air yang melewati orifice menuju Gutter maka untuk melakukan perhitungan
terhadap debit dapat digunakan persamaan 2.1. Berikut ini detail perhitungan untuk debit yang
masuk pada clarifier satu IPA unit satu :

Diketahui : model weir = lingkaran


Diameter lingkaran (lubang weir) = 2,6 cm
Tinggi air di atas lubang weir = 7,2 cm
Jumlah lubang weir : 266 buah
Jawab : Q = 0,6.v. A
= 0,6. 2.g.H . 1 .π .D 2
4
= 0,6 2.9,8.0,072. 1 .3,14.0,026 2
4
= 0,000378m 3 / det ik (untuk satu lubang orifice)

Debit keseluruhan = n x debit tiap weir


= 266 x 0,000378m3/detik
= 0,102 m3/detik
= 102 l/detik= 100 l/detik

Berikut ini merupakan gambar sketsa untuk pelimpah di clarifier, dengan H merupakan beda tinggi
air dengan lubang pelimpah.

Gambar 3

5
Sketsa Pelimpah di Clarifier unit
Dari hasil analisa debit paca clarifier 1 unit1 didapatkan debit yang sesuai 100 liter/detik.
Namun perlu analisa untuk pompa submersible eksisting yang dipasang secara parallel di unit
intake. Untuk menganalisa kesesuaian kemampuan pompa eksisting diperlukan perhitngan head
sistem
Head sistem merupakan kehilangan tekanan yang dialamim oleh air selama perjalanan dari
intake menuju unit. Dimana untuk head sistem terdiri dari head statis, mayor dan minor.

Head Statis
Head Statis merupakan kehilangan tekanan karena beda tinggi dimana pompa harus mampu
memancarkan air dengan ketinggian tertentu sesuai dengan detail unit. Berdasarkan gambar di
bawah ini maka kebutuhan head statis sebagai bagian dari head system adalah sebagai berikukut :
untuk intake head statis yang ditunjukkan mencapai 8,85 m (gambar 5.4) sedangkan pada clarifier
sebesar 7,37 m (gambar 5.5).

Gambar 4 Sketsa head statis di intake

Gambar 5 Sketsa head statis di Clarifier

6
Total Head statis : 8,85 m + 7,37 m = 16,22 m

Mayor Losses

Sebelum dilakukan perhitungan mayor loses pada pipa transmisi. Berikut ini merupakan
sketsa untuk gambaran pipa intake eksisting.

Gambar 6 Sketsa jalur pipa di Intake

Hf pipa transmisi100 mm :
1,85
 Q 
Hf =  2.63 
xLdisch arg e
 0.00155 xCxD 
1,85
 50 
Hf =  
2.63 
x9 = 3,3m
 0 . 00155 x130 x10 

Hf pipa transmisi 600 mm :

1,85
 Q 
Hf =  
2.63 
xLdisch arg e
 0.00155 xC xD 
1,85
 150 
Hf =  
2.63 
x5 = 4,6 x10 −4 m
 0.00155 x130 x60 

7
Hf pipa transmisi 250 mm :
1,85
 Q 
Hf =  
2.63 
xLdisch arg e
 0.00155 xC xD 
1,85
 150 
Hf =  
2 , 63 
x750
 0.00155 x130 x 25 
Hf = 24,34m

Jumlah Hf transmisi = 24,34 +3,3+0,00046=27,6405m

Kecepatan dalam pipa discharge


Q = V .A
0,15m 3 / det ik = V .0,25.3,14.0,25 2
V = 3,05m / det ik

Minor Losses,
Belokan 90O, k=0,5 jumlah: 5
2
v 3,05
Hfbelokan = 5 x xk = 5 x x0,5 = 0,5m
2g 2 x9,8

Gate Valve
Jumlah : 4, k=0,15
2
v 3,05
Hfgatevalve = 4 x xk = 4 x x0,15 = 0,08m
2g 2 x9,8

