Anda di halaman 1dari 9

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Lataston Lapis Aus (HRS_WC)
Lataston lapis aus atau Hot Rolled Sheet Wearing Coarse (HRS_WC) adalah
lapis permukaan yang memiliki kontak langsung dengan roda kendaraan. Sebagai
lapis permukaan, lataston harus dapat memberikan kenyamanan dan keamanan
yang tinggi. Lataston juga berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat
melindungi konstruksi dibawahnya.
Rancangan campuran lataston lapis aus meliputi pemilihan jenis agregat,
pemilihan jenis aspal, dan penentuan proporsi maksimum agregat dan aspal
didalam campuran. Rancangan campuran yang baik akan sangat berpengaruh
terhadap keawetan dan kemampuan menahan kerusakan pada seluruh struktur
perkerasan lentur. Keawetan campuran sebagian besar dipengaruhi oleh terjamin
dan terjaganya ikatan antara aspal dan agregat.
Pada Tabel 2.1 dapat dilihat persyaratan campuran lataston
5

Tabel 2.1 Ketentuan Sifat-sifat Campuran Lataston (HRS)


Lataston lapis Lataston lapis
Sifat-sifat campuran
Pondasi aus
Jumlah tumbukan per bidang 75 75
Min 3 3
Rongga dalam campuran (VIM) (%)
Maks 6 6
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 17 18
Rongga terisi aspal (VFB) (%) Min 68 68
Min 800 800
Stabilitas Marshall (Kg)
Maks
Min 3 3
Pelelehan/Flow (mm)
Maks
Marshall Quotien (Kg/mm) Min 250 250
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
Min 80
perendaman selama 24 jam, 60°C 75
Rongga dalam campuran (%) pada
Min 2
kepadatan membal (refusal) 2
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 2)

2.1.2 Aspal
Aspal adalah bahan hidro karbon yang bersifat mengikat (adhesive),
berwarna hitam, tahan terhadap air, dan visco elastis. Fungsi aspal dalam
campuran beraspal adalah sebagai bahan perekat yang bersifat visco elastis
dengan tingkat viskositas yang tinggi. Aspal juga berfungsi sebagai pelumas pada
saat penghamparan dilapangan sehingga campuran mudah untuk dihampar dan
dipadatkan.
Pada Tabel 2.2 dibawah ini dapat dilihat spesifikasi aspal penetrasi 60/70
6

Tabel 2.2 Spesifikasi Aspal


No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Aspal Pen 60/70
1 Penetrasi pada 25°C (dmm) SNI 06-2465-1991 60-70
2 Titik lembek SNI 06-2434-1991 ≥ 48
3 Daktilitas pada 25°C (cm) SNI 06-2432-2992 ≥ 100
4 Kelarutan dalam toluene ASTM D5546 ≥ 99
5 Berat jenis SNI 06-2441-1991 ≥ 1,0
6 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2423-1991 Min. 95%
Pengujian residu hasil TFOT atau RTFOT
7 Berat yang hilang SNI 06-2441-1991 ≤ 0.8
8 Penetrasi pada 25°C (cm) SNI 06-2456-1991 ≥ 54
9 Daktilitas pada 25°C (cm) SNI 06-2432-1991 ≥ 100
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 2)

2.1.3 Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F).
Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen
atau beton aspal.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu
90% sampai 95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 sampai 85%
agregat berdasarkan persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan
jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan
material lain.
2.1.4 Agregat Kasar
Agregat kasar pada prinsipnya adalah agregat yang tertahan pada saringan
No.8 (2,36 mm) menurut standar ASTM. Fungsi agregat kasar pada campuran
beraspal adalah untuk menghasilkan lapis permukaan dengan stabilitas yang
tinggi.
Pada Tabel 2.3 dibawah ini dapat dilihat persyaratan-persyaratan agregat
kasar
7

Tabel 2.3 Persyaratan Agregat Kasar


Pengujian Metode Pengujian Syarat
Berat jenis curah (bulk) (gr/cm³) SNI-03-1969-1990 ≥ 2.5
Berat jenis SSD (gr/cm³) SNI-03-1969-1990 ≥ 2.5
Berat jenis semu (gr/cm³) SNI-03-1969-1990 ≥ 2.5
Penyerapan air (%) SNI-03-1969-1990 ≤ 3.0
Keausan agregat (%) SNI-03-2417-1991 ≤ 40
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 2)

Perhitungan keausan agregat digunakan rumus sebagai berikut :


a–b
keausan = × 100%........................................................................(2.1)
𝑎

Keterangan :
a = berat benda uji semula (gram)
b = berat benda uji tertahan saringan no 12 (gram)

Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar digunakan rumus berikut:
Bk
1. Berat jenis curah (bulk specific-gravity) = Bj−Ba…………………… (2.2)
Bj
2. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry) = Bj−Ba (2.3)
Bk
3. Berat jenis semu (apparent specific gravity) = Bk−Ba……………… (2.4)
Bj−Bk
4. Penyerapan = x 100…………………………………………... (2.5)
Bk

Keterangan:
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
Bj =berat benda uji kering permukaan jenuh (gram)
Ba = berat benda uji didalam air (gram)
Agregat kasar dapat dilihat seperti pada gambar 2.1
8

Gambar 2.1 Agregat Kasar


2.1.5 Agregat Halus
Agregat halus dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari
batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan alat pemecah batu. Adapun syarat
– syarat agregat halus yang digunakan menurut PBI 1971 yaitu pasir terdiri dari
butir – butir tajam dan keras, bersifat kekal artinya tidak mudah lapuk oleh
pengaruh cuaca, tidak mengandung lumpur lebih dari 5% dan tidak mengandung
bahan organik terlalu banyak. pada prinsipnya dapat berupa pasir pantai maupun
pasir kali, batu pecah atau kombinasi keduanya yang lolos dari saringan No. 8,
dan tertahan pada saringan No. 200.
Pada Tabel 2.4 dibawah ini dapat dilihat peryaratan persyaratan agregat halus
Tabel 2.4 Persyaratan Agregat Halus
Pengujian Standar Syarat
Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Maks. 50%
Material lolos saringan No. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 8%
Angularitas SNI 03-6877-2002 Min. 45 %
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 2)

Perhitungan untuk nilai sand equivqlent dapat dilakukan dengan rumus berikut:
Skala pasir
Nilai SE = Skala Lumpur × 100………………………………………………..(2.6)

Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat halus menggunakan rumus


berikut:
𝑏𝑘
1. Berat jenis curah = 𝐵+500−𝐵𝑡 ……………………………………………...(2.7)
9

500
2. Berat jenis kering permukaan jenuh = 𝐵+500−𝐵 ………………………….(2.8)
𝐵𝑘
3. Berat jenis semu = 𝐵+𝐵𝑘−𝐵𝑡 ……………………………………………….(2.9)
𝐵𝑘
4. Penyerapan = 𝐵+500−𝐵𝑡 ………………………………………………….(2.10)

Keterangan:
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
500 = berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)
Agregat halus (pasir) dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Agregat Halus (Pasir)


2.1.6 Gradasi Agregat
Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran butir agregat. Gradasi
agregat berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran dan menentukan
workabilitas (kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitas campuran.
Gradasi agregat ditentukan dengan cara analisa saringan, dimana sampel
agregat harus melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran
bukaan jaringan kawat dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan
jaringan kawat per inchi persegi dari saringan tersebut.
Pada Tabel 2.5 dibawah ini dapat dilihat batas-batas gradasi campuran
lataston
10

Tabel 2.5 Batas Batas Gradasi Campuran Lataston


% Berat Yang Lolos
Ukuran Saringan
Lataston Lapis Pondasi Lataston Lapis Aus

1
¾ 100 100
½ 90 - 100 90 – 100
⅜ 65 - 100 75 - 85
No. 4
No. 8 35 – 55 50 – 72
No. 16
No. 30 15 – 35 35 – 60
No. 200 2–9 6 −12
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 2)

2.1.7 Bahan Pengisi (Filler)


Bahan pengisi (filler) adalah agregat halus dengan partikel yang umumnya
lolos saringan no. 200 atau lebih kecil dari 0,0075 mm menurut AASHTO.
Pada Tabel 2.6 dibawah ini dapat dilihat persyaratan-persyaratan filler
Tabel 2.6 Persyaratan Filler
Ukuran Saringan % Yang Lolos
No. 30 100
No. 50 95 – 100
No. 100 90 – 100
No. 200 65 – 100
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 2)
2.1.8 Perencanaan Campuran Beraspal Dengan Pengujian Marshall
Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring
(cincin penguji). Proving ring dilengkapi dengan arloji pengukur yang berguna
untuk mengukur stabilitas campuran. Disamping itu terdapat arloji kelelehan (flow
meter) untuk mengukur kelelehan plastis flow. Metode yang digunakan dalam hal
ini adalah metode Marshall. Dengan metode ini kita dapat mengetahui
11

karakteristik dari campuran, dan dari hasil pemeriksaan diperoleh data-data


mengenai: kadar aspal, berat volume, stabilitas, flow, VIM, VMA, dan Marshall
quotient.
Secara garis besar pengujian Marshall meliputi: persiapan benda uji,
penentuan berat jenis bulk dari benda uji, pemeriksaan nilai stabilitas dan flow,
dan perhitungan sifat volumetrik benda uji.
2.1.9 Karakteristik Marshall
1. Stabilitas
Stabilitas merupakan kemampuan pekerasan jalan menerima beban lalu lintas
tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur, dan bleeding.
2. Kelelehan (flow)
Ketahanan terhadap kelelehan (flow) merupakan kemampuan lataston
menerima ledutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya kelelehan
berupa alur dan retak.
3. VMA (Void in Miniral Aggregate)
Rongga diantara mineral agregat (VMA) adalah ruang diantara partikel
agregat pada suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan volume
aspal efektif tetapi tidak termasuk volume aspal yang diserap agregat.
4. VIM (Voids in Mix)
Rongga udara dalam campuran atau VIM dalam campuran perkerasan
beraspal terdiri atas udara diantara partikel agregat yang terselimuti aspal.
5. VFA (Voids Filled with Asphalt)
VFA (rongga terisi aspal) ditentukan dari jumlah VMA dan rongga udara di
dalam campuran.
6. Kepadatan (Density)
Agregat yang digunakan untuk membentuk aspal beton padat memiliki
gradasi tertentu yang biasanya diperoleh dari pencampuran beberapa fraksi
agregat.
7. Marshall Quotient (MQ)
MQ adalah hasil bagi dari stabilitas dengan kelelehan yang dipergunakan
untuk pendekatan terhadap tingkat kekakuan atau kelenturan campuran,
dinyatakan dalam kN/mm.
12

2.1.10 Perencanaan campuran


Pemilihan campuran meliputi pemilihan gradasi agregat, tingkatan aspal,
dan penentuan kadar aspal optimum. Tujuannya adalah untuk menghasilkan suatu
perencanaan yang ekonomis dan memenuhi semua ketentuan karakteristik
marshall.
Perhitungan perkiraan kadar aspal optimum (Pb) sebagai berikut:
Pb =0,035(%CA)+0,045(%FA)+0,18(%FF)+K …………(2.11)
Keterangan:
Pb = Perkiraan kadar aspal terhadap campuran prosentase berat
terhadap campuran
CA = Agregat kasar tertahan saringan nomor 8
FA = Agregat halus lolos saringan nomor 8
FF = Bahan pengisi lolos saringan nomor 200
Nilai K = Konstanta 0,5 – 1,0

2.2 STUDI PUSTAKA


Studi ini sebelumnya pernah dilakukan oleh Faizal Rizal (2014) yang
melakukan penelitian terhadap penggunaan variasi agregat kasar untuk
perencnaan campuran aspal beton. Dari penelitian yang telah dilakukan
dinyatakan bahwa karakteristik agregat kasar berpengaruh terhadap karakteristik
campuran aspal beton.
Variasi agregat kasar untuk campuran aspal beton boleh dilakukan selama
memenuhi syarat dan ketentuaan agregat kasar untuk campuran aspal beton yaitu
memiliki abrasi kurang dari 40%, memiliki kelekatan agregat terhadap aspal
minimal 95%, dan material lolos saringan No. 200 maksimal 1%.
Agregat kasar yang didapat dari suatu daerah akan berbeda karakteristiknya
dengan agregat kasar yang didapat dari daerah lain. Hal ini berpengaruh terhadap
gradasi campuran. Sehingga berpengaruh pula terhadap kadar aspal optimum,
stabilitas, berat jenis, dan kriteria karakteristik Marshall lainnya.

Anda mungkin juga menyukai