Anda di halaman 1dari 14

SPO EKSTUBASI

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT IBU 1/ 1
DAN ANAK
ANUGERAH BUNDA
KHATULISTIWA
PONTIANAK
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
PROSEDUR TETAP

29-09-2007
Dr. Badarul Muchtar WD,Sp.OG

Pengertian Ekstubasi adalah mengeluarkan pipa endotrakheal setelah dilakukan


intubasi
Tujuan 1. Untuk menjaga agar pipa endotrakheal tidak menimbulkan
trauma.
2. Untuk mengurangi reaksi jaringan laryngeal dan menurunkan
resiko setelah ekstubasi
Kebijakan 1. Agar pelayanan lebih baik dan bermutu
2. Dokter /Perawat dapat melakukan tindakan dengan cepat dan
tepat
Prosedur KRITERIA
1. Pasien Sadar
2. AGD Optimal
3. Vital Capatitu 10 – 15 ml / kg BB
4. Tekanan Inspirasi diatas 80 mmhg
5. Kardiovaskuler dan metabolik stabil
6. Pasien kooperatif dan tidak gelisah
7. Tidak ada efek sisa dari obat pelemas otot
8. Refleks batuk kuat

PENATALAKSANAAN
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dipuasakan kurang lebih 4 jam sebelum ekstubasi
3. Alat-alat dan obat emergency di siapkan
4. Menbersihkan rongga mulut pasien dan pastikan obat pelemas
otot sudah tidak ada
5. Ventilasi Adekuat
6. Hisap percabangan trakheobronkhial dan orofaring, lepaskan
plester fiksasi dan kempiskan kuff
7. Beri oksigen selama beberapa siklus nafas,kemudian masukkan
kateter suction steril kedalam selang ETT
8. Minta pasien menghirup dan pada puncak inspirasi,lepaskan dan
cabut selang ETT dan hisap jalan nafas melalui selang ETT
bersamaan ketika selang ETT dicabut
UNIT TERKAIT IGD, ICU
SPO MENGHITUNG BALANCE CAIRAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT IBU 1/ 1
DAN ANAK
ANUGERAH BUNDA
KHATULISTIWA
PONTIANAK
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
PROSEDUR TETAP

29-09-2007
Dr. Badarul Muchtar WD,Sp.OG

Pengertian Ekstubasi adalah mengeluarkan pipa endotrakheal setelah dilakukan


intubasi
Tujuan 1. Mengetahui jumlah cairan yang masuk
2. Mengetahui jumlah carian yang keluar
3. Mengetahui keseimbangan cairan
4. Menentukan jumlah cairan yang dibutuhkan

Kebijakan Pasien dengan kecenderungan gangguan regulasi cairan


Prosedur 1. Menghitung intake oral (makan dan minum)
2. Menghitung intake perinatal
3. Menghitung cairan metabolisme
4. Menghitung output urine
5. Menghitung output feses
6. Menghitung output abnormal (muntah, drain, perdarahan dll.)
7. Menghitung output IWL
BB x 10 x jam

24
8. Menghitung balance cairan
D. Intake – output

UNIT TERKAIT IGD, ICU


CARA PENILAIAN KEMATIAN BATANG OTAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT IBU 1/ 1
DAN ANAK
ANUGERAH BUNDA
KHATULISTIWA
PONTIANAK
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
PROSEDUR TETAP

29-09-2007
Dr. Badarul Muchtar WD,Sp.OG

Pengertian Mati batang otak adalah berhentinya semua fungsi otak secara
ireversibel. Kematian otak terjadi ketika kesadaran hilang secara
ireversibel, hilangnya refleks batang otak dan fungsi pernapasan
pusat secara ireversibel, atau terhentinya aliran darah secara
ireversibel.
Tujuan Untuk menentukan tindakan selanjutnya
Kebijakan 1. Agar pelayanan lebih baik dan bermutu
2. Dokter /Perawat dapat memberikan tindakan dengan cepat dan
tepat
Prosedur KRITERIA
1. Koma unresponsive atau GCS 3 atau Four Score 0.
2. Tidak ada sikap tubuh abnormal (seperti dekortikasi atau
desebrasi)
3. Tidak ada gerakan tidak terkoordinasi atau kejang.

PENATALAKSANAAN
1. Memastikan arefleksia batang otak: Arefleksia batang otak
meliputi tidak adanya respons terhadap cahaya, tidak adanya
refleks kornea, tidak adanya refeks vestibulookular, tidak adanya
respons motorik terhadap rangsangan adekuat dalam distribusi
saraf kranial dan tidak ada refleks munta (gag reflex) atau releks
batuk terhadap rangsang oleh kateter isap yang dimasukkan ke
dalam trakea.
2. Memastikan keadaan apnea yang menetap: cara memastikan
keadaan henti napas yang menetap adalah preoksigenasi dengan
oksigen 100% selama 10 menit, memastikan pCO2 awal 40-60
mmHg dengan memakai kapnofraf dan atau analisis gas darah
(AGD), Melepaskan ventilator dari pasien, insuflasi trakea
dengan oksigen 100% 6L/menit melalui kateter intrakeal
melewati karina, dan observasi selama 10 menit, bila pasien tetap
tidak bernapas, tes dinyatakan positif atau berarti henti napas
telah menetap.
3. Bila tes arefleksia batang otak dan tes henti napas dinyatakan
positif, maka tes harus diulang sekali lagi dengan selang waktu 25
menit sampai 24 jam.
4. Bila tes arefleksia batang otak dan tes henti napas kembali
dinyatakan positif pada pemeriksaan kedua, pasien dinyatakan
mati batang otak, walaupun jantung masih berdenyut.
5. Bila pada tes henti napas timbul aritmia jantung yang mengancam
nyawa maka ventilator harus dipasang kembali, sehingga tidak
dapat dibuat diagnosis mati batang otak
UNIT TERKAIT IGD, ICU
SOP INDIKASI PENGGUNAAN VENTILATOR MEKANIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT IBU 1/ 1
DAN ANAK
ANUGERAH BUNDA
KHATULISTIWA
PONTIANAK
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
PROSEDUR TETAP

29-09-2007
Dr. Badarul Muchtar WD,Sp.OG

Pengertian Ventilasi Mekanik Ventilator adalah merupakan suatu alat bantu


mekanik yang berfungsi bermanfaat dan bertujuan untuk
memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan
udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan dan juga
merupakan mesin bantu nafas yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan
oksigenasi
Tujuan 1. Mengurangi kerja pernapasan.
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
3. Pemberian MV yang akurat.
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat
Kebijakan 1. Agar pelayanan lebih baik dan bermutu
2. Dokter /Perawat dapat memberikan tindakan dengan cepat dan
tepat
Prosedur KRITERIA
1. Pasien Dengan Gagal Nafas. Pasien dengan distres pernafasan
gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun hipoksemia yang tidak
teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi
mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan
pemasangan ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang
sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan
ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan
paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot
pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung. Tidak semua pasien dengan ventilasi
mekanik memiliki kelainan pernafasan primer. Pada pasien
dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran
darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja
nafas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung
kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi beban
kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga
berkurang.
3. Disfungsi neurologis. Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang
beresiko mengalami apnoe berulang juga mendapatkan ventilasi
mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk
menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian
hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra
cranial.
4. Tindakan operasi. Tindakan operasi yang membutuhkan
penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan
keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi
akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan
keberadaan ventilasi mekanik.

INDIKASI
1. Pasien dengan henti nafas
2. Pasien dengan pernafasan yang tidak adekuat
UNIT TERKAIT IGD, ICU
SOP INDIKASI PENGHENTIAN VENTILATOR MEKANIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT IBU 1/ 1
DAN ANAK
ANUGERAH BUNDA
KHATULISTIWA
PONTIANAK
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
PROSEDUR TETAP

29-09-2007
Dr. Badarul Muchtar WD,Sp.OG

Pengertian Penghentian ventilator mekanik adalah usaha untuk melepaskan


penderita dari ketergantungan ventilasi mekanik yang dilakukan secara
bertahap
Tujuan Mempersingkat kebutuhan ventilasi mekanik sehingga resiko untuk
terjadinya infeksi nosokomial dapat diminimalisir dan lama perawatan
diruang intensif dapat dipersingkat.
Kebijakan 1. Dokter /Perawat dapat memberikan tindakan dengan cepat dan
tepat
2. Memaksimalkan kemampuan ventilasi pasien
3. Membantu dalam terapi oksigen
Prosedur KRITERIA
1. Proses penyakit yang menyebabkan pasien membutuhkan ventilator
mekanik sudah tertangani.
2. Pasien sadar, afebris (suhu tubuh normal), nafas dan batuk adekuat.
3. Fungsi jantung stabil:
 HR < 140 x/menit
 Tekanan darah dalam batas normal
 Preload baik : CVP 8 – 14 mmHg
 Tidak ada aritmia
 Tidak terdapat iskemi otot jantung (myokardial Ischemia)
 Bebas dari obat-obatan vasopresor atau hanya menggunakan obat-
obatan inotropik dosis rendah.
4. Fungsi paru stabil:
 Minute volume < 10 L/min
 Tidal volume adekuat ( 5 – 10 cc / kgBB )
 Rontgent thorak dalam batas normal
 Hasil pemeriksaan BGA baik
5. Fungsi GIT baik
 Asam basa dan elektrolit baik
 Status nutrisi baik, tidak ada hematemesis.
6. Tidak anemia ( Hb > 8 gr% )
7. Obat – obatan
 Agen sedatif dihentikan lebih dari 24 jam
 Agen paralisis dihentikan lebih dari 24 jam
8. Psikologis pasien
 Mempersiapkan psikologi pasien untuk tindakan penyapihan.
Jika beberapa kriteria dalam parameter tersebut di temukan, maka hal
tersebut merupakan indikasi bantuan ventilasi mekanik dihentikan.

Langkah-langkah standar dalam proses penghentian ventilator


adalah sebagai berikut :
1. Tinggikan kepala tempat tidur 45º
2. Hentikan pemakaian sedatif atau narkotik beberapa jam sebelum
penyapihan
3. Pasien sadar dan kooperatif
4. Lakukan penghisapan
5. Mendapatkan parameter spontan
6. Istirahatkan pasien selama15-20 menit

UNIT TERKAIT IGD, ICU


SOP PENGGUNAAN VENTILATOR MEKANIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT IBU 1/ 1
DAN ANAK
ANUGERAH BUNDA
KHATULISTIWA
PONTIANAK
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
PROSEDUR TETAP

29-09-2007
Dr. Badarul Muchtar WD,Sp.OG

Pengertian pengurangan bantuan hingga penghentian pemberian terapi oksigen


ventilasi mekanik karena kebutuhan ventilasi pasien terpenuhi.
Tujuan 1. Memaksimalkan kemampuan ventilasi pasien
2. Membantu dalam terapi oksigen
Kebijakan 1. Agar pelayanan lebih baik dan bermutu
2. Dokter /Perawat dapat melakukan tindakan dengan cepat dan
tepat
Prosedur KRITERIA
1. Pasien dengan henti nafas
2. Pasien dengan pernafasan yang tidak adekuat

PERSIAPAN
1. Alat
a. Set ventilator
b. Aqua steril
c. Oksigen
2. Pasien
a. Inform consent
b. Pemberian penjelasan
c. Pengaturan posisi sesuai dengan kebutuhan

PENATALAKSAAN
1. Set ventilator sesuai dengan kebutuhan, sambungkan sirkuit
dengan test lung
2. Sambungkan kabel power ke sumber listrik
3. Tekan tombol power
4. Nilai keadekuatan ventilator
5. Hubungkan tubing ke konektor ETT

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Perhatikan kesesuaian jenis ventilator dengan kebutuhan pasien
2. Seluruh pengesetan ventilator termasuk alarm limit harus dalam
keadaan aman
3. Catat respon selama dan sesudah pemakaian ventilator
UNIT TERKAIT IGD, ICU
SOP PENGGUNAAN VENTILATOR MEKANIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT IBU 1/ 1
DAN ANAK
ANUGERAH BUNDA
KHATULISTIWA
PONTIANAK
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
PROSEDUR TETAP

29-09-2007
Dr. Badarul Muchtar WD,Sp.OG

Pengertian Ventilasi Mekanik Ventilator adalah merupakan suatu alat bantu


mekanik yang berfungsi bermanfaat dan bertujuan untuk
memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan
udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan dan juga
merupakan mesin bantu nafas yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan
oksigenasi
Tujuan 1. Mengurangi kerja pernapasan.
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
3. Pemberian MV yang akurat.
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat
Kebijakan 1. Dokter /Perawat dapat memberikan tindakan dengan cepat dan
tepat
2. Memaksimalkan kemampuan ventilasi pasien
3. Membantu dalam terapi oksigen
Prosedur KRITERIA
1. Pasien Dengan Gagal Nafas. Pasien dengan distres pernafasan
gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun hipoksemia yang tidak
teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi
mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan
pemasangan ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang
sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan
ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan
paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan otot
pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung. Tidak semua pasien dengan ventilasi
mekanik memiliki kelainan pernafasan primer. Pada pasien
dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran
darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja
nafas dan konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung
kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk mengurangi beban
kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga
berkurang.
3. Disfungsi neurologis. Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang
beresiko mengalami apnoe berulang juga mendapatkan ventilasi
mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk
menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian
hiperventilasi pada klien dengan peningkatan tekanan intra
cranial.
4. Tindakan operasi. Tindakan operasi yang membutuhkan
penggunaan anestesi dan sedative sangat terbantu dengan
keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi
akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan
keberadaan ventilasi mekanik.
PERSIAPAN
1. Alat
a. Set ventilator
b. Aqua steril
c. Oksigen
2. Pasien
a. Inform consent
b. Pemberian penjelasan
c. Pengaturan posisi sesuai dengan kebutuhan
PENATALAKSAAN
1. Set ventilator sesuai dengan kebutuhan, sambungkan sirkuit
dengan test lung
2. Sambungkan kabel power ke sumber listrik
3. Tekan tombol power
4. Nilai keadekuatan ventilator
5. Hubungkan tubing ke konektor ETT
UNIT TERKAIT IGD, ICU
SPO PEMASANGAN CVC

No. Dokumen No. Revisi Halaman


RUMAH SAKIT IBU 1/ 1
DAN ANAK
ANUGERAH BUNDA
KHATULISTIWA
PONTIANAK
Tanggal terbit Ditetapkan Direktur
PROSEDUR TETAP

29-09-2007
Dr. Badarul Muchtar WD,Sp.OG

Pengertian Tindakan untuk memasang kateter pada vena subklavia kanan


ataupun kiri dengan tujuan dan indikasi tertentu
Tujuan 1. Menyediakan akses masuk yang lebih paten untuk pemberian
cairan, obat-obatan serta monitoring balans cairan.
2. Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas
Kebijakan 1. Mengoptimalkan untuk pemberian obat-obatan serta nutrisi dalam
jangka panjang
Prosedur Persiapan tindakan :
1. Pasien dan keluarga diberikan penjelasan mengenai tujuan
tindakan yang akan dilakukan, serta resiko yang dapat terjadi

Persiapan alat :
1. Kit Central Venous Catheter
2. Set Pemasangan CVC steril
3. Set Jas Operasi steril
4. Sarung tangan steril
5. Lidocain 2%
6. Betadine cair 10%
7. Alkohol 70%
8. Spuit 3cc. 5cc. 10cc
9. Nacl 0,9% dengan giving set dan threeway.

Tindakan :
1. Dilakukan identifikasi daerah penusukan yang akan dilakukan di
V subclavia
2. Dilakukan tindakan aseptic-antiseptik di daerah tusukan
3. Dipasang drapping
4. Dilakukan infiltrasi anestesi lokal dengan lidocain 2%
5. Dilakukan penusukan ke arah vena subclavia
6. Setelah akses vena didapatkan yang ditandai dengan adanya aliran
darah vena, dimasukkan guiding wire
7. Dilakukan dilatasi dengan dilator. Setelah daerah penusukan
terdilatasi, dilator ditarik kembali.
8. Dimasukkan kateter vena sentral melalui guiding wire. Setelah
posisi kateter sudah tepat, guiding wire ditarik.
9. Masing-masing lumen di cek kelancaran aliran darah, kemudian
di isi dengan cairan NaCl 0,9%
10. Perdarahan dirawat, dilakukan penjahitan untuk fiksasi
kateter vena sentral.
11. kemudian luka dirawat dan ditutup
D.

UNIT TERKAIT IGD, ICU

Anda mungkin juga menyukai