Total Minor losses : Hf belokan + Hf Gate Valve = 0,5+0,08


= 0,58 m

Head Total = Head Statis + Hf transmisi + Hf minor losses


= 16,22 + 27,64+0,58 = 44,36m

Dengan Head sebesar 44,38 m, maka 3 pompa di intake masih bisa memenuhi kebutuhan
tersebut dengan karakteristik sebagai berikut :
Pompa 3 : Q= 50 l/dtik
H= 45 m
Daya= 30Kw
Pompa 4 : Q= 50 l/dtik
H= 45 m
Daya= 30 Kw
Pompa 5 : Q= 50 l/dtik
H= 50 m
Daya= 37 Kw

Secara pemenuhan debit untuk satu clarifier masih dalam batas standar, namun apabila
langsung dibuat untuk dua buah clarifier maka debitnya tidak memenuhi. Hal tersebut terbukti dari

8
perhitungan pada clarifier dua. Dimana head yang tercatat pada orifice weir sebesar 3,3 cm.
Sehingga debit yang terpasang pada clarifer 2 IPAM Legundi unit satu adalah sebagai berikut :
Q = 0,6.v. A
= 0,6. 2.g.H . 1 .π .D 2
4
= 0,6. 2.9,8.0,033. 1 .3,14.0,026 2
4
= 0,00026 m3/detik

Qtotal = n.Q
Qtotal = 269.0,00026
= 0,068 m3/detik = 68 l/detik
Dengan perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pompa yang dihubungkan parallel terlalu
banyak tidak efektif lebih baik menggunakan satu pompa dengan kapasitas yang sesuai.
Sehingga perlu adanya penggantian pompa dengan kapasitas 200 liter/detik, tipe pompa
yaitu untuk air buangan karena air sungai banyak mengandung lumpur setelah mengalami
pendangkalan pada bagian sisi tanggul.
Didapatkan Grundfos S2-1604-M, dengan spesifikasi sebagai berikut : Q= 205 l/detik
H= 49 m
Daya = 155 kw
Pada unit Filter, evaluasi yang dilakukan meliputi kondisi media eksisting dengan analisa ayakan.
Mencari kecepatan filtrasi, kemudian melakukan analisa terhadap media yang tepat serta ketebalan
agar unit filter dapat menampung 50 l/detik. Dimana suplai dari clarifier sebesar 100 liter/detik
dibagi ke dalam dua filter, sehingga satu filter mendapat beban 50l/detik. Jika satu bak dicuci maka
satu filter mendaa

5.8.1 Analisa Media Eksisting

Untuk melakukan evaluasi pada sebuah filter diperlukan analis terhadap media eksisting
yang terkait dalam kemampuan melakukan penyaringan serta bagaimana gradasi media yang
terbentuk. Sehingga sebelum memulai sebuah perhitungan teknis terlebih dahulu dilakukan analisa
terhadap media yang meliputi analisa berat dan volume serta Analisa Ayakan
Dari analisa berat dan volume terhadap media eksisting didapatkan :
Pasir Silika
Berat/volume : 1,57 gr/cc
Kadar Air : 4,048 %
Derajat Kejenuhan : 14,732 %
Porositas : 42,46% = 0,42
Angka Pori : 0,712
Spesific Grafity : 2,585
Faktor Bentuk : 0,82
Kerikil
Berat/volume : 2,1 gr/cc
Kadar Air : 4,2 %
Derajat Kejenuhan : 15,5%
Porositas : 40,2% = 0,4
Spesific Grafity : 2,65
Faktor Bentuk : 0,82

9
Setelah dilakukan analisa terhadap berat dan volume, sehingga dapat dikethaui porositas
media. Kemudian sample media dikeringkan dan dilanjutkan dengan analisa ayakan untuk
mengetahui stratifikasi media eksisting.

