Skenario 4 Blok 8
Skenario 4 Blok 8
SKENARIO IV
A nurse in hurry report that the patient on the bangsal, 56 years old, female, has been
hospitalized 2 days, suddenly loss her consciousness, cold sweat, rapid of pulse
increased, weak and oliguric. The patient look confusion and agitation. Blood
pressure 80/50 mm Hg, pulse 120 x/minutes, respiratory rate 28 x/minutes,
temperature 360C. The patients had story of uncontrolled hypertension for 5 years.
ECG results as showed below.
1
BAB I
KLARIFIKASI ISTILAH
2
orientasi dengan sumber dan awitan yang tidak diketahui.
(Carpenilo, 2009)
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
3
BAB III
ANALISIS MASALAH
3.1 Mekanisme penurunan kesadaran
a. Sirkulasi
Meliputi stroke dan penyakit jantung. Syok adalah kondisi
media tubuh yang mengancam jiwa karena kegagalan sistem
sirkulasi darah dalam mempertahankan suplai darah yang memadai
sehingga berkurangnya suplai oksigen ke karingan tubuh akan
menyebabkan fungsi organ penting mengalami kegagalan dan
akhirnya mengalami kematian.
4
Syok juga bisa disebabkan karena diare berat, muntah, luka
bakar yang luas akan menyebabkam hilangnya cairan tubuh
sehingga cairan yang diedarkan berkurang.
b. Ensefalitis
c. Metabolik
Misalnya hipoglikemi, hiperglikemi, hipoksia, uremia, koma
hepatikum. Gejala yang timbul akibat hipoglikemi terdiri atas 2
fase, yang pertama gejala timbul akibat aktivasi pusat autonom
dihipotalamus sehingga dilepaskannya hormon epinefrin, gejala
timbul bila kadar glukosa darah turun sampai 50%. Fase kedua
timbul akibat dari adanya gangguan fungsi otot muncul jika kadar
glukosa darah turun mendekati 20%.
d. Elektrolit
Misalnya saat diare dan muntah yang berlebihan. Jika
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat dapat menimbulkan
renjatan hipovolemik berupa asidosis metabolic. Jika kehilangan
bikarbonat (HCO3) maka Ph akan turun maka pusat pernapasan
akan terangsang sehingga frekuensi pernapasan dalam dan
meningkat sehingga menyebabkan denyut nadi cepat lebih dari 120
kali / menit, tekanan darah menurun, pasien gelisah, pucat, akral
dingin, sianosis dan gagal ginjal akut.
e. Neoplasma
Bisa terjadi karena tumor otak baik primer maupun metastasis.
f. Intoksikasi
Gangguan pada korteks secara menyeluruh misalnya pada
gangguan metabolik, gangguan ARAS di batang otak terhadap
formasio retikularis di thalamus, hipotalamus maupun
mesensefalon.
g. Trauma
Trauma contohnya terjadi pada dada dapat mengurangi oksigen
dan ventilasi.
h. Epilepsi
Saat pasca serangan atau status epileptikus. (Plum, 2007)
1. Penyebab oliguria
a. Prarenal
5
Hipotonia, hipovolemia (setelah muntah), syok akibat
berbagai sebab, gagal jantung.
b. Renal
Glomerulonefritis akut, nefritis interstitial akut,
pielonefritis akut, sumbatan arteri renalis, trombosis vena
renalis, vaskulitis purpura trombositopenia trombolitik,
pembentukan intravaskuler disminata, mieloma renalis,
nekrosis tubular akut.
c. Postrenal
Batu penyakit prostat, kandung kemih, keganasan pelvis
dan retroperitoneum, perdarahan traktus urinarius, nekrosis
papilaris, fibrosis retroperitoneal. (Andi Setiawan, 2000)
6
oksigen miokardium. Pembuluh darah koroner yang terserang juga
tidak mampu meningkatkan aliran darah secara memadai akibat
peningkatan beban kerja dan kebutuhan oksigen jantung yang
berkaitan dengan respon kompensatorik seperti rangsangan simpatis.
Sebagai akibat dari proses infark, kontraktilitas ventrikel kiri dan
kinerjanya menjadi sangat terganggu. Ventrikel kiri gagal bekerja
sebagai pompa dan tidak mampu menyediakan curah jantung yang
memadai untuk mempertahankan perfusi jaringan. Maka dimulailah
siklus yang terus berulang. Siklus dimulai dengan infark miokardium
yang berlanjut dengan gangguan fungsi miokardium. Gangguan fungsi
miokardium yang berat akan menyebabkan menurunnya curah jantung
dan hipotensi arteri.
Akibatnya terjadi asidosis metabolik dan menurunnya perfusi
koroner, yang lebih lanjut mengganggu fungsi ventrikel dan
menyebabkan terjadinya aritmia. Infark miokardium juga dapat
menyebabkan syok kardiogenik. Syok kardiogenik ditandai oleh
gangguan fungsi ventrikel kiri, yang mengakibatkan gangguan berat
pada perfusi jaringan dan hambatan oksigen ke jaringan. Ciri khas
pada syok kardiogenik akibat infark miokardium akut adalah hilangnya
40% atau lebih miokardium ventrikel kiri.Selain kehilangan masif
jaringan otot ventrikel kiri, juga ditemukan daerah-daerah nekrosis
fokal diseluruh ventrikel (Price, 2006).
b. Pemeriksaan penunjang
Dari hasil EKG adalah antero septal myocardialinfarction, fase
akut dapat dilihat dari :
Pada fase akut masih terlihat ST elevasi yang menandakan adanya
infark
Q wave yang memanjang menandakan adanya iskemik
Kelainan pada EKG V1, V2, V3 dan V4 menandakan jantung
bagian anterior, septal
Kelainan pada EKG V5 dan V6 menandakan jantung bagian lateral
– anterior
Menandakan adanya nekrosis pada jantung bagian kiri, dan
biasanya disebabkan oelh penyumbatan arteri descendens anterior
kiri.
7
Elevasi ST menandakan jejas myocardium. Elevasi segmen ST
merupakan tanda yang dapat dipercaya bahwa benar – benar telah
komplit bahwa akan terjadi kemudian. Sekalipun ada atau pada
keadaan infark sejati, segmen ST biasanya kembali ke garis isoelektrik
dalam beberapa jam kemudian. Elevasi segmen ST yang menetap
sering menunjukan pembentukan aneurisma ventrikel, pelemahan dan
pengembangan dinding ventrikel. (Ahmad mutaqin Alim, 2009)
8
Pada kompensasi tidak adekuat pada MAP < 50 mmHg maka
otak kekurangan aliran darah dan dapat mengalami iskemia
sampai kematian pada otak, hal ini menyebabkan adanya gejala
defisit neurologis ( gangguan persyarafan )
Konfusi merupakan salah satu bentuk dari adanya defisit
neurologis seperti rasa gembira tiba tiba dan kadang halusinasi.
(Smeltzer, 2002)
Patofisiologi konfusi :
Akibat hipoperfusi jaringan, akan memperburuk hantaran O2,
nutrisi dan pembuangan sisa metabolisme jaringan sehingga
terjadi hipoksia jaringan. Hal ini akan menggeser metabolisme
anaerob (oksidatif) menjadi anaerob yang membentuk asa
laktat. Produksi ini akan memperburuk atau merusak sel dan
multisistem organ yang progresif. Karena menurunnya perfusi
ke otak menyebabkan penurunan koordinasi motorik juga
menyebabkan penurunan kemampuan berfikir pada hemisfer
mayor sinistra yang menyebabkan Konfusi.
b. Agitasi
Agitasi merupakan psikopatologi yang mempunyai manifestasi
klinis :
- Kegelisahan motorik
- Respon meningkat terhadap stimulus
- Tindakan violent dan destruktif
(Hudak, 2010)
Patofisiologi dari agitasi :
Depresi Serotonergic/GABAergic
9
Agitasi
Mania ↑ dopamine
Delinium ↓ GABA
Macam agitasi
a. Perilaku fisik non agresif
- Kegelisahan umum
-Menyembunyikan barang
-Berpakaian tidak sesuai
-Menangani segala sesuatu tidak sesuai
b. Perilaku fisik agresif
-Memukul
-Mendorong
-Berebut barang
-Berperilaku kejam
-Mendorong
-Menggigit
c. Perilaku verbal non agresif
- Tidak suka apapun
- Mengeluh
- Berkata-kata seperti orag berkuasa
- Minta perhatian
10
yang menutup ateroma, menimbulkan ulkus pada endotel dan
merangsang pembentukan pembukan darah yang akan menjadi trombus.
Komplikasi dari hipertensi yang tidak terkontrol
a. Heart attact or stroke
Blood pressure yang tinggi dapat membuat pembuluh darah
menebal dan mengeras akibat arterosklerosis yang dapat berubah
menjadi serangan jantung, stroke ataupun komplikasi lain.
b. Aneurisma
Tekanan darah tinggi dapat membuat pembuluh darah menjadi
melemah da mengembang, membentuk aneurisma. Jika aneurisma
pecah, dapat membahayakan pasien.
c. Gagal jantung
Untuk memompa darah dengan tekanan yang tinggi di dalam
pembuluh darah, oto jantung menkompensasi dengan penebalan
otot (untuk melawan resistensi perifer). Namun, otot oto yang
menebal dapat membuat pemompaan darah ke tubuh menjadi lebih
sulit, sehingga terjadi gagal jantung.
d. Mengecilkan dan melemahkan pembuluh darah renal.
e. Sindrome metabolic
(Harington, dkk. 2013)
BAB IV
SISTEMATIKA MASALAH
Perempuan 56 tahun
RPD : hipertensi
tidak terkontrol
Hospitalized 2 days
Vital sign :
Pemeriksaan Penunjang :
TD : 80/50mmHg
EKGRR: :St28elevasi
X/menitpada lead
11
V1Nadi
– V6120
(Gambaran
X/menit Infark
Miocard)
T : 36ᵒC
Komplikasi klinis
Komplikasi/manifestasi
BAB V
TUJUAN PEMBELAJARAN
BAB VI
BELAJAR MANDIRI
12
BAB VII
BERBAGI INFORMASI
1. Syok
a. Definisi syok
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu
sindrom klinis kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai
manifestasi hemodinamik. Tetapi , petunjuk yang umum adalah tidak
memadainya perfusi jaringan. Keadan hipoperfusi ini memburuk hantaran
oksigen dan nutrisi, serta pembuangan sisa-sisa metabolik pada tingkat
jaringan. Hipoksia jaringan akan menggeser metabolisme dari jalur oksidtif ke
jalur anaerob, yang mengakibatkan pembentukan asam laktat. Kekacauan
metabolisme yang progresif menyebabkan syok berlarut-larut yang pada
puncaknya dapat menyebabkan kemunduran sel dan keruskan multi sistem.
(Price, 2006).
13
b. Tahapan syok
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis. Syok merupakan suatu
sindrom klinis kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan berbagai
manifestasi hemodinamik. Tetapi , petunjuk yang umum adalah tidak
memadainya perfusi jaringan. Keadan hipoperfusi ini memburuk hantaran
oksigen dan nutrisi, serta pembuangan sisa-sisa metabolik pada tingkat
jaringan. Hipoksia jaringan akan menggeser metabolisme dari jalur oksidtif ke
jalur anaerob, yang mengakibatkan pembentukan asam laktat.
Kekacauan metabolisme yang progresif menyebabkan syok berlarut-larut
yang pada puncaknya dapat menyebabkan kemunduran sel dan keruskan multi
sistem. Syok dapat dibagi dalam tiga tahap yang makin lama makin berat
(Price, 2006):
14
keduanya dapat berdampak terhadap peningkatan tekanan darah. Selain
dilepaskan norepinefrin dan epinefrin, RAA (renin angiotensi aldosteron) juga
teraktivasi dan terjadi juga pelepasan hormon vasopressor atau ADH (anti
diuretic hormon) yang berperan untuk meningkatkan tekanan darah dan
mempertahankan cairan didalam tubuh dengan cara menurunkan urine output.
3. Tahap 3, tahap refrakter (irreversible ) yaitu tahap kerusakan sel yang hebat
tidak dapat lagi dihindari, dan pada akhirnya menuju pada kematian.
Pada stadium ini terjadi kegagalan organ untuk berfungsi dan shock
menjadi ireversibel. Kematian otak dan seluler pun berlangsung. Syok
menjadi irevesibel karena ATP sudah banyak didegradasi menjadi adenosin
ketika terjadi kekurangan oksigen dalam sel. Adenosin yang terbentuk mudah
keluar dari sel dan menyebabkan vasodilatasi kapiler. Adenosin selanjutnya di
transformasi menjadi asam urat yang kemudian di eksresi ginjal. Pada tahap
ini, pemberian oksigen menjadi sia- sia karena sudah tidak ada adenosin yang
dapat difosforilasi menjadi ATP.
c. Derajat syok
Berat dan ringannya syok menurut Tambunan Karmel, dkk, (1990, hal 2).
15
1. Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan prgan non-vital seperti
kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relative dapat hidup
lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan
yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin
normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolic tidak ada atau
ringan.
2. Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus,
ginjal, dan lainnya). Organ- organ ini tidak dapat mentoleransi
hipoperfusi lebih lama seperti lemak, kulit, dan otot. Oligouria bisa
terjadi dan asidosis metabolic. Akan tetapi kesadaran relative masih
baik.
3. Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi
syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada
syok lanjut terjadi vasokonstriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi
oligouria dan asidosis berat, ganguan kesadaran dan tanda- tanda hipoksia
jantung (EKG Abnormal, curah jantung menurun).
d. Klasifikasi syok
Klasifikasi syok menurut Weil dan Shubin :
1) Syok Kardiogenik
a) Definisi
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari
tahap kompensasi (masih dapat ditangani oleh tubuh),
dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan
ireversibel (tidak dapat pulih).
b) Etiologi
a. Iskemia Ventrikel: IMA, Cardiopulmonary arrest,
operasi jantung
b. Masalah struktur: ruptur septum, ruptur otot papilari,
ruptur dinding jantung, aneurisme ventrikel,
Kardiomiopati, tumor jantung, trombus atrium,
pulmonary embolisme, disfungsi katub, miokarditis,
tamponade jantung
c. Disritmia: bradidisritmia, takidisritmia
16
c) Manifestasi Klinis
• Tekanan arteri sistolik < 90 mmHg atau 30-60 mmHg
dibawah batas bawah sebelumnya
• Adanya bukti penurunan aliran darah ke sistem organ-
organ utama :
• Keluaran urin < 20 ml/jam, biasanya disertai
penurunan kadar natrium dalam urin
• Vasokonstriksi perifer yang disertai gejala kulit dingin
dan lembab
• Gangguan fungsi mental
• Indeks jantung < 2,1 L/menit/m2
• Bukti gagal jantung kiri dengan LVEDP/tekanan baji
kapiler paru (PCWP) 18-21 mmHg.
d) Patofisiologi
e) Diagnosis
Menurut Mubin (2008), diagnosis syok kardiogenik adalah
berdasarkan:
Keluhan Utama Syok Kardiogenik
-Oliguri (urin < 20 mL/jam).
-Mungkin ada hubungan dengan IMA
-Nyeri substernal seperti IMA.
Tanda Penting Syok Kardiogenik
-Tensi turun < 80-90 mmHg.
-Takipneu dan dalam.
-Takikardi.
-Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.
17
-Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua
basal paru.
-Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering
terdengar.
-Sianosis.
-Diaforesis (mandi keringat).
-Ekstremitas dingin.
-Perubahan mental. (Price,2005)
F) Penatalaksanaan
Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar
sebaiknya dilakukan intubasi.
Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan
masker untuk mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg
Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok
yang ada harus diatasi dengan pemberian morfin.
Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan
asam basa yang terjadi.
Bila mungkin pasang CVP.
Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti
hemodinamik.
Meningkatkan suplai O2 ke Miokard
o Suplemen O2 dan ventilator mekanik
o Narkotik analgesik à mengurangi nyeri dan beban
miokard
o Reperfusi dengan trombolitik
Memaksimalkan CO
o Agen anti aritmia
o Pacu jantung
o Volume loading
o Simpatomimetik (dopamin, epinefrin, norepinefrin)
18
e. Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila
perfusi jantung tidak adekuat. Dosis dopamin 2-15
mikrogram/kg/m.
f. Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga
diberikan amrinon IV.
g. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m.
h. Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan
oksigenasi jaringan.
i. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi
supraventrikel.
(Sudoyo,2007)
2) Syok Hipovolemik
Terjadi akibat penurunan volume cairan dalam tubuh
(darah, plasma, elektrolit).
Penyebabnya adalah perdarahan mukosa saluran cerna
dan trauma berat.
Ditandai oleh :
Penurunan volume cairan intra vaskuler
Penurunan tekanan vena sentral
Hipotensi arterial
Peningkatan tahanan vaskular sistemik
Respon jantung berupa : takikardia
3) Syok Distributif
Merupakan gangguan distribusi aliran darah.
Tahapannya :
Stadium dini dari bakteriemia, cardiac output ↑
terdapat tanda penurunan ekstraksi oksigen. Pada
19
tahap ini terdapat Low Resistance Defect (tahap
hiperdinamik/warm shock).Pada keadaan ini
kecepatan aliran darah ↑ sehingga waktu sirkulasi
↓.
Tahap lanjut, setelah pelepasan endotoksin terjadi
tahap High Resistance Defect (tahap
hipodinamik/cold shock). Pada keadaan ini cardiac
output ↓, tahanan arterial perifer ↑, sehingga
kecepatan aliran darah ↓ dan waktu sirkulasi ↑.
àPemberian cairan dalam jumlah banyak biasanya
gagal, karena pengembangan dari system
kapasitansi dan sekuestrasi cairan.
20
(Lily Ismudiati , 2003)
5) Syok lainnya
Yang termasuk pada jenis syok ini :
1. Syok Anafilaktik
2. Syok Septik
3. Syok Neurogenik
1. Syok Anafilaktik
21
2. Syok septik
Infeksi Mengeluarkan
pada Tubuh merespon mediator
darah inflamasi
Relaksasi vaskular
Meningkattnya permeabilitas
endotel
Menurunnya kontraktilitas
jantung
3. Syok Neurogenik
Penyebabnya syok ini yaitu trauma medulla spinalis.
Terjadi karena kegagalan pusat vasomotor sehingga
terjadi hipotensi dan penimbunan darah.
22
e. Penatalaksanaan syok
Langkah pertolongan pertama dalam menangani syok menurut
Alexander R H, Proctor H J. Shock., (1993 ; 75 – 94)
1. Posisi Tubuh
23
Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernafas atau penderita
menjadi kesakitan segera turunkan kakinya kembali.
2. Pertahankan Respirasi
Segera pasang infus intravena. Bisa lebih dari satu infus. Pantau nadi,
tekanan darah, warna kulit, isi vena, produksi urin, dan (CVP).
PENUTUP
Kesimpulan
24
Shock adalah suatu sindroma klinis dari adanya perfusi jaringan yang tidak
adekuat. Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi
jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada
definisi yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik
biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90
mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau
penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih
dari 60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak ada batas
yang jelas antara sindrom curah jantung rendah dengan syok kerdiogenik.
Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan
lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi,
penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.
Saran
25
Dalam tutorial diharapkan agar tutor mampu membimbing mahasiswa agar
mencapai semua learning object maupun tujuan pembelajaran yang harus dicapai
dalam suatu pokok bahasan. Diharapkan tutor sudah berkoordinasi apa saja yang
harus dicapai sehingga pada tiap-tiap kelompok tutorial mencapai hasil yang sama
atau mendapat materi yang sama minimal seperti apa yang harusnya dipelajari
oleh mahasiswa sehingga, saat ujian seperti MCQ terutama SOCA mahasiswa
dapat menjawab setiap soal yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
26
Hudak CM & Gallo BM, 2010, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik,
Edisi 6, EGC, Jakarta.
Lily Ismudiati Rilantono,dkk. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta FKUI2003
Plum, F. Posner, JB. Saper, CB. Schiff, ND. 2007. Plum and Posner’s Diagnosis
of Stupor and Coma. Oxford University Press. New York.
Setiawan, Andi. 2000. Anuria / oliguria. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29.
Jakarta : EGC.
Smeltzer SC & Bare BG, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 3, EGC, Jakarta.
Tambunan Karmell., et. All., 1990., Buku Panduan Penatalaksanaan Gawat
Darurat., FKUI, Jakarta
27