5037 14812 1 PB PDF
5037 14812 1 PB PDF
ABSTRAK
ABSTRACT
Reno Alamsyah 47
JURNAL FORUM NUKLIR (JFN) VOLUME 12, NOMOR 2, NOVEMBER 2018
semakin meningkat. Sehingga, hubungan antara Industri 4.0 tidak dibahas pada makalah ini
BAPETEN dengan pihak-pihak karena diasumsikan telah dimuat dalam
berkepentingan, termasuk pemohon izin atau kebijakan Indonesia 4.0
persetujuan, haruslah sedemikian sehingga Pada bagian akhir kajian dilakukan
kelancaran pengawasan, dalam perizinan analisis atas kegiatan terkait Industri 4.0 di
maupun inspeksi, dapat ditingkatkan dengan BAPETEN, baik yang sudah maupun belum
tetap menjamin aspek keselamatan dan dilakukan, terhadap tantangan dan ancaman
keamanan nuklir maupun seifgard. yang telah diidentifikasi sebelumnya. Dari
Dengan demikian, tujuan dari penulisan analisis ini, diidentifikasikan langkah-langkah
makalah ini adalah untuk mengevaluasi hal-hal perbaikan Kemudian, koordinasi BAPETEN
yang sudah atau perlu dilakukan oleh dengan lingkungan strategisnya juga dibahas.
BAPETEN dalam rangka menyongsong era
Industri 4.0. Hal ini penting untuk dilakukan, HASIL DAN PEMBAHASAN
karena hasilnya diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap kebijakan Lingkungan strategis
Pemerintah mengenai Indonesia 4.0, sekaligus
meningkatkan efektivitas dan efisiensi Kementerian Perindustrian RI yang
pengawasan ketenaganukliran. mengusung kebijakan Indonesia 4.0 adalah
instansi yang mengoordinasikan pelaksanaan
METODE Industri 4.0. Dokumen Indonesia 4.06
menargetkan agar Indonesia menjadi 10 besar
Kajian ini dilakukan dengan metode yang kekuatan ekonomi dunia berdasarkan PDB pada
bersifat deskriptif, analitik dan kualitatif, serta tahun 2030. Strategi yang diterapkan adalah
dilengkapi dengan studi literatur dan peng- dengan menggandakan rasio produktivitas-
amatan praktik-praktik perizinan dan inspeksi terhadap-biaya, mendorong ekspor netto
yang dilakukan di BAPETEN, termasuk menjadi 10% dari PDB, danmenganggarkan 2%
teknologi informasi yang mendukungnya. PDB untuk penelitian dan pengembangan.
Pokok-pokok yang dibahas pada kajian ini Dengan demikian, setiap Kemeterian atau
adalah pemetaan lingkungan strategis Lembaga (K/L), termasuk BAPETEN, harus
BAPETEN dalam kerangka Industri 4.0 atau menyusun agenda kerja terkait Industri 4.0.
Indonesia 4.0, identifikasi tantangan dan
ancaman yang akan dihadapi, serta analisis
penerapan di BAPETEN.
Sebagai langkah awal, lingkungan
strategis BAPETEN perlu diidentifikasi guna
menjalankan Sistem Manajemen BAPETEN8
yang salah satunya bertujuan untuk memenuhi
harapan pihak-pihak berkepentingan. Pemetaan
ini akan melihat sifat keterhubungan maupun
cara atau metode hubungan tersebut dilakukan
secara efektif dan efisien. Dengan peta yang
baik, maka BAPETEN diharapkan dapat
meningkatkan mutu perencanaan kegiatan yang
akan dilakukannya.
Kajian dilanjutkan dengan studi literatur
tentang tantangan dan bahkan ancaman dalam
menghadapi Industri 4.0. Pemilahan atas
tantangan dalan ancaman dilakukan karena Gambar 3. Lingkungan Strategis BAPETEN
banyak dan luasnya topik penelitian interna- dalam Indonesia 4.0
sional tentang Industri 4.0 yang telah dilakukan.
Kriteria pemilahan adalah kesesuaian dengan Seperti yang dijelaskan pada Gambar 3 di
proses bisnis BAPETEN sebagai lembaga atas, lingkungan strategis BAPETEN yang telah
pengawasan bidang keselamatan dan keamanan terhubung daring (online) adalah dengan
nuklir, serta seifgard. Peluang-peluang dalam Kementerian Koordinator bidang
Reno Alamsyah 49
JURNAL FORUM NUKLIR (JFN) VOLUME 12, NOMOR 2, NOVEMBER 2018
Perekonomian dalam rangka perizinan satu atap dengan berbagai organisasi profesi seperti:
melalui pelantar (platform) Online Single radiografer; fisikawan medik; dokter
Submission (OSS)9, dengan K/L terkait spesialis radiologi, radioterapi dan
perizinan ekspor-impor secara terintegrasi kedokteran nuklir.