Tabel 1
Analisa Ayakan Media Clarifier 1 IPAm Legundi unit 1
Diameter
Diameter media Tebal Fraksi
Pi
Media berat di 2
Media rata-rata (di) Media (pi)
(cm) (cm) (cm) (%)
Pasir 0,06-0,092 0,08 3 6 9,375
Silika 0,092-0,168 0,15 8 73 32,44
0,168-0,236 0,2 4 21 5,25
Total 15 100 47,065

Media Diameter Fraksi


Diameter media rata- Tebal Berat Pi
Media rata(di) Media (pi) di 2
Media 0,335-0,475 0,4 3 35 2,2
Penyang 0,475-0,56 0,52 4 47 1,74
ga 0,56-1,1 0,8 3 18 0,3
Total 10 100 4,24

Kecepatan Filtrasi
Kecepatan Filtrasi pada filter dapat dihitung beradasarkan rumus 3.15, yaitu :
Q
Vf =
Afilter
0,05
Vf = = 0,0034m / s
0,25.3,14.4,3 2

Headloss Media Eksisting


Total head loss = 2,7 + 0,2 cm =2,9 cm

Headloss media baik saat bersih maupun clogging masih memenuhi syarat, namun tebal
media eksisiting banyak yang hilang dan hanya menyisakan kurang lebih 25 cm sudah termasuk
media penyangga. Sehingga perlu dilakukan perencanaan ulang mengenai media yang baru.

Perencanaan Media Filter


Perencanaan media filter kali ini adalah dengan memperbesar tebal media yaitu pasir silica
yang digunakan sebagai media penyaring. Berdasarkan kriteria, tebal media pasir setidaknya
mencapai 60 cm dan tebal kerikil mencapai 45 cm untuk mencapai hasil yang maksimal.

Total Headloss pada media baru : 47,7 cm

Headloss pada system underdrain = 0,5m

10
Maka tinggi muka air saat proses filtrasi = 0,97 m

Dengan tinggi muka air saat proses filtrasi sebesar 0,97 m maka proses filtrasi dapat berjalan
dengan baik. Sehingga tidak sampai terjadi tumpahan air keluar filter. Selain itu tebal media juga
sudah mencukupi untuk melakukan penyaringan.

Tabel 2
Rancangan Media Filter IPAM Legundi unit 1
Hanya Diameter
Diameter media Tebal Fraksi
Pi
Media berat di 2
Media rata-rata (di) Media (pi)
(cm) (cm) (cm) (%)
Pasir 0,0425-0,06 0,05 10 15 60
Silika 0,06-0,085 0,07 30 50 102
0,085-0,092 0,09 20 35 43,2
Total 60 100 205,2
Media 0,335-0,475 0,4 10 35 2,2
Penyang 0,475-0,56 0,52 20 47 1,74
ga 0,56-1,1 0,8 15 18 0,3
Total 45 100 4,24

11
Gambar 7
Filter dengan media baru pada IPAM Legundi unit 1

Headloss media saat satu bak dicuci


Satu Clarifier disupport dua buah filter dengan debit satu filternya 50 l/detik. Jika satu bak
dicuci maka satu filter mendapatkan beban debit sebesar 100 l/detik. Total Headloss saat satu bak
dicuci : 2,07 + 0,96 + 0,018 = 3,05m
Karena total headloss saat satu filter dicuci : mencapai 3,05m, menyebabkan filter tidak
mampu menampung. Melihat dari perhitungan headloss, yang paling besar terdapat pada underdrain
maka diperlukan pergantian nozzle yang awalnya berukuran ¼” menjadi ½”.

