TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
2.1.2 Hidrograf
Hidrograf dapat digambarkan sebagai penyajian grafis
antara salah satu unsuraliran dengan waktu. Hidrograf juga
menunjukkan tanggapan menyeluruh DAS terhadap masukan
tertentu. Sesuai dengan sifat dan perilaku DAS yang
bersangkutan, hidrograf aliran selalu berubah sesuai dengan
besaran danwaktu terjadinya masukan (Harto 1993).
Hidrograf memberikan gambaran mengenai berbagai kondisi
(karakteristik)yang ada di DAS secara bersama-sama, sehingga
apabila karakteristik DAS berubah maka akan menyebabkan
perubahan bentuk hidrograf (Sosrodarsono dan Takeda 1983).
Linsley et. al. (1982) menyatakan terdapat 3 komponen
penyusun hidrograf,yaitu :
4
1. Aliran diatas tanah (overland flow/surface runoff), yaitu air
yang dalam perjalanannya menuju saluran melalui
permukaan tanah.
2. Aliran bawah permukaan (interflow/subsurface storm flow),
ialah sebagian air yang memasuki permukaan tanah dan
bergerak ke samping melauli lapisan atas tanah sampai
saluran sungai. Kecepatan pergerakan aliran bawah
permukaan ini lebih lambat dibandingkan dengan aliran
permukaan.
3. Aliran air tanah (groundwater flow) yang disebut sebagai
aliran dasar.
Sedangkan Viessman et. al. (1989) menambahkan satu
komponen lagi sebagai penyusun hidrograf. Sehingga
menurutnya komponen hidrograf terdiri dari :
1. Aliran permukaan langsung
2. Aliran antara (inter flow)
3. Air tanah atau dasar aliran
4. Presipitasi di saluran air (channel precipitation)
Hidrograf dapatditandai dari tiga sifat pokoknya, yaitu
waktu naik (time of rise), debitpuncak (peak discharge) dan
waktu dasar (base time). Waktu naik adalah waktu yang diukur
dari saat hidrograf mulai naik sampai terjadinya debit puncak.
Debit puncak (Qp) adalah debit maksimum yang terjadi dalam
kejadian hujan tertentu. Waktu dasar (Tb) adalah waktu yang
diukur saat hidrograf mulai naik sampai waktu dimana debit
kembali pada suatu besaran yang ditetapkan (Harto, 1993).
Jadi hidrograf tersebut didefinisikan sebagai hubungan
antara salah satu unsur aliran terhadap waktu. Berdasarkan
definisi tersebut dikenal ada 2 macam hidrograf, yaitu hidrograf
muka air dan hidrograf debit. Hidrograf muka air tidak lain adalah
data atau garafik hasil rekaman AWLR (Automatic Water Level
Recorder). Sedangkan hidrograf debit, yang dalam pengertian
5
sehari hari disebut hidrograf, diperoleh dari hidrograf muka air
dan lengkung debit. Hidrograf tersusun atas dua komponen, yaitu
aliran permukaan, yang berasal dari aliran langsung air hujan,
dan aliran dasar (base flow). Aliran dasar berasal dari air tanah
yang pada umumnya tidak memberikan respon yang cepat
terhadap hujan.
6
berbeda. Ini merupakan aturan empiris yang
mendekati kebenaran.
b. Pada hujan efektif berintensitas seragam pada suatu
daerah aliran tertentu, intensitas hujan yang berbeda
tetapi memiliki durasi sama, akan menghasilkan
hidrograf limpasan, dimana ordinatnya pada
sembarang waktu memiliki proposi yang sama
dengan proposi intensitas hujan efektif. Dengan kata
lain, ordinat hidrograf satuan sebanding dengan
volume hujan efektif yang menimbulkannya. Hal ini
berarti bahwa hujan sebanyak n kali lipat dalam
satuan waktu tertentu akan menghasilkan suatu
hidrograf dengan ordinat sebesar n kali lipat.
c. Prinsip superposisi dipakai pada hidrograf yang
dihasilkan oleh hujan efektif berintensitas seragam
yang memiliki periode periode yang berdekatan atau
tersendiri. Jadi, hidrograf yang merepresentasikan
kombinasi beberapa kejadian aliran permukaan
adalah jumlah dari ordinat hidrograf tunggal yang
memberi kontribusi.