melalui Indonesia National Single Window f. Dalam rangka pelaksanaan kebijakan
(INSW)10,11, dan dengan pemohon atau transparansi dan keterbukaan dengan
pemegang izin atau ketetapan BAPETEN masyarakat secara umum. Untuk pengadaan
dengan berbagai pelantar seperti BAPETEN barang dan jasa, BAPETEN mengikuti
Licensing and Inspection System (B@LIS)12, kebijakan Pemerintah tentang e-
Sistem Informasi Data Dosis Pasien Nasional procurement dengan Peraturan Kepala
(Si-INTAN)13, dan Sistem Montoring BAPETEN No. 15 Tahun 2012 tentang Unit
Parameter Keselamatan Operasional Layanan Pengadaan BAPETEN15.
(SIMONPAKO)14. g. Koordinasi kebijakan teknologi nasional
Dalam pelaksanaan kebijakan pengawas- dengan Kemenristekdikti, termasuk dalam
an, BAPETEN juga harus berkoordinasi dengan hal pengembangan Nuclear Energy
penguasa area, seperti: dalam bidang kesehatan Programme Implementing Organization
dengan Kementerian Kesehatan, dalam bidang (NEPIO) bersama ESDM, PLN, KLH, dan
minyak dan gas dengan SKK Migas, dan dalam K/L terkait lainnya.
hal penanganan masalah bahan radioaktif alami
yang diperkuat teknologi (TENORM) dengan Dari tiga koordinasi yang telah terhubung
berbagai Pemerintah Daerah. Tanpa koordinasi melalui jaringan, inisiatif pembentukan OSS
yang erat, maka kebijakan-kebijakan dan INSW bukan berasal dari BAPETEN.
pengawasan BAPETEN menjadi sangat sulit Untuk koordinasi lain yang belum terhubung via
untuk dilaksanakan di lapangan. Belum ada internet, BAPETEN dapat mengusulkan
komunikasi digital yang menghubungkan pembuatan pelantar komunikasi yang
berbagai instansi terkait ini dengan BAPETEN, dibutuhkan, atau berinisiatif membangun
sebagaimana juga untuk semua instansi yang pelantar tersebut sesuai dengan sifat koordinasi
akan dijelaskan berikut ini: yang dihadapi. Bagaimanapun juga, sikap pro
a. Dalam hal kesiapsiagaan dan penanggu- aktif BAPETEN sangat dibutuhkan dalam
langan kedaruratan nuklir atau radiologi, menghadapi perubahan yang begitu cepat di era
BAPETEN bekerjasama dengan BNPB dan Industri atau Indonesia 4.0 ini.
BPBD, penanggap darurat seperti pemadam
kebakaran dan tim SAR, kepolisian, Tantangan dan ancaman
ambulan, laboratorium forensik, dsb.
b. Untuk penegakan hukum bekerja sama Berbagai tantangan dan bahkan ancaman
dengan kepolisian, kejaksaan, dan bahkan dalam menghadapi era Industri 4.0 telah
dengan BPJS Kesehatan. Pengamatan di diidentifikasi pada beberapa kajian
lapangan menunjukkan bahwa BPJS tidak internasional2,16-18. Tidak semua tantangan dan
akan melakukan pembayaran untuk ancaman yang teridentifikasi itu sesuai dengan
pelayanan yang menggunakan sumber tugas dan fungsi BAPETEN. Jika dievaluasi
radiasi jika tidak memiliki izin dari lebih jauh, maka tantangan yang dihadapi
BAPETEN dan para staf terlibat belum BAPETEN pada era Industri 4.0, sebagaimana
mendapat pelatihan proteksi radiasi. dilukiskan pada Gambar 4, adalah terkait
c. Koordinasi dalam perencanaan kegiatan dan infrastruktur fisik, pengorganisasian kegiatan,
anggaran dengan DPR, BAPPENAS dan pengembangan SDM, kepemimpinan dan
Kementerian Keuangan. Dalam hal ini, harus koordinasi, serta peraturan dan standardisasi.
diingat bahwa perubahan kebijakan Kemudian, ancaman yang dihadapi adalah
anggaran pada tahun-tahun terakhir ini berhubungan dengan keamanan berkomputer
sangatlah cepat. dan dunia maya, dan kepemilikan data dan
d. Dalam hal standardisasi dengan BSN, KAN, informasi.