Headloss Underdrain (nozzle)

Q = c. A.(2.g .h) 0,5


0,1 = 550.0,9.0,25.3,14.0,0127 2 (2.9,81.h) 0,5
0,1 = 0,0626(2.9,81.h) 0,5
0,1
= (2.9,81.h) 0,5
0,0626

0, 5
0,1
0,0626
h= = 0,13m
2 x9,81
Total headloss saat satu bak dicuci = 0,96+0,13+0,018=1,108 m

Total headloss saat proses filtrasi normal dengan underdrain yang baru =
0,468+0,13+0,009= 0,6 m

Headloss Media saat backwash


Sistem Backwash pada IPAM Legundi unit satu menggunakan blower dan pompa
untuk mengangkat kotoran-kotoran pada area media filter. Berikut ini merupakan spesifikasi pompa
yang digunakan untuk melakukan backwash

Toroshima Pump
Type : UG-X-150-200
Head : 10 m
Q : 360 m3/jam
Kecepatan : 1450 rpm
Daya : 15 kw

Kecepatan backwash
Debit dari pompa backwash
Q= 360 m3/jam
360 x100
Q= = 100 l / det ik = 0,1m 3 / det ik
3600
Kecepatan aliran backwash saat memenuhi bak

12
Q 0,1
v= = = 0,007 m / det ik
A 0, 25 x3,14 x 4,3 2
Porositas yang digunakan merupakan porositas media terkecil sehingga dengan kecepatan
tersebut sudah mampu mengeskpansi media terkecil sedangkan yang paling besar secara otomatis
akan ikut terekspansi.

vb = 0,007m / detik = 0,7cm/detik


Untuk mendukung backwash diperlukan kecepatan pengendapan butiran media. Yang
kemudian digunakan untuk menghitung porositas per-gradasi media dan kemudian di dapatkan
headloss media saat backwash dari unit filter yag direncanakan.
Contoh Perhitungan Vs dan Fe pada pasir silika dengan di=0,05 cm menggunakan rumus
3.21 dan 3.22 dan 3.23.

18,5
Cd = 0, 6
 Ψ × vs × di 
 −2 2

 0,897 x10 cm / dt 
= (Ψ × di ) × vs 0, 6 ×
1 0, 6 1
Cd (
18,5 × 0,897 × 10 −2 )
0,6

= (Ψ × di ) × vs 0 , 6 × 0,915
1 0, 6

Cd

xgx (Ψ × di ) × vs 0, 6 × 0,91x(Ss − 1)xdi


4
vs 2 =
0, 6

x981x(Ψ × di ) × vs 0, 6 × 0,91x(Ss − 1)xdi


4
vs 2 =
0,6

vs 2 = 1190 x(Ψ × di ) xvs 0, 6 x(Ss − 1)xdi


0,6

vs1, 4 = 1190 × Ψ 0,6 × di1, 6 × (Ss − 1)

vs1, 4 = 1190 × 0,820, 6 × 0,051, 6 × (2,5 − 1)


vs = 6,3cm / det ik
Sedangkan untuk porositas ekspansi dapat dicari dengan menggunakan perbandingan
antara kecepatan pengendapan butiran media dengan kecepatan backwash.
0 , 22
 vb 
fe =  
 vs 

0 , 22
 0,7 
fe =   = 0,62
 6,3 
Berikut ini merupakan hasil reapitulasi dari perhitungan kecepatan pengendapan butiran
media dengan porositas tiap gradasi media.

13
Tabel 3
Porositas media terekspansi setiap fraksi berat
Diameter
Diameter media Vs Fraksi
x
Media rata-rata berat fe 1 − fe
Media (di) (pi)
(cm) (cm) (%)
Pasir 0,0425-0,06 0,05 6,3 15 0,62 0,4
Silika 0,06-0,085 0,07 9,2 50 0,57 1,16
0,085-0,092 0,09 12,3 35 0,53 0,74
Total 2,3
Media 0,335-0,475 0,4 72.5 35 0,36 0,55
Penyang 0,475-0,56 0,52 97,8 47 0,34 0,71
ga 0,56-1,1 0,8 160,1 18 0,3 0,26
1,52

Total Headloss media saat backwash : 17,4 +2,07 =19,47=19,5cm

Syarat terjadinya ekspansi media kerikil


vb > vsxf 4 ,5
vsxf 4 ,5 = 72.5 x0,4 4, 5
= 1,2 cm/detik
Nilai tersebut menunjukkan angka yang lebih besar daripada kecepatan backwash yaitu 0,7
cm/detik sehingga pada media kerikil tidak terjadi ekspansi media.

Syarat terjadinya ekspansi media pasir silika


vb > vsxf 4 ,5
vsxf 4 ,5 = 6,3 x 0,42 4 ,5
= 0,13 cm/detik
Kecepatan backwash = 0,7 cm/detik, sehingga ekspansi media pasir silica dapat terjadi.

Media Terekspansi (Pasir silica)


De = (1 − f )xDx ∑
x
1 − fe
De = (1 − 0,42 )x 60 x 2,3 = 80 cm

Dengan tinggi media tekspansi mencapai 20 cm, dan tebal media total sebesar 1,05 m maka
media rentan terbuang saat proses backwash untuk itu posisi gutter perlu dinaikkan 50 cm di atas
media. Sehinngga terdapat free space sebesar 50 cm yag masih aman jika terjadi ekspansi media
setiggi 20 cm
Gambar 5.11 berikut ini dapat menjelaskan lebih detail mengenai posisi gutter yang baru
disertai dengan posisi media yang baru.

14
Kebutuhan untuk perbaikan Filter yaitu Pipa Galvani Iron dengan diameter 300 mm
sepanjang 90 cm dengan dilengkapi aksesoris dua buah belokan pipa 900 sebesar 300 mm. Untuk
memenuhi kebutuhan 8 buah filter maka dibutuhkan pipa 300 mm sepanjang 3,2 m. dan jumlah
belokan pipa (Bend 90o) yaitu 16 buah.
Kebutuhan media pasir silica dan kerikil untuk 8 buah Filter yaitu 86,8 m3 dan 65,11 m3.

4. KESIMPULAN
Penggunaan system pompa parallel ternyata tidak mampu menyuplai debit 200 liter/detik
untuk IPAM Legundi unit 1. Sehingga diperlukan pembenahan dengan penggantian pompa
langsung dengan kapasitas yang besar 200 l/detik. Selain itu kondisi media Filter juga tidak
memenuhi syarat sehingga diperlukan penggantian media dengan tebal pasir silica 60 cm dan media
pennyangga 45 cm. penggantian media juga diikuti pada tinggi gutter yang ikut naik setinggi 50 cm
serta besar nozzle dari ¼” menadji ½”. Dengan demikian IPAM Legundi Unit 1 dapat beroperasi
secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Layla, M. A & Achmad. 1978. Water Supply Engineering Design. Michigan, USA : Ann
Arbor Science.
Alaerts, G. dan Santika, S. S. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Anonim.2001.Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas air dan
Pengendalian Pencemaran air.
Anonim.2010.Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no.492/MENKES/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Air Minum
AWWA & ASCE.1969. Water Treatment Plant Design. Denver : American Water Work
Association inc.
Betancourt, Walter Q & Joan B. Rose.2004. Drinking water treatment processes for removal of
Cryptosporidium and Giardia.Viterinary Parasitology, vol 126, hal 219-234.
Degremont.1979. Water Treatment Plant Handbook sixth edition. France : Lavoisier Publishing.
Fair, Geyer and Okun. 1968. Water and Waste Water Treatment Engineering. Volume 2. New
York, USA: John Wiley & Sons Inc.
Schultz, Christopher R & Daniel A Okun.1984. Surface Water Treatment for Communities in
Developing Countries. New York, USA : John Willey & Sons Inc.
Sularso dan Tahara, H. 2000. Pompa dan Kompresor: Pemilihan, Pemakaian dan
Pemeliharaan. Jakarta. PT. Pradnya Paramita.
Reynolds, Tom D & Paul A Richards.1995. Unit Operations and Processes in Environmental
Engineering. Boston, USA : International Thomson Publishing.

15

Anda mungkin juga menyukai