Ketiga asumsi ini secara tidak langsung menyatakan bahwa
tanggapan DAS terhadap hujan adalah linier, walaupun
sebenarnya kurang tepat. Namun demikian, penggunaan
hidrograf satuan telah banyak memberikan hasil yang
memuaskan untuk berbagai kondisi. Sehingga, teori hidrograf
satuan banyak dipakai dalam menentukan debit atau banjir
rencana.
7
tidak memiliki sama sekali catatan limpasan. Dalam kasus ini,
hidrograf satuan diturunkan berdasarkan data-data dari sungai
pada DAS yang sama atau DAS terdekat yang mempunyai
karakteristik yang sama. Karakteristik atau parameter daerah
pengaliran tersebut terlebih dahulu perlu dicari waktu, lebar
dasar, luas, kemiringan, panjang, koefisien limpasan dan lain
sebagainya. Hasil dari penurunan hidrograf satuan ini dinamakan
hidrograf satuan sintetik (HSS). Ada beberapa jenis metode
hidrograf satuan sintetis yang dapat digunakan, yaitu:
1. Hidrograf Satuan Sintetik Gama I.
2. Hidrograf Satuan Sintetik Snyder.
3. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu.
4. Hidrograf Satuan Sintetik SCS.
5. Hidrograf Satuan Sintetik Limantara.
8
ditunjukkan oleh nilai coefficient of efficiency (CE) sebesar 0,99
dan nilai relative error dari debit puncak (EQp)sebesar 0,00%.
9
1. Terjadi perbedaan yang cukup besar antara Debit Banjir
Rancangan hasil olahan data curah hujan dengan
menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I
terhadap debit banjir rancangan hasil olahan data debit
sungai (terukur) dengan menggunakan metode distribusi
log person III. Dimana nilai perbedaan untuk kala ulang
berturut-turut 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 25tahun, 50
tahun dan 100 tahun yaitu sebesar2052.9328 %,
1633.7338 %, 1578.8311 %,1380.4368 %, 1251.4076 %
dan 1136.2231 %
2. Perbedaan yang cukup besar dapat disebabkanoleh :
a. Jumlah stasiun curah hujan pada DAS Bangga hanya 2
stasiun sehingga asumsi hidrograf satuan tentang hujan
merata diseluruh DAS sulit terwakili selain itu data
hujan yang manual sehingga data yang diperoleh dalam
waktu 24 jam sedangkan analisis hidrologi memerlukan
data agihan hujan jam-jaman yang hanya diperoleh dari
stasiun pencatat hujan otomatik.
b. Luas DAS Bangga yang terlalu kecil(69,04 km2)
dibandingkan dengan untuk luas DAS maksimum yang
disarankan yakni 3250km2.
10
rencana dengan berbagai kala ulang di setiap metode,
memberikan hasil yang beragam. Hasil terbesar adalah HSS
Gama I dan yang terkecil metode Melchior. Dalam perbandingan
nilai debit banjir rencana antara HSS dan analisis frekuensi, maka
HSS Limantara paling mendekati nilai debit banjir analisis
frekuensi.
11
Setelah penulis mempelajari penelitian-penelitian terdahulu,
maka Pariantoni (2019) mengambil judul “ Perhitungan Debit
Banjir Rancangan Menggunakan Metode Hidrograf Satuan
Sintetik Gama I Pada DAS Kepala pulau basrah“, untuk
mengetahui besar debit banjir rancangan pada DAS tersebut
dengan periode ulang tertentu menggunakan persamaan sesuai
dengan metode Hidrograf Satuan Sintetik yang digunakan.
12