dan lembaga sertifikasi produk maupun Tantangan infrastruktur fisik yang harus
profesi, serta kementerian terkait. dibangun BAPETEN adalah sistem dan jejaring
e. Untuk menjamin tersedianya tenaga profesi cerdas, mobilitas, fleksibilitas dan inter-
terkait ketenaganukliran bekerja sama operabilitas antar sistem, dan integrasi pihak-
Reno Alamsyah 51
JURNAL FORUM NUKLIR (JFN) VOLUME 12, NOMOR 2, NOVEMBER 2018
c. Mobilitas: Apakah pengambilan data di dan ancaman dapat dikelola secara optimal
lapangan (inspeksi) dapat dilakukan dengan dengan tetap menjamin pengawasan yang
bantuan telepon pintar dan tablet? Sistem mangkus dan sangkil?
pemindaian barcode digunakan? Laporan
lengkap dapat diselesaikan di lapangan? Pertanyaan-pertanyaan di atas dapat terus
d. Fleksibilitas dan interoperabilitas antar dikembangkan sesuai kebutuhan jika kebijakan
sistem: Apakah pelantar dapat dioperasikan Indonesia 4.0 telah diadopsi di BAPETEN. Satu
dengan sistem operasi dan berbagai moda tantangan lain yang tak kalah pentingnya adalah
gawai yang berbeda? dalam mengevaluasi dan mengadopsi sembilan
e. Integrasi pihak-pihak berkepentingan: teknologi yang disebutkan pada Gambar 2 dan
Apakah pelantar dapat diakses, dilihat dinilai cocok untuk digunakan di BAPETEN.
dan/atau diedit, oleh semua pihak
berkepentingan sesuai dengan tingkat KESIMPULAN
kepentingannya?
f. Keamanan berkomputer dan dunia maya: Makalah ini telah menguraikan pengaruh
Apakah sudah ada analisis risiko dan Industri 4.0 atau Indonesia 4.0 terhadap
pencegahan mengenai bocornya informasi pengawasan BAPETEN. Untuk pengembangan
pengawasan (bersifat rahasia dan/atau lebih lanjut telah dilakukan analisis lingkungan
memiliki hak cipta) tangan yang tidak strategis, tantangan dan ancaman yang sesuai.
bertanggung-jawab, serta penanggulangan Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
jika hal itu terjadi? Pencegahan dan BAPETEN sebagian telah melakukan antisipasi
penanggulangan DOS, dan kejahatan dunia akan datangnya era Industri 4.0, namun masih
maya lainnya? ada banyak peluang untuk peningkatan dengan
g. Kepemilikan data dan informasi: Apakah memerhatikan semua tantangan dan ancaman
sudah ada pengaturan kepada pihak-pihak yeng telah teridentifikasi.
berkepentingan mengenai kepemilikan data
dan informasi yang didapat selama proses UCAPAN TERIMAKASIH
pengawasan?
h. Standardisasi: Apakah sudah ada standar 9 Penulis menucapkan terima kasih banyak
jenis teknologi sebagaimana dilukiskan pada kepada jajaran Manajemen P2STPIBN yang
Gambar 2? Standar layanan telah telah mendukung dan memberikan kesempatan
dikembangkan sejalan dengan Indonesia 4.0 seluas-luasnya kepada penulis untuk melakukan
dan kebijakan lain dari Pemerintah? kajian ini.
i. Pengorganisasian kegiatan: Apakah sistim
kerja daring telah dipastikan tidak DAFTAR PUSTAKA
mengurangi hak-hak pegawai, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan 1. Ron Davies, Industry 4.0 Digitalisation for
kepegawaian nasional? productivity and growth, European
j. Pengembangan SDM: Apakah SDM telah Parliamentary Research Service, 2015.
dikembangkan sesuai dengan prinsip 2. CGI, Industry 4.0 Making your business
interaksi antara Individu, Teknologi dan more competitive, CGI Group Inc., 2017.
Organisasi (ITO)? 3. Dragan Vuksanović et al., “Industry 4.0:
k. Kepemimpinan dan koordinasi: Apakah The Future Concepts and New Visions of
agenda Indonesia 4.0 telah dituangkan dalam Factory of the Future Development,” in
rencana strategis mendukung visi dan misi International Scientific Conference on ICT
BAPETEN? Apakah koordinasi nasional and E-Business Related Research, 2016, pp.
telah dilakukan kepada semua K/L terkait 293-298.
Indonesia 4.0 sebagaimana diuraikan pada 4. Matthew Budman and Abrar Khan, Forces
Gambar 3? of change: Industry 4.0, Deloitte Insight,
l. Peraturan: Apakah telah dikembangkan 2017.
peraturan perundang-undangan, internal 5. Michael Rüßmann et al., Industry 4.0 The
maupun eksternal, telah dilengkapi untuk Future of Productivity and Growth in
melaksanakan Indonesia 4.0 atau BAPETEN Manufacturing Industries, The Boston
4.0 sedemikian sehingga semua tantangan Consulting Group, 2015.
Reno Alamsyah 53
JURNAL FORUM NUKLIR (JFN) VOLUME 12, NOMOR 2, NOVEMBER